NovelToon NovelToon

MENJADI ISTRI KEDUA

01.Awal berjumpa.

Sore hari di sebuah danau yg terletak dipinggir ibukota terasa agak sunyi, karena memang hari ini bukanlah akhir pekan.

Cuaca pun lumayan bagus sehingga sang fajar menyingsing pun masih bisa terlihat dan semilir angin sedikit menggerogoti bulu kuduk hingga menyentuh kulit menimbulkan rasa yang sejuk.

Ditepi danau terlihat ada gadis yang duduk, entah menatap fajar yang mulai tenggelam atau menikmati pemandangan air danau yang tenang atau mungkin dia hanya sekedar mencari angin segar yang sedari tadi sudah mulai menyapa kulitnya yang berwarna kuning langsat.

Ya...dia adalah Via, jarak tiga meter darinya tiba-tiba terlihat satu wanita cantik berambut panjang memakai setelan kemeja lengan pendek berwarna cokelat muda yang dimasukkan didalam rok plisket berwarna coklat bergradasi kehitam-hitaman yang berbentuk payung dan panjangnya dibawah lutut.

Namanya Bela, dia semakin terlihat sempurna dengan tas hitam bermerk terkenal di lengannya, namun raut wajahnya berbanding terbalik dengan penampilan cantiknya.

Sepertinya dia sedang memiliki masalah besar.

Duduklah wanita itu sejajar dengan Via, tak disangka disaat yang bersamaan mereka berteriak bersamaan.

"Haaaaaaaaaaaaaaaaa!"

Merasa suaranya terdengar ada dua, mereka langsung menoleh kearah sumber suara yang sama dengan mereka.

Mereka saling menatap penuh tanda tanya, namun juga agak sedikit tersenyum geli karena tingkah mereka sendiri.

Setelah saling menatap mereka kembali memalingkan tatapan mereka kearah danau.

Seketika dalam benak mereka berfikir dan bergeming.

"Ada apa dengan dia?

Apa dia juga sedang bermasalah sama sepertiku?"

Lalu Bela berkata dalam hati.

"Mungkinkah dia bisa ku ajak bicara?

Siapa tau kita bisa saling berbagi, lagi pula aku juga butuh teman untuk sekedar bercerita tentang masalahku.

Mungkin saja gadis ini berguna!"

Sambil mengerutkan keningnya, Bela bergeming.

"Baiklah akan kucoba!"

Bela bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju Via.

Setelah cukup dekat Bela menyentuh pundak Via yang terlihat tenang jauh dalam lamunannya.

Bela menyapa sambil tersenyum.

"Hei, bolehkah aku duduk di sampingmu?"

Tentu saja Via seketika menoleh kearah Bela dan terkejut dengan kedatangan tiba-tiba seorang wanita yang tidak ia kenal sebelumnya.

Namun Via segera sadar dan tersenyum manis kepada Bela, tanda ia menerima kedatangan Bela kemudian mempersilahkan duduk disampingnya.

"Silahkan, jika anda berkenan!"

Bela pun segera duduk di samping Via.

Semetara Via sedari tadi menatap Bela penuh tanya, lalu Bela memulai pembicaraan.

"Kamu sedang apa disini?"

Belum terjawab oleh Via, Bela melanjutkan perkataanya dengan percaya diri.

"Sepertinya kita sedang dalam situasi yang sama, bisa kita berbagi cerita?"

Dalam hati Via bergeming.

"Memang ada ya orang belum kenal tapi ingin curhat?

Apalagi wanita yang penampilannya seperti ini?

Tidak mungkin kan kalau dia tidak memiliki banyak teman hanya sekedar untuk berbicara?Sambil berfikir, sepertinya dia memang butuh teman untuk sekedar mendengar ceritanya."

Via langsung menjawab dengan santai dan tersenyum.

"Boleh, dengan senang hati."

Bela langsung mengulurkan tangannya kepada Via sebagai tanda ingin mengajak berkenalan.

Dan Via langsung menyambut tangan Bela.

"Bela."

Dan Via menyahutnya sambil tersenyum.

"Via."

