NovelToon NovelToon

Perjuangan Cinta

Prolog

Fera Prenia, adalah gadis cantik, putih, tinggi, dan dia berasal dari keluarga konglomerat.

Fera bisa mendapatkan apapun yang dia mau, karna dia memang punya segala nya, tapi tidak untuk kisah cinta nya, dia menyukai pria tampan, teman kampus nya, teman satu fakultas, yaitu Vano Wiratama. Pria inilah yang membuat Fera tergila-gila jatuh cinta sedalam-dalam nya.

Tapi tidak untuk Vano, lelaki ini sungguh tidak mencintai nya, bahkan hanya melihat wajah nya saja, Vano seperti nya enggan untuk melihat nya. tapi, Fera akan melakukan apapun untuk mendapatkan Cinta Vano, apapaun akan ia lakukan asal bisa memiliki Vano.

Saat ini mereka sedang berada di kelas, Fera menghampiri Vano yang sedang mengobrol dengan teman laki-laki nya.

"Hai, Vano, " Fera menyapa dengan lembut, senyum manis nya ia berikan untuk Vano.

Vano terdiam, ia berhenti untuk berbicara. ia hafal dengan suara itu, suara yang selalu mengganggu nya, suara yang selalu menyapa nya setiap kali ia di kampus.

" Ada apa?" suaraVano terdengar acuh, dia sama sekali tidak melirik sedikitpun pada Fera.

" Emm, pulang ngampus, kamu ada acara? " Tanya Fera dengan hati-hati.

" Ada, " sahut nya ceapt,dia bohong. Karna memang tidak ada acara apapun, karna Vano tahu, Fera pasti akan mengajak nya main, hanya saja Vano tidak ingin pergi bersama Fera.

" Acara nya sampai jam berapa? jika acara nya sudah selesai, kamu mau tidak jalan dengan ku?" Fera menatap Vano dengan memelas, berharap Vano mau pergi dengan nya.

" Acara nya sampai jam 12 malam, kau mau jalan dengan ku malam-malam begitu? " Tanya Vano, menaikan kedua sudut alis nya, ia yakin Fera tidak akan mau, apalagi ia tahu, Fera dari keluarga terpandang, pasti tidak akan di izinkan oleh orang tua nya.

"Tidak, lain kali saja," Fera tersenyum muram, dia kembali ke bangku nya, mengahampiri Tisa yang sedang mengobrol dengan teman-teman yang lain nya.

"Vano, kau tidak kasian apa sama Fera, setiap kali dia mengajak mu jalan, kau selalu menolak nya,"Ucap Exel, sebagai sahabat nya Vano. Exel tahu, bagaimana Vano selalu menolak Fera setiap kali Fera mengajak nya.

"kau tahu sendiri, aku tidak suka sama Fera, aku suka nya sama Anindita, Wanita cantik, pintar, berprestasi dan menggemaskan," Melirik Anindita yang sedang mengobrol dengan sahabat nya, ialah Zira dan Zein.

"Meskipun begitu, kau harus menghargai Fera, Vano. Sekali-kali kau terima tawaran nya untuk mengajak mu jalan. Kasihan dia,"Exel memberikan saran.

" Kenapa sih kau selalu saja membela Fera, kau suka pada nya? Ambil saja, aku ikhlas, "Vano tertawa, ia tidak keberatan sekali jika Exel bersama Fera.

Exel terlihat gugup dan salah tingkah, tidak mungkin diri nya bilang jika memang menyukai Fera.

"Aku hanya menyarankan saja, "kilah Exel.

"Malah aku akan sangat senang hati jika sampai kau jadian dengan Fera, jadi tidak akan ada lagi gadis yang selalu menggagguku. "

Exel menggelengg-gelengkan kepala, Vano memang lelaki keras kepala,dan tidak punya hati terhadap wanita. pikir Exel.

" Sudahlah jangan membahas gadis itu, Ayoo kita ke kantin. " Vano mengajak Exel.

Langkah nya terhenti saat tepat di hadapan Anindita," Mau ikut aku ke kantin, Anin?" Ajak nya dengan senyum hangat nya.

