NovelToon NovelToon

SAVE YALISA

Bab I (Kelas Neraka)

⚠️Biasakan suka dan komen, karena itu adalah bentuk dukungan pada author⚠️

Hari ini sama seperti hari sebelumnya, bersiap-siap untuk ke sekolah, namun perasaan Yalisa selalu tidak tenang setiap kali ia akan pergi ke sekolah, karena seperti biasa teman-teman sekelasnya akan mengejek dia lagi.

“Yalisa, kenapa kamu masih tiduran nak? Emang enggak ke sekolah?”ucap bu Alisyah ibunya Yalisa.

“Bentar bu,” sahut Yalisa.

“Bentar gimana sih? Ini sudah jam 7, nanti kamu telat 7.30 sudah bel ini anak mau sekolah apa enggak sih?”

Yalisa bangun dari tempat tidurnya dan bergegas mandi, ibunya juga kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi Yalisa. Setelah selesai mandi Yalisa memakai seragamnya dengan terburu-buru.

“Bu, Lisa berangkat dulu ya.” Yalisa pada bu Alisyah.

“Nah kan! Main berangkat saja, makan dulu nanti sakit nak!” ucap bu Alisyah.

“Udah telat bu.” sahut Yalisa.

“Bukan cuma telat, tapi telat bangat kenapa sih kamu selalu saja begitu?” ucap bu Alisyah.

“Udah ah bu, Lisa ngak ada waktu buat debat, Lisa berangkat ya bu.” tutur Yalisa seraya berlalu dari rumahnya.

“Anak ini kenapa sih? Hampir tiap hari begitu, apa ada masalah ya di sekolah? Tapi kalau ada kan pasti gurunya lapor ke saya” bu Alisyah terus merasa penasaran.

Sesampainya di sekolah, benar saja Yalisa terlambat, dia melihat dari gerbang sekolah, semua siswa/i telah berbaris mengikuti apel pagi.

“Telat lagi?” tanya pak Rido satpam di sekolah Yalisa.

“Iya pak.” ucap Yalisa dengan wajah masam.

“Kamu enggak bisa masuk, lagi pula kamu anak cewek kenapa terus-terusan terlambat? Minggu ini udah berapa kali?” ucap pak Rido.

“Berkali-kali pak,” Sabut Yalisa.

“Jangan begitu terus, nanti kamu panggilan orang tua lo?” ucap pak Rido.

“Saya sebenarnya malas buat masuk sekolah pak,” Ucap Yalisa.

“Karena teman-teman mu ngebully kamu terus ya?” Tanya pak Rido.

“Iya pak,” Yalisa menganggukkan kepalanya.

“Aku bosan seperti ini terus, rasanya enggak nyaman,” jawab lanjut Yalisa.

“Emang kamu enggak melapor ke guru?” ucap pak Rido.

“Mereka bahkan ikut tertawa, guru sampah!” hardik Yalisa.

“Ummmm, kamu kalau enggak tahan pindah sekolah saja,” ucap pak Rido.

"Enggak bisa pak, orang tua ku enggak punya uang,” sahut Yalisa.

“Ya sudahlah, kamu sabar saja, lagian kamu kan bentar lagi disini,” ucap pak Rido.

“Iya, bentar nya benar-benar bikin aku makan hati,” sahut Yalisa.

Di tengah percakapan mereka ternyata apel pagi telah usai. Siswa/i yang terlambat di persilahkan masuk. Pak guru yang bernama Roni memegang rol panjang di tangan kanannya.

“Kamu!” sambil menunjuk Yalisa dengan rol panjang. “kenapa selalu terlambat!” Hardik pak Roni

"Maaf pak, saya telat bangun,” ucap Yalisa dengan menundukkan kepalanya.

“Setiap hari?” tanya pak Roni.

“Iya pak, maaf,” jawab Yalisa.

“Mau jadi apa kamu kalau begitu terus? Kamu mau bapak panggil orang tua mu?” ucap pak Roni dengan mata melotot.

