Winda adalah seorang istri yang masih terbilang muda. Usianya baru genap 25 tahun. Memiliki seorang suami yang penghasilannya belum menentu sampai akhirnya suami nya bisa mencukupi dirinya dan keluarganya dengan layak dan berlebih.
Surya adalah suami Winda. Usia nya masih sangat muda selisih 3 tahun dari Winda. Umur 28 tahun untuk ukuran laki - laki masih belum stabil.
Amin adalah teman Surya waktu duduk di bangku STM. Bersama Surya,Amin mulai berubah gaya hidup nya.
Galuh adalah teman Winda sekaligus sahabat karib Winda. Bersama Murni, Winda mencurahkan segala masalah dan problematika rumah tangga nya.
Sarwenda adalah orang ketiga yang hadir di tengah-tengah kedamaian rumah tangga antara Surya dan Winda. Sarwenda tentu saja seorang gadis yang sudah mapan berusia 30 tahun. Bersama Surya,usia Sarwenda selisih dua tahun. Jadi lebih tua Sarwenda.
Novel ini mengangkat seorang istri dan ibu bagi anak - anak nya dalam menghadapi segala masalah dalam kehidupan rumah tangga nya.
Mampukah Winda melalui segala permasalahannya? Ikutilah perjalanan cerita novel ini.Semoga bisa menghibur peminat novel di Indonesia.
Pagi itu Winda sedang duduk bersama suaminya yaitu Surya. Dengan secangkir kopi dan ubi goreng, Surya menikmati sarapan pagi itu bersama istrinya. Winda duduk di berhadapan dengan Surya.
Surya mengambil batang rokok dan menyalakannya. Di hisap nya pelan - pelan batang rokok yang sudah menyala itu. Pikirannya melayang jauh, memastikan hari ini dia bisa memperoleh uang untuk besok hari agar dapur bisa ngebul. Hari ini Surya ada kerjaan borongan meng- cat rumah pak lurah desa sebelah.
Dengan bermodal kemauan, Surya melakukan nya dengan senang hati. Demi istri nya yang sedang hamil dan biaya melahirkan untuk lima bulan ke depan. Winda sedang hamil empat bulan,anak pertama mereka.
Di tatapnya Winda yang cantik itu dengan lembut. Surya bersyukur, istri nya tidak banyak menuntut dalam segala hal. Selama menikah, ini adalah tahun ke 3 dalam usia pernikahan mereka. Di tahun ke tiga itu akhirnya Winda hamil dari anak yang selalu di nanti - nanti kan mereka.
Setelah mengalami berbagai masalah ekonomi, tahun inilah Surya benar - benar mengalami titik terendah dalam masalah keuangannya. Surya dulu pernah bekerja di suatu perusahaan, karena suatu hal Surya di PHK dengan alasan pengurangan tenaga kerja di perusahaan itu. Setelah itu, perekonomian mereka mulai tidak menentu.
" Jam berapa ke rumah pak lurah Mas?" tanya Winda dengan lembut.
" Jam 09.00 ini, habisin satu batang rokok ini baru Mas berangkat Winda." kata Surya sambil tersenyum.
" Susu ibu hamil nya jangan lupa di minum Winda!" kata Surya sambil mendekatkan gelas yang sudah berisi susu itu.
" Mas sudah tidak sabar lihat si kecil ini lahir di tengah - tengah kita." kata Surya sambil mendekati istri nya dan mengusap perut yang mulai membuncit itu dengan lembut.
" Adek jangan nakal yah sama Bunda!" kata Surya berbicara dengan si jabang bayi yang masih di dalam perut itu. Sesekali Surya mencium perut itu.
Winda tersenyum dan membelai rambut suaminya itu dengan kasih sayang.
" Mas berangkat Winda!" kata Surya sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
" Iya Mas, hati - hati dalam bekerja ya Mas." kata Winda sambil tersenyum.
Surya berangkat dengan motor metic nya. Motor itulah satu - satu nya barang berharga yang tersisa setelah ia di PHK. Kelebihan Surya, dia selalu bertanggungjawab terhadap istrinya. Dengan kasih sayang nya terhadap istri nya, ia rela melakukan pekerjaan walaupun sebagai kuli.
Inilah hidup. Roda kehidupan selalu berputar. Seseorang tidak selamanya berada di atas. Sesekali pula, seseorang itu akan mengalami titik terendah.
Hanyalah Tuhan yang Maha Tahu. Segala ujian hidup dalam masing-masing orang. Semua harus kita syukuri agar kita tidak terpuruk dalam situasi tersulit apa pun.
