NovelToon NovelToon

Dosen Cantikku

Ch. 1 - Nyaris Terlambat

Seorang mahasiswa baru tampak sedang terburu-buru keluar dari kamar kostnya. Dengan dandanan yang masih awut-awutan, Reza keluar dari rumah kost menuju motornya. Hari ini adalah hari pertama Reza kuliah. Dia merupakan seorang Mahasiswa baru di Universitas teknik di Kota Malang.

Dengan kecepatan yang cukup tinggi, Reza mengendarai motornya. Hari ini dia ada kelas pagi. Beruntung jalanan cukup lengang. Tak terlalu ramai seperti biasanya.

Setelah menempuh perjalanan 20 menit, Reza tiba di parkiran Universitas. Setelah menaruh helmnya asal, dia berlari tergesa menuju ruang kelasnya yang berada di lantai dua.

Brukk!!

Karena terlalu terburu-buru, Reza menabrak seseorang yang saat itu juga sedang berjalan di koridor bangunan itu.

"Maaf.. Maaf.. Aku gak sengaja.. Aku terburu-buru." Reza menjelaskan sembari memungut lembaran yang berserakan.

"Iya gak apa-apa. Lain kali hati-hati" ujar wanita itu lembut.

Sejenak Reza terpaku menatap wanita cantik dihadapannya yang baru saja dia tabrak.

"Kamu mahasiswa baru juga disini?" tanya Reza melancarkan aksinya merayu gadis cantik itu.

Reza menatap menyelidik ke arah gadis didepannya itu. Sejenak tak ada balasan yang berarti.

"Bukankah kamu seharusnya masuk kelas?" singkat gadis itu sembari menatap Reza dengan wajah datarnya.

'Cantik' batin Reza.

Gadis itu melambaikan tangannya didepan wajah Reza.

"Memangnya kamu gak terlambat masuk kelas pagi ini?" tanya gadis itu lagi.

Reza tersadar dari jerat pesona gadis cantik dihadapannya. Dia segera berlari.

"Namaku Reza. Jurusan Rekam Medik semester 1. Sampai jumpa lagi, cantik!" teriak Reza menoleh sambil setengah berlari.

Gadis itu tersenyum simpul.

Setelah menapaki tangga menuju lantai dua, Reza berusaha menetralkan nafasnya. Dia mengintip kedalam ruang kelas.

"Hah! Masih aman!" gumam Reza.

Reza memasuki ruangan dan duduk di bangku kosong di ruang kelas tersebut.

Ketika Reza masuk, banyak mahasiswi yang melempar pandangan kagum kepadanya. Meski tampak awut-awutan, dia masih tetap terlihat tampan.

Reza sedikit merapikan rambutnya yang belum sempat ia sisir rapi. Usai menyisir rambutnya dengan jari, dia mengeluarkan buku materinya. Dia membaca sekilas materi yang mungkin akan diajarkan pagi ini.

Reza merupakan seorang laki-laki rajin dan cukup pandai. Meski hari pertama kuliah dia nyaris terlambat, tak menghilangkan predikatnya menjadi mahasiswa baru yang tampan dan pandai.

Saat Reza membaca buku, tiba-tiba ada dua orang gadis mendekat ke bangku nya.

"Boleh kenalan gak?" tanya gadis berambut panjang yang menghampirinya.

Reza hanya menatap sekilas, lalu dia kembali fokus ke buku bacaannya.

"Ini buat kamu." si gadis yang diketahui bernama Dian itu tak menyerah.

"Terima kasih." singkat Reza melihat benda yang diletakkan oleh Dian diatas mejanya.

"Wah, sepertinya diterima" ucap Dian bahagia.

"Nanti mau makan siang denganku gak?" tawar Dian lagi.

"Lihat apa kata nanti ya" jawab Reza tersenyum.