"Tidak usah, aku bersama Zira dan Zein saja. "Anin menolak Vano dengan senyum nya.

Vano mengangguk dengan wajah kecewa nya. Ia langsung pergi menuju Kantin bersama Exel.

Dikantin

Fera tersenyum, ketika melihat kedatangan Vano ke kantin, karna Fera dan Tisa pun baru saja duduk di kantin.

" Aku kan sudah bilang Vano, Anin tidak menyukai mu, berkali-kali dia menolak mu, " Ucap Exel yang baru saja duduk berhadapan dengan Vano." Kau mengejar gadis yang tidak mencintaimu, sedangakan ada satu gadis yang sudah tergila-gila pada mu," jelas Exel.

" Tapi, aku cinta nya dengan Anindita, bukan dengan si Fera." menyeruput jus jeruk yang baru saja di pesan nya. "Aku akan terus mengejar cinta Anin, sampai Anin menjadi kekasih ku, " Ucap Vano dengan kesungguhan nya.

"Terserah kau saja. "Ucap Exel sembari mengaduk-aduk semangkuk bakso.

Vano tersenyum melihat kedatangan Anindita bersama kedua sahabat nya. Lalu ia berdiri membawa semangkuk bakso nya dan menghampiri Anin.

" Boleh aku bergabung? " tanya Vano dengan senyuman nya.

Anin melirik kedua sahabat nya, dijawab anggukan oleh mereka." Boleh." jawab Anin.

Dengan senang, Vano duduk di samping Anin.

Fera yang melihat nya langsung berkaca-kaca, tadi sebelum ke kantin diri nya sempat mengajak Vano, tapi Vano menolak nya dengan kasar. Dan ia melihat betapa lembut dan manis nya Vano jika berbicara pada Anindita, teman sekelas nya.

"Sabar, sayang, "Tisa mengusap lembut pundak Fera." Mau keluar dari sini? "tanya Tisa, yang mengerti perasaan sahabat nya.

Fera menggeleng, ia mencoba tersenyum," Kita lanjutkan makan saja." ucap nya, menyuapi kembali mie ayam kesukaan nya.

Tatapan Fera tak lepas dari arah Vano, ia memperhatikan bagaimana Vano terlihat gembira ketika bersama Anindita. Mereka bercanda, tertawa saling lepas.

"Fera cukup, kau sudah banyak mengambil sambal nya, "ucap Tisa menahan tangan Fera, yang hendak mengambil sambal yang ke enam kali nya," Aku tahu kau sakit hati melihat ini, tapi jangan kau lampiaskan pada diri mu sendiri seperti ini. ini sama saja meyakiti dirimu sendiri, kau bisa sakit perut."

"Aku sudah terbiasa sakit hati, "Fera berucap pelan, melepaskan sendok yang tengah di genggam nya. Ia menunduk, seketika buliran bening jatuh di pipi nya. Fera menangis tanpa suara, membuat Tisa langsung memeluk nya dari samping.

"Fera, kau tenanglah jangan menangis, " menepuk-nepuk punggung Fera," Kau tidak usah menangisi pria seperti Vano, banyak pria yang lebih tampan dan baik dari Vano, cukup sampai disini kau mengejar nya." ucap Tisa memberi saran, ia merasa kasihan dan sedih melihat Fera terus-terusan seperti ini.

Fera menggeleng. "Tidak, Tisa. Aku mencintai Vano, sungguh aku mencintai nya, aku tidak bisa melupakan, Vano, "Suara Fera serak. Ia kembali menegakan kepala nya, merapihkan rambut nya yang sempat menghalangi kening nya. "Aku tidak boleh menyerah, Semangat Fera," Fera tersenyum, walau sebenar nya, hati nya terluka, sangat terluka membayangkan Vano yang selalu menolak nya.

Tisa menghela nafas panjang, ia tahu Fera termasuk wanita yang cukup keras kepala.

Fera kembali memakan mie ayam, seketika wajah nya memerah, dengan keringat muncul di dahi nya. "Tisa, kenapa mie ayam nya sangat pedas sekali? " Ucap Fera, mengipas-ngipaskan tangan nya pada mulut nya, lalu mengambil jus jeruk dan langsung meminum nya sampai habis.