“Jangan pak, besok enggak akan terlambat lagi,” sahut Yalisa.

“Ya sudahlah bapak bosan lihat wajah kamu, sana kamu kembali ke kelas, tapi ingat Yalisa! telat sekali lagi, kamu panggilan orang tua” ucap pak Roni dengan nada mengancam.

“Siap pak,” sahut Yalisa.

Setelah di izinkan masuk kelas, Yalisa pun berjalan menuju kelas XII 1 jurusan Seni, saat ia masuk ke dalam kelas teman-temannya menyambut dengan tatapan sinis kepadanya.

“Telat lagi?!”

Tanya Riski dengan suara lantang, Yalisa tak menggubris perkataan Riski, dia terus berjalan menuju tempat duduknya yang terletak paling belakang barisan meja pertama dari pintu masuk ruangan kelas.

“Paling dia enggak tahan karena semua orang ngebully dia disini!”

Jawab Marco, Semua teman sekelasnya mulai tertawa kecuali Mei.

“kamu kok telat mulu sih?” tanya Mei pada Yalisa.

“Aku malas masuk sekolah,” jawab Yalisa.

Riski yang selalu menjahili Yalisa datang ke meja Yalisa.

“Eh t*i, kalau kamu malas sekolah berhenti saja! Atau kalau enggak, kamu pindah sekolah bab*," ucap Riski.

“Mana mampu orang tuanya memindahkan dia sekolah, ibu nya saja cuma tukang karet, tua kurus, kalau jalan saja ngos-ngosan hitam dekil, pengen aku ludahin woi Yalisa emak kamu saking jijiknya, mending kalau naik angkot, ini jalan kaki mungkin ada 6 km kali jauhnya, ampun lihat orang miskin seperti kamu!” ucap Zuco dengan lancang.

Tak tahan orang tuanya ikut di hina, Yalisa berdiri dan memelototi Zuco. Riski yang melihat Yalisa ingin melawan langsung memukul kepalanya dengan keras.

“Sadar kamu ya, t*i kayak kamu enggak boleh ngomong anjin*, manusia jelek, pendek hidup lagi, kenapa kamu enggak mati saja sih! Lihat muka kamu bawaannya tuh jadi emosi,” hardik Riski.

“Salah aku apa sebenarnya? Setiap hari kalian membully aku, menghina ku dan juga orang tua ku, aku kan enggak minta makan sama kalian, heh kamu Zuco! Biar pun orang tua ku cuma petani, tapi dia itu sangat berharga buat aku, dan kamu ngak boleh menghina orang tua ku! kamu sendiri udah gimana? Ayah dan ibu mu telah bercerai, sampai-sampai kamu di titip kan ke tante mu!” ucap Yalisa.

Zuco yang mendengar perkataan Yalisa merasa tersinggung, tanpa fikir panjang Zuco langsung melempar Yalisa dengan botol air minum. Riski tertawa melihat Yalisa yang melawan pada Zuco.

“e e ehh..., dia mulai melawan Zuco,” ucap Riski.

“Iya Zuco, keluarga kamu di hina seperti itu, apa lagi soal orang tua Co, memang enggak punya otak ya dia!”

Yovi mencoba memanas-manasi Zuco, dan beberapa orang lainnya juga menertawakan Zuco, tak terima dengan perkataan Yalisa Zuco menghampiri Yalisa dengan langkah yang sangat cepat.

“Heh ******* bisa-bisanya ya kamu menghina keluarga ku! Mau aku tonjok lagi kayak kemarin?!” ucap Zuco dengan mengancam Yalisa.

“Itu kan memang kenyataan! Kamu sendiri yang bilang ke aku dulu, lagian emang kamu siapa sih! Dari dulu enggak pernah berubah, harusnya kamu jadi anak yang baik jangan selalu ngebully orang lain!”

