NovelToon NovelToon

TALAK

BAB 1

Audy membuka lembar demi lembar album foto pernikahannya. Seketika memorynya kembali disaat Faiz Wiratama melamarnya via video call karena pada saat itu mereka LDR. LDR pun bukan sebagai sepasang kekasih, tapi teman ngobrol biasa. Faiz adalah teman kuliahnya yang sempat ingin dekat dengan Audy dipenghujung semester kuliah. Kedekatan mereka bermula saat KKN satu kelompok. Namun sebelum hubungan mereka terjalin sebagai dua sejoli, Faiz ternyata diterima kerja di pulau seberang. Akhirnya karena masing-masing dari mereka sibuk, hubungan mereka semakin menjauh hingga tidak pernah kontak satu sama lain. Bahkan Audy sudah menjalin hubungan dengan Chiko selama 7 tahun. Namun saat hubungan Audy dengan Chiko kandas karena Chiko ketahuan selingkuh, Audy malah bertemu kembali dengan Faiz di facebook. Mereka seperti kembali menemukan romansa seperti saat dulu waktu kuliah. Faiz sempat menjaga jarak karena tahu bahwa Audy sudah punya pacar dari facebooknya. Faiz pun masih bekerja di pulau seberang. Kedekatan mereka berlanjut ke tukaran nomor hp. Tanpa kata cinta mereka saling memberi perhatian satu sama lain. Apalagi Faiz tau Audy sudah tidak berhubungan lagi dengan Chiko. Faiz cukup protektif dengan Audy. Audy merasa bahwa Faiz benar-benar memperhatikannya, berbeda dengan Chiko. Hingga akhirnya Faiz melamarnya. Dan mereka menikah. Faiz mengajukan pindah tugas untuk kembali ke tempat asalnya. Mereka ingin hidup bersama di rumah yang mereka tempati sekarang.

Audy tersenyum sendiri mengingat semuanya. Apalagi momen kehamilan. Ketika tahu Audy mengandung, Faiz sangat memanjakan Audy.

"Mama.. Cindy mau pup." lamunan Audy buyar seketika manakala putrinya yang berusia 2 tahun merengek untuk diantarkan buang air besar.

"Iya.. Ayo mama temani." Audy pun mengantarkan Cindy ke toilet.

"Ma, papa masih kerja ya?" tanya Cindy polos.

"Iya emangnya kenapa, Sayang?" Audy tau Cindy rindu sama papanya. Karena sudah hampir satu bulan mereka tidak pernah jalan-jalan keluar bersama seperti biasa.

"Cindy mau ajak papa lihat burung-burung yang banyak lagi, Ma." jawab Cindy polos.

Hati Audy seperti tersayat, akhir-akhir ini Faiz jarang di rumah. Kalaupun di rumah dia hanya sibuk memainkan game online di gadgetnya.

"Besok mama ajak Cindy ya. Kita ke minimarket, Cindy boleh beli coklat dan es krim kesukaan Cindy." hibur Audy.

"Yeeeee.. Cindy seneng, Ma. Cindy sayang mama. Ma, Cindy udahan pupnya."

Setelah membereskan Cindy, Audy mengajaknya untuk tidur. Jam menunjuk kan pukul 10 malam, Faiz masih di luar rumah, katanya sih kerja. Tapi, entahlah. Audy malas untuk ribut yang kesekian kalinya. Audy sudah faham jawaban Faiz. Selalu beralasan kerja lalu mengancam soal nafkah jika Audy selalu curiga. Mungkin Faiz merasa di atas angin lantaran Audy tidak bekerja dan hanya bertumpu pada nafkah yang ia berikan. Padahal sebelumnya pekerjaan Audy cukup untuk membiayai Audy dan anaknya sekalipun Faiz tak menafkahi.

Audy bosan. Setiap hari hanya di rumah menghabiskan waktu dengan pekerjaan rumah dan mengasuh Cindy. Semenjak menikah ia kehilangan teman-temannya. Tidak pernah lagi untuk bersua sahabat-sahabatnya, Kalita dan Sena. Padahal walaupun sudah sama-sama menikah dan punya anak, Kalita dan Sena masih sering hang-out bareng.

Audy hanya sering menghabiskan waktu bersama Cindy, sekedar ke mini market atau jalan-jalan sore ke alun-alun kota.

Audy merasa dulu Faiz sangat perhatian padanya. Ketika LDR dari mulai Audy bangun tidur dengan ucapan 'selamat pagi' nan romantis hingga menjelang tidur dengan ucapan yang tak kalah romantis. Berbeda jauh dengan saat ini. Kapan Faiz masuk kamar dan tidur pun Audy tak pernah tau lagi. Setiap di rumah Faiz hanya menghabiskan waktu di teras dengan gadget dan rokoknya. Untuk ngobrol atau bercengkrama pun rasanya terbatas.