Terdiam sejenak, lalu Via membuka suara dan mempersilahkan Bela untuk mulai bercerita sambil tersenyum.

"Mmm,,,silahkan!"

Bela yg dari tadi ingin segera bercerita langsung membuka kembali ingatan dipikirannya tentang semua masalah yang sedang ia hadapi.

Dan tak lama ia pun memulai bercerita pada orang asing yang baru ia kenal ini.

"Aku sedang menghadapi masalah besar dalam hidupku."

Via pun masih tertegun mencoba untuk mendengarkan dan berusaha mencerna kata demi kata yang terlontar dari bibir Bela.

Bela melanjutkan ceritanya.

"Kehidupanku dulu sempurna sesuai dengan yang aku inginkan.

Aku memiliki suami yang mencintaiku, yang mendukung segala keinginanku, bahkan suamiku rela melakukan apapun demi impian-impian ku."

Padahal suamiku tidak begitu menyukai wanita karir, karena impiannya ialah mempunya istri yang mengabdikan dirinya untuknya dan anak-anaknya, bukan seorang wanita karir.

Tapi aku sangat beruntung, walaupun impian suamiku demikian, dia tetap mewujudkan segala keinginanku.

Aku juga memiliki mertua yang sayang sekali padaku.

Apalagi ibu mertuaku, mendukung sekali aku menjadi wanita karir karena ibu mertuaku juga seorang wanita karir.

Sempurna bukan hidupku selama 5 tahun terakhir ini?"

Via pun berfikir demikian.

"Wah...hidupnya bahagia sekali, apa gerangan yang membuat wanita ini seperti ada dalam masalah besar?"

Karena Via merasa penasaran ia melontarkan pertanyaan.

"Lantas apa yang membuatmu seperti memiliki masalah yang sangat besar?"

Bela pun langsung menjawab tanpa ragu dan berusaha menjabarkan masalahnya.

"1 bulan yang lalu kami pergi ke dokter untuk periksa kondisi seputar kehamilan.

Kami sudah 5 tahun menikah, tapi kami belum juga diberi keturunan.

Pada saat itu aku dinyatakan mandul oleh Dokter, tapi kami tidak bermasalah, karena kami berfikir bisa adopsi anak.

Tapi tidak dengan papa mertuaku, beliau ngotot ingin anak kandung dari putranya.

Karena mertuaku hanya memiliki 3 orang anak dan hanya suamiku satu-satunya anak lelaki dari mertuaku, sehingga beliau ngotot ingin anak kandung dari suamiku.

Dengan harapan anak itu yang akan menjadi keturunan yang akan melanjutkan usaha keluarga suamiku.

1 bulan ini kami sudah berdiskusi, namun belum juga mendapat solusi yang tepat.

Aku dan suamiku tidak mau dan tidak mungkin bercerai karena kami saling mencintai.

Tapi disisi lain, apa yang diinginkan papa mertuaku juga mutlak tidak bisa di tawar lagi.

Akhirnya kemarin kami semua memutuskan supaya suamiku menikah lagi.

Disaat semua sudah setuju, tapi suamiku malah tidak mau, dia merasa itu tidak adil untuk ku.

Padahal aku tidak bermasalah karena aku berfikir, kita kan hanya butuh anak kandung dari suamiku, jika suamiku nantinya tidak mau lagi dengan istri keduanya, kan setelah melahirkan bisa bercerai."

Sepanjang mendengarkan cerita Bela, Via menarik kesimpulan dalam hatinya ia berkata.

"Semudah itu wanita ini mengatakan perceraian!

Sebenarnya dia wanita macam apa?

Tidakkah memiliki perasaan, sebagai sesama wanita?

Tapi mungkin saja dia sudah benar-benar lelah berfikir hingga dia tak lagi menggunakan hatinya, sebab dia sendiri tidak keberatan berbagi suami dengan wanita lain.

Jika itu terjadi, pasti sangat berat baginya harus merelakan suami tercintanya menikah lagi.

Entahlah?"

Ketika Via sedang fokus dengan pikirannya lalu Bela balik menyodorkan pertanyaan dengan antusias kepada Via.