"Kan tadi kamu yang nambahin sambal nya banyak, Fera. " jawab Tisa, menggeleng-gelengkan kepala. Dia tertawa gemas pada sahabat nya ini yang terkadang memang lucu.

"Astagaaa aku lupa,"menepuk jidat nya, lalu tertawa kecil.

"Dasar, maka nya kalau frustasi, harus mikir-mikir dulu mau ngapain. " ledek Tisa dengan tawa nya.

" Siapa yang frustasi, "kilah Fera.

Bersambung

Selamat datang di kisah cinta nya Fera dan Vano, semoga kalian suka dan terhibur dengan cerita nya.

Cerita Vano dan Fera lanjutan dari kisah Fernan dan Anindita yg judul nya " Mr arogan and fosesive. Tapi aku kisahkan cerita Vano dan Fera dari awal lagi yah.

Yuk kasih hadiah nya yukk biar aku smgat nulis nya 😚😚

Mengikuti Mereka

Saat ini Fera baru saja selesai kuliah nya.

"Ciee yang satu kelompok sama Vano, "ledek Tisa menyenggol lengan Fera oleh sikut nya.

Fera langsung tertawa," Aku senang sekali Tisa, ini adalah keberuntunganku, "Fera tersenyum." Rasanya aku ingin cepat-cepat besok, bisa kerja kelompok dengan Vano, aaaahh aku tidak sabar, Tuhan Trima kasih," Fera nampak semangat dan kegirangan.

" Sabar Nona putri, " Bersiap untuk keluar kelas," Ayoo kita pulang."

Fera mengangguk, mereka menuju parkiran mobil.

"Hati-hati, sayang, " ucap Tisa berpelukan dengan Fera.

Fera memasuki mobil, dan mulai ingin melajukan mobil nya.

" Kenapa mobil nya tidak nyala juga sih?" dengus Fera, Beberapa kali Fera menyalakan mesin mobil nya, tapi belum juga menyala. Fera keluar dari mobil.

" Ada apa?" tanya Tisa menghentikan langkah kaki nya, baru saja mau menuju mobil nya.

"Mobil ku mogok. " jawab Fera. dia keluar dari mobil nya.

" Yasudah naik mobil ku saja. "

" Tidak perlu,"Fera nampak tersenyum penuh makna, dia melirik Vano, yang baru saja ingin menaiki motor gede nya. Ya, Vano memang sering menggunakan motor gede jika pergi ke kampus.

" Vano," panggil nya, Fera menghampiri Vano.

"Ada apa? "tanya Vano yang sedang memakai helm nya.

"Boleh aku numpang ikut di motor mu? Mobil ku mogok. "Fera memelas, berharap Vano bisa menerima permintaan nya.

" Tidak bisa. Kau bisa numpang dengan teman mu, si Tisa, " jawab Vano dengan acuh.

" Emmm, "Fera nampak berfikir," Mobil Tisa juga sama mogok nya, ya mogok," Fera sedikit gugup, membuat Tisa geleng-geleng kepala.

"Kau bisa jemput pak sopir mu kan?sudah jangan ganggu aku, aku mau pulang," ucap Vano tanpa melihat sedikit pun ke arah Fera, mata Vano beralih pada sosok gadis yang dia cintai.

Anindita sedang menyalakan motor sederhana nya, yang sejak tadi tidak meyala juga.

"Ada apa, Anin?" Vano mendekat ke arah Anin.

"Ini motor ku seperti nya mogok," jawab Anin yang masih saja mencoba untuk menyalakan motor nya.

" Yasudah kau numpang bersama ku saja, "Vano menawari Anin, membuat Fera langsung terkejut dengan mata melebar.

"Tapi nanti motor ku gimana?" tanya Anin.

" Biar, nanti di benerin di bengkel, kau tenang saja, aku yang urus, Ayoo naik. "Vano dengan sangat senang, menawari Anin. Dia mulai menaiki motor nya.

Anin mengangguk, Vano memang selalu baik pada nya.

" Fera, aku duluan ya, "Ucap Anin, yang sejujur nya merasa tidak enak dengan Fera, karna tadi Anin tahu, Fera mengajak Vano untuk pulang bersama.

