NovelToon NovelToon

Arinda, Cinta Pertama

Arinda

Jakarta, 20 Maret 2020.

Pagi hari di kota Jakarta yang selalu terlihat padat di setiap sudutnya. Beberapa pekerja, mahasiswa, dan para pelajar yang terlihat berdesakan menunggu antrean busway di setiap halte menjadi pemandangan yang biasa.

Arinda Hanania adalah salah seorang karyawan di salah satu perusahaan di bidang ekspor import, di usianya yang kini berusia 25 tahun ia belum tertarik untuk berkeluarga seperti teman-temannya.

Beberapa kali menjalin hubungan dengan seorang pria, namun Arinda tak pernah bisa meyakinkan hatinya untuk segera memiliki hubungan ke jenjang yang lebih serius dari sekedar berpacaran.

Kisah cintanya di masa SMA menjadikan ia seorang yang selalu waspada. Ia sedikit merasa trauma dengan laki-laki, hingga kini bahkan jika ada kekasihnya ada yang berani untuk melamarnya, bukannya merasa senang ia justru merasa kecewa.

Ia tidak bisa terlalu percaya dengan keseriusan seorang laki-laki padanya. Dari pada menolak lamaran saja, Arinda malah akan meminta untuk putus dengan kekasihnya.

Hatinya yang baru pertama kali mengenal cinta ketika SMA harus berakhir dengan mendapatkan kecewa yang teramat dalamnya .

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk tidak terlalu percaya dengan cinta dan berkomitmen dalam sebuah hubungan. Ia hanya akan mencintai kekasihnya sewajarnya dan sekedarnya.

Ia tak ingin jatuh lagi di lubang yang sama, lubang yang menyeretnya tenggelam dalam sakit, kecewa dan putus asa yang tak berkesudahan.

Sudah 4 tahun ia bekerja, dan ini merupakan tahun ke 8 nya ia tinggal sendiri di Jakarta.

Arinda merupakan salah satu warga kota Bogor, Kota yang terkenal sebagai kota hujan.

Jaraknya hanya 2 jam menempuh perjalanan dengan kereta.

Setelah lulus SMA ia memilih untuk kuliah di Jakarta dan tinggal di kos-kosan bersama teman-teman kuliahnya. Namun setelah lulus pun ia memilih untuk tetap menetap di Jakarta dan bekerja di sana.

Ia terlalu takut untuk tinggal di kota kelahirannya. Selain karena takut bertemu dengan seseorang dari masa lalunya itu, Arin juga takut mengingat setiap kenangan yang ada di sana.

Terlalu banyak kenangan yang mengingatkannya dengan sosok cinta pertamanya. Laki-laki yang membuatnya pertama kali mengenal arti cinta sekaligus menorehkan banyak luka.

Arinda tidak ingin lagi mengingat namanya, ataupun hal yang menyangkut dirinya. Ia memutuskan untuk mengubur semua ingatan tentang kisah cinta dan masa remajanya dalam-dalam.

Arinda benar-benar menghilang dari dunia masa lalunya, bahkan ia tidak pernah berkomunikasi dengan teman-teman sekolahnya dulu karena tidak ingin mendengar kabar apapun tentang nya.

Ia memulai hidupnya yang baru sebagai seorang Mahasiswi di kota Metropolitan tersebut. Hingga akhirnya setelah ia menyelesaikan pendidikannya pun ia memilih untuk tidak kembali ke kota hujan, kota kelahirannya.

****

Pagi itu Arinda berangkat untuk bekerja dengan tergesa-gesa. Kebetulan sepeda motor matic yang biasa menemaninya setiap hari menjelajahi setiap sudut kota Jakarta tiba-tiba saja mogok.

Karena ada meeting penting di kantornya jam 8 pagi itu, Arinda memilih untuk memesan ojek online karena kesal menuggu antrean busway yang semakin lama semakin menyita waktu berharganya.

Setelah menunggu tidak sampai 5 menit sebuah motor N-max berwarna putih menghampirinya. Ia pun langsung bergegas dan tepat 10 menit sebelum meeting di mulai ia pun sampai di depan kantor.

Dengan penampilan sedikit berantakan, sambil berlari menuju lift agar bisa sampai di lantai 10. Arinda merapikan pakaian dan rambutnya yang tertiup angin ketika di motor tadi.

Brukk,

Semua file yang sudah tersusun rapi tiba-tiba saja saja jatuh berhamburan ketika ia secara tidak sengaja menabrak seseorang sesaat setelah ia keluar dari lift.