Audy merasakan segala perubahan Faiz. Hatinya bersedih. Bagaimana dulu Faiz yang berlebih perasaan padanya, mengejarnya dan protektif, namun sekarang Audy malah diabaikan disaat Audy benar-benar mencintainya. Kalau tak cinta, mana mungkin Audy sekecewa ini diabaikan.

BAB 2

Sebenarnya Audy merasakan lelah yang teramat sangat. Bukan karena mengasuh Cindy atau mengurusi rumah. Tapi emosinya yang diaduk-aduk setiap hari. Kesalnya membatin tak terluap kan. Faiz semakin hari semakin hilang kepekaan sebagai pasangan hidupnya. Faiz lebih banyak diam. Seakan menyimpan rahasia.

"Faiz, aku mau ngobrol sama kamu." Malam itu Audy sengaja menidurkan Cindy lebih awal. Agar ketika Faiz pulang bekerja dia bisa mengajak Faiz membicarakan soal perasaannya.

"Ngobrol aja." Jawab Faiz singkat.

Faiz baru saja selesai makan malam yang selalu Audy siapkan sebelum ia pulang kantor.

"Iya, tapi aku minta tolong untuk kamu lepas gadget dulu sebentar." pinta Audy karena Faiz lagi-lagi langsung meraih gadget setelah selesai makan.

"Entah penyakit apa namanya kecanduan gadget begini." batin Audy.

Faiz meletakkan gadgetnya.

"Udah. Sekarang mau ngobrol apa?" tanya Faiz sambil menyeruput kopi hitamnya.

"Kamu denger aja dulu semuanya. Selesai aku ngomong baru kamu boleh jawab semuanya." kata Audy yang sudah bergetar dadanya.

"Oke." jawab Faiz singkat dan seolah tanpa rasa bersalah.

"Aku gak tau sebenernya kamu masih sayang atau enggak sama aku. Tapi, apa yang aku rasain saat ini bener-bener fakta, kamu lebih sibuk sama urusan kamu sendiri. Bahkan ke Cindy pun perhatianmu udah gak ada sama sekali. Kamu berangkat kerja Cindy masih tidur, pulangnya Cindy udah tidur lagi. Kalaupun kamu lagi di rumah, kerjaan mu cuma gadget sama rokok di teras. Kamu masih inget gak punya isteri sama anak? Kamu lupa ya gimana kamu yang minta aku untuk jadi pasangan kamu? Gimana kamu protektifnya takut aku malah balikan sama Chiko dulu? Kamu tega ya. Demi jadi isteri kamu, setiap hari aku di rumah doang sama Cindy. Kamu minta aku resign, fine aku turutin. Tapi ternyata semua ini gak bikin aku lebih baik. Aku udah gak punya temen setelah nikah sama kamu. Fine aku terima, karena ku pikir kamu temen sejati buat aku. Nyatanya sekarang apa? Kamu sibuk nge-game, sibuk sama temen-temen mu lagi. Kamu tinggalin kami di rumah. Persetan dan masa bodoh dengan kami yang selalu menunggu kamu pulang." suara Audy bergetar meluapkan emosinya yang tersimpan. Sementara Faiz masih diam menatap Audy.

"Faiz, aku gak pernah sesakit ini. Kamu tahu? Orangtua ku selalu membahagiakan ku. Kamu lihat betapa mereka menyayangi Cindy? Itu karena mereka juga sayang aku. Dulu, waktu aku masih tinggal sama mereka, aku gak pernah sedih. Seharusnya aku bisa lebih bahagia menikah sama kamu. Dan sampai saat ini mereka masih berpikir aku bahagia. Nyatanya? Nyatanya aku gak bahagia Faiz. Aku gak bahagia kalo setiap hari kita kayak gini." Audy menyeka airmatanya.

"Sekarang kamu boleh ngomong." Audy memberikan Faiz kesempatan untuk ngomong.

"Kamu maunya aku gimana?" tanya Faiz pelan.

"Terserah." Audy semakin kesal. Faiz kok malah gak tahu harus bagaimana.