Tak ada yang tau bagaimana sebenarnya isi hati Reza. Walau banyak gadis yang mendekatinya, masih tak ada yang bisa menggetarkan hatinya.

Menurut Reza, semua wanita yang mengejarnya sama saja. Mereka menyukainya hanya karena fisiknya saja. Dan gadis yang seperti itu auto-blacklist dari daftar gadis yang akan dijadikan pendampingnya.

Walaupun Reza masih berada di semester pertama kuliah, dia sudah berpikir jauh untuk masa depannya.

Tak ada yang tahu jika seorang Reza adalah pemilik salah satu perusahaan start-up di Surabaya.

Reza amatlah pandai menyembunyikan identitasnya. Dia tak pernah sekalipun menunjukkan jati dirinya. Hanya dua orang sahabatnya yang tahu siapa dia sebenarnya. Yah walau mereka tak satu kampus, persahabatan mereka tetap terjalin hingga kini.

Seorang wanita muda baru saja memasuki ruang kelas. Ruangan yang awalnya riuh, seketika hening. Banyak mata tertegun melihat kedatangan wanita itu.

Reza yang menyadari suasana disekitarnya berubah, melihat ke arah pandang teman-temannya yang lain. Mahasiswa yang tadinya berdiri, seketika kembali ke bangkunya dan duduk dengan khidmat.

Reza terkejut mendapati seorang gadis kini berdiri disamping meja dosen. Dia mengamati wanita itu yang sedang memperhatikan penghuni ruangan itu. Pandangan mereka beradu. Reza tak berhenti menatap gadis yang berada didepan sana, meski wanita didepan kelas telah memutus adu pandang itu.

"Apakah sudah bisa dimulai?" tanya wanita itu yang dibalas anggukan oleh lainnya.

"Perkenalkan, saya Alvionita. Dosen pengajar Rekam Medik di universitas ini. Mohon kerjasamanya. Terima kasih."

Tiba-tiba ada seseorang yang mengangkat tangannya.

"Kirain MaBa (Mahasiswa Baru) juga, Bu. Boleh tanya usianya berapa?" ucap seorang mahasiswa laki-laki.

"Saya tahun ini masih akan dua puluh satu tahun" Jawab Vio sembari tersenyum.

"Wow." seru beberapa mahasiswa.

"Hebat ya, masih muda udah jadi dosen" ucap yang lainnya.

Seorang mahasiswa mengangkat tangannya lagi hendak bertanya.

"Masih single gak, Bu?" tanya mahasiswa lain.

"Huuuu..." cibir mahasiswa yang lain.

Alvionita hanya membalas dengan tersenyum.

"Rahasia ya. Yaudah, ayo pelajaran bisa dimulai, kan?"

"Bisa, Bu" ucap mereka serempak.

Reza tak berhenti menatap segala gerak gerik Vio, dosen barunya. Dia seolah tersihir pesona seorang Vio.

Padahal, Reza tahu kalau Vio lebih tua 3 tahun usianya dibanding dirinya. Namun hal itu tak membuat Reza ambil pusing.

Dia merasa telah menemukan seseorang yang tepat. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan sialnya, kenapa harus insiden tadi pagi yang membuat mereka bertemu pertama kali?

Reza merutuki dirinya. Reza merasa bahwa dia telah memberikan kesan pertama yang buruk bagi dosen cantik pujaannya.

***

Mata kuliah Rekam Medik hari itu berlangsung sedikit lebih lama. Bagaimana tidak, mahasiswa lelaki tak henti menggoda Dosen cantik itu.

Namun tak begitu dengan Reza. Dia agak sedikit malu dan salah tingkah saat hendak menyapa ataupun bertanya kepada wanita itu. Walau mengaguminya, Reza kini tak seagresif tadi. Apalagi kini dia tahu bahwa wanita itu bukanlah Mahasiswa melainkan Dosennya.