Seorang pria mengenakan setelan jas cukup mahal langsung membungkuk untuk membantu mengambil dan merapikan semua barang-barang Arinda yang terjatuh.

Deg,

Arinda hanya diam mematung, hatinya mendadak merasakan sesak dan sakit secara bersamaan.

Entah kenapa tiba-tiba bayangan masa lalu berputar-putar di otaknya bagaikan proyektor yang sedang memutarkan adegan dalam film.

Pria bertubuh tinggi dan berkulit sawo matang tersebut menyerahkan semua barang-barang Arinda yang jatuh berserakan di lantai.

"Maaf." ucap laki-laki tersebut dengan suara parau dan tatapan yang dalam.

Tidak ada kata yang bisa Arinda ucapkan saat itu, lidahnya terasa kelu dan bibirnya mendadak terkunci rapat.

Sekilas pandangan mereka bertemu, Arinda langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia sungguh-sungguh tidak sanggup menatap seseorang yang saat itu berdiri di hadapannya.

Arinda memutuskan untuk pergi dan meninggalkan laki-laki itu begitu saja tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Walaupun sudah 8 tahun, Arin masih bisa mengingat jelas wajah seseorang yang begitu ia benci setengah mati.

Sementara laki-laki tersebut terus menerus menatap ke arah punggung Arin yang semakin menjauh dari tempatnya berdiri. Kakinya seakan tertancap kuat membuatnya bahkan tak bisa menggerakkan kakinya untuk mengejar gadis yang selama ini ia rindukan.

Tatapan matanya sangat dalam dan penuh kerinduan. Ia begitu terkejut sekaligus bahagia melihat gadis yang telah memiliki hatinya sejak lama, saat itu ada di hadapannya.

Selama ini ia hanya bisa membayangkan akan seperti apa Arinda nya setelah 8 tahun. Tidak hanya cantik, Arin terlihat lebih menawan dengan penampilan dan make up nya yang membuat ia terlihat dewasa.

Ia tidak merasa marah dengan sikap Arin yang hanya mengacuhkannya. Karena ia sangat sadar kesalahannya di masa lalu membuatnya sangat pantas untuk diperlakukan seperti itu.

Ia telah begitu menyakiti hati perempuan yang ia cintai dengan sungguh-sungguh.

"jika ini salah satu jalan dari Tuhan untuk mempertemukan kita lagi, aku sangat bersyukur dan berterima kasih." gumamnya dalam hati

Ia pun hanya bisa menghembuskan nafasnya dalam untuk menenangkan hati dan pikirannya yang mendadak menjadi kacau. Ya, saat itu takdir kembali mempertemukan mereka kembali setelah 8 tahun lamanya.

Satria

Satria Eka Prawira adalah seorang manager pemasaran di sebuah perusahaan ekspor impor di Jakarta. Hari itu adalah hari pertamanya bekerja, ia sebelumnya tinggal dan menetap di Jogjakarta selama hampir 7 tahun.

Ia pindah kuliah ke Jogja dan bekerja di sana.

Dan setelah 7 tahun ia memutuskan untuk menerima tawaran dari sahabatnya untuk bekerja di perusahaan nya.

Ia mendapatkan rekomendasi bekerja di sana dari sahabatnya yang juga anak pemilik perusahaan tersebut. Dan ternyata langkah yang di ambil olehnya saat itu menjadi suatu berkah baginya.

Tanpa di sangka, kesempatan bekerja tersebut mengantarkan dirinya untuk bertemu dengan perempuan yang selama ini selalu ia rindukan.

Setitik kebahagiaan perlahan mengisi dan mulai memenuhi hatinya. Bolehkah ia sedikit berharap jika ia bisa mendapatkan hati gadis pujaannya itu kembali seperti dulu.

Mengingat seberapa besar kesalahannya dulu, semua pengharapan yang sekejap ia bangun itu pun perlahan menyusut.

Ia harus sadar, jika itu hal yang terlalu serakah untuknya berharap bisa mendapatkan gadis itu kembali di sisinya.

Dengan hanya bisa melihatnya pun sungguh sebuah keajaiban untuknya yang sudah ia tunggu selama 8 tahun.

8 tahun gadis itu menghilang dari hidupnya, bahkan ia telah memblokir semua kontak dan akun sosial medianya . Arin benar-benar sangat tidak ingin mengingat Satria sedikit pun dalam hatinya.