"Sekarang ceritakan, apa masalahmu?"

Via berfikir sejenak.

"Apa mungkin aku bercerita tentang masalahku kepada orang asing ini?

Ya sudahlah, lagipula dia juga tadi sudah bercerita tentang masalahnya, apa pedulinya juga kalau dia tau masalahku.

Kalau di lihat dari penampilannya, siapa tau dia bisa bantu aku mendapatkan pekerjaan tambahan.

Mungkin?"

"Aku.

Sebenarnya ini bukan masalahku, tapi lebih tepatnya masalah orang tuaku dikampung.

Aku disini hanya mengadu nasib, karena lulus sekolah aku tidak mendapat kesempatan untuk melanjutkan kuliah karena masalah ekonomi keluarga yang harus memupuskan impianku.

Aku cukup sadar diri meski aku ingin sekali kuliah.

Impian itu sudah lenyap seiring dengan berjalanya waktu, aku sudah nyaman dengan bekerja.

Walaupun pendapatannya tidak besar, tapi itu cukup untuk menghidupi diriku dan Alhamdulillah, bisa sedikit membantu kedua orangtuaku dan adik-adik ku yang saat ini sedang aku perjuangkan untuk bisa lulus kuliah.

Tapi sekarang aku harus lebih menguatkan tenagaku, otakku, dan usahaku lagi, ketika aku mengetahui orang tuaku ternyata selama ini memiliki hutang kepada orang lain sebesar Rp.100.000.000,00.

Bagiku angka itu cukup besar, bagaimana caranya aku harus membayar?

Aku bingung, aku harus memulai darimana.

Sedangkan yang memberi hutang hanya memberi waktu 1 sampai 2 bulan dari sekarang.

Aku merasa jika aku harus bekerja seumur hidupku, itu belum tentu sanggup melunasinya, apalagi ini hanya diberi waktu 1 atau 2 bulan saja."

Seketika Via meneteskan air mata karena masalah yang ia hadapi benar-benar berat baginya.

Ditempatnya, Bela mulai berfikir untuk bisa mengajak barter masalahnya dengan Via.

Tidak butuh waktu lama Bela menyampaikan apa yang ada di pikirannya.

"Bagaimana kalau kita barter Vi?"

Dalam keadaan setengah bengong dan sadar, Via terkejut dan langsung menyahut penuh dengan tanda tanya.

"Maksudmu?"

Mudah saja bagi Bela untuk menjabarkan maksud kata-katanya tadi.

"Kamu menikah dan melahirkan anak dari suamiku, aku akan bereskan semua hutang orang tuamu beserta bonus-bonusnya, sehingga kamu tidak perlu lagi berfikir dan bersusah payah mencari jalan keluar atas masalahmu.

Aku akan permudah segala urusanmu

Bagaimana?"

Via geram pada wanita ini.

"Dia sudah gila ya dengan tawarannya, memang dia pikir aku semurah itu?

Sama saja aku menjual tubuhku, harga diriku sekaligus masa depanku."

Via pun mencoba bernegosiasi lagi.

"Apa tidak ada penawaran lain?

Mungkin pekerjaan tambahan untukku?

Jadi apapun asal jangan jadi istri kedua suami mu.

Lagi pula aku juga sudah bekerja dan hanya butuh pekerjaan tambahan saja biar aku cepet dapet uang banyak untuk melunasi hutang orang tuaku.

Kalau penawaran mu tadi, menurutku apa tidak berlebihan?

Jika kamu menawarkannya padaku?

Sebab antara kamu denganku itu bagai bumi dan langit!

Apa tidak akan menjadi masalah nantinya kalau keluargamu memiliki keturunan dari orang biasa sepertiku?"

Mendengar perkataan Via, Bela malah tertawa meledek penuh arti.

"Kalau kamu sekedar bekerja saja, sampai kapan kamu mau punya uang segitu untuk membayar hutang orang tuamu?

Bukankah tadi kamu bilang hanya dikasih waktu 1 sampai 2 bulan saja?"

Jelas Bela sembari mengernyitkan senyum di bibirnya, tanda mementahkan semua perkataan Via.

