Terdengar suara deringan jam dinding yang menandakan pukul lima pagi. Seorang wanita, Aran, terbaring dengan kelopak mata tertutup, tampak tenang dan damai. Perlahan, ia membuka matanya yang tajam dengan iris mata hitam pekat, seperti lubang dalam yang tak berujung.
Dengan langkah hati-hati, Aran berjalan menuju kamar mandi, namun tiba-tiba terpeleset. Sebelum menutup matanya, ia mengucapkan kata-kata dalam hati.
"Betapa sial, apakah aku akan mati dengan cara yang begitu memalukan? Bagaimana jika orang-orang tahu seorang bos mafia meninggal karena terpeleset?" pikirnya dengan kesal.
"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok. Hidup ini adalah perjalanan yang penuh kejutan, tanpa ada jaminan apapun," bisik hati Aran, mencoba menenangkan dirinya.
---
Di sisi lain, sebuah wanita terbaring lemah di atas ranjang kayu yang keras, dalam sebuah ruangan sempit yang tampak kumuh. Matanya tertutup, bibirnya kehilangan warna, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tak seorang pun tahu bahwa wanita itu sudah meninggal.
Namun, tiba-tiba kelopak matanya terbuka, menunjukkan tatapan tajam dan dingin.
"Apa yang terjadi? Di mana aku? Aku kan sudah meninggal. Tapi kenapa aku ada di gubuk kecil yang kuno ini?" wanita itu terkejut. Setelah beberapa saat, ingatan tentang tubuh yang ditempati kini mengalir deras, seperti potongan-potongan film yang tak beraturan. Setelah beberapa menit, ia menyadari bahwa ia telah bertransmigrasi ke tubuh yang tidak diinginkannya.
"Jadi aku terjebak di tubuh yang begitu hina ini. Apa ini akibat dosa-dosaku? Apa aku dihukum?" ujar Aran, frustrasi.
"Tapi sudahlah, aku ingin melihat bagaimana wajahku di tubuh baru ini," lanjutnya. Dengan langkah ringan, Aran menuju meja rias yang terbuat dari logam, meskipun kaca itu buram, ia masih bisa melihat bayangan dirinya. Wajahnya tak jauh berbeda dari masa kecilnya, bahkan lebih cantik dan mulus. Ia mengangguk pelan, menyadari alasan di balik cadar yang dikenakan tubuh yang ia tempati.
Setelah itu, Aran pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Yang kita bisa lakukan adalah menjalani hidup tanpa penyesalan," gumamnya.
Setelah mandi, Aran mengenakan pakaian tradisional yang sederhana dan duduk kembali di ranjang, memeriksa nadinya. "Sial, tubuh ini ternyata diracuni. Siapa yang berani meracuni tubuh seorang anak berusia sepuluh tahun? Beruntung tidak ada yang tahu bahwa aku sekarang berada di tubuh seorang anak. Kenapa harus anak sepuluh tahun? Padahal usiaku 25 tahun," keluhnya, kesal dengan nasibnya.
"Ah, gelangku masih ada, kan?" Aran menatap pergelangan tangannya, yang kini dihiasi tato yang menggantikan gelang modernnya. Ia merasa sedikit lega, karena ternyata teknologi ruang angkasa yang digunakannya masih berfungsi.
Aran mengusap tatonya dan mengeluarkan pil untuk menghilangkan racun yang ada di tubuhnya. Beberapa menit berlalu dengan rasa sakit yang luar biasa, dan akhirnya ia memuntahkan darah hitam. Setelah merasa lebih baik, Aran pun tertidur.
Ketika ia membuka mata, ia terkejut melihat hamparan rumput hijau dan kastil megah di sekelilingnya, dikelilingi air terjun yang indah. Pemandangan yang begitu menakjubkan.
"Salam, Tuan," kata seorang lelaki yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
Aran terkejut, hampir membuat jantungnya melompat keluar. Dengan cepat ia mengelus dadanya, mencoba menenangkan diri.
"Siapa kamu? Jangan bikin kaget begini," tanya Aran, suaranya terdengar ketus.
"Saya adalah penjaga Ruang Angkasa ini, sekaligus bawahan Tuan dan hewan kontrak Tuan," jawab Kenzo dengan menundukkan kepala hormat kepada Aran.