Satria sangat sadar tentang hal itu, tidak ada tatapan lembut dan penuh cinta seperti dulu lagi. Hanya ada rasa benci dan jijik dalam raut wajahnya yang dengan mudah terbaca.

Satria sedang mencari ruangannya di antar oleh seorang asisten dari wakil direktur yang tidak lain adalah sahabatnya sejak masa kuliah.

Namun tiba-tiba seorang perempuan bertubuh tinggi dan ramping, berambut panjang berwarna kecoklatan itu menabraknya di depan lift yang ada di lantai 10.

Dia sangat terburu-buru sampai tidak menyadari keberadaan Satria yang berada di hadapannya. Sejak pintu lift terbuka, jantungku mendadak terasa berhenti berdetak melihat wajahnya.

Ingin rasanya Satria berlari menghambur memeluknya untuk melepaskan kerinduan yang selalu ia simpan di hatinya selama 8 tahun lamanya. Tapi Satria tahu jika ia tidak berhak melakukan nya.

Satria pun membantunya merapikan barang-barangnya yang jatuh berserakan di lantai, sementara ia hanya diam mematung dengan ekspresi terkejutnya.

Saat satria menyerahkan semua barang-barangnya dan tatapan mereka bertemu sesaat, ia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Sungguh rasa sakit tiba-tiba saja menyeruak mengisi hatinya bercampur rindu pada Arinda .

Arinda bergegas pergi menuju ruang rapat yang berada tidak jauh dari ruangan wakil direktur. Satria pun melanjutkan langkahnya menuju ruangan yang ia tuju.

Tok, tok , tok.

"Permisi pak Bayu, saya mengantarkan pak Satria." ucap Angga sang asisten.

"Masuk." ucap sosok wakil direktur yang telah mengundangnya bekerja di sana.

Ceklek,

Angga membukakan pintu dan mempersilahkan Satria untuk memasuki ruangan. Sudah ada Bayu yang sedang berjalan ke arahnya dengan senyum mengembang.

"Satria, akhirnya lo datang juga." sapa Bayu santai sambil berjabat tangan lalu saling merangkul dengan gaya yang seperti biasa mereka lakukan ketika bertemu.

Bayu Wardana adalah sahabat baik Satria, dan ia jugalah yang akhirnya menjadi jalan pembuka dimana Satria akhirnya bisa melihat Arinda nya lagi. Angga pun langsung undur diri dan membiarkan kedua sahabat itu saling melepas kerinduan masing-masing.

Bayu langsung mengajak Satria untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya agar bisa berbincang lebih santai.

"Gimana bro kabar lo?" tanya Bayu sambil menyodorkan minuman soda yang ia ambil dari kulkas kecil yang ada di ruangannya.

"Alhamdulillah, seperti yang lo lihat sekarang." jawab satria tersenyum simpul lalu menghembuskan nafas dalam.

"Lo kenapa sat?" tanya Bayu terheran.

"Gak apa-apa, gue cuma ngerasa masih agak capek dikit aja." ucapnya berkilah.

"Sat, berapa lama sih kita saling kenal. Udah lah bro gue tahu lo tuh lesu kayak gini karena ingat mantan lo itu kan?" ucap Bayu yang menebak langsung dengan tepat.

Satria pun langsung merebahkan tubuhnya untuk bersandar ke sofa sambil memejamkan matanya sesaat. Mengingat kembali pertemuannya beberapa menit lalu dengan Arinda.

"Gue ketemu mantan gue di depan lift tadi." ucap Satria jujur sambil membuka matanya melihat langit-langit ruangan Bayu

uhuk-uhuk ,

Sontak Bayu tersedak minuman soda yang tengah ia teguk saat itu. Bayu terkejut mendengar penuturan Sahabatnya itu.

"Lo serius?" tanya Bayu penasaran.

"Iya." jawab Satria singkat.

"Berarti tuh cewek juga kerja di sini dong?" tanya Bayu sementara Satria hanya mengendikkan bahunya sebagai jawaban.

Bayu sangat tahu jika Satria tidak pernah berhubungan dengan gadis manapun selain mantannya itu.

Satria pindah kuliah ke Jogja setelah putus dengan gadis tersebut. Dan setelah itu, sampai saat ini pun Satria tidak pernah terdengar berhubungan lagi dengan wanita lain.

Satria sering terlihat galau ketika memikirkan Arin. Sebenarnya Bayu sangat penasaran dengan wajah mantan kekasih sahabatnya itu, tapi Satria tidak pernah mau menunjukan foto gadis tersebut.