Zuco menunjuk Wajah Yalisa dengan mata melotot.

“Asal kamu tau ya! Kamu enggak berhak buat ngomong apa pun, walau pun aku menghina kan kamu! Meremehkan orang tua mu, kamu tetap enggak berhak buat membalas!”

Zuco bicara dengan keras pada Yalisa, Yalisa yang sudah tidak tahan, terus saja menjawab perkataan Zuco.

“Kenapa enggak? Ngomong sama presiden saja bisa, kok ke kamu enggak? Kamu menghina orang tua ku, masa aku ngak bisa lakuin hal yang sama, seburuk-buruk orang tua ku di mata kamu, lebih buruk kan dirimu sendiri, dia itu orang tua, kamu juga punya orang tua, cuma karena aku miskin makanya kalian begini, dengar ya, kamu itu masih anak Smk, enggak usah belagu, kesini saja masih naik angkot bukan kendaraan sendiri udah gitu ongkos masih di kasih tante kamu lagi, bukan orang tua mu,”

Semua orang yang ada di kelas mulai berkumpul mengerumuni Yalisa dan Zuco.

“Wah wah wah, Gawat ini Co, parah nih!” Riski duduk di atas meja dan menggoyang-goyang kakinya.

“Iya Ki, lama-lama ngelunjak nih anak,” Sahut Zuco

“Udah lah kalian ngapain sih bertengkar, jam pelajaran sudah mau mulai, lagian kamu duluan Ki, Zuco, tapi malah panas sendiri,” ucap Mei mencoba mendamaikan mereka.

“Diam kamu Mei, mau belain si bab* ngepet ini?” sahut Zuco.

“Belain atau enggak itu terserah aku, lagian kalian buat ribut saja tiap hari, pusing tau! bubar-bubar,” ucap Mei.

Saat Yalisa akan duduk ke kursinya, tiba-tiba Zuco menarik rambut Yalisa.

“Apa lagi sih! udah deh, cape tahu bertengkar sama kamu.” ucap Yalisa seraya memegang tangan Zuco yang sedang menjambak rambutnya.

“Minta maaf enggak kamu!” Hardik Zuco.

“Buat apa? Lagian kan kamu duluan!” ucap Yalisa.

“Minta maaf enggak sekarang, kalau ngak mau, aku enggak akan lepasin rambut kamu yang bau asem ini!” titah Zuco.

“Heh, jangan kayak banci deh, aku enggak mau minta maaf, kalau kamu enggak minta maaf duluan” hardik Yalisa balik kepada Zuco.

“Enggak tau malu ya!” ucap Zuco seraya memberi tamparan ke pipi kiri dan kanan Yalisa.

“Ayo Zuco lagi, tonjok tuh mulutnya, biar enggak bisa melawan lagi!” ucap Riski.

“Lepasin!” pinta Yalisa dengan menjerit kesakitan, kemudian Mei mencoba melepaskan tangan Zuco dari rambut Yalisa.

Bersambung....

HAI READERS YANG MANIS JANGAN LUPA UNTUK DUKUNG AUTHOR DENGAN KASIH LIKE, KOMEN, VOTE SERTA TEKAN FAVORIT TERIMAKASIH BANYAK ❤️

Instagram : @Saya_muchu

Bab II (Rencana Jahat)

“Zuco, jangan gini kenapa? Banci bangat sih!Mentang-mentang keluarga kamu ada guru disini jadi seenaknya kamu, lepasin tangan kamu dari Lisa,” Bentak Mei

“Lepasin!”

Yalisa terus meminta agar Zuco melepaskan tangannya.

“ Plak!!”

Zuco memukul keras bibir Yalisa sampai berdarah, dan melepaskan rambut Yalisa.

“Melawan lagi awas kamu ya! Ingat kamu enggak berhak buat melawan, manusia miskin, manusia sampah, bau busuk! Bapak kamu juga petani busuk yang sudah mati! Dasar anak yatim sialan!”