"Materi hari ini cukup sampai disini saja. Untuk hari ini bebas tugas untuk dibawa pulang. Pertemuan berikutnya semoga bisa lebih efektif pertemuannya" sindir Vio secara halus.

"Siap, Bu" sahut mereka serempak.

Reza tak henti memperhatikan gerak-gerik Vio yang sedang merapikan buku dan lembaran materinya.

"Baiklah. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya" pamit Vio sembari melempar senyum.

Reza seperti tersentak dari lamunannya saat mendapati Vio melangkah hendak keluar dari ruang kelas.

Ketika Vio tak lagi tampak dari pandangannya, Reza seketika berlari mengejar wanita itu.

Pandangan teman-temannya seketika tertuju padanya. Bagaimana tidak, Reza berlari seolah sedang mengejar seorang pencuri. Ya, pencuri hatinya. Reza mengejar seseorang yang mencuri hatinya, mencuri perhatiannya sejak awal bertemu.

Meski sempat menabrak kaki meja milik mahasiswa lainnya, tak menyurutkan niat Reza mengejar hingga ambang pintu.

"Bu Vio, tunggu!" teriak Reza.

Bersambung...

Ch 2 - Apakah Dia Kekasihnya?

"Bu Vio, tunggu"

"Aku masih gak percaya kalau kamu adalah dosen disini!" teriak Reza usai mata kuliah rekam medis berakhir.

Alvionita yang baru saja keluar dari ruang mengajar, menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke arah datangnya suara.

"Buktinya aku tadi menyampaikan mata kuliah didepan kelas dan telah melakukan perkenalan didepan semua orang disana" tunjuk Alvionita dengan dagunya.

Reza hanya bisa terdiam. Terdengar seseorang memanggil Reza, dan ketika dia hendak bertanya lagi kepada dosennya itu, dia tak mendapati sosok sang dosen.

"Ah, Si*l!" umpat Reza. Dia merutuki kebodohannya.

Reza berjalan malas kembali ke bangkunya. Mata kuliah berikutnya ia lalui dengan bermalasan. Ingin rasanya dia segera menyelesaikan kuliahnya. Bagaimana tidak, sebenarnya Reza mengambil jurusan Rekam Medik hanya untuk menuruti keinginan orang tuanya. Apalagi kedua orangtuanya mengancam dirinya jika tak mengambil kuliah Rekam Medik, dia akan dijodohkan oleh anak dari teman Mamanya.

***

Materi kuliah pun berlalu. Reza bergegas menuju ke ruangan dosen. Dia mulai ragu melangkahkan kakinya menemui Vio. Dari jendela ruangan, bisa Reza lihat jika sang dosen sedang berbincang dengan dosen pria, dan tampak sedikit mesra. Entah mengapa perasaan Reza terasa nyeri. Perih walaupun tak terluka.

Reza menyurutkan langkahnya. Dia memilih kembali dan menjauh dari ruang dosen.

'Mungkin belum saatnya' batin Reza.

Reza berjalan menuju ke kantin. Banyak gadis yang menyapa dirinya tapi hanya ia balas dengan senyum singkat. Tapi entah mengapa reaksi gadis-gadis yang berpapasan dengannya sangatlah heboh.

Usai mengambil jatah makan siangnya di meja prasmanan kantib, dia memilih duduk di bangku kosong dekat jendela. Tak lama dari arah luar Reza melihat Vio memasuki kantin bersama dengan dosen pria yang ia lihat di ruang dosen tadi.

Saat mereka berdua duduk, Reza tak mau kalah. Dia menghampiri dosennya itu.

"Permisi, Bu. Bolehkah saya ikutan gabung?" Reza mengabaikan Dosen pria dihadapan Vio.

"Oh, boleh. Silahkan" ujar Vio yang tampak canggung.

Pria dihadapan Vio sedikit bingung. Suasana mendadak canggung.

"Oh, iya Vio-"

"Bu Vio nanti ada jadwal mengajar lagi kah?" Reza menyela perkataan pria yang kini duduk disampingnya.