"Gini ya Audy, aku berusaha untuk bikin kamu bahagia sama Cindy. Kalau aku gak sayang sama kalian, buat apa aku kerja siang malam? Semuanya aku kasih ke kamu. Aku juga gak pernah nuntut kamu harus gimana dan gimana kan? Biar kamu gak susah mikirin hal-hal yang gak penting. Sekarang kamu bilang kamu gak bahagia, Oke, fine. Kalo di rumah mama papamu lebih bahagia, kamu bilang aja, aku akan antar kamu balik ke rumah orangtuamu. Aku ini cuma manusia biasa Audy. Tekanan ku dalam pekerjaan, kamu gak tau kan? Aku cuma butuh waktu untuk merefresh pikiran ku yang suntuk karena pekerjaan. Cuma itu." Faiz menjelaskan dengan nada yang rendah. Ia tidak suka ribut di rumah karena ada Cindy. Dan sebenarnya ia pun tak tega melihat Audy menangis.

"Tapi kami lebih butuh kamu, Faiz. Kita gak pernah lagi berdiskusi tentang apapun. Bahkan kamu udah gak pernah lagi cerita soal pekerjaanmu." Audy mulai mengontrol emosinya.

"Aku gak mau ngebebani pikiran mu dengan pekerjaan ku. Aku cuma mau kamu percaya sama aku." jawab Faiz.

Audy tertunduk. Di satu sisi hatinya masih belum puas tapi di sisi lain dia menerima kebenaran alasan Faiz.

"Tumben kamu belum ngantuk? Biasanya juga tiap aku pulang kerja kamu udah tidur sama Cindy." tanya Faiz.

"Gak bisa tidur." jawab Audy singkat.

"Kamu kangen sama aku?" goda Faiz sambil beranjak dari kursinya dan memeluk Audy dari belakang. Audy hanya diam. Faiz mencium telinga Audy. Audy mulai merasa geli dan merinding. Kemudian Faiz mencium bibir Audy,melumatnya. Dan Audy masih diam, antara mau dengan tidak. Sebab baru saja Audy selesai menangis.

"Aku lagi pengen." bisik Faiz.

Audy pun melayani Faiz, karena bagaimana pun juga Faiz berhak dilayani sebagai suaminya.

Meskipun obrolan malam yang singkat dan ditutup dengan bercinta, Audy dapat menerima alasan Faiz. Entah masih seperti ini besok atau Faiz akan berubah.

BAB 3

Malam itu Faiz sepertinya sedang masuk angin. Pulang lebih awal dan meminta Audy untuk mengerik punggungnya.

"Aku lagi gak enak badan nih, tolong kerokin ya. Kayaknya masuk angin." Pinta Faiz.

Audy meraba kepala Faiz yang terasa hangat.

"Kamu demam. Sebentar ku ambilkan obat dulu ya." Audy pun mengambil obat dan alat untuk mengerik.

"Makanya jangan suka begadang. Merokoknya dikurangi." Celoteh Audy sambil mengerik punggung Faiz yang sudah berwarna merah kehitaman. Selama Audy ngomel Faiz diam tanpa menyaut. Dia tahu betul isterinya memang cerewet dan bawel.

Selesai dikerik Faiz memilih untuk segera tidur. Audy merasa belum mengantuk. Sementara Cindy kecilpun sudah terlelap.

Audy memainkan ponselnya. Melihat time line medsosnya.

"ngebosenin." batinnya.

Audy mencoba memejamkan mata, tapi ia gelisah. Seperti ada perasaan yang mengganjal. Berkali-kali ia membolak-balikkan tubuhnya. Hingga matanya tertuju ke ponsel Faiz. Jantungnya berdebar kencang. Seperti menemukan puncak kegelisahannya, ajakan untuk membuka ponsel Faiz terus berbisik di hatinya. Sudah ditolaknya keinginan itu, tapi batinnya seolah mendorong untuk membongkar isi ponsel Faiz.

Akhirnya ia putuskan untuk membongkar isi ponsel Faiz. Ditolehnya Faiz untuk memastikan bahwa ia sudah tidur nyenyak.

Audy mulai membuka file aplikasi. Ada beberapa aplikasi game online. Audy mengecek panggilan. History nya semua ke rekan kerja. Kemudian sms, lebih banyak sms dari operator dan bom sma tawaran pinjaman dana. Akun media sosial Facebook dan Instagram yang jarang dibuka.

"Faiz gak bosen apa ya liat ponsel isinya ini doang. Anteng banget juga berjam-jam."

Kemudian Audy membuka aplikasi whatsapp.

Chatting yang isinya pekerjaan.

Audy mulai scroll history panggilan whatsapp.