Fera mengangguk mencoba untuk tersenyum. Hati nya sakit, ia menunduk, buliran air mata jatuh di pipi lembut nya. entah air mata yang ke berapa kali, karna Vano selalu membuat nya sakit hati.

"Andai aku seberuntung, Anin, "Gumam Fera menyeka air mata nya.

Tisa menghampiri Fera, ia memeluk Fera," Aku bilang tadi langsung ikut dengan ku dimobil aku,"Tisa sedikit kesal pada sahabat nya yang selalu tidak mendengarkan ucapan nya.

"Sabar, jika sudah waktu nya, Tuhan akan kabulkan semua nya untuk mu. "Tisa mengusap lembut punggung sahabat baik nya itu.

Fera mengangguk, melepaskan pelukan Tisa," Ya, Aku hanya perlu bersabar. Usaha tidak akan mengkhianati hasil, " Fera tersenyum, dia mencoba menghibur diri nya sendiri.

" Gitu dong, " Tisa menyeka air mata sahabat nya, menyibakan rambut Fera ke belakang telinga,"Jangan menangis lagi, Ayo pulang bareng aku," ajak nya, di jawab anggukan oleh Fera.

"Tapi, aku ingin ikuti mereka, " Fera menahan tangan Tisa.

" Fera jangan gila deh, kita pulang saja, tidak ada guna nya juga mengikuti mereka. "

" Ada, aku ingin tahu, mereka melakukan apa saja. Ayoo jangan banyak ngomong, nanti ketinggalan, "Rengek nya dengan terburu-buru.

Tisa hanya menghela nafas panjang, tapi tak urung ia turuti kemauan sahabat nya itu,hingga akhir nya Fera dan Tisa mengikuti Vano dan Anin.

" Biar aku saja yang nyetir," Ucap Fera, karna melihat Tisa menyetir nya dengan pelan,"Kita sudah ketingalan jauh, " Fera merasa kecewa," Aku harus lebih ngebut lagi, " langsung menanjabkan gas mobil itu.

" Fera, pelan-pelan, aku belum menikah, tidak mau mati duluan," teriak Tisa yang nampak ketakutan, memegang sabuk pengaman dengan erat.

"Berdoa saja pada Tuhan hehehe, " Fera malah tertawa, "Nah itu mereka, "Akhir nya Fera melihat punggung Anin yang sedang di bonceng.

"Mereka sangat lengket," wajah Fera langsung berubah muram, "Anin begitu erat memeluk Vano. Andai saja aku yang di posisi Anin."

" Aku bilang apa? tidak usah ngikutin mereka, yang ada kamu sakit hati kan?"Tisa sedikit kesal,dia mengusap pelan pundak Fera yang saat ini masih menyetir.

" Tapi kan aku penasaran. "

" Ya, iya penasaran, tapi ujung-ujung nya apa? sakit hati kan?" Tisa nampak kesal.

Fera terdiam, menarik nafas dalam dan menghembuskan nya secara perlahan," Tidak apa-apa, aku tidak boleh menyerah dan jangan bersedih, " ucap nya pada diri sendiri.

___________

"Rumah mu di mana?" tanya Vano dengan suara yang sedikit di keraskan, karna banyak nya bunyi kendaraan di perjalan pulang nya.

"Aku tinggal di Apartment A, di jalan B," jawab Anin.

Vano mengangguk," Aku akan ngebut, Pegangan yang kencang, paluk aku," senyum sunging Vano munculkan.

"Kenapa harus ngebut? " Anin bingung, yang ada kan kalau ngebut bisa terjadi kecelakaan?

"Emmm, karna aku ada urusan yang mendadak, " Alasan! itu karna Vano, ingin merasakan hangat nya pelukan Anin.

"Ya," Anin tersenyum, langsung memeluk Vano dengan erat, Vano memegang jemari Anin dengan sebelah tangan nya. menciptakan senyuman yang bahagia, ini kali pertama Anin memeluk nya, dan ia bisa sedekat ini dengan gadis yang di cintai nya.

Hanya butuh waktu 45 menit, mereka sampai Apartment yang di singgahi Anin.