Reza tak memiliki ide seperti apa hubungan antara dosen idola nya dengan pria yang duduk bersebelahan dengannya kini.

"Nanti saya masih ada kelas lagi." sahut Vio singkat.

Reza menangkap bahwa Vio sedikit tak nyaman dengan kehadirannya. Reza memutuskan untuk mengalah.

"Ya sudah, Bu. Saya undur diri dulu. Saya sudah selesai. Permisi" pamit Reza.

"Ah, iya. Silahkan."

Vio bertukar pandang dengan pria lain yang sedari tadi bersamanya.

"Mahasiswa?" Vio mengangguk.

"Sepertinya dia suka sama kamu ya" ujar pria itu to he point.

"Ih, apaan. Udah gak usah aneh-aneh, Kak. Dia mahasiswa baru" ujar Vio enteng.

Pria itu mengangkat sebelah alisnya. Dia masih terheran apalagi ada mahasiswa baru yang berani mendekati sepupunya terang-terangan.

"Udah kak jangan dibahas. Kak Reyhan tadi mau ngomong apa?" ujar Vio

"Ah itu, Mama mu yakin mau ngejodohin kamu sama anak temannya? bukannya dia lebih muda dari kamu?" tanya Reyhan

"Nah, itu pun aku tak habis pikir, Kak. Masa aku dijodohin sama laki-laki yang dua tahun lebih muda dari aku? Aneh tau. Berasa jadi tante-tante sama brondong. Astaga!" cerocos Vio.

"Yaa, mungkin itu nasibmu" ujar Reyhan tergelak.

Setelah menghabiskan makanannya dan ngobrol ini itu, mereka kemudian kembali ke ruang dosen.

***

Reza yang tadi mendadak tak memiliki nafsu makan,kini sedang menselonjorkan kakinya dibawah pepohonan rindang di kawasan kampusnya. Dengan earphone yang terpasang di telinga, dia memejamkan matanya mencoba menghalau pemikiran-pemikiran tentang dosennya.

Reza masih tak bisa menerima jika dosen cantik nya sudah ada yang memiliki.

Sayup-sayup Rea mendengar beberapa orang gadis berbisik membicarakan tentangnya. Dia mengabaikan suara-suara berisik dari luar. Dan tanpa terasa Reza malah terlelap dibawah pohon rindang itu.

***

"Hei, Mahasiswa baru. Kamu udah gak ada kelas lagi?" Tanya seorang gadis yang tiba-tiba menghampirinya.

Reza mengabaikannya. Tek menghiraukan suara itu.

"Heh, Reza kampr*t!" teriak gadis itu di telinga Reza yang mana earphone telah ia singkirkan terlebih dahulu.

"Yaelah kamu, Yan. Udah sana gausah ngrecokin aku!" usir Reza kepada temannya yang bernama Dian itu.

"Kamu ngapain disini sendirian. Emang gak ada kelas?" tanya Dian

"Udah kelar. Sana gih aku lagi pengen sendiri" usir Reza.

Mau tak mau Dian berdiri lalu beranjak meninggalkan Reza sendirian lagi.

.

Reza masih berpikir, dia ingin tahu bagaimana cara mendapatkan sang dosen. Dia mengabaikan usia mereka yang mungkin tergolong cukup jauh.

'Daripada dijodohin. Mending dengan pilihan sendiri' pikir Reza.

Setelah beberapa jam, Reza melihat dosen yang ia suka keluar dari gedung. Tampak olehnya, sang dosen sedang berjalan menuju parkiran.

Reza berlari menuju tempat dimana sang dosen memarkirkan mobilnya.

"Bu Vio, bisa bicara sebentar gak?" tanya Reza saat sudah berada dihadapan Vio

Vio yang masih sedikit terkejut hanya bisa mengangguk pasrah.