Ucap Zuco dengan wajah yang penuh emosi, kemudian melepaskan rambut Yalisa.

“Nanti kamu masih dapat bagian dari aku, di tunggu ya,”

Ucap Riski sambil menjitak kepala Yalisa, Yalisa meneteskan air matanya dan duduk kembali ke bangkunya, teman-teman di kelasnya pun kembali duduk ke bangku masing-masing setelah tontonan sedap tadi.

Perlakuan kejam itu sudah Yalisa dapatkan sejak semester pertama masuk ke sekolah, tiada yang perduli kecuali seorang Mei.

“Minum,”

Mei menyodorkan Yalisa sebotol air mineral kemasan botol.

“Makasih ya, Mei,”

Mata Yalisa tak berhenti bergerak, dia juga menghembuskan nafas berat, mencoba menahan air matanya. Perasaan malu marah bercampur dalam hatinya. Dan tak lama guru pun masuk ke dalam kelas.

“Pagi anak-anak,”

Namanya Pak Ari, guru Seni jurusan mereka.

“kamu kok berantakan bangat Lisa? Ngak sisiran ya tadi?” Ucap pak Ari

“Maaf pak,”

Lalu Mei mengadukan perbuatan Zuco pada Pak Ari.

“Itu gara-gara Zuco pak, dia jambak rambut Lisa, dan juga memukul wajah dan bibir Yalisa,”

“Oh ya? Kamu Yalisa tiap hari bertengkar terus, semua orang kamu lawan, kamu itu perempuan lo lawannya kok laki-laki, suka bangat kamu bertengkar ya! Lihat kondisi kamu, lusuh bangat mirip orang gila,” Ucap pak Ari

“ Tapi pak, mereka yang salah,” Sahut Yalisa

“Cukup Lisa, kalau semua kamu musuhi, semua kamu lawan, berarti kamu yang enggak beres! Kita lanjut belajar, kamu kalau mau ikut belajar silahkan, kalau enggak keluar sana,”

Yalisa kembali merasa tertekan, lalu ia merapikan rambutnya dan mengikuti pelajaran sampai selesai.

Setelah selesai jam pelajaran pak Ari Mei mengajak Yalisa ke kantin

“Ayo ke kantin,” ucap Mei.

“Ngak ah, malas,” sahut Yalisa.

Yalisa menggelengkan kepalanya, tapi Mei menarik tangan Yalisa

“Ayo, jangan banyak alasan, kamu belum makan kan? Kamu itu butuh energi untuk melawan para hama itu,”

Yalisa terus menggelengkan kepalanya

“Tenang, aku yang traktir,”

Karena bujukan dari Mei, akhirnya Yalisa mau pergi ke kantin, sesampainya di kantin Yalisa dan Mei memesan nasi goreng, setelah pesanan mereka jadi, mereka berdua mengambil tempat duduk di salah satu meja yang ada dalam di kantin. Saat nikmat-nikmatnya mereka makan, Riski dan gengnya datang ke kantin

“Ada babi tuh,”

Sambil menunjuk Yalisa, Marco dan Zuco pun senyum sinis mereka mulai berjalan mendekati meja Yalisa.

“Enak ya?”

Riski bertanya pada Yalisa, tapi Yalisa tak merespon perkataan Riski dan tetap melanjut kan makannya. Tiba-tiba Zuco meletakkan jari telunjuknya ke dalam nasi goreng Yalisa.

“Baru makan nasi goreng sudah sombong,” Ucap Zuco.

Mei yang merasa risih langsung memukul tangan Zuco.

“Makin kesini makin ngak beretika ya?”

Mei berkata sambil mengunyah nasi gorengnya.

“Mei, alasan aku enggak mengusik kamu, karena kamu anak orang kaya, kalau saja derajat kamu sama dengan si babi, pasti kamu bakalan habis juga!” Ucap Zuco.

Mei menghentikan suapan nasi gorengnya dan menatap Zuco.

