NovelToon NovelToon

My Best Photo

prolog

Hai....

ini novel kedua aku.

Supaya kalian tidak bingung dengan para tokohnya, baca dulu novel pertamaku yang berjudul :

I HATE YOU BULE

Kisah ini adalah kelanjutan tentang lelaki bernama Benecdik Aslon. Sang Play Boy yang berprofesi sebagai fotografer.

Ia patah hati pada seorang perempuan yang telah menjadi istri orang.

Karena Ben sudah melakukan banyak kebaikan aku ingin kisah Ben menjadi tokoh utama di cerita ini.

Semoga suka ya.....

Malam pertama

Seorang gadis berdiri di pinggir pagar pembatas sungai Thames. Di depannya berdiri tower Bridge yang nampak megah dan kokoh.

Gadis berambut panjang itu bernama Maura Belinda Nasution. Namun ia tak ingin menggunakan marga belakangnya. Ia benci menggunakan marga itu. Sebesar rasa bencinya berada di kota London ini.

Entah apa yang dipikirkan olehnya. Yang pasti wajahnya kelihatan sangat kesal. Tangannya beberapa kali memukul besi pagar pembatas sungai itu.

Angin malam di musim semi, tetap terasa dingin. Apalagi sekarang sudah jam 1 dini hari. Kurang aman sebenarnya bagi seorang gadis berada di jalan pada jam seperti ini.

Ini adalah yang kesekian kalinya Maura memilih untuk pergi dari rumah. Pertengkarannya dengan Gerald Nasution ayahnya selalu membuatnya ingin mengahiri hidupnya.

Hampir 8 tahun ia berada di negara ini. Ia secara paksa telah di bawa ke sini karena ayahnya memilih menikah lagi.

Maura saat itu baru berusia 14 tahun dan ibunya baru 6 bulan meninggal. Bagi Maura pernikahan ayahnya terlalu cepat. Ibunya yang baik itu tidak boleh dilupakan begitu saja.

Apalagi saat Maura tahu kalau Ariana Smith yang menjadi istri ayahnya adalah mantan kekasihnya yang terpaksa harus berpisah karena ayahnya terlanjur sudah dijodohkan dengan ibunya Maura.

Maura tak bisa berbuat apa-apa. Warisan ibunya yang memang diwariskan kepadanya sebagai anak tunggal hanya boleh dimilikinya saat usia Maura sudah genap 23 tahun. Itu berarti masih satu tahun lebih dia harus bertahan tinggal di lingkungan bangsawan Inggris, di istana milik Ariana yang sama sekali tak membuat Maura bangga harus tinggal di sana.

Maura harus meninggalkan kota Medan yang sangat disukainya, meninggalkan sahabat-sahabatnya yang ada di kompleks tempat tinggal mereka dan sahabat-sahabat terbaiknya di sekolah.

" Aku benci Inggris.....Aku benci London....aku benci kamu Gerald Nasution.....!" teriak Maura melampiaskan rasa marahnya dalam bahasa Indonesia.

Teriakan Maura itu mengundang perhatian seorang cowok ganteng yang sedang asyik dengan kameranya.

Ya, dialah Benecdik Aslon. Malam ini Ben, demikian sapaan bagi cowok ganteng itu susah untuk tidur. Ia berjalan meninggalkan apartemennya yang memang letaknya tak jauh dari sana sekedar mencari objek foto yang bagus.

Ben yang sedang mengambil gambar seekor kucing yang nampak duduk sedih disalah satu beton membalikan badannya mendengar teriakan itu.

Bukan suara itu yang mengundangnya untuk mendekat melainkan bahasa yang digunakan.

Ben tahu itu bahasa Indonesia karena pertemanannya dengan Rachel dan kedekatannya dengan Faith yang membuatnya mengerti dan belajar bahasa itu.

Langkah Ben terarah pada sosok cantik yang masih bersandar pada pagar pembantas itu.

Rambut hitam panjang yang lurus itu mengingatkan Ben pada gadis yang sempat membuatnya patah hati.

Faith, maaf kalau aku masih mengingatmu guman Ben sambil tersenyum.

Gadis itu mengenakan celana jeans ketat dengan sepatu kets berwarna putih. Ia mengenakan jaket jeans yang senada dengan celananya.