"Soal anak itu gampang, semua data-data pribadinya akan tertulis namaku sebagai ibu kandungnya, bukan dirimu.

Kamu cukup mengandung dan melahirkan saja."

Jelas Bela kepada Via.

Jelas ini terdengar menyakitkan sekali bagi Via.

Lalu Via pun berfikir.

"jelaslah, nama dia yang harus tertulis di data-data anak itu kelak, sebab akan jadi masalah besar nantinya jika nama ibu kandungnya yang tertulis didata itu, kalau ibu kandungnya orang miskin sepertiku."

Karena fajar benar-benar sudah tenggelam dan menandakan hari mulai memasuki petang, datanglah sebuah kuda besi mewah di belakang mereka.

Disaat mereka mengobrol, Bela sudah mengirimkan chat kepada sopirnya untuk segera menjemputnya.

Kemudian Bela hendak pergi meninggalkan Via, namun sebelum Bela pergi Bela terlebih dahulu meminta nomor telepon Via.

Karena merasa tidak enak hati, akhirnya Via pun memberi nomor teleponnya kepada Bela, lalu Bela pun mengambil kartu nama dari dalam tasnya dan diberikan kepada Via sambil berkata.

"Pikirkan tawaranku, lalu segera hubungi aku jika kamu setuju, ok!"

Sambil menerima kartu nama itu Via tercengang dengan perkataan Bela lalu memasukan kartu nama Bela kedalam tas sambil menatap tajam kepada Bela.

Bela pun beranjak pergi meninggalkan Via yang masih terdiam dalam keterkejutannya.

Terlihat lambaian Bela dari balik kaca kuda besinya.

bersambung,,.

02.Keputusan dalam galau.

Pukul 15.00 WIB, Via baru keluar dari sebuah supermarket.

Bukan habis berbelanja, melainkan memang dia bekerja di salah satu supermarket ternama di ibukota.

Dia segera bergegas menunggangi motornya menyusuri jalan menuju kontrakannya, namun dia tidak kembali ke kontrakannya. Dia harus menuju kesebuah ruko tepatnya, tempat laundry untuk mengambil kerja part time.

Via beruntung sang pemilik kontrakan yang ia tempati juga memiliki usaha laundry dan mengijinkan Via bekerja part time ditempat laundry tersebut.

Ditempat laundry, Via segera menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya hingga pukul 22.00 WIB.

Setelah selesai dengan pekerjaannya di tempat laundry, Via segera pulang ke kontrakan.

Baru saja Via duduk dan nyelonjorkan kaki sambil memijat-mijat kakinya, karena hari-hari yang ia lewati begitu melelahkan tiba-tiba telepon berdering.

Dilihatlah ponselnya.

Dengan senang hati dan seperti mendapat tambahan mood booster, karena yang meneleponnya adalah ibunya dikampung.

Segeralah dia menjawab telepon ibunya.

"Halo, Assalamualaikum!"

Belum sampai di jawab oleh ibunya, Via sudah melanjutkan bicaranya.

"Bagaimana dengan kabar ibu dan yang lainya di sana Bu?"

Lalu ibunya menjawab.

"Wa'alaikumsallam nak.

Kami dalam keadaan baik-baik semua."

Via menyahutnya dengan tersenyum bahagia karena mendengar keluarganya baik-baik saja.

"Alhamdulillah."

Tak berselang lama ibunya berbicara lirih penuh kebingungan.

"Via maafkan ibu sebelumnya, soal uang yang buat bayar hutang bagaimana Vi?

Apa kamu sekarang sudah ada uang untuk menyicilnya?

Karena sekarang Pak Bambang sudah ada di rumah kita untuk menagih.

Pak Bambang sedang mendapat musibah, anaknya terlibat dengan urusan narkoba dan sekarang tertangkap polisi, jadi beliau butuh uang banyak untuk mengurus kasus anaknya."

Seketika Via seperti berhenti bernafas, baru saja Via berfikir untuk mecari jalan keluar, tapi malah bukan 1 atau 2 bulan lagi tapi harus secepatnya.