Walaupun sudah berulang kali Bayu merayunya agar ia bisa melihat wajah dari gadis yang sanggup membuat sahabatnya itu galau setengah mati.

Tapi Satria bersikeras dan tidak pernah menunjukannya, ia hanya senang menatap foto mantan kekasihnya itu sendiri penuh kegalauan.

Bayu pun sangat tahu jika Satria tidak pernah berminat untuk menjalin hubungan dengan gadis lain sekali pun sejak dulu .Padahal banyak gadis yang mendekati nya dulu ketika kuliah. Ia pikir setelah lulus kuliah dan bekerja Satria susah move on, tapi lagi-lagi ia salah.

Sudah 4 tahun Bayu kembali ke Jakarta untuk bekerja di perusahaan ayahnya. Semenjak itu mereka hampir tidak pernah bertemu dalam 4 tahun. Dan ketika ada posisi yang kosong dan terlihat cocok untuk Satria, Bayu pun memberikan penawaran untuknya.

Bayu menawarkan Satria untuk bekerja di perusahaan ayahnya di Jakarta. Walaupun di Jogja sendiri pun Satria adalah seorang karyawan sebuah perusahaan yang cukup besar.

Walaupun sebenarnya ia tidak terlalu yakin jika Satria akan bersedia bekerja di perusahaannya. Tapi Bayu terus berusaha membujuk Satria agar menerima tawaran nya tersebut.

Lagi pula semua keluarga Satria sudah berada di Jakarta. Ia hanya tinggal dengan eyangnya di Jogja. Mungkin karena itu juga Satria merasa berat untuk pergi. Iya sangat menyayangi neneknya itu dan tidak tega meninggalkan nya sendiri.

Hubungan Bayu dan Satria sangat dekat sejak dulu. Bahkan sudah seperti saudara, dan kedua keluarga mereka pun sudah saling mengenal satu sama lain.

tok, tok, tok.

"Masuk." ucap Bayu

"Permisi pak, sebentar lagi rapat bulanan kita akan segera di mulai. semua sudah menunggu bapak untuk memimpin rapat." jelas Angga sang asisten yang merangkap menjadi sekretarisnya juga di kantor.

"Baiklah, sebentar lagi saya akan kesana. kamu bisa pergi lebih dulu." ucap Bayu santai.

"Sat, kita rapat dulu. Sekalian gue kenalin lo di rapat aja nanti. Bokap gue udah mulai sakit-sakitan jadi beliau lebih banyak di rumah, jadi gue harus mimpin rapat sekarang." jelas Bayu sambil mengajak Satria untuk pergi ke ruang rapat.

"Baiklah." ucap Satria seraya bangkit dari sofa.

Di ruang Rapat,

"Selamat pagi semuanya." ucap Bayu yang kini tengah berdiri di depan kursi direktur

Satria berdiri di sampingnya, dan Bayu pun segera memperkenalkan sahabatnya itu sebagai manager pemasaran yang baru.

Setelah satria memberikan salam memperkenalkan dirinya, Bayu pun menunjukan kursi yang kosong untuknya.

Tanpa berbasa-basi lagi Bayu pun langsung memimpin jalannya rapat dengan begitu lugas dan tegas.

Di hadapan para karyawannya ia terlihat sangat berkarisma sangat berbeda dengan kepribadiannya yang sebenarnya santai.

Dan di sisi lain ada Arinda yang mendadak merasa terkejut sekaligus gelisah karena harus duduk berdampingan dengan mantan kekasihnya ketika SMA itu.

Bahkan sekarang laki-laki itu pun harus menjadi atasannya, entah kesialan apa yang akan terjadi padanya setelah semua ini. Arinda terlihat tidak bisa fokus walaupun ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga agar bisa mengikuti jalannya rapat.

Bersikap profesional

Rapat itu akhirnya selesai tepat pukul 10 pagi. Arinda bergegas untuk kembali ke ruangannya. Ia sudah tidak tahan jika harus berlama-lama lagi berada di samping Satria.

Semua orang mulai keluar satu persatu dari ruang rapat, dan ketika Arin beranjak hendak pergi Bayu pun memanggilnya dan menghentikannya.

"Arin, tunggu sebentar." panggil Bayu dengan lembut.