"Kau tinggal di Apartment sini? " tanya Vano, melihat sebuah Apartmen yang sangat sederhana.

"Iya,"Jawab Anin tersenyum. "Kenapa? jelek yah? "

Vano mengangguk kecil.

"Aku tidak punya banyak uang untuk menyewa Apartmen yang mewah, " Anin dengan santai nya menjawab karna memang Anin termasuk orang yang apa ada nya.

Vano hanya tersenyum, ia merasa kasihan pada wanita yang telah lama ia cintai.

" Trima kasih, Vano, karna sudah mengantarku pulang," ucap Anin.

" Ya, aku sangat senang, karna kau mau aku antar pulang. Bahkan setiap hari pun aku rela jika harus antar jemput mu ke kampus, "Ucap Vano dengan kesungguhan nya.

"Tidak usah, itu akan merepotkan mu," Anin merasa tidak enak, Vano memang selalu baik pada nya.

"Kau tahu kan aku menyukai mu. Apapun yang kau inginkan, aku siap mambantu mu. "

" Trima kasih, " Anin tersenyum, dia merasa beruntung dekat dengan lelaki yang sangat baik pada nya.

" Yasudah, aku pulang dulu yah. "Vano pamit dan segera memakai helm.

" Ya, hati-hati. jangan kebut-kebutan. "Anin memperingati.

Vano mengangguk," Aku senang kau perhatian padaku. "Ucap nya, membuat wajah Anin bersemu merah.

Sementara dari kejauhan, Fera masih melihat Vano dan Anin yang sedang mengobrol.

" Jadi itu tempat yang di singgahi Anin? sangat sederhana, aku jadi kasihan sama Anin, " ucap Fera. merasa empati pada Anin.

Tisa mengangguk setuju.

" Tisa, lihatlah mereka begitu akrab, " senyum muram muncul kembali di wajah Fera.

" Sudahlah jangan bersedih, lagi pula mereka juga belum pacaran kan? " Tisa mencoba menghibur sahabat nya.

" Ya, kau benar, "Fera tersenyum," Selagi Vano masih belum pacaran, aku masih bisa mengejar Vano, ya, kan?" Fera tersenyum getir, walau hati nya tidak merasa yakin jika Vano mau dengan nya.

Bersambung

Yukk yg penasaran dengan kisah nya Anin, bisa lihat di novel ku yang judul nya "Mr.Arogan and fosessive" cerita nya baper dan ngakak.

Melukis Wajahnya

"Selamat pagi, Mah,Pa "Fera menyapa dengan senyum merekah nya.

Saat ini Mama dan papa sedang memulai sarapan pagi bersama.

"Ada apa ini? wajah mu terlihat bahagia. " tanya sang Mamah.

" Hehe hari ini aku senang sekali mah, karna di kampus, aku bisa satu kelompok dengan pria yang sering aku ceritakan, " jawab Fera yang saat ini sudah duduk di bangku makan.

" Siapa? " papa ikut penasaran, ini kali pertama anak nya menyukai pria, karna sudah banyak pria yg mendekati tapi Fera tetap tidak mau dan tidak perduli.

" Ada deh. Papa kepo, "jawab Fera tertawa kecil. Papa hanya geleng-geleng kepala.

"Pa, Aku boleh minta uang jajan lebih tidak? tanya Fera, yang sedang meyeruput susu hangat nya.

"Untuk apa? tumben sekali minta uang jajan lebih?" tanya Mama.

"Emmm, dikampus banyak sekali tugas Mah, pah. jadi aku banyak pengeluaran, " Fera nampak gugup menjawab nya.

" Oke, nanti papa transfer. " Jawab Papa.

" Trima kasih. " Fera nampak senang, "Aku pamit berangkat, " mencium pipi kiri dan kanan mama dan papa nya.

Di Kampus.

Saat ini Fera sedang mengerjakan tugas kelompok nya bersama Vano, Exel, dan Yani. Dan mereka melakukan nya di taman, karna ini tugas outdor.