JANGAN LUPA DUKUNGAN KALIAN UNTUK MELANJUTKAN CERITA NOVEL INI, DENGAN LIKE DAN KOMENTAR.
SERTAKAN KRITIK DAN SARAN YANG MEMBANGUN YA. TERIMAKASIH UNTUK SEMUA.
Pagi jam 09.00 Surya mulai berangkat ke rumah pak lurah. Ada borongan mengecat rumah baru yang selesai di bangun. Rumah yang cukup besar dan mewah di banding rumah Surya yang bertipe rumah sangat sangat sederhana. Dengan penuh semangat,Surya mengerjakan pekerjaan nya. Sampai sore tiba, Surya mulai berkemas untuk pulang.
Surya pulang dan kembali ke rumahnya. Di perumahan, Surya berjumpa dengan Amin,kawan dekatnya.
" Surya!" panggil Amin yang sedang nongkrong di warung kopi bu Ijem.
Surya menoleh ke arah suara yang memanggil nya dan mendekati Amin di warung itu.
" Ada apa Min!" tanya Surya sambil duduk di samping Amin.
" Bu! Kasih kopi anak muda ini Bu!" kata Amin pada Bu Ijem.
" Kamu dari mana Surya?" tanya Amin.
" Dari pak lurah ada borongan ngecat rumahnya yang baru." jawab Surya sambil menyalakan rokok nya.
" Aku ada kerjaan untukmu. Tetapi ini kalau kamu mau." kata Amin.
" Aku harus mau Min. Untuk kebutuhan sehari-hari dan membahagiakan istriku,aku rela kerja apa saja Min." kata Surya.
" Lagi pula, aku juga perlu dana banyak untuk persiapan biaya melahirkan istriku dan perlengkapan anak bayiku nanti." sambung Surya.
" Oke! Aku paham kondisimu." sahut Amin.
" Kelihatannya kamu sudah sukses. Baju bermerek, celana bermerek dan ini jam mahal yang kamu pakai." kata Surya sambil meneliti penampilan Amin sekarang.
" Kamu kalau mau kerja seperti aku, hidupmu akan terjamin. Itu kalau kamu mau." kata Amin.
" Aku mau Min!" sahut Surya.
" Kalau kamu mau, besok malam aku jemput kamu ke rumah ya!" kata Amin sambil tersenyum.
" Siap!" kata Surya dengan lantang.
" Ini di minum dulu kopi mu. Kamu kelihatan susah sekali hidupmu. Seperti aku ini lah, sudah santai dengan penghasilanku. Sebentar lagi aku beli mobil baru." kata Amin dengan bangganya.
" Aku ikut senang Min." kata Surya sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
" Bagaimana kabar istrimu?" tanya Amin.
" Kalau kamu masih susah, anak bayimu nanti biar di adopsi bos ku. Dia lama tidak punya keturunan dan ingin mengadopsi anak. Tentunya yang masih bayi." cerita Amin.
" Kalau itu aku tidak bisa Min. Bagaimana pun caranya anakku ya anakku. Aku rela bekerja apa saja asal anak dan istriku bahagia bisa menikmati hidup."
" Iya! Aku salut dengan mu. Tapi kenapa kamu tidak kembali ke keluarga mu? Coba kamu kembali ke keluarga mu yang kaya harta melimpah dan tidak dalam kekurangan apa pun itu. Kamu pasti tidak mengalami kesukaran seperti ini." kata Amin.
" Ya sudahlah! Semua sudah jalanku. Ini sudah jadi pilihanku." kata Surya.
" Bulan depan adikmu akan menikah Lo Surya!" kata Amin.
" Oh ya? Aku malah tidak tahu kabar berita nya." kata Surya terkejut.
" Ini kesempatan bagus untuk kamu kembali ke keluarga mu dulu."
" Ah Amin. Kamu kan tahu aku seperti apa. Aku tidak akan pulang sebelum mereka menerima istri ku sebagai mantunya." kata Surya.
" Aku lebih baik ikut kerja di tempat kamu saja. Seperti nya lebih menjanjikan." sambung Surya sambil tersenyum melihat penampilan Amin sekarang yang super kece habis.
" Baiklah! Besok malam aku akan merubah hidupku menjadi lebih baik lagi." kata Amin sambil tertawa.
" Kamu masih sering ketemu papa dan mamaku?" tanya Surya.
" Tentu saja! Semua sehat dan tidak kurang suatu apapun." jawab Amin.
" Syukurlah kalau demikian."
" Mama mu yang selalu bertanya tentang keadaanmu."
" Aku selalu baik - baik saja dan bahagia bersama istri tercintaku." kata Surya akhirnya.