“Kalau begitu, apa kita berdua ini sederajat? Kalau harga diri seseorang di tentukan berdasarkan kasta, berarti aku boleh dong buat bully kamu!” Ucap Mei.

Seketika Zuco kehabisan kata-kata, dan Mei melanjutkan perkataannya lagi.

“Tapi sorry bos, aku itu di ajarkan etika dan sopan santun oleh orang tua ku, jadi selain aku kaya, aku juga berkelas dan berbobot, kita enggak sama,” Ucap Mei

Karena Zuco tidak dapat menjawab perkataan Mei, Marco mencoba membela Zuco.

“Walau pun kamu kaya, aku enggak perduli, jangan terlalu ikut campur dengan urusan kami,” Ucap Marco.

“Aduh udah dong, kalian jangan bertengkar gara-gara aku,” Yalisa mencoba melerai.

“Ya sudah, kami sudah selesai, silahkan kalian makan dengan tenang, kami enggak akan mengganggu,”

Ucap Mei sambil mengajak Mei untuk segera pergi dari kantin Riski menatap tajam kepada Yalisa dan Mei, dan ingin merencanakan sesuatu.

“Kayaknya kita harus kasih pelajaran sama Mei, biar kosa katanya enggak semakin berkembang,” Ucap Riski.

Marco dan Zuco pun menganggukkan kepala tanda setuju.

“Aduh Lis, aku kan belum selesai makan,” Ucap Mei

“Sudahlah, Malas bangat ribut sama mereka, kalau di ladenin nanti enggak akan kelar-kelar.” Yalisa memberikan pengertian pada Mei.

“Kamu benar juga sih, eh nanti pulang sekolah main ke Kafe yang baru buka itu yuk!”

“Ya... kamu kan tau kalau aku enggak punya uang,” ucap Yalisa.

“Tenang nanti aku traktir, asal kamu mau ikut,” sahut Mei.

“Kamu makin hari makin boros Mei,” sahut Yalisa.

Mereka berdua pun pergi menuju kelas, tapi tiba-tiba Mei merasa ingin buang air kecil.

“Toilet dulu yuk,” Ucap Mei.

“Ayo buruan, bentar lagi masuk pelajaran matematika,” Sahut Yalisa.

Yalisa dan Mei lari-lari kecil ke toilet, sesampainya mereka ke Toilet, Mei dan Yalisa masuk ke dalam salah satu kamar toilet, tanpa mereka sadari dari luar ada yang mengunci pintu toilet mereka berdua, setelah Yalisa selesai buang hajat, dia mencoba membuka pintu toilet, tapi tidak bisa.

“Mei, kamu iseng bangat sih,kunci pintu toilet ku segala,” Ucap Mei dengan suara keras.

“Apa sih, aku masih di dalam toilet juga bodoh,”

sahut Mei.

“Terus siapa dong yang kunci dari luar,” Ucap Yalisa.

“Setan kali, tenang aku bakalan bukain” Sahut Mei.

Disaat Mei ingin keluar, dia kaget karena pintu toiletnya juga tidak bisa di buka.

“Gawat Lis, aku juga di kunci nih,” ucap Mei.

Mereka berdua mulai merasa panik, karena jam pelajaran akan segera di mulai, dan tiba-tiba bel berbunyi.

“Apes.. apes... ada yang ngerjain kita nih Lis,” Ucap Mei.

“Iya nih, woi ada orang di luar enggak? Tolongin kita dong buat buka pintu.” teriak Yalisa sambil terus mencoba mendorong pintu toilet sebisanya.

“Lis, gawat nih kalau kita sampai enggak masuk mata pelajaran bu Amel, bisa di hukum berat kita,” Ucap Mei.

“Iya Mei, aduh gimana ya? Bu Amel kan guru killer, cari masalah kita kalau enggak masuk pelajaran dia,” Sahut Yalisa.

