ALENTA POV
Hai..perkenalkan namaku ALENTA MAWARNI, Aku baru berusia 19 tahun. Aku baru saja masuk kuliah ke universitas terbesar di salah satu kota jakarta loh.
Tapi jangan kira Aku anak orang kaya ya.. Aku bisa masuk ke universitas itu mengandalkan beasiswa, banyak yang menghina ku di kampus karena hanya Aku sendiri anak orang tak mampu. Tapi di sana aku memiliki dua teman yang tak membeda-bedakan status kami, ya itu Niko dan Niki, mereka si kembar yang tak pernah membedah kan status kami 😊
Oh ya, demi memenuhi kebutuhan kuliah, Aku kerja part time di rumah seseorang. Aku menjadi pembantu di rumah sahabat Ayah ku, nama nya Pak Radit walau dia lelaki berumur tapi ketampanan nya tak pernah hilang. Aku juga tinggal di rumah Pak Radit karena jarak rumah dan kampus sangat dekat, tapi itu juga atas saran pak radit sendiri sih.
Cukup deh perkenalan nya. kalian liat saja sendiri kisah Ku dan Pak Radit, eh keceplosan🤭
****
RADIT POV
Perkenalkan nama Ku RADIT PUTRA WIJAYA, Aku seorang duda beranak satu. Aku bercerai dengan Istriku 2 tahun yang lalu, kini usia Ku menginjak 39 tahun. Dari pernikahan Ku bersama Maya menghasilkan buah cinta kami yang bernama Miya, Miya adalah Anak Ku yang paling cantik dan paling ku sayangi. Namun karena umur nya yang masih 5 tahun, Miya harus tinggal bersama Maya.
Setelah perceraian ku dengan Maya, rumah terasa hampa bahkan tawa yang selalu terdengar dulu kini mulai redup, selama dua tahun aku hidup sendiri tampa menjalin hubungan dengan seseorang kembali. Namun ada yang aneh dengan Ku akhir-akhir ini, bahkan jantung ku selalu bergetar saat aku bersama Alenta pembantu ku sendiri.
Alenta gadis yang cantik,imut,manis, bahkan aku selalu terbayang-bayang wajah Alenta beberapa hari ini. Alenta adalah gadis yang giat, bahkan dia bisa kuliah sambil kerja. Setiap hari aku melihat kegigihan nya dan itu berhasil membuat Aku terpanah, tetapi aku harus mengontrol perasaan ku dan memendamnya, karena mana mungkin Dia suka dengan lelaki tua sepertiku. Bahkan yang lebih parah adalah,Ayah nya adalah sahabat ku waktu sekolah dulu.
BAGAIMANA KELANJUTAN NYA..? MARI KITA SIMAK KISAH NYA SESAAT LAGI..DAN INILAH KISAH ALENTA DAN RADIT DALAM MENJALANI KISAH CINTA BEDA USIA.
"Letta"
Alenta yang merasa nama nya di panggil pun menoleh kan kepalanya ke sumber suara,setelah mengetahui siapa yang memanggil nya alenta pun tersenyum.
"Ya Niko, ada apa?" Alenta bertanya sambil melanjutkan jalannya.
"Gila kamu! Aku sudah memanggil mu dari parkiran tadi tau. Eh, kamu nya malah asik berjalan tanpa dosa," ucap Niko sambil mengatur nafas yang ngos-ngosan.
"Maaf aku gak dengar tadi," jawab Alenta.
"Yang benar saja, jangan pura-pura deh. Asal kamu tau, aku teriak kenceng banget tau." protes Niko.
"Lagian ngapai manggil-manggil aku? Kayak gak ada kerjaan saja," ucap Alenta yang tertawa melihat ekspresi Niko. Niko yang merasa kesal dan ingin menjawab Alenta, mengurungkan niatnya, saat mendengar teriakan Niki.
"NIKOOOOO...!!" teriak Niki yang begitu kencang dan menggema di telinga Alenta dan Niko.
"Hey, kerdil ngapain sih teriak-teriak gak jelas!" omel Niko yang kesal.
"Apa lo, bilang? Yang gak jelas, sebenarnya itu kamu, Kak!" ucap Niki sambil berteriak.
Sedangkan Alenta hanya menutup telinganya, yang berdenging karena teriakan Niki. Sungguh Alenta gak bisa membayangkan, jika hidup serumah dengan Niki, pasti akan selalu masuk rumah sakit karena gendang telinganya pecah.
"Sudah ya, adikku yang paling comel. Baik hati dan tidak sombong, abang mu ini meminta kamu untuk to the point saja, ya Sayang." Niko berusaha membujuk adiknya dengan kata-kata manis, karena Niko tau jika Niki akan meleleh dengan pujian dan kata-kata manis.