" Oke, karna kita di tugaskan untuk memberikan contoh Desain yang bagus, jadi kita masing-masing membuat desain nya, dan kita bandingkan designer siapa yang paling bagus. "Ucap Vano sebagai ketua kelompok, mereka mengangguk setuju. Fera senyum-senyum sendiri melihat Vano berbicara, terlihat tampan dan bijak, membuat Fera semakin mengagumi sosok Vano.

Masing-masing Mereka mendesain dari ide mereka sendiri. Tanpa sadar Fera malah melukis wajah Vano yang sedang melakukan tugas kelompok, Fera senyum-senyum sendiri melakukan nya. Ia sangat senang.

"Oke, sudah selesai semua? " tanya Vano yang baru selesai mendesain gambar sebuah hotel mewah.

Mereka mengangguk.

"Sekarang kita bandingkan, dan letakan di tengah-tengah lingkaran kita." titah Vano, meletakan satu lemaran kertas di tengah-tengah.

Semua meletakan hasil nya. Fera menutup mulut nya, ketika menyadari hasil gambar nya. Dengan cepat dia mengambil kembali kertas hasil kerja nya, tapi kalah cepat oleh Vano.

"Simpan hasil mu di sini, kenapa kau ambil lagi?" tanya Vano, langsung merebut kertas dari tangan Fera, tanpa melihat, Vano langsung meletakan kertas hasil gambar Fera bersamaan dengan hasil yang lain nya.

Semua memicingkin mata nya, kedua alis mereka bertautan.

" Kenapa kau melukis wajah ku?" tanya Vano dengan sedikit kesal. Vano benar-benar di buat malu oleh Fera.

" Tapi itu bagus sekali, mirip dengan wajah mu, Vano, " ucap Yani memuji hasil kerja Fera, memang benar-benar mirip dengan wajah Vano.

" Ya, benar. Kau hebat, Fera. Sangat mirip. " Exel mengacungkan kedua jempol nya. Dia tersenyum kagum.

"Tapi ini akan membuat ku malu di hadapan teman-teman yang lain, terutama dosen, mana ada desain wajah seperti ini." Vano mendengus kesal, dia sudah mulai emosi. "Cepat kau buat lagi gambar yang lain! " titah Vano dengan tegas.

Fera hanya menunduk, dengan mata berkaca-kaca. Sekuat tenaga ia menahan air mata nya agar tidak jatuh ke pipi nya.

"Tapi waktu nya tinggal sepuluh menit lagi, Vano. mana mungkin Fera bisa menyelesaikan tugas nya. " Exel membela Fera, karna mereka saja mengerjakan dalam waktu 30 menit.

"Aku tidak peduli, salah dia kenapa menyusahkan diri nya sendiri, membuat ku emosi saja." Ucap Vano melirik Fera dengan jengah.

"Maaf, " ucap nya dengan pelan, dia menunduk semakin dalam. Fera terus merutuki diri nya sendiri, mengapa ia bisa menggambar wajah Vano tanpa sadar?

" Maaf mu tidak berguna!" kesal Vano, tanpa menoleh ke arah Fera.

"Sudahlah, Vano. Lagi pula Dosen kita tidak membatasi desain apa yang harus kita buat kan? jadi kita dengan bebas bisa membuat desain apapun. " ucap Yani, yang mengerti perasaan Fera, sebagai wanita, Yani tahu pasti akan merasa sedih jika diperlakukan serupa seperti Vano.

" Tetap saja itu akan membuat ku malu, Yani. Sudahlah jangan buang-buang waktu. Cepat Fera, kau buat lagi desain yang lain." Ucap Vano dengan tidak sabar.

Fera mengangguk, ia kembali mengambil kertas yang bergambar wajah Vano. Segera Fera berbalik badan dengan masih posisi duduk. Fera memandangi gambar wajah Vano, Seketika buliran bening jatuh dari pelupuk mata nya, air mata nya jatuh tepat pada gambar wajah Vano, hati nya sakit, dada nya sesak. Sebegitu marah kah Vano pada nya? hanya karna diri nya menggambar wajah pria tampan yang selalu dia cintai dan kagumi.

sebegitu malu kah Vano karna wajah nya digambar oleh Fera?

Apakah Vano akan semarah ini jika wajah nya di lukis oleh Anindita?gumam nya dalam hati.