Via mulai gusar tapi dia juga tidak mungkin memberi jawaban tak pasti, karena orang tuanya pasti akan tambah bingung.

Pada siapa lagi orang tua Via meminta tolong kalau bukan pada Via, sedangkan adik-adik Via sedang masa kuliah, belum mempunyai penghasilan.

Tanpa berfikir panjang Via langsung berkata pada ibunya.

"Baik bu!

Katakan kepada Pak Bambang, akan segera Via lunasi beberapa hari ini, Via janji bu.

Ibu dan Bapak tenang saja jangan lagi pusing dan khawatir soal hutang ini lagi, Insyaallah akan segera via lunasi, ok!"

Diujung telepon juga ibunya bingung dengan perkataan Via.

Dalam batin ibunya.

Kok Via semudah itu berjanji?

Sepertiny dia yakin sudah mempunyai uangnya, darimana uang sebanyak itu?

Apa...?"

Belum selesai ibunya mencoba menerka-nerka apa yang dilakukan anaknya, Via segera menyudahi teleponnya.

"Sudah dulu ya Bu,nanti aku kabari lagi kalau sudah ku kirim uangnya."

Via langsung menutup teleponnya dan menangis.

Dalam tangisan perihnya ia kembali teringat tawaran Bela beberapa hari yang lalu dan Via bergeming.

"YA ALLAH, apa ini jawabannya?"

Via tidak punya waktu lama untuk berfikir lagi dia harus segera memutuskan pilihannya terhadap tawaran Bela meski ini di luar nalarnya.

Segera dia mecari kartu nama Bela yang kemarin ia masukan ke dalam tasnya.

"Mana dia?

Mana!"

Sambil mengobrak abrik isi tasnya dan akhirnya ia mendapatkan kartu nama itu.

Segeralah Via menghubungi Bela.

Baru saja tersambung, Bela tersenyum bahagia ketika Bela melihat yang menghubunginya adalah Via.

Karena sudah sejak kemarin-kemarin Bela menunggu telepon dari Via.

Segeralah Bela menjawab telepon itu tanpa basa basi, karena Bela yakin Via pasti akan menyetujui penawarannya kemarin.

Bela langsung berkata.

"Hai via, kirimlah nomor rekening yang bisa langsung aku transfer!

Akan aku bereskan semua yang sedang kamu butuhkan."

diujung telepon Via yang tadinya bingung mau memulai pembicaraan darimana, langsung terkejut dengan ucapan Bela.

Tanpa berfikir panjang Via pun menjawab perkataan Bela tadi.

"Emm...baik akan aku kirimkan padamu."

Lanjut Bela.

"Besok pagi pukul 09.00 WIB, datanglah ke kantorku!

Akan aku bereskan semua urusanmu dan kamu persiapkan dirimu untuk membereskan urusanku, ok!"

Telepon langsung terputus dari Bela.

di tempatnya Bela menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Menandakan ia merasa lega, karena sesuatu besar akan segera terselesaikan.

Ditempat lain Via yang sedang kacau sekacau-kacaunya, dia hanya bisa menangis.

Entah tangis apa ini, tangis lega karena masalah orang tuanya akan segera berakhir atau tangis sesak karena dirinya pun sesungguhnya tak rela harus terkesan menjual diri demi uang.

Dalam keadaan yang kacau, ia putuskan untuk membersihkan diri lalu bersujud kepada yang Maha Kuasa.

Ia mencurahkan segalanya pada sang pemiliki jiwa dan raganya.

Lantunan ayat suci pun ia baca terus menerus sebagai penenang untuknya.

Karena Via termasuk orang yang lumayan religius,dia merasa tenang dan nyaman ketika dia bersujud pada Rabb nya.

----------------------------------------

Pagi hari Via sudah bersiap dan segera menuju kekantor Bela.

Sampai di kantor Bela, Via sudah di sambut oleh Bela yang sangat senang dan bersemangat dengan keputusan yang di ambil Via.

Tidak banyak basa basi Bela langsung mengajak Via masuk ke ruang kerjanya.

"Silahkan duduk Vi!"