Tubuhnya lumayan tinggi. Mungkin lebih tinggi dari Faith yang bertubuh mungil. Tapi tetap saja kelihatan pendek jika berdekatan dengan Ben yang memiliki tinggi 182 cm.

Ah...kenapa juga aku membandingkan gadis itu dengan Faith? Ben buru-buru menggelengkan kepalanya. Ia sudah berjanji untuk terus menganggap Faith sebagai adiknya. Ia sadar, cinta tak selamanya harus memiliki.

Maura masih nampak kesal sehingga tak menyadari kalau dari arah belakangnya sedang mendekat tiga pria mabuk.

Ben siaga. Ia siap untuk menolong gadis itu.

"Hi lady.....you look so sexy..." goda salah satu diantara mereka.

Maura hanya menoleh sekilas lalu kembali pada posisinya yang semula.

"Needs friend? we can warm you up"

Maura masih tetap diam.

Salah satu dari mereka mencoba memeluk Maura. Namun gadis itu tiba-tiba saja membanting pria itu dengan sekali putaran. Lalu ia langsung menendang dua temannya dengan pukulan tangan dan kaki yang sangat cepat membuat ketiga pria itu tumbang dalam hitungan detik.

"Do you want to fell my punch again?" tanya Maura sambil memasang gerakan siaga dengan tangan dan kakinya.

Ketiga pria itu langsung berlari meninggalkan Maura sambil mengucapkan sumpah serapah.

Ben terpana. Waw....ia bagaikan melihat film Charlie angels yang menampilkan cewek-cewek cantik dengan keahlian bela diri yang luar biasa.

"Kau hebat nona...." puji Ben sambil mendekat dengan kamera yang sengaja diarahkan pada Maura.

Maura terkejut mendapati seorang bule yang sementara berbicara padanya dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih walaupun aksen Inggrisnya masih kental.

Ben tersenyum menerima tatapan itu.

"Belum pernah melihat cowok tampan yang bisa bahasa Indonesia?" tanya Ben melihat Maura hanya diam saja.

"What?" Maura terpana. Ia akui pria di depannya ini lumayan tampan. Tapi pria ini sepertinya terlalu percaya diri dengan ketampanannya.

"Kau terlalu percaya diri, bule" kata Maura sedikit sinis. Ia memang agak kesal karena gangguan dari 3 laki-laki mabuk tadi. Namun yang membuatnya lebih kesal lagi adalah cowok didepannya yang kini menganggunya dengan kamera ditangannya itu.

"Ah....bule..aku suka julukan itu untuk pria-pria tampan di negara kami." Ben sedikit menyombongkan diri dengan menepuk dadanya.

"Dasar gila!" guman Maura lalu kembali membalikan badannya menatap sungai di depannya.

" Kau hebat bisa mengalahkan mereka bertiga" puji Ben sambil mengarahkan kameranya ke arah Maura dan membidik gadis itu sekali lagi.

"Kau juga akan merasakan pukulan yang sama jika tidak menyimpan kameramu itu" kata Maura penuh penekanan tanpa memalingkan wajahnya.

Ben terkekeh" Kau galak tapi tetap cantik" puji Ben. Jiwa play boy nya keluar lagi.

Maura semakin jengkel. Apakah aku perlu menghajar cowok sok keren ini?

"Kau mau merasakan pukulanku?" tanya Maura sambil menatap Ben dengan tajam.

"No...baby....aku ingin menciummu"

What the hell.......Amarah Maura tersulut, ia langsung menyerang Ben dengan pukulan mautnya. Namun Ben yang adalah anggota salah satu club bela diri terkenal di London ini sudah bisa membaca gerakan Maura. Ia justru dapat melipat kedua tangan Maura ke belakang, mendorong gadis itu untuk bersandar di pagar pembatas dan....

cup..

Satu ciuman singkat mendarat dibibir Maura.

Gadis itu terbelalak dan langsung mendorong Ben dengan sekuat tenaga. Ia segera melangkah cepat, mendekati sebuah motor sport Yamaha berwarna merah.

Motor itu terlihat besar ditubuh rampingnya. Kakinya harus berjinjit saat ia sudah berada di atas motor itu. Dipakainya helm yang ada. Di pandanginya Ben sekali lagi sebelum menutup helmnya. Lalu ia melesat pergi dengan kecepatan tinggi.