"Begitu, baiklah," jawab Aran tanpa tampak terkejut. Ia pernah membaca banyak novel tentang transmigrasi, jadi ia cukup memahami situasi ini, meskipun tetap terasa tidak masuk akal. Namun, karena itu sudah terjadi, ia memutuskan untuk menerima kenyataan.
"Baiklah, sekarang namamu Kenzo," ucap Aran datar tanpa ekspresi.
"Terima kasih, Tuan, atas pemberian nama ini," jawab Kenzo, menundukkan kepala dengan hormat. Ia merasa nama tersebut cocok dengan penampilannya yang tampan.
"Tak perlu terlalu membungkuk. Anggap saja saya teman. Sekarang saya akan keliling tempat ini," kata Aran, lalu berlalu meninggalkan Kenzo.
Kenzo hanya bisa tertegun melihat tingkah laku tuannya yang begitu aneh. Ia terkejut mengetahui bahwa tuannya adalah seorang bocah perempuan, dan kini hanya bisa meratapi nasib yang akan datang.
Sementara itu, Aran mulai menjelajahi Ruang Angkasa ini, mencari tahu lebih banyak. Setelah puas, ia memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan agar bisa lebih memahami dunia yang kini ia tempati.
Setelah satu jam di perpustakaan, Aran keluar dengan pengetahuan baru. Ia telah membaca hampir semua buku yang ada. Kini ia tahu dunia yang ia tinggalkan adalah tempat di mana orang kuat dihormati, dan orang lemah dihina. Pantas saja tubuh yang ia tempati dipandang hina; itu karena tubuh itu lemah dan tak memiliki elemen karena terblokir racun.
"Jika kita lemah, kita akan diinjak-injak. Kita harus kuat, bahkan jika kita lemah, kita harus menunjukkan kelebihan dalam diri kita. Hanya orang yang kuat dan berkuasa yang dihormati, karena mereka memiliki nilai dalam kepentingan orang lain," pikir Aran.
Setelah itu, Aran pergi menuju air terjun yang indah dan menenangkan. Ia duduk di batu dekat air terjun dalam posisi lotus, memejamkan mata untuk menyerap mana. Ia melihat sepuluh warna yang berbeda di dalam kegelapan itu dan berusaha menyerapnya.
Setelah berhasil menyerap semua mana, Aran mengumpulkannya sebanyak-banyaknya. Lima jam berlalu sebelum ia membuka matanya kembali. Ia mandi di air terjun itu untuk menyegarkan diri dan kemudian mencari Kenzo.
"Hey," panggil Aran.
Kenzo menoleh dan terkejut melihat tuannya berdiri di hadapannya. "Tuan, Anda sudah kembali. Sudah mencapai tingkat berapa sekarang?" tanya Kenzo, penasaran.
"Huh, aku baru di tahap Legenda. Aku ingin mencapai tahap lanjut yang tiada batasnya. Ini masih tahap rendah," jawab Aran dengan wajah cemberut, merasa tingkatnya masih terlalu rendah.
Kenzo terbelalak, hampir memuntahkan darah mendengar perkataan tuannya. Baru dalam lima jam saja Aran sudah berada di tahap Legenda, yang bahkan orang jenius pun membutuhkan waktu sekitar 40 tahun untuk mencapainya.
Elemen-elemen yang ada di dunia ini adalah:
Cahaya
Hitam
Api
Air
Bumi
Angin
Petir
Tumbuhan
Penjinak Hewan
Roh
Tahapan Kualifikasi:
Tingkat 1-10
Prajurit 1-10
Jenderal 1-10
Kaisar 1-10
Bumi 1-10
Langit 1-10
Legenda 1-10
Tiada Batas
"Jangan melongo begitu, nanti lalat masuk ke mulutmu baru tahu rasa," ucap Aran sambil berlalu menuju kediamannya.
Kenzo hanya bisa menahan sabar, berusaha membiasakan diri dengan sikap aneh tuannya. Ia tidak ingin mati muda hanya karena kaget.
Setibanya di kediamannya, Aran mengganti kasur batu yang ada dengan kasur lembut yang biasa ia gunakan di zaman modern. Setelah itu, ia berbaring dan terlelap tidur.