Bela mempersilahkan Via duduk di sebuah kursi yang ada di depan meja kerjanya.

Dan Bela pun duduk pada kursi yang ada di balik meja kerja Bela, sehingga mereka saling berhadapan.

Via terlihat menyembunyikan kegugupannya dengan sedikit mengalihkan pandanganya ke langit-langit ruangan kerja Bela.

Diseberang meja Bela sedang menelpon seseorang untuk masuk ke ruangannya dan menyiapkan berkas-berkas.

Tak lama seorang wanita masuk keruangan dan memberikan berkas-berkas yang diminta Bela tadi, kemudian wanita itu langsung keluar meninggalkan ruangan kerja Bela.

Sambil membuka berkas-berkas tadi Bela memulai pembicaraannya.

"Baiklah, kita mulai perjanjiannya!"

Sambil menyodorkan berkas-berkas tadi ke Via dan menyuruh Via membaca dan mempelajarinya.

"Bacalah dengan teliti, sehingga dirimu tidak merasa dirugikan!"

Via menerima berkas-berkas itu dan mulai membacanya.

Kesimpulan dari isi surat perjanjian itu adalah;

1.Bela akan mentransfer uang ke rekening Via sebesar 500jt.

2.Bela memberi ijin suaminya untuk menikahi Via.

3.Bela akan mentransfer sejumlah uang setiap bulan untuk Via, apabila nantinya Via sudah bercerai dengan suaminya.

4.Bela memiliki hak paten untuk menyematkan namanya sebagai ibu kandung dari anak yang nantinya Via lahirkan.

Dengan begitu anak itu akan di kenal oleh dunia sebagai anak Bela bukan anak Via.

Setelah membaca dan meneliti Via langsung menyetujui isi perjanjian itu.

Dengan hati dan pikiran yang kacau Via pun langsung menandatanganinya.

"Baik, aku setuju!"

Bela merapihkan surat perjanjian itu lalu menyimpannya dan memberikan 1 map isinya perjanjian yang sama supaya bisa di simpan oleh Via.

Setelah itu Bela mengajak Via kesebuah Rumah Sakit besar untuk medical check up.

Untuk memastikan Via benar-benar sehat terutama kandungannya, karena kandungannya lah yang memang diharuskan sehat.

Selama medical check up berlangsung, Via merasa sangat tegang.

Sehingga keringat dingin pun terlihat jelas bercecer di keningnya, padahal di ruangan itu dingin karena AC yang menyala di mana-mana.

Via yang duduk sambil menangkup kan kedua tangannya dan menggosok-gosokan berulang semakin terlihat jelas kepanikan yang Via rasakan.

Tapi di bangku yang berbeda, Bela duduk dengan tenang dan percaya diri, kalau semua rencana dia akan berjalan dengan mulus tanpa hambatan.

bersambung,,.

03.Pertemuan dan pernikahan.

Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya hasil medical check up Via pun sudah keluar.

Dan seperti dugaan Bela, semua hasil tesnya sesuai ekspektasinya.

Setelah keluar dari rumah sakit Via berpamitan kepada Bela untuk berangkat bekerja karena hari ini dia shift siang.

"Emm...aku pamit duluan ya?

Sekarang sudah waktunya aku berangkat bekerja."

"Tidak mau makan siang dulu?"

Sahut Bela.

"Mmm...maaf, aku sudah hampir telat."

Jawab Via sambil bergegas.

"Baiklah.

oh iya, besok malam aku akan pertemukan kamu dengan suamiku.

Jadi siapkan dirimu, ok!"

Seru Bela sambil memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan Via dari Rumah Sakit.

Via yang tadinya sudah mulai lega dengan hasil tes kesehatannya, kembali gugup setelah mendengar perkataan Bela.

Sembari memikirkan banyak hal, perlahan Via pun meninggalkan area parkir Rumah Sakit.

----------------------------------------

Keesokan harinya setelah pulang kerja Via segera bergegas membersihkan diri lalu bersiap-siap karena akan bertemu dengan suami Bela.

Via merasa sangat gugup sekali.