"Dia semakin manis dengan motor sport itu." guman Ben sambil tersenyum.

Ia menarik napas panjang, lalu kembali melangkah menuju ke apartementnya.

Di bukanya pintu apartement dan segera masuk ke dalam, terus melangkah ke ruangan kerjanya. Ia menghubungkan kabel data kameranya ke laptop miliknya dan munculah foto Maura yang diambilnya tadi.

"Dia manis...walaupun tak secantik Faith." guman Ben.

Ben menggelengkan kepalanya. Stop, Ben. Berhentilah membandingkan semua gadis yang kau temui dengan Faith. Dia itu adalah istri orang. Bukankah kau sudah berjanji untuk move on dari Faith? Dia sudah bahagia dengan suami dan anak kembarnya.

Ben tersenyum. Ia kembali menatap foto gadis itu. What's your name girl? batinnya sambil tersenyum.

#Makasi sudah baca ya...

#Koment dan like ya....

Malam Kedua

Mobil sport putih milik Ben masuk ke dalam parkiran khusus Club malam miliknya.

Seorang petugas keamanan langsung membuka pintu mobil Ben sambil membungkuk hormat.

"Selamat malam, tuan"

"Selamat malam Adam. Tolong jaga mobilku dengan baik, ya?" Ben menyerahkan kunci mobilnya di tangan Adam dan segera melangkah masuk ke dalam club malamnya.

Dari banyaknya mobil yang ada di tempat parkir ini, Ben tahu kalau pengunjung malam ini pasti sangat banyak. Maklumlah sekarang adalah malam minggu.

Club malam Ben ini merupakan salah satu club malam terbaik dan termahal di kota ini. Untuk bisa masuk ke dalam club malam ini, seseorang harus memiliki member sehingga usia para pengunjung club malam ini haruslah yang sudah berusia 20 tahun ke atas. Bagi yang tidak memiliki member harus menunjukan kartu identitas dan membayar biaya masuk yang lumayan mahal. Dan itu hanya untuk kunjungan pertama. Kunjungan kedua harus sudah menjadi anggota club.

Waktu itu, Ben juga heran kenapa Faith yang masih berusia 19 tahun bisa masuk ke club ini. Mungkin karena ia bersama Rachel yang memang sudah dikenal oleh para penjaga pintu sebagai sahabat baik Ben.

"Selamat malam, tuan" sapa Donald saat Ben mendekati meja bar tender.

"Selamat malam, Donald. Ramai sekali malam ini ya?"

"Ya. Ada yang berhari ulang tahun dan merayakannya di tempat ini. Penjaga tadi agak sedikit kerepotan karena ada beberapa yang masih berusia dibawa 20 tahun. Akhirnya mereka berhasil dipulangkan walaupun ada sedikit perlawanan tadi"

"Baguslah. Aku tak ingin ada abg nakal yang masuk ke sini."

"Tuan mau minum sesuatu? Aku akan buat yang sangat ringan." ujar Donald. Dia tahu kalau Ben memang sama sekali tidak suka mabuk.

Walaupun beberapa waktu yang lalu Ben sempat mabuk dan itu menimbulkan keheranan bagi semua pegawai club ini.

Ben mengangguk.

Donald menyajikan secangkir minuman untuk Ben. Laki-laki tampan itu langsung meneguknya sampai habis. "Aku ke atas dulu, makasi Donald" ujar Ben.

"Sama-sama tuan." Donald mengangguk sambil tersenyum. Inilah yang dia sukai bekerja di tempat ini. Ben sangat ramah dan selalu tersenyum pada semua orang.

Ben menaiki tangga menuju ke lantai 3, dimana kantor pribadi dan kamar pribadinya ada di sana. Ruang yang kedap suara sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi Ben untuk beristirahat.

Sambil menaiki tangga, Ben memperhatikan para pengunjung Club yang nampak larut dengan musik yang diputar DJ Lana. Perempuan cantik asal Perancis yang menjadi salah satu DJ di club malam ini.

Langkah Ben yang menaiki tangga tiba-tiba berhenti melihat seorang gadis yang nampak asyik menggoyangkan badannya.