Malam hari tiba. Setelah menunaikan ibadah sholat magrib berjamaah Surya dan Winda duduk di meja makan. Dengan menu sederhana, mereka menyantap makanan yang ada di meja.
"Winda! Malam ini Mas ada kencan dengan Amin. Amin menjanjikan kerja bagus untukku. Doakan saja, suamimu ini mendapatkan kerja yang berpenghasilan tinggi." cerita Surya sambil tersenyum.
" Alhamdulillah! Winda selalu mendoakan yang terbaik untuk Mas." kata Winda sambil tersenyum.
" Alhamdulillah!" sahut Surya sambil mengusap perut istrinya pelan dan menciumnya.
Tok
Tok
Tok
Suara pintu rumah mereka di ketuk.
" Itu pasti Amin!" kata Surya sambil bangkit dari tempat duduknya dan berjalan membuka pintu rumahnya.
" Amin! Duduklah dulu, aku ganti baju sebentar." kata Surya sambil melangkah menuju ke kamarnya.
" Masuk dulu bang Amin!" kata Winda.
" Terimakasih banyak Win! Bagaimana keadaan mu?" tanya Amin.
" Alhamdulillah sehat! Seperti yang Abang lihat." jawab Winda.
"Dahulu kalau kamu memilihku pasti, hidupmu tidak se sengsara ini." ucap Amin sambil melihat penampilan Winda dari ujung kepala sampai ujung kaki. Di sana tidak terlihat perhiasan yang menempel di tubuhnya, seperti cincin,kalung ataupun gelang.
Winda hanya diam, dan merasa tidak nyaman dengan ucapan dan sikap Amin terhadap dirinya.
Tidak berapa lama, Surya keluar dari kamarnya dengan penampilan super keren. Baju bermerek yang dulu ia miliki kini di kenakan lagi.
" Winda! Mas keluar dulu ya sayang! Baik - baik dirumah, jangan lupa kunci saja pintu rumahnya." kata Surya sambil mencium dahi istrinya dan memberi kan tangannya untuk bersalaman.
" Iya Mas! Hati - hati di jalan!" ucap Winda sambil melepas kepergian suaminya sampai di depan pintu rumah.
" Aku pinjam suamimu dulu Win!" kata Amin sambil tersenyum.
" Iya bang! Titip Bang Surya!" ucap Winda sambil menutup kembali pintu rumahnya dan menguncinya sesuai pesan suaminya.
Amin mengendarai mobil itu dengan pelan. Di sampingnya, Surya memperhatikan gaya Amin dan mobil yang dipakai nya.
" Ini mobil barumu Min?" tanya Surya.
" Bukan! Ini mobil pinjaman bos ku!" jawab Amin.
" Oh! Kirain." sahut Surya manggut - manggut.
" Kira - kira dengan penampilan ku seperti ini,bakal di terima tidak Min?" tanya Surya mulai tidak percaya diri.
" Pasti di terima dong! Kamu keren, body mu atletis dan berotot." jawab Amin sambil melihat Surya.
" Pekerjaan apa sih yang kamu berikan ke aku?" tanya Surya.
" Pekerjaan yang mudah, tidak repot dan bikin happy. Lagi pula duitnya banyak." kata Amin sambil tersenyum.
" Oh ya? Aku jadi penasaran. Kita kemana ini Min?" tanya Surya.
" Kita ke kafe! Janjian dengan beberapa bos di sana." jawab Amin.
" Oh?" Surya manggut - manggut.
Setelah beberapa lama kemudian, mobil yang di kendarai Amin masuk di kafetaria remang - remang. Setelah memarkirkan mobilnya, Amin keluar dari mobil itu diikuti Surya di belakang nya.
" Itu mereka!" tunjuk Amin ke arah sudut ruangan di tempat duduk sofa yang melingkar. Di kursi sofa itu,sudah duduk tiga wanita cantik yang berpenampilan seksi dan kelihatan glamornya dengan perhiasan yang menyilaukan mata.
" Kamu tidak salah orang bukan Min?" tanya Surya mulai merinding berada di tempat itu.
" Tidak! Ayolah! Kita gabung dengan mereka dulu." jawab Amin sambil menarik lengan Surya hingga ke sofa.
" Halo! Mischa,Olive,Sinta." sapa Amin sambil menjabat tangan mereka sambil cipika cipiki.
" Ini Surya yang aku ceritakan ke kalian." cerita Amin.
" Oh oke! Duduklah Surya! Jangan takut! Kami tidak akan menggigit mu kok." kata Mischa.
" Hahahaha." olive dan Sinta tertawa nakal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!