Sampai-sampai Via mondar-mandir sembari berdoa supaya lebih tenang.

Tak berselang lama ponselnya berdering dan Via langsung menjawab panggilan teleponnya.

Belum juga Via mengucap satu katapun, di ujung telepon Bela sudah berbicara lebih dulu.

"Aku sudah didepan jalan dekat rumahmu segeralah kemari!"

"Baiklah."

Jawab Via.

Via segera bergegas keluar kontrakan menuju ujung gang sempit tempat Bela menunggu.

Tidak butuh waktu lama,Via sudah sampai dan langsung masuk kedalam mobil Bela.

Mereka menuju sebuah restoran langganan Bela dan suaminya.

Disana sang suami sudah menunggu kehadiran Bela dan Via.

Karena sehari sebelumnya Bela sudah berbicara pada suaminya tentang Via.

Dan Bela memohon kepada suaminya, supaya kali ini adalah keputusan terbaik sekaligus satu-satunya jalan terbaik untuk masalah mereka, meskipun dalam lubuk hati terdalam Reza tak ingin melakukan keputusan konyol seperti ini.

Tapi Reza sudah tak berdaya dengan permohonan istrinya.

Berselang sekitar 1 jam akhirnya Bela dan Via sampai di restoran dimana Reza sudah menunggu.

Setelah masuk Bela langsung menuju meja yang sudah dipesan.

Dari kejauhan juga sudah terlihat Reza sedang duduk disana.

"Hai sayang, maaf sudah membuatmu menunggu."

Sapa Bela pada Reza sembari mencium pipi Reza.

Via sangat gugup.

Akhirnya bertemu orang asing yang akan segera menjadi suaminya.

Via menunduk karena takut, malu dan tidak percaya diri sama sekali dihadapan Reza.

Sepintas Reza melirik Via dengan tajam dan bergumam dalam hati dengan pesimis, karena tak percaya pilihan istrinya akan seperti ini.

Sungguh dibawah ekspektasinya.

"Ini?

Calon istri keduaku!"

Bela pun langsung memperkenalkan Via pada suaminya.

"Sayang!

Perkenalkan, ini Via."

Sambil memegang bahu Via dan menunjukan pada suaminya lalu memperkenalkan Via pada Reza.

"Via, ini mas Reza, suamiku."

Via pun langsung menyodorkan jabatan tangannya kepada Reza sambil tersenyum dan berkata;

"Via."

Dan Reza pun membalas jabatan tangan itu dengan wajah datar lalu menyebut namanya.

"Reza."

Setelah bersalaman Reza mempersilahkan duduk dan memanggil pelayan untuk memesan makanan.

Setelah memilih menu makanan mereka mulai berbicara.

Bela menyodorkan pertanyaan kepada Reza.

"Bagaimana sayang?"

Bela melirik suaminya.

Sadar dengan maksud ucapan istrinya, Reza pun segera membuka mulutnya dan mulai berbicara.

Reza menatap Via cukup lama, lalu bertanya.

"Berapa usiamu?"

Bela pun langsung menjawab.

"25 tahun sayang."

Dalam pikiran Reza terbesit.

"Cukup muda dibanding usia ku yang sudah berusia 35 tahun, tapi kenapa gadis seperti ini yang dipilih Bela untuk ku?

Apa menariknya?"

Tak lama pelayan datang membawa makanan dan menhidangkannya dan mereka pun makan malam sembari berbincang-bincang.

----------------------------------------

Setelah pertemuan Bela terus memaksa Reza untuk segera memutuskan tanggal pernikahan Reza dengan Via.

Karena cintanya Reza terlalu besar terhadap Bela, kali ini Reza pun benar-benar tak mampu menolak rengekan Bela.

Setelah berdiskusi kepada keluarga Reza dan menjelaskan tentang siapa Via, akhirnya pun keluarga Reza menyetujui Reza menikahi Via.

Dan Reza memutuskan satu minggu dari hari dimana Reza berdiskusi dengan keluarganya, dia akan menikahi Via.

Dengan senang hati Bela langsung mengabari Via dan membawa Via untuk mempersiapkan segala keperluan pernikahan Via dan Reza.