"Nah gitu dong, kan niki bisa bicara baik-baik. Tadi kenapa kakak tinggalin Niki di mobil, bahkan mobilnya juga dikunci. Asal kakak tau, Niki tak bisa nafas di dalam. hiks..hiks." Niki pun mulai menangis manja.
Untuk masalah Niki, dia adalah anak yang paling manja, dengan Niko atau saudara kembarnya. Niki selalu suka mengganggu Niko, hingga membuat niko kesal hingga ingin mengumpat berkali-kali.
"Maafkan Kakak, Dek. Kakak tadi melihat sesuatu..." suara Niko pun mengambang di udara saat dia ingat apa yang mau dia katakan sama Alenta.
"Letta aku baru ingat lagi, dan kamu harus jawab pertanyaan aku dengan jujur!" tanya Niko dengan pandangan meneliti.
"Apaan sih Nik, dari tadi kok gak jelas gitu." jawab Alenta yang mulai risih.
"Hayo ngaku, tadi kamu di antar siapa?" goda Niko dengan tatapan jail. Sedangkan Alenta langsung terkejut dengan perkataan Niko.
"Sssttttt. Jangan keras-keras, dia adalah pak Radit. Dia bos aku, Niko!" jawab Alenta dengan berbisik. Alenta takut, jika banyak anak yang mendengar pertanyaan Niko tadi.
"Baik banget bos kamu, sampek mau antar kamu ke kampus. Jangan-jangan ada sesuatu ini." Niko semakin menggoda Alenta.
"Jangan mikir aneh-aneh kamu, Nik. Aku juga bingung dengan pak Radit, aku juga makin tak enak hati Nik. Dia terlalu baik sama aku, bahkan dia menggajiku lima juta dalam sebulan. Bayangkan saja lima juta sebulan, hanya bersih-bersih rumah dan memasak makan pagi dan malam," ucap Alenta.
"Wiiih, aku mau dong jadi pembantu bos kamu Letta. Lumayankan lima juta sebulan," ucap Niki dengan semangat.
"Mau ku jitak kepala mu! Apa kurang uang jajan yang di beri mama dan papa, hingga kamu mau jadi pembantu aki aki tua itu?" ucap niko dengan kesal. Sedangkan Alenta langsung cemberut, saat mendengar Niko mengejek Radit.
"Dasar gila kamu nik. Bos ku itu cakep tau, walaupun dia berumur tiga puluh sembilan tahun, tapi aura jiwa muda nya masih terpancar kan. Bahkan setiap pagi dan malam aku selalu di buat senam jantung, karena melihat perut kotak-kotak nya itu" proses Alenta, dengan membayangkan kejadian yang dia lihat tadi di rumah Radit.
"Jangan bilang kamu sudah tidur, sama aki aki itu?" tuduh Niko yang membuyarkan imajinasi Alenta. Alenta sangat kesal, dan ingin sekali membantai Niko.
"Apa kamu bilang! Asal kamu tau, walaupun aku serumah dan seatap, aku tak pernah lakuin hal hal aneh bodoh. Mana mungkin dia mau lakuin itu sama aku, sedangkan kamu tau jika aku seperti anak nya sendiri," ucap Alenta dengan mengebu-gebu.
"Ya mungkin saja, barang kali dia cinta kamu dan kamu cinta dia," balas Niko.
"Apakah kalian bisa bahas yang lain. Dari tadi kalian tak melihat keberadaan ku, apa sepenting itu pak Radit, hingga kalian bahas terus." Niki pun mulai merajuk.
"Maafkan aku Niki, Kakak mu yang mulai duluan dan aku hanya meladeni nya saja," ucap Alenta.
"Loh, kenapa jadi aku yang disalahkan?" protes Niko.
"Cukup! Niki marah sama kalian,berdua." Niki pun berlari, dan meninggalkan mereka. Sedangkan Niko dan Alenta, hanya melongo melihat tingkat Niki. Karena baru kali ini, Niki bersikap seperti anak kecil.
"Sono urusin adikmu, yang merajuk. Lagian punya adik kok di cuek kin, sana bujuk pakek ice cream," ucap Alenta sambil tertawa.
"Awas kamu! Lihat saja nanti aku balas," teriak Niko, sambil berlari meninggalkan Alenta.
"Aku tunggu pembalasan kamu, Niko." jawab Alenta dengan berteriak. Setelah itu Alenta kembali berjalan menuju kelasnya.
"Dasar, bocah labil."
.
.
.
Happy Reading
ALENTA POV
Setelah pelajaran selesai aku memutuskan untuk pulang, karena aku harus segera membereskan rumah sebelum pak Radit kembali. Dan kini aku berjalan bersama Niko dan Niki menuju parkiran, karena Niko menawarkan aku tumpangan. Namun saat aku sampai di parkiran, dan akan masuk kedalam mobil Niko, aku mendengar suara seseorang yang sangat aku kenal.
