SEBELUM MEMBACA KISAH INI SAYA SARANKAN DULU AGAR ANDA MEMBACA SEASON 1 dari novel "Cinta Kedua," yang berjudul "Pernikahan Kontrak Ailin."
Visual CEO Adam.
visual Ailin.
...Apakah kalian suka dengan visualnya? ?...
Baiklah mari kita lanjutkan episode berikutnya ya sayang ku semua semoga kalian suka ya amin. . .
Adam menaruh satu tangannya di belakang punggungnya, dia menyembunyikan kota kecil berwarna merah.
"Ailin Will you marry me?" ucap Adam dengan membuka kotak yang tadi sempat dia sembunyikan di balik punggungnya.
Kotak itu berisikan cincin berwarna putih, Ailin begitu terkejut saat mendengarkan apa yang di ucapkan oleh Adam karena itu sangat mendadak jawaban apa yang akan di berikan Ailin pada Adam.
Ailin mulai menelan salifah ya sebelum dia membuka mulut untuk bicara.
“Yes.” jawab wanita itu singkat dengan air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya karena merasa terharu dengan apa yang terjadi saat ini.
Ailin mengucapkan kata-kata tersebut dengan menatap kearah Adam yang langsung tersenyum mendengarnya, bahkan semua pegawai Restoran itu langsung bertepuk tangan, seolah mereka ikut merasakan bahagia karena telah menjadi
saksi dari penyatuan cinta orang nomor satu di kota itu.
Adam langsung memeluk tubuh Ailin dengan sangat erat begitu juga sebaliknya. Mulai hari ini mereka akan memulai kehidupan barunya begitu
juga dengan Ailin, masa lalu yang kelam dan penuh penderitaan di kehidupan Ailin sebelumnya semoga tidak pernah terulang kembali di kehidupan ini. Adam dan juga Ailin merasa sangat bahagia hari ini karena mereka menemukan kembali pasangan kedua yang mungkin sejak awal mereka memang berjodoh hanya saja tuhan menguji
cinta Adam lebih dulu sebelum pria itu bersanding dengan wanita sebaik dan juga
secantik Ailin.
Semua pelayan yang sedang berada di restoran ini langsung berjalan mendekati Ailin dan juga Adam, mereka satu persatu mengucapkan selamat pada Ailin dan juga Adam karena telah memutuskan untuk menikah lagi.
Ailin dan juga Adam yang tidak pernah sombong dengan semua kekayaan mereka langsung mengambil uluran tangan setiap pelayan dengan tersenyum manis. Semua pelayan itu mendoakan hal yang baik bagi masa depan Adam dan juga Ailin, begitu juga sebaliknya Adam menyuruh semua pelayan yang berada di dalam restoran itu ikut makan dan juga duduk di meja yang sama dengannya. Tentu saja semua pelayan itu menolak apa yang di inginkan oleh CEO
paling berpengaruh di Negara mereka ini.
Adam melihat kearah sampingnya, di sana ada manager dari restoran itu. Melihat sorot mata Adam, manager itu mengerti jika dia harus menyuruh semua pelayannya untuk mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan. Ailin dan juga Adam kembali mendudukkan tubuhnya itu di kursi yang sempat mereka duduki tadi. Di wajah Adam dan juga Ailin terlihat sangat jelas jika mereka sedang malu-malu kucing saat ini mungkin karena perubahan lamaran untuk menikah ini telah resmi dan hanya tinggal menunggu hari H saja.
Selang beberapa waktu, Adam dan juga Ailin meninggalkan restoran itu, dan semua pegawai restoran mengucapkan terimakasih karena mereka merasa terhormat sudah di ajak makan satu meja oleh orang terpandang dan juga tersohor di kota ini. Adam dan juga Ailin bergandengan tangan sembari tersenyum manis pada semua pegawairestoran ini.
Di mobil.
Ailin terus mengarahkan pandangannya kearah jalanan, sedangkan Adam sibuk memusatkan perhatiannya ke jalanan yang kelihatan lenggang pada hari ini, Adam melirik sekilas pada Ailin dan tersenyum tipis, dia pasti merasa sangat bahagia karena wanita yang selama ini dia cintai, mulai mencintainya juga.
Ailin tidak pernah mengira jika dia akan jatuh cinta lagi setelah trauma panjang yang dia alami saat menjadi istri, mantan suaminya dulu sekarang Radja sudah hidup bahagia dengan istri keduanya.