Dress hitam ketat mini tanpa lengan dengan belahan dada yang cukup rendah menunjukan bentuk tubuh yang sangat indah. Ia mengenakan sepatu high heels yang senada dengan dressnya.

Ben hampir saja tak mengenalinya. Namun rambut hitam panjang itu membuat Ben tersenyum. Gadis manis yang ditemuinya kemarin malam.

Ben turun kembali dan mencari tempat duduk kosong sehingga ia dapat menatap gadis itu lebih dekat.

Gerakannya indah, sangat serasi dengan irama musik. Gadis itu terlihat bahagia. Sangat jauh berbeda dengan penampilan juteknya tadi malam.

Entah sudah berapa lama gadis itu menggerakkan badannya mengikuti musik yang menghentak itu. Ia seperti tak pernah kehabisan energi.

Sampai seorang temannya memanggil dia untuk duduk dengan mereka. Sebuah gelas berisi minuman terulur padanya. Awalnya gadis itu menolak. Namun karena dipaksa, ia akhirnya meneguk minuman itu sampai habis.

Mata Ben menangkap sebutir obat yang dimasukan di gelas minuman gadis itu.

Narkoba kah? Apakah hidup gadis itu sangat liar?Atau teman-temannya sengaja hendak menjebak dia?

Tapi bukankah di klub nya seseorang tidak akan bisa menyeludupkan narkoba?

Ben melihat gadis itu kembali berdiri dan menuju ke lantai disko.

Dua orang cowok yang melihat kepergian Gadis itu saling berpandangan sambil tersenyum licik.

Ben merasa ada sesuatu yang akan terjadi. Apalagi saat dilihatnya gerakan gadis itu sedikit liar. Ia bagaikan kepanasan.

Ben jadi mengerti. Ia segera memanggil dua orang anak buahnya.

"Bawa gadis itu ke atas. Usahakan jangan sampai ada keributan. Lewat jalan khusus." kata Ben.

"Baik tuan. Kami akan membawanya ke ruangan kerja anda."

"Bukan. Ke kamarku" kata Ben dan langsung pergi.

2 orang pengawal itu terkejut mendengar perkataan Ben. Mereka sudah 3 tahun bekerja di sini namun tak pernah melihat tuannya membawa seorang gadis pun ke kamar pribadinya. Biasanya Ben akan membawa mereka ke ruang kerjanya, menghabiskan malam dengan bercinta di atas sofa atau ia akan mencari hotel.

Maura merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia merasa tubuhnya panas dan membutuhkan pelampiasan untuk sesuatu yang entah apa namanya.

"Mari nona, ikut kami" 2 pengawal itu segera menarik Maura sambil menatap tajam pada teman-teman Maura yang berusaha mencegah mereka.

Ben yang sudah menunggu Maura segera membuka pintu saat terdengar suara ketukan.

"Tinggalkan dia di sana" Ben menunjuk tempat tidurnya. Setelah itu kedua pengawal itu langsung pergi.

" Ah...panas...." Maura menggeliat sambil mencoba membuka bajunya sendiri.

"Damn....gadis ini sangat menggoda imanku" Ben menelan salivanya melihat gerakan menggoda dari gadis itu. Ia mendekat lalu menepuk pipi gadis itu.

"Nona......sadarlah....."

Maura membuka matanya. Ia tersenyum menatap Ben. "Tolong aku....." rinti Maura lalu ia menarik leher Ben sampai akhirnya bibir mereka bertemu. Ben menikmati ciuman itu. Jujur saja, ia play boy yang sudah 1 tahun ini tak menyentuh wanita karena kedekatannya dengan Faith. Kebutuhannya untuk melampiaskan hasratnya pada seorang wanita hampir tak terbendung saat ini.

Tubuh Ben bereaksi hebat karena ciuman panas itu. Ia berpikir ini tak salah. Ia justru akan menolong perempuan ini dari rasa sakit akibat hasrat yang tak tersalurkan.

Tangan Ben bahkan sudah berada di dada gadis itu yang membuat gadis itu semakin meracau dengan ******* kenikmatan karena sentuhan Ben.

Tidak.....! Ben menjauhkan tubuhnya dari gadis itu.