"Ale."
Aku langsung menoleh kearah suara tersebut, dan betapa terkejutnya aku melihat siapa yang memanggilku. Tubuhku terasa kaku, saat pak Radit mendekatiku dan tersenyum sangat manis. Oh hatiku ingin lompat dari tempatnya, bahkan bibir ini keluh mau membalas pak Radit.
"Ale, kenapa kamu tak menjawab panggilan ku?" tanya pak Radit saat aku tak menjawab panggilannya.
"Letta kamu di panggil loh, kenapa kamu malah diam saja sih? Udah gak perlu banyak mikir nanti cepat tua, sekarang samperin tuh pujaan hati kamu," ucap Niki.
"Apaan sih kamu, ingat dia bukan pujaan hatiku! Kami hanya sebatas pembantu dan majikan, jadi jangan coba-coba mikir aneh-aneh!" ucap Alenta dengan tatapan tajam.
"Buka pujaan hati, tapi manggilnya Ale. Seperti kita yang selalu manggil kamu Letta, karena itu panggilan sayang, dan sekarang Om Radit. Kalau bukan menganggap spesial ngapain pakai kata-kata seperti itu?" goda Niki sekali lagi. Sedangkan Alenta semakin malu, dan pipinya jadi merona.
"Ale apa kmau mendengarkan ku?" aku langsung tersnetak mendengar suara pak Radit, yang sudah berada di sampingku.
"i...iya Pak, Ale dengar kok."
"Kenapa kamu gugup?"
Sial, ini juga karena kamu Pak. Lagian kenapa sih datang kesini, bikin aku berdebar-debar saja.
"Saya hanya kaget saja, karena Bapak ada disini. Memang ada perlu apa, sampai datang kemari?" tanyaku. Sumpah demi apa pun jantung ku berdetak sangat kencang, dan ingin lepas dari tempatnya.
"Aku kesini untuk menjemputmu Ale! Karena aku mau ajak kamu belanja keperluan rumah, aku lihat bahan-bahan di rumah sudah menipis." Kecewa itu yang aku rasakan, aku kira pak Radit menyusul ku karena ada hal lain. Ternyata hanya belanja keperluan rumah, ah Alenta kamu terlalu berharap.
"Baiklah, kalau gitu mari berangkat,"
Aku pun masuk kedalam mobil, dan di susul oleh pak Radit. Bahkan di dalam mobil pun kami hanya saling diam, dan tak bersuara sedikitpun.
"Ale kamu baik-baik saja, kenapa muka mu seperti banyak fikiran?" Bagai di sambar petir, aku sangat terkejut saat pak Radit tau jika aku sedang memikirkan sesuatu.
"Emm, bagaimana Bapak tau kalau saya memikirkan sesuatu?" ucapku seraya memandang wajah tampan nan germilang itu.
"Pancaran wajahmu sanah terlihat Ale, apa kamu ada masalah?"
"Tidak," jawab ku cepat. Aku sangat malu karena pak Radit sangat mudah menebak raut wajahku.
Jujur sih aku suka dengan pak Radit, dari pertama melihatnya. Tapi nyali ku menciut saat melihat mantan istri pak Radit yang sangat cantik, sexy, montok apa lagi dadanya. secantik itu saja bisa cerai apa kabar aku yang tak secantik mantan istri pak Radit.
"Ale" suara pak radit membuyarkan lamunan ku.
"Iya pak"
"Apa kamu terusik dengan kehadiranku, apa aku sebegitu menggelikan, hingga kamu secanggung itu dan tak mau menatap ku dari tadi?" Aku pun langsung menatap pak Radit dengan dalam, aku merasa ucapannya seperti ambigu.
"Saya gak pernah punya fikiran seperti itu!"
"Terus kenapa kamu menghindar dariku selama dua minggu ini? Semenjak aku mulai mendekatimu, kamu seperti menghindari aku."
Astaga, percakapan macam apa ini? Aku sama sekali tak menghindar, Pak. Tapi aku gugup, dan jantung ini gak bisa diam!
"Bapak salah, saya menghindar bukan karena Bapak menggelikan atau yang lain nya. Tapi, karena jantung saya tak bisa berhenti berdetak, saat menatap Bapak. Jadi itu yang membuat saya, tak mau memandang pak Radit."
Astaga..! Letta bagaimana bisa kamu keceplosan, ****** kamu Letta. Aduh muka ku taruh dimana ini, aku butuh Aqua buat guyur muka ku ini.
"Ale"
"Cukup jangan bahas ini dulu! Cepat jalan saja, aku sangat-sangat malu Pak," ucap aku sambil menutup muka. Aku yakin 100% kalau pipiku kayak kepiting rebus, dan sangat merah karena malu.
"Baiklah"
.
.
.
Happy Reading
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!