Mereka menuju ke kursi panjang tak jauh dari tempat parkir.

"Ada apa?" tanya Vio secara gamblang.

"Begini, Bu. Saya mau tanya. Semoga Bu Vio berkenan menjawab" Reza tampak gugup.

"Bu Vio apa udah punya kekasih? Atau bu Vio sudah menikah?" tanya Reza ragu.

Vio tergelak. Dia merasa aneh melihat mahasiswanya menanyakan hal itu.

"Kalau saya masih single memang kenapa?" tanya Vio yang masih mengulas senyum.

"Kalau Bu Vio masih sendiri, berarti saya ada kesempatan donk untuk mengejar Bu Vio?" lirih Reza yang disambut Vio dengan tertawa kecil

'Senyumnya bikin lumer' batin Reza terpaku melihat Vio terkekeh kecil

"Memangnya apa yang membuat kamu yakin kalau kamu layak buatku?" tanya Vio menantang Reza secara tak langsung.

"Saya bisa membahagiakan Bu Vio, dari segi materi saya sudah berkecukupan, dan saya yakin bisa mencurahkan semua perhatian dan kasih sayang saya kepada Ibu" ucap Reza percaya diri.

"Belajar dulu yang bener" ucap Vio sembari mengacak rambut Reza saat hendak beranjak pergi.

"Saya serius, Bu Vio!" Reza tak menyerah.

Vio hanya menoleh singkat dan tersenyum. Reza melihat Vio terus berjalan menuju mobilnya.

Hingga mobil sang dosen keluar dari area parkir kampus, Reza masih tetap memperhatikannya.

Reza merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Baru pertama kali aku merasakan perasaan ini. Tapi kenapa perasaan ini kepada Dosen itu? Arrrghh!" Reza mulai frustasi.

"Akan aku buktikan kalau aku layak untuk kamu pertimbangkan Bu Vio. Tak masalah bagiku meski usia kita terpaut jauh." gumam Reza.

Reza kemudian menuju motornya dan melajukan motornya kembali pulang ke kost nya.

bersambung...

Ch. 3 - Ancaman Mama

Pagi itu suara berisik membangunkan Reza. Terdengar suara orang ribut-ribut diluar. Terdengar suara ibu-ibuk berteriak diiringi suara ketukan keras pada sebuah papan kayu.

Reza yang masih enggan beranjak dari tempat tidurnya, menutup kepalanya dengan bantal, berharap agar tak mendengar suara berisik itu. Namun entah mengapa suara ribut itu malah terdengar semakin jelas dan keras.

"Rezaaaa! Buka pintunyaaa!" terdengar suara orang berteriak sembari menggedor pintu kamar Reza.

"Duh, siapa sih pagi-pagi gini berisik!"

Dengan langkah yang masih sempoyongan, Reza berjalan menuju pintu dan membuka kunci knop nya.

"Dasar kamu yaa! Kebiasaan banget! Dari semalam Mama telponin gak diangkat! Nih rasain!" Sang Mama menjewer telinga Reza.

"Aduh, Ma. Ampun.. Maafin Reza, Ma!" Reza mengiba agar sang Mama berhenti menjewer telinganya.

Setelah dirasa cukup memberi pelajaran kepada sang anak, akhirnya Mama Reza menghentikan aksinya menjewer telinga Reza.

Sang Mama duduk di sofa dalam kamar itu. Reza yang masih merasakan panas pada telinganya, mengusap-usap telinganya yang kemerahan.

"Ada apa Mama kesini?" tanya Reza.

"Mama mau menagih janji kamu buat bawa calon mantu kerumah" ujar sang Mama tanpa basa-basi.

"Ish, Mama. Iya, iya, Reza bakal bawa pulang calon mantu yg baik buat Mama. Mama gak perlu khawatir" ujar Reza malas.

"Ya udah. Jangan lupa nanti malam pulang ke rumah."