Segara Fera meyeka air mata nya, ia tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Fera menarik nafas dalam, menguasai diri nya kembali. Segera ia mendesain gambar yang ada di imaginasi nya, meski terburu-buru tetapi Fera mengerjakan nya dengan fokus, karna hanya ada waktu sepuluh menit lagi.

"Huh, akhir nya selesai, " Fera tersenyum, ia menatap kagum gambar yang ia buat, bagus. pikir nya. Fera membalikan badan.

"Nih, sudah selesai," ucap Fera meletakan selembar kertas di hadapan teman-teman kelompok nya.

Semua melebarkan mata nya, menatap kagum gambar yang telah di buat Fera. Sebuah Desain rumah mewah bak istana, rumah yang bergaya eurova. Apalagi pola yang di buat Fera sangat terlihat rapih.

"Wah wah desain rumah yang kau buat, bagus sekali, Fera. " Yani benar-benar kagum." Aku jadi ingin punya rumah seperti ini nanti. " lanjut nya.

" Ya, aku setuju, hasil desain mu benar-benar bagus, Fera. Padahal kau membuat nya hanya dengan waktu 10 menit, " ucap Exel menimpali. "Lihatlah, diantara gambar kita, coba kalian bandingkan, menurutku hasil Desain Fera yang lebih bagus." lanjut Exel dengan wajah serius.

"Ya, aku setuju." jawab Yani.

Fera tersenyum malu, "Trima kasih."

Vano nampak serius memandangi hasil Desain yang di buat Fera.

"Bagaimana menurut mu Vano? Kau setuju kan hasil Desain Fera yang di kumpulkan? " tanya Exel.

Vano mengangguk kecil," Baik, tinggal kita tambahkan saja apa yang menurut kalian kurang, tanpa harus merubah Desain yang telah di buat Fera. " ucap Vano membuat Fera tersenyum merah merona, tanpa di duga Vano memilih hasil design yang buat, itu membuat hati Fera yang sempat sedih ikut terobati.

" Jadi menurut mu hasil Desain ku bagus, Vano? " Tanya Fera dengan mata berbinar.

" Lumayan, " jawab nya dengan santai. padahal tidak bisa di pungkiri Vano juga mengagumi Desain yang di buat Fera sungguh indah dan elegan.

" Kau tahu Vano, aku memang benar-benar menginginkan rumah seperti ini, ini adalah rumah impian ku sejak dulu. Dan aku berharap bisa memiliki rumah seperti ini bersama orang yang aku cintai, " Ucap nya melirik Vano yang sama sekali tidak menatap nya.

Vano terdiam tidak menanggapi.

" Ya, semoga kau bisa memiliki rumah yang kau impikan dan bisa tinggal satu rumah bersama orang yang kau cintai, " ucap Yani mengusap pundak Fera.

" Sudahlah kenapa kau malah curhat? " Vano seakan tidak perduli dengan ucapan Fera, membuat senyuman Fera memudar." Sekarang kau jelaskan hasil Desian mu," titah nya. Fera langsung mengangguk.

Semua sudah masuk kelas. dan mempersiapkan untuk mempresentasikan hasil tugas kelompok nya.

" Fera, itu kertas apa?. " bisik Tisa, karna Fera sejak tadi memandangi kertas yang tengah di genggam nya.

" Nanti saja aku jelaskan, sekarang ada bu Dosen, malu jika ketahuan," bisik Fera.

" Sekarang saja sebentar, aku ingin lihat sini, " Tisa mencoba merebut kertas nya, tapi Fera menghindar dengan gerakan tangan nya, tapi Tisa tetap kekeh ingin melihat nya, hingga akhir nya kertas itu terjatuh.

" Fera, kertas apa itu yang ada di bawah bangku kamu?" tanya Bu Dosen, berdiri dan ingin menghampiri Fera.

Semua menoleh ke arah Fera, mereka pun sama penasaran nya.

Deg!

jantung Fera berdetak dengan kencang, ia gugup. bagaimana ini? Vano pasti akan marah.Batin nya.

Bersambung..

Boleh dong kasih Vote nyah 😘😘😄

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!