"Ada apa ya pak?" jawab Arinda setelah membalikkan tubuhnya menatap ke arah Bayu

"Tolong kamu tunjukkan ya ruangan pak Satria, sekalian kalian bisa saling memperkenalkan diri. Bagaimanapun kalian kan satu team." ujar Bayu tersenyum ramah

Melihat Bayu berbicara dengan Arinda, Satria pun hanya bisa memperhatikan gelagat dari keduanya. Hati Satria sedikit merasa tercubit melihat bagaimana cara Bayu bicara dan menatap Arinda saat itu.

"Sepertinya Bayu menyukai kamu rin." gumam satria dalam hati

Sedangkan Arinda merasa sedikit terkejut dengan perintah bosnya itu. Bagaimana mungkin ia harus bicara dan mengantar laki-laki itu ke ruangannya.

Terjadi pergolakan di dalam hatinya, otaknya terus berpikir jika ia tidak boleh menunjukkan sikap yang tidak baik di depan bosnya. Ia harus bisa bersikap profesional dan anggap saja jika mereka tidak saling mengenal.

Namun hatinya bertentangan dengan semua akal sehatnya, ia merasa benci sekaligus jijik hanya dengan melihat wajahnya. Bagaimana mungkin mereka bisa bekerja bersama.

Arin pun terdiam sesaat setelah memenangkan hatinya agar bisa bersikap profesional. Ia tampak mengambil nafas dalam sebelum mengajak Satria untuk pergi.

"Mari pak, silahkan saya antar ke ruangan bapak." ajak Arin dengan senyum yang di paksakan.

Mendengar Arin berbicara dengannya, Satria sedikit terkejut. Karena ia pikir Arinda tidak akan bisa bersikap seprofesional itu untuk bicara dengannya.

"B.. baiklah." ucap Satria terbata

Satria pun menyusul Arin yang sudah lebih dulu melangkah meninggalkan ruang rapat.

Ruangan mereka terletak di lantai 8, akhirnya Arinda menekan tombol lift. Setelah beberapa saat pintu lift terbuka dan tanpa bicara Arin langsung masuk dan Satria pun mengikutinya.

Walaupun sejak tadi Arinda tidak mengajaknya bicara sama sekali namun ia cukup senang karena setidaknya Arinl tidak menunjukkan kebenciannya di depan orang lain.

Setelah sampai di ruangan yang di tuju, Arinda langsung membukakan pintu tersebut.

"Ini adalah ruangan anda, semoga kita bisa bekerjasama dengan baik. Permisi." ucap Arinda dingin.

"Terimakasih." ucap Satria tersenyum teduh.

"Tunggu, Arin." panggil Satria ketika Arin hendak keluar dari ruangannya.

"Maaf pak, sebaiknya bersikaplah dengan baik dan buat saya nyaman. Karena saya sudah bekerja disini cukup lama, jangan sampai karena anda saya harus meninggalkan perusahaan ini." jawab Arin dengan nada yang tidak enak di dengar.

Satria hanya bisa menghembuskan nafas kasar menghadapi sikap Arinda yang seperti itu. itu adalah hal yang sangat berat bagi Satria karena Arin begitu membencinya.

Ia terus menerus mengumpat pada dirinya sendiri dalam hati untuk semua kesalahan yang pernah ia lakukan di masa lalu. Tapi nasi sudah jadi bubur, ia juga tidak bisa mengembalikan dirinya ke masa lalu sebesar apapun ia menyimpan penyesalan.

Untuk mengusir kegalauannya itu Satria memilih langsung bekerja agar hatinya bisa sedikit teralihkan. Seperti yang selama ini ia lakukan, bekerja membuatnya tidak terlalu larut dengan pikirannya sendiri.

Sementara Arin memilih untuk pergi ke toilet sebelum kembali ke ruangan nya. Ia terlalu sesak saat itu, dan hanya dengan menangis lah ia bisa menumpahkan perasaannya. Ia menangis dalam diam menyumpal kuat mulut nya agar tangis dan isakan tidak keluar dari mulut nya.

Dengan suara tertahan ia berusaha untuk tenang dan menetralisir rasa sakit dan sesak yang kini memenuhi hatinya. Beberapa kali ia mencoba mengatur nafasnya agar ia bisa merasa lebih baik.

Sekitar 20 menit Arin baru bisa menghentikan air mata yang dengan tanpa seizinnya terus menerus mengalir di kedua pipinya.

Flashback,

8 tahun lalu, Arinda dan Satria berpacaran. Satria adalah kakak kelas Arinda di SMA, ketika Satria kelas 12 , Arinda adalah siswi baru di kelas 10.