"Udah gitu aja? Mama bikin keributan cuma karena hal ini aja?" ujar Reza tak percaya.

Sang Mama hanya tersenyum sambil berlalu sementara Reza masih merasa sedikit sebal karenanya.

"Untung Mama tercinta." lirih Reza.

***

Pagi ini Reza tidak ada jam kuliah. Seperti biasa, dia pergi mengunjungi kafe yang merupakan salah satu aset pribadinya. Karena hari ini dia sedang malas memasak, dia meminta chef di kafe itu untuk membuatkan sarapan.

Reza menempatkan dirinya duduk di meja pojok dengan tempat duduk berupa sofa yang menempel pada dinding. Dia meminta karyawan kafe nya menyediakan secangkir capuccino dan beberapa cemilan ringan.

Reza membuka laptop yang setiapsaat ia bawa. Beberapa saat kemudian, pesanannya datang.

Usai karyawan Reza berlalu untuk kembali bekerja, tak lama lonceng kecil diatas pintu kafe berbunyi. Seorang wanita yang tampak familiar bagi Reza, datang bersama seorang pria dengan bergandengan. Tampak oleh Reza jika tangan wanita itu bertautan dengan lengan pria yang datang bersama.

Dua orang itu kemudian duduk di bangku yang tak terlalu jauh dengan bangku Reza. Reza hanya memperhatikan mereka sambil sesekali menyesap minumannya.

"Jadi gimana, Mamamu masih bersikeras menjodohkan kamu?" Ujar pria itu memulai pembicaraan.

Wanita itu hanya mengangguk mengiyakan. Jelas terlihat oleh Reza jikalau wajah wanitaitu sedang bersedih.

"Apa perlu kakak bantu ngomong biar kamu tak terus-menerus dipaksa menerima perjodohan itu?"

"Jangan, Kak. Nanti malah tambah runyam." ucap wanita itu sambil menunduk

"Argh! Lagian kamu juga sih. Betah amat menjomblo. Kamu emang ga ada tertarik sama pria lain gitu?" Tanya pria itu yang tak lain adalah Reyhan, Dosen di Universitas tempat Reza berkuliah.

"Aku masih gak bisa ngelupain dia kak" lirih wanita didepannya yang tka lain adalah Vio.

'Jadi Pak Reyhan bukan kekasih Bu Vio?' pikir Reza.

Reza masih mencuri dengar pembicaraan dua orang itu. hingga sebuah suara dari ponselnya membuyarkan fokusnya menguping Vio dan Reyhan.

"Ah, ya sudah deh. Paling tidak aku udah tau kalau Pak Reyhan bukan siapa-siapa Bu Vio"

Reza berlalu begitu saja tanpa menyapa Vio dan Reyhan yang dilewatinya. Dia buru-buru menuju tempat parkir motornya. Tak lama, dia melajukan motornya ke tujuan.

Reza berhenti di sebuah apotik untuk membeli beberapa obat-obatan. Tak lupa dia membeli bubur dan makanan lainnya. Setelah dirasa semua yang dibutuhkan telah ia bawa, ia kembali melajukan motornya hingga ke sebuah bangunan yang merupakan rumah kontrakan.

Reza memarkirkan motornya di pekarangan kontrakan itu. Setelah itu, ia mengetuk pintu rumah itu. Karena tak ada jawaban sama sekali, Reza membuka pintu yang ternyata tak dikunci.

Reza meletakkan makanan di meja makan rumah itu lalu berlalu menuju pintu sebuah kamar. Diketuknya pintu itu beberapa kali. Masih tak ada jawaban.

'Apa dia tertidur?' pikir Reza

Reza membuka pintu perlahan. Dia melongokkan kepalanya kedalam kamar. Tak didapati siapapun di sana. Reza melangkahkan kakinya masuk ke kamar itu hingga ia dikejutkan dengan suara pintu yang ditutup lalu dikunci oleh pemiliknya.