Mei dan Yalisa terus mencoba membuka pintu sambil meminta tolong, hingga bel berbunyi.

“Tet... Tet... Tet... ”

Jam pelajaran matematika pun telah usai

Yalisa menghela nafas.

“Huff..... Habis deh kita kali ini.”

Ucap Yalisa dengan perasaan lemas. Dan tiba-tiba dari luar kamar toilet terdengar ada langkah kaki mendekat.

“Halo... Siapa di luar, tolong dong bukain pintunya, kita terkunci di dalam!”

Pinta Yalisa, Mei juga ikut meminta tolong.

“Iya siapa saja tolong, kita udah lama nih disini!” Teriak Mei.

Dan langkah kaki itu pun mendekat ke depan pintu toilet Yalisa.

“cetekk...”

Akhir pintu toilet Yalisa terbuka saat Yalisa keluar, dia melihat yang membuka pintu adalah teman satu angkatannya tapi berbeda jurusan dengannya. Namanya Leo, berkulit putih bersih tampan hidung mancung rambut lurus dan tinggi 180 cm, yang membuat Yalisa yang tinggi 150 cm berdiri di sampingnya seperti kurcaci.

“Terima kasih banyak ya Leo, nama kamu Leo kan?” Yalisa berkata dengan tersenyum.

“Iya, kalian berdua betah ya di dalam sini?” Ucap Leo

Bersambung...

HAI READERS YANG MANIS JANGAN LUPA UNTUK SELALU DUKUNG AUTHOR DENGAN KASIH LIKE, KOMEN, VOTE HADIAH SERTA TEKAN FAVORIT TERIMAKASIH BANYAK ❤️

Instagram : @Saya_muchu

Bab III (Hukuman)

Yalisa tersenyum malu, dan cepat-cepat membuka pintu toilet Mei.

“Awas ya kalau ketahuan siapa yang kunci kita di toilet.” Seketika Mei menghentikan pembicaraannya karena dia melihat Leo ada di hadapannya.

“Jadi kamu yang nolongin kita?” ucap Mei, Leo pun menganggukkan kepalanya.

“Aduh terima kasih banyak ya Leo, ngak tau deh kalau ngak ada kamu.” Mei memegang tangan Leo.

“Iya sama-sama, lain kali kalau masuk toilet jangan bersamaan biar ngak di isengi lagi,”

Ucap Leo memberikan saran pada mereka berdua Yalisa dan Mei mengangguk dengan rasa bersyukur dalam hati karena sudah di tolong.

Kemudian Mei dan Yalisa mohon pamit pada Leo untuk kembali ke kelas, sesampainya mereka berdua ke kelas Riski dan gengnya tertawa terbahak-bahak, begitu juga dengan Yovi, Mei berbisik pada Yalisa.

“Pasti yang ngerjain kita dua setan itu, cocok bangat ya mereka, cowok dan cewek sama saja, sama-sama enggak ada etika.” ucap Mei dengan kesal, lalu Yalisa mengelus punggung Mei.

“Sudahlah, kita mau bela diri juga percuma, ngak ada bukti, nanti kalau kita koar-koar malah nambah masalah,” Ucap Yalisa.

Mei merasa sangat emosi atas perbuatan Riski dan teman-temannya.

“Mantap bangat Yov, makasih ya udah bantuin kita tadi kunciin mereka di toilet perempuan,” ucap Riski.

“Enggak masalah Ki.” Sahut Yovi dengan tertawa kecil.

Saat Yalisa dan Mei mengambil tas untuk pulang, tiba-tiba bu Amel masuk ke kelas mereka

“Yalisa dan Mei sudah ada orangnya?”

Tanya bu Amel yang tiba-tiba berdiri di pintu masuk kelas, sontak Mei dan Yalisa mengangkat tangannya dengan perasaan takut.