Aran hanya perlu meletakkan tangannya di kasur, dan seketika itu kasur keras tersebut berubah menjadi kasur yang empuk. Setelah itu, Aran pun berbaring dan tertidur, merasa lelah setelah aktivitas yang ia lakukan sepanjang hari.
Mungkin karena tubuhnya yang masih kecil, ia merasa tidak bisa melakukan aktivitas berat. Aran pun merebahkan diri dan akhirnya terlelap ke dalam alam mimpinya.
Pagi tiba, dan Aran masih terjebak dalam alam mimpinya. Namun, tidurnya terganggu oleh sinar matahari yang masuk melalui jendela dan suara bising orang-orang yang berusaha membangunkannya.
Aran membuka matanya dan menatap tajam ke arah orang yang berani membangunkannya. Pelayan yang membangunkan Aran tampak ketakutan dan segera bersujud, memohon ampun.
"Ma... maaf, Putri, saya salah," ucap pelayan tersebut dengan ketakutan, merunduk.
"Siapkan air," perintah Aran dengan nada datar dan bangun dari tempat tidur. Pelayan yang menerima perintah segera berlari untuk menyiapkan air mandi.
"Air sudah siap, Putri," ucap salah satu pelayan dengan menundukkan kepala, takut akan tatapan tajam Aran.
"Baik, tak usah takut. Kamu sudah saya anggap sebagai kakak saya. Saya mandi sendiri, siapkan saja pakaian untuk saya," kata Aran, melihat pelayan yang telah melayaninya sejak ia kecil. Pelayan itu terlihat ketakutan.
"Terima kasih, Putri. Baik, saya akan siapkan," jawab Xio dengan senyum bahagia, merasa dihargai karena tuannya menganggapnya seperti kakak. Xio segera pergi untuk menyiapkan pakaian Aran.
Aran pun pergi ke kamar mandi, mengganti semua peralatan mandi dengan peralatan modern yang ia bawa. Setelah mandi, ia berpakaian dan duduk di meja untuk sarapan.
Sementara itu, Xio terkejut melihat peralatan aneh yang ada di kamar mandi Putri.
"Putri, benda-benda aneh apa yang ada di kamar mandi ini?" tanya Xio dengan rasa takut dan heran.
"Oh, itu peralatan mandi. Jangan tanya dari mana saya mendapatkannya. Ayo makan bersama," ajak Aran sambil melanjutkan aktivitasnya.
Xio terkejut lagi dengan makanan aneh yang ada di depan mereka.
"Ini makanan apa, Putri? Saya belum pernah menemukan makanan seperti ini," tanya Xio dengan penasaran.
"Makan saja, jangan banyak bertanya. Dan kamu tidak perlu mengambil makanan dari dapur, karena itu semua beracun dan tak layak makan," jawab Aran dengan nada dingin, marah karena makanan yang diberikan kepadanya ternyata beracun dan tidak layak konsumsi. Bahkan tikus pun lebih baik dalam hal makanan daripada apa yang mereka berikan.
"Ba... baik, Putri," jawab Xio dengan ketakutan, merasa atmosfer yang dikeluarkan Aran semakin menakutkan.
Mereka pun makan dalam diam, sementara Xio makan dengan lahap, seolah takut makanannya akan habis jika tidak segera dimakan.
Setelah selesai makan, Aran mengambil ponselnya, yang ia beli untuk mempermudah dirinya. Di dalam ponsel itu terdapat tutorial tentang cara memasak berbagai jenis makanan modern.
"Ini, ambil. Ini namanya ponsel. Ponsel ini bisa digunakan untuk komunikasi, dan juga untuk belajar cara membuat makanan yang kita makan tadi. Jadi, kamu lihat bagaimana orang itu memasak. Apakah kamu mengerti?" Aran menjelaskan panjang lebar. Sejak berada di sini, Aran terbiasa berbicara lebih dari sepuluh kalimat, karena kebanyakan orang di tempat ini kurang paham, sehingga Aran merasa perlu memberikan penjelasan yang lebih rinci.
"Baik, saya mengerti, Putri. Terima kasih," jawab Xio dengan terharu dan bahagia.
"Jangan tanya tentang alat atau benda aneh yang kamu lihat. Pelajari saja cara penggunaannya, agar kamu bisa memasak," tambah Aran, memberikan instruksi yang jelas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!