"Dian? Apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu sedang sakit?"

"Kamu akan datang kesini hanya ketika aku bilang kalau aku sakit?" ujar Dian sembari tersenyum miris.

"Ya. Karena kamu tidak sakit, aku akan kembali." ujar Reza hendak pergi keluar kamar itu.

"Jangan pergi, Reza. Tetaplah disini" ujar Dian mengiba.

"Maaf Dian. Aku tak bisa" ujar Reza teguh dengan pendiriannya.

Reza memalingkan wajahnya, dia tak ingin menatap ke arah Dian yang saat itu mengenakan pakaian yang sangat kurnag bahan. Bagaimana tidak, pakaian yang saat ini dipakai oleh Dian sangatlah tipis sehingga menampakkan pakaian dalam yang Dian pakai.

"Aku tak akan memberikan kuncinya padamu." ucap Dian sembari memasukkan kuncinya kedalam pakaian dalam yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

"Apa maumu,Yan?" geram Reza.

"Aku hanya mau kamu, Rez" ucap Dian sensual.

Darah Reza berdesir. Pertahanannya nyaris runtuh saat Dian berbisik ke telinganya dengan bisikan yang menggoda. Belum lagi dengan pakaian yang sungguh mengundang nafsu. Sebagai pria normal, Reza tak memungkiri bahwa dirinya tergoda.

Jemari lentik Dian membelai dada Reza yang mematung seolah tersihir oleh pesona Dian. Di kampus, Dian tergolong siswi yang cantik dengan bodygoals yang sangat diidamkan wanita lain. Tubuh Dian yang sintal dengan aset yang sangat menggoda, membuat siapapun pasti ingin mencicipinya.

Entah setan apa yang merasuki Reza, hingga Reza terbawa dengan permainan Dian.

Bisa Reza rasakan ada sesuatu yang mengeras dibawah sana. Dian yang tengah menggoda Reza dengan tubuhnya, merasakan milik reza yang mengeras. Dia mengelus sesuatu yang mengeras dari balik celana yang dikenakan Reza.

Dian yang tampak lihai, memainkan milik Reza dengan baik hingga membuat Reza merem melek keenakan. Dian mulai menurunkan pengait dan resleting celana Reza untuk memudahkan tangannya menelusup dibalik celana Reza.

Reza yang mulai terbawa hasrat, menarik tengkuk Dian dan mulai mengikuti permainan yang ditawarkan oleh Dian. Meski itu adalah hal yang pertama bagi Reza, bukan berarti dia tak mengetahui bagaimana melakukannya, karena terkadang dia juga menonton film dengan adegan serupa.

Reza memperlakukan Dian dengan lembut. Dalam kegiatan adu bibirnya, tangan keduanya saling bergerilya menjelajahi tubuh satu sama lain. Dian membuka kancing kemeja yang Reza gunakan, sementara pakaian Dian sudah lolos begitu saja karena Reza dengan mudah merobek pakaian tipis itu.

Reza menuntun Dian menuju ranjang. Reza terus memainkan gundukan pada tubuh bagian atas Dian. Desahan pun lolos yang membuat Reza semakin bersemangat bergerilya pada tubuh sintal itu.

Hingga setelah keduanya tak terhalang oleh sehelai benang pun, Reza yang telah diliputi kabut gairah yang teramat sangat, bersiap menyatukan dirinya dengan Dian. Namun tiba-tiba Reza menghentikan aksinya. Dia menyadari bahwa itu adalah pertama kalinya bagi Dian. Reza tak ingin merenggut milik Dian sementara dia tak bisa bertanggung jawab akan wanita itu dikemudian hari.

Reza bangkit dan memakai kembali pakaiannya lalu berlalu pergi keluar dari kamar itu meninggalkan Dian yang masih terpaku karena frustasi.

Bersambung...

***

Gak sampe panas dingin kan bacanya? 😅😂

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!