“Kemana saja kalian selama jam pelajaran saya? Kalian berdua enggak suka sama pelajaran saya? Berani ya kalian berdua bolos, kamu juga Mei, ngapain ikut-ikut Yalisa buat bolos, jangan sampai ibu panggil orang tua kamu ya!” ucap bu Amel.

“Maaf bu, kita sebenarnya enggak berniat buat bolos, tapi ada orang yang kunci kita di toilet.” Mei mencoba memberikan penjelasan pada bu Amel.

“Halah alasan saja, tadi Yovi lihat kalian berdua di belakang kelas jurusan TAV, ketemuan sama cowok, sudah mulai gatal ya kalian berdua, pada hal ibu tau kamu Mei, kamu anaknya baik, lain hal kalau Yalisa itu bisa jadi, lihat saja perawakannya, kumuh dan liar.” ucap bu Amel, Yalisa menundukkan kepala menahan rasa malu.

“Maaf ya bu, kita berdua enggak ada ketemu sama cowok, tadi kita benar-benar ada yang ngerjain, kunci kita berdua di toilet, untung ada Leo, dari Jurusan TKJ, dia yang bantuin kita buat keluar, ibu tanya saja kalau ngak percaya,” Ucap Mei.

“Halah..., ngaku saja, kalian berdua nakal bangat sih.” ucap Zuco mencoba memanasi keadaan.

Yalisa mengambil nafas panjang dan meminta maaf pada bu Amel.

“Maaf bu, seperti yang Mei bilang, kita terkunci di toilet, dan kita enggak tau siapa pelakunya, mohon maaf juga karena sudah bolos di jam pelajaran ibu, saya harap ibu mau memaafkan kita berdua,” Ucap Mei.

“Baik kali ini ibu maafkan, sebagai hukumannya kalian berdua bersihkan ruang praktek komputer, sampai mengkilat.” Titah bu Amel pada mereka.

Mengetahui Yalisa dan Mei di hukum Riski tertawa dan tos bersama Yovi, Mei dan Yalisa mengambil tas mereka masing-masing menuju ruang praktek komputer.

“Maaf ya Mei, gara-gara aku, kamu jadi ikut di kerjain sama mereka.” Yalisa memegang tangan Mei karena merasa bersalah.

“Enggak apa-apa Lis, ini bukan salah kamu, mereka saja yang jahat,” Sahut Mei.

“Lain kali kamu ngak usah bela-bela aku ya, kasihan kamu, gara-gara aku kamu jadi begini,” ucap Yalisa.

“Udahlah Yalisa, enggak apa-apa, kedepannya kita harus lebih kuat menghadapi hama-hama itu.” Yalisa tersenyum dan tak terasa merek tiba di ruang praktek komputer.

“Mulai dari mana nih?” tanya Mei pada Yalisa.

“Kamu dari depan saja, aku dari belakang, eh ngak deh, aku nyapu dulu kamu siapkan pelan saja,” Titah Yalisa.

“Oke, aku otw ambil air ya ke depan.” ucap Mei seraya mengambil ember yang ada di gudang penyimpanan bersih-bersih ruang praktek.

Saat Yalisa sedang sibuk menyapu, dia mendengar ada yang batuk-batuk, dia mencari sumber suara batuk itu, hingga Yalisa melihat anak laki-laki di paling sudut barisan meja komputer, dia tidak tau itu siapa, karena masing-masing komputer di beri sekat, Yalisa pun bergegas menghampiri orang tersebut.

“ummmm.. maaf kayaknya kamu keluar dulu deh, karena kita mau bersih-bersih.” ucap Yalisa, saat orang itu berdiri, ternyata itu adalah Leo.

“Loh, Leo ternyata kamu?” Leo mentepuk-tepuk kecil bajunya yang terkena debu.

“Iya aku disini, aku lagi edit video, tanggung!” ucap Leo.

“Tapi kita mau bersih-bersih, dan kelihatannya kamu alergi debu ya,” sahut Yalisa.

Leo memandang Yalisa yang tidak menutup hidungnya.