Deg! Jantungnya berdebar ketika melihat panggilan ke nomor Citra. Wanita yang belum pernah dijumpainya tapi ia tahu dari Faiz bahwa Citra dikenalkan oleh Ryan temannya. Saat Ryan bekerja di ekspedisi. Dulu Faiz sering keluar kota, kebetulan sering satu rute dengan Ryan. Citra salah satu pegawai ekspedisi tersebut yang bekerja di kota yang sering dikunjungi Faiz untuk bekerja. Perkenalan Faiz dan Citra berlanjut walaupun Ryan sudah tidak lagi bekerja di ekspedisi tersebut. Awalnya Audy tidak curiga sama sekali. Namun malam itu Audy berpikir tentang hubungan Faiz dan Citra. Walaupun belum tahu kebenarannya, tapi batinnya sebagai seorang isteri lebih peka.

"Kenapa Faiz menelpon Citra di jam kantor ya? lagian kan mereka gak ada hubungan apa-apa soal pekerjaan? Dulu Faiz cuma singgah doang di kantornya untuk beristirahat. Itupun karena Ryan yang ngajakin Faiz." Audy tidak pernah securiga ini dengan Faiz sebelumnya. Tapi petuah yang mengatakan bahwa 'naluri seorang istri tidak bisa dibohongi' sepertinya benar. Karena selama ini Audy tidak pernah berminat bahkan berniay untuk memeriksa ponsel Faiz, tapi tidak untuk kali ini. Dorongannya sangat kuat hingga ia menemukan hal ini.

Melihat Faiz yang sudah terlelap dan sedang sakit, Audy sedikit tak tega, ditahannya gejolak tanda tanya di hatinya.

"Besok saja kutanya kan." batinnya.

Untuk mengatasi rasa penasarannya dengan sosok Citra, ia mulai berselancar di dunia maya dengan insting detektifnya.

Dari berbagai akun, ia menemukan facebook yang postingannya dibatasi. Gak mungkin kalau tiba-tiba dia add friend.

Kemudian ia menemukan akun instagram, sepertinya akun lama yang sudah tidak pernah diakses lagi. Disitu ada foto Citra. Wanita muda dengan rambut pirang pendek, berkulit putih dan berbadan langsing. Ada gemuruh cemburu di hati Audy.

"Pantesan aja. Masih muda dan modis." Audy memilih memberhentikan selancarnya tentang Citra. Ia tak mau terbakar cemburu di malam buta begini.

Walaupun sudah mencoba memejamkan mata, Audy masih tetap gelisah tak karuan. Ia kembali mengingat-ingat betapa seringnya Faiz ke kota Citra untuk bertugas. Dan betapa seringnya Faiz berjumpa dengan Citra di kantor cabang ekspedisi itu. Apalagi kantor cabang ekspedisi tersebut hanya ada Citra dan sprinter, lantas ketika sprinter keluar untuk mengantarkan barang-barang kiriman, itu artinya Faiz dan Citra hanya berdua di kantor. Pikiran Audy semakin buruk.

"Faiz imannya kuat gak ya? Setia gak ya. Citra sebegitu menariknya. Pantas aja kalo ngubungin Citra gak pernah di depan ku." Audy semakin gusar. Memang Faiz kelihatan cuek. Tapi Audy tahu betul bagaimana Faiz dan teman-temannya kalau sedang kumpul bareng selalu bahas soal cewek. Walaupun bukan Faiz yang memulai dan tidak pernah ikut menanggapi, kalau di depan Audy. Semua masih tanda tanya besar bagi Audy.

Apalagi Audy pernah iseng-iseng bertanya pada salah seorang istri teman Faiz soal Citra. Katanya istri teman Faiz tersebut pernah mendengar gengnya Faiz membahas Citra. Audy jadi gemas sendiri.

"Aku dulu juga cantik dan modis. Waktu masih gadis semua serba update. Baju, make up, hang-out, uang gaji ku cukup. Pekerjaan freelance ku mulai dr MUA amatiran hingga marketing stasiun TV swasta. Lah sekarang kerjaan ku ngurusin anak, suami ama rumah. Kalo dulu boro-boro, makan aja di luar mulu. Sekarang mah dasteran doang. Gak kemana-mana kalo bukan sama suami." Audy menerawang jauh. Hidupnya ternyata berubah drastis setelah menikah. Tubuhnya sedikit gemuk karena tidak ada waktu berolahraga lagi. Terbersit niat Audy untuk memperbaiki diri, lebih memperhatikan dirinya sendiri. Karena dulu Faiz selalu yang jelous kalau Audy berdandan atau sekedar upload foto di facebook. Kalau sekarang, Faiz seolah tak peduli. Itu artinya Audy mulai tak menarik lagi. Padahal Audy mengorbankan semuanya hanya untuk Faiz. Andai saja dia bisa matre seperti isteri-isteri sosialita lainnya. Menggunakan jasa ART dan nanny anak. Tapi, tidak mungkin dia memaksakan Faiz untuk memberinya kemewahan. Bisa-bisa Faiz banyak utang nantinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!