Selama 1 tahun mereka saling mengenal namun tidak ada sesuatu yang berarti di hubungan mereka.

Saat itu Satria masih memiliki pacar yang masih 1 kelas dengannya. Baru setelah 2 tahun berlalu, Arinda duduk di bangku kelas 12, dan Satria sedang kuliah mereka mulai dekat.

Berawal dari Satria yang mengirimkan chat melalui akun sosial medianya mengomentari sebuah foto yang Arinda posting.

Begitulah mereka mulai bertukar kabar hingga akhirnya bertukar nomor ponsel .

Selama 3 bulan mereka hanya berkomunikasi melalui ponsel.

Tidak pernah bertemu walaupun mereka tinggal di 1 kota, dan jarak rumah mereka tidak sampai 1 jam.

Setelah 3 bulan akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu. Setelah 2 tahun lebih tidak bertemu akhirnya mereka sepakat bertemu di sebuah mall di pusat kota Bogor.

Keduanya sepakat untuk pergi menonton film di bioskop bersama, lalu menghabiskan waktu di cafe beberapa saat.

Dan setelah pertemuan pertama itu, mereka pun semakin dekat dan Satria pun menyatakan perasaannya pada Arinda.

Arinda yang memiliki perasaan yang sama dengan Satria pun akhirnya menerimanya hingga akhirnya mereka menyatakan diri berpacaran.

Tidak banyak orang yang tahu tentang hubungan mereka, karena keduanya tidak terlalu suka dengan mempublikasikan suatu hubungan.

Arinda pun tersadar dari lamunannya tentang masa lalunya itu. Bagaimana mereka saling mengenal dan akhirnya berpacaran.

Cepat-cepat ia membasuh wajahnya dengan air dingin. Untuk mengembalikan kesadaran dan kewarasannya. Ia sudah cukup mengalami kesulitan melupakan masa lalunya.

Ia tidak ingin terjebak lagi dengan masa lalu yang hanya bisa menyakitinya. Ia tidak boleh mengingat-ingat hubungannya lagi dengan Satria yang sudah lama berlalu.

Arinda berusaha berpikir jernih, ia pun meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia harus bisa bersikap profesional.

Satria hanya masa lalu yang sudah ia lupakan, ia tidak boleh lagi ada di hati dan pikiran Arinda saat ini.

Arinda pun merapikan make up-nya kembali agar mata yang sedikit sembab itu bisa tertutupi.

Setelah merasa cukup, ia pun kembali ke ruangannya. Cukup lama ia berada di toilet, dan ketika kembali seseorang pun menyambutnya dengan sebuah cibiran pedas.

"Enak ya, bisa santai. Berasa kantor milik sendiri sih ya." ujar Ike pedas mencibir Arinda yang baru duduk di kursinya.

"Ike, tolong jangan memancing keributan." ujar Andi menengahi.

"Tahu nih ke, bikin suasana panas aja sukanya."timpal Herti.

"Terus aja kalian belain dia. Biar dia jadi terus ngelunjak dan bisa leha-leha dengan pekerjaannya." jawab Ike dengan kesal.

"Her, Andi, please. Ike, maaf saya terlalu lama di toilet karena perut saya memang lagi agak sedikit gak enak." jelas Arinda beralasan.

"Rin kamu sudah minum obat belum? Kalau gak bisa di tahan jangan di paksakan, kamu bisa ijin pulang." saran mbak Herti.

Mereka adalah rekan 1 tim Arinda selama 4 tahun ini. Herti dan Andi baru 2 tahun bekerja di perusahaan tersebut sedangkan Ike dan Arinda hanya selisih beberapa bulan.

Persaingan di antara mereka berdua sejak dulu membuat Ike sangat tidak menyukai Arinda. Karena Arinda bisa terpilih sebagai ketua team mereka sedangkan ia tidak.

Semua orang selalu menyukai kepribadian maupun pekerjaan Arinda. Arinda yang selalu di puji oleh atasan mereka oleh rekan-rekan mereka sejak dulu.

Tapi walau bagaimanapun Arinda tidak pernah menanggapi sikap Ike yang terkadang kurang baik padanya. Arinda sangat tidak suka berdebat ataupun bertengkar dengan rekan kerjanya.

Karena itu ia lebih memilih untuk mengabaikannya apapun yang dilakukan Ike untuk membuatnya kesal. Selagi itu tidak mengganggu dan mengacaukan pekerjaannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!