“Kamu sendiri kenapa enggak pakai masker atau apalah, buat nutup hidung kamu?”

Tanya Leo, Yalisa tertawa sambil menggaruk kepalanya.

“Aku sudah biasa,” sahut Yalisa.

“Dan kalian ngapain bersih-bersih disini? Kalian bahkan bukan jurusan sini?”

Leo berbicara sambil menutup hidungnya.

“Ini hukuman karena kita enggak masuk pelajaran matematika,” sahut Yalisa.

“Ohh, ya sudah aku tunggu di luar saja ya,

tolong komputernya jangan di matikan,” Pinta Leo.

“oke.” sahut Yalisa, dan melanjutkan pekerjaannya. lalu Leo yang keluar dalam ruangan berpapasan dengan Mei di pintu.

“Leo kamu belum pulang?” ucap Mei.

“Ah iya, belum nih,” sahut Leo.

“Ohh..., Ada tugas yang belum selesai ya?” Tanya Mei.

“Iya,” sahut Leo

“Ya udah kita bersihin dulu ya baru kamu lanjut lagi,” ucap Mei

“Oke.” Mei dan Yalisa mulai sibuk menyapu dan mengepel, mereka meyelesaikannya dalam waktu 30 menit, setelah selesai Yalisa melap keringatnya yang bercucuran dengan kerah bajunya.

“Ah... Selesai juga,” ucap Yalisa.

“Iya Lis, gila nih ruangan sebesar ini kita berdua doang yang bersihin,” sahut Mei

“Iya, cuacanya panas lagi, bikin keringatan” Ucap Yalisa

“Lumayan buat olah raga, ngurangin berat badan,” sahut Mei

“hahaha, benar juga kamu.” Yalisa tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu.

Saat mereka mau keluar ruangan Leo datang membawa minuman dingin.

“Ini buat kalian,” ucap Leo.

Yalisa dan Mei menerima pemberian Leo dengan senyum dan perasaan gembira.

“Makasih banyak ya.” ucap Yalisa, dan buru-buru membuka minuman botol itu dan meneguknya.

“Yaelah Lis, kamu haus bangat ya ternyata.” Mei menepuk pundaknya, lalu membuka botol minumannya juga.

“ehh... Jangan di tepuk,” ucap Yalisa.

“Memangnya kenapa?” tanya Mei.

“Bisa kena panu,” jawab Yalisa.

“Oh, gitu ya?” maaf deh kalau gitu” Ucap Mei.

Leo tersenyum melihat Yalisa dan Mei yang sempat berdebat kecil.

“Kita pulang ya.” Mei melambaikan tangannya pada Leo, lalu memegang tangan Yalisa menuju gerbang sekolah, tak lupa Yalisa mengucapkan terimakasih banyak ke Leo.

“Mei, kita jadi ke kafenya?” ucap Yalisa.

“Kayaknya lain kali saja deh, cape bangat soalnya, kita langsung pulang saja ya,” sahut Yalisa.

Yalisa menganggukkan kepalanya, lalu Yalisa melihat ke arah jalan raya seperti mencari sesuatu.

“Kamu enggak di jemput hari ini?”

Tanya Yalisa ke Mei, karena biasanya Mei selalu di antar jemput supir pribadinya.

“Aku bilang enggak usah, kasihan nanti dia nunggu lama,” jawab Mei.

Sambil memegang pinggangnya Mei duduk di bangku besi pinggir jalan di depan gerbang sekolah mereka, Yalisa tertawa melihat Mei memegang pinggang.

“Pinggang kamu sakit ya?” ucap Yalisa.

Bersambung...

HAI READERS YANG MANIS JANGAN LUPA UNTUK SELALU DUKUNG AUTHOR DENGAN KASIH LIKE, KOMEN, VOTE HADIAH SERTA TEKAN FAVORIT TERIMAKASIH BANYAK ❤️

Instagram : @Saya_muchu

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!