Dia memang play boy yang tak pernah membiarkan kesempatan manis ini berlalu begitu saja. Tapi kali ini menatap wajah gadis ini justru mengingatkannya pada Faith.

Ben segera ke kamar mandi, mengisi bathtub dengan air dingin. Ia harus meredam hasratnya dan juga gadis itu.

***********

Maura menggeliat. Rasanya malam tadi ia tidur agak lama dan kepalanya terasa agak pusing.

Ia perlahan membuka matanya. Kamar ini terlihat asing baginya. Tirai jendela yang sudah terbuka itu menunjukan suasana di luar kamar yang sudah siang.

Di mana aku? tanya Maura sambil melihat seluruh bagian kamar ini yang nampak mewah.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan tampaklah sosok ganteng yang hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan keluar dari sana. Rambutnya nampak basah membuatnya terlihat begitu fresh.

"Hallo sayang...." sapa Ben dalam bahasa Indonesia.

Maura terpana. Ia ingat kejadian kemarin malam di dekat sungai Thames saat pria gila ini menciumnya.

"Kau....." Maura bangun dan segera menarik selimut yang sempat terbuka saat ia menyadari bahwa ia sedang tidak menggunakan sehelai benangpun.

Ya Tuhan, apa yang terjadi denganku? Mengapa sampai aku tak menggunakan pakaian? Apakah aku telah di per...

"Kita bercinta sayang...." ucap Ben seolah ingin meralat apa yang ada dipikiran Maura.

"Apa maksudmu?" tanya Maura tanpa bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.

"Making love..."

"Apa?" air mata Maura hampir jatuh. Jadi dia telah kehilangan kesuciannya?

"Jangan katakan kalau ini yang pertama untukmu?" Ben sedikit mengejek dengan tatapannya.

"Aku tak merasakan kalau kau masih perawan"

"kau laki-laki gila? Teganya kau mengambil sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku." Maura ingin sekali menyerang lelaki didepannya. Namun apa daya, ia tak bisa berdiri karena tubuhnya yang telanjang.

"Hei nona, apakah kau tahu bahwa semalam teman-temanmu itu menjebak mu dengan memasukan obat perangsang dalam minuman mu? Kalau aku tak menyelamatkanmu dan membawamu ke sini, kau pasti sudah diperkosa mereka beramai-ramai."

Apakah benar mereka melakukan itu padaku? Pantas saja setelah aku minum, badanku terasa panas. Aku seperti ingin bersentuhan dengan laki-laki, batin Maura.

"Kau sudah ingat?" tanya Ben melihat Maura hanya diam.

"Apa bedanya kau dengan mereka? Kau juga memperkosaku kan?" teriak Maura frustasi.

"Aku tidak memperkosa mu. Aku hanya membantumu untuk menghilangkan rasa sakit akibat obat itu. Kau mau melihat adegan panas kita tadi malam? Aku sengaja merekamnya untuk menunjukan betapa liarnya kau saat kita bercinta" Ben tersenyum dengan tatapan menggoda.

"Kau sinting! Dasar mesum. Aku benci kamu!" teriak Maura nyaring sambil mengambil bantal yang ada di sampingnya dan melemparkannya pada Ben.

Ben hanya tertawa, entah mengapa ia sangat senang melihat Maura yang nampak frustasi.

Sangat jauh berbeda dengan wajah Charlie angelsnya kemarin malam.

"Berapa usiamu?" tanya Ben.

"Bukan urusanmu!" ketus Maura.

"Tentu saja itu harus menjadi urusanku. Aku tak mau bercinta dengan anak kecil."

"Hei...usiaku sudah 21 tahun."

"21 tahun dan kamu masih perawan? como on girl, memangnya kamu hidup di dunia mana?"

Maura menatap Ben dengan tajam "Aku memang hidup di negara bebas mu ini. Namun aku masih memegang prinsip hidup dari negaraku dan juga pesan almarhumah ibuku, seorang gadis hanya akan menyerahkan kesuciannya pada laki-laki yang telah menjadi suaminya."

"Kalau begitu, aku telah menemukan solusi dari masalahmu"

"Apa?"

"Kita akan menikah" jawab Ben santai dan membuat sebuah bantal kembali mendarat di wajahnya.

#Semoga suka ya...

#Like dan coment ya guys...

#thanks..😍😍😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!