Karena pernikahannya hanya akan berlangsung sederhana, jadi tidak banyak yang harus dipersiapkan.

Setelah pulang mengurus keperluan menikah, kemudian Via menghubungi keluarganya di kampung untuk memberitahu sekaligus memastikan kehadiran orangtuanya.

"Halo!

Assalamualaikum."

Diujung telepon terdengar suara ibunya.

"Wa'alaikumsallam nak.

Bagaiman kabarmu?

Apa kamu sudah ada jalan keluarnya Vi?"

Lalu Via menjawab.

"Alhamdulillah bu, Via baik-baik saja.

Dan Via akan segera mendapatkan uangnya minggu ini Bu, lebih tepatnya dua hari lagi."

Mendengar ucapan Via ibu beserta bapak dan adik-adiknya merasa senang dan lega.

"Alhamdulillah."

Dengan berat hati Via langsung menyampaikan syarat yang akan dia lakukan untuk menukar dengan uang yang dibutuhkannya.

"Sebelumnya Via mohon maaf sama bapak, ibu dan adik-adik semua."

Setelah mendengar perkataan Via seluruh keluarganya bingung dan bertanya-tanya.

Lalu Via melanjutkan bicaranya.

"Bahwa dua hari lagi, Via akan segera menikah!

Via mohon kehadiran kalian semua disini."

Keluarga Via bagai di sambar petir di siang bolong mendengar perkataan Via.

Seluruh keluarga Via terkejut dan bertanya-tanya.

"Mengapa Via memutuskan segera menikah?Apa mungkin Via hamil diluar nikah atau apa?Kenapa?"

Sang Bapak pun yang pikirannya penuh dengan pertanyaan, mencoba bertanya kepada putrinya untuk mendapat penjelasan yang bisa diterima akal sehat.

"Maksud kamu bagaimana Vi?

Coba jelaskan pada kami?

Kami terkejut dan bingung dengan berita pernikahanmu yang terburu-buru ini nak?"

Dengan hati yang remuk redam via mencoba tidak menangis supaya terlihat tegar dan baik-baik saja.

Akhirnya Via mulai menjelaskan kepada keluarganya dengan sebaik-baiknya, berharap keluarganya bisa menerima kenyataan pahit yang harus ia alami.

Via beruntung memiliki keluarga yang bisa menerima segala keputusan Via yang penuh resiko ini.

Dan keluarganya pun, mau tidak mau harus berlapang dada karena sejatinya, apa yang dilakukan Via juga untuk keluarganya dan penyebabnya pun karena keluarganya.

Walaupun ini akan menjadi pukulan berat terutama untuk kedua orang tua Via, namun mereka semua hanya bisa berpasrah.

----------------------------------------

Tibalah hari pernikahan yang sudah di rencanakan.

Semua keluarga sudah siap untuk memulai acara ijab kobul Reza dan Via.

Terlihat Bapaknya Via berbisik kepada calon menantunya.

"Mas Reza, titip putri kesayanganku.

Aku mohon jaga dia dan jangan sakiti dia!"

Reza hanya menganggukkan kepalanya.

Dalam hati Reza yang terdalam, pesan bapaknya Via walaupun hanya berbisik, tapi seperti mata pisau yang tajam menusuk jantungnya.

Bagaimana tidak demikian, Reza tidak sama sekali tertarik kepada Via dan mengaggap pernikahan yang akan ia lakukan hanya sekedar main-main menjadi sesuatu yang harus ia pertanggung jawabkan dengan sungguh-sungguh.

Kemudian tak lama acara benar-benar dimulai.

Semua keluarga berkumpul dengan perasaanya masing-masing.

Ada yang senang, lega, ada pula yang sedih tak berdaya.

Sang bapak lah yang menikahkan langsung putri kesayangan sekaligus satu-satunya di saksikan penghulu beserta kedua keluarga mempelai dan tentunya di hadapan ALLAH SWT.

Acara berlangsung dengan lancar.

Setelah acara kedua keluarga mengadakan makan-makan keluarga sambil berbincang-bincang.

bersambung,,.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!