“Sayang, bagaimana jika kita pergi ke rumah Sani?” tanya
Adam sembari melirik sekilas kearah Ailin, kemudian kembali memusatkan
perhatiannya kearah jalanan. Jantung Adam berdetak dengan sangat cepat saat
ini bagaikan dentuman drum music rock and roll.
“Baiklah, aku juga mau menyampaikan kabar baik ini pada
mereka,” ucap Ailin dengan tersenyum tipis.
Dia begitu manis dan juga cantik sekali jika sedang tersenyum seperti ini, dan setiap aku berada di sampingnya detak jantungku pasti berdetak dengan sangat cepat seperti ini.
Selang beberapa waktu, mobil yang di kemudikan oleh Adam mulai berhenti di gerbang utama rumah Pak Ray, penjaga gerbang yang mengetahui siapa orang yang berada di dalam mobil segera membuka gerbang itu dan satu penjaga gerbang lain segera menghubungi Pak Ray di dalam rumahnya.
Pak Ray dan juga Sani yang sedang duduk santai di teras kamarnya melihat mobil majikannya mulai melaju pelan dan berhenti di halaman rumahnya, Pak Ray menerima telepon dari penjaga gerbang rumahnya dan segera berjalan turun dengan langkah kaki sedikit berlari. Begitu juga dengan Sani. Pak Ray dan juga Sani jelas saja kaget melihat akan hal ini karena tidak
biasanya kedua orang itu datang tanpa memberikan kabar terlebih dahulu.
“Tuan muda, Nona muda selamat datang,” ucap Pak ray dengan membungkukkan sedikit badannya di hadapan kedua orang itu.
“Sani, Pak Adam. Tumben sekali kalian datang tanpa mengabari
kami lihatlah ini aku hanya mengenakan baju santai seperti ini saat menjamu
kalian, aku tidak sempat berganti baju,” ucap Sani dengan bibir mengerucut.
.
“Kalian sudah aku anggap sebagai saudara, jadi tidak perlu sungkan seperti itu, benarkan sayang?” tanya Adam sembari menaruh tangannya di pundak Ailin dengan mesra.
Pak Ray dan juga Sani saling beradu pandang sekilas, mereka mulai
heran sejak kapan kedua sahabatnya ini berhubungan dekat seperti ini, memang
dulu Adam dan juga Ailin sudah berpacaran namun selain bergandengan tangan
tidak ada lagi hal romantis yang kedua pasangan itu lakukan contohnya seperti
sekarang ini.
Pak Ray menyuruh pelayan rumahnya untuk membuatkan makanan
namun Ailin dan juga Adam menolak akan hal itu sebab mereka baru saja makan di
restoran. Mendengar apa yang di katakan oleh kedua tamunya, Pak Ray menyuruh
pelayan rumahnya untuk membuatkan dua cangkir kopi dan juga dua cangkir teh
hijau saja.
Sani mengandeng tangan Ailin masuk ke dalam rumahnya, sedangkan Pak Ray berjalan di samping Adam sembari berbincang-bincang. Mereka berempat duduk di ruang tamu rumah itu, ini adalah rumah pemberian Adam sebagai hadiah pernikahan Pak Ray dan juga Sani beberapa waktu yang lalu. Rumah yang sangat besar dan juga mewah membuat semua orang kagum akan kebaikan hati Adam yang mau menghadiahkan rumah yang pastinya mahal harganya pada seorang asisten.
Bahkan hal ini pernah menjadi perbincangan hangat di media masa beberapa waktu yang lalu. Dan karena hal positif ini juga kemajuan usaha Adam semakin berkembang pesat.
Seorang pelayan berjalan keluar dari dapur dengan membawa nampan berisikan pesanan Pak Ray tadi. Pelayan itu duduk di lantai sembari menaruh dua cangkir kopi di depan Adam dan juga Pak Ray. Serta menaruh dua cangkir lagi Teh di hadapan Sani dan juga Ailin.
"Carikan WO ternama dan juga terbaik di kota ini, serta aku ingin acara pernikahan yang sangat megah dan akan di kenang semua orang di kota ini," ucap Adam pada Pak Ray sembari menyilangkan kakinya dengan arogan dan juga penuh karisma.
Ailin mengeryitkan keningnya setelah mendengar apa yang di ucapkan oleh calon suaminya ini.
Sedangkan Sani dan juga Pak Ray yang sedang santai sembari menyandarkan punggungnya di sofa sontak langsung menarik punggung mereka berdua kaget setelah mendengarkan apa yang di ucapkan oleh Adam.
“Benarkah kabar baik yang aku dengar barusan ini adalah benar?” tanya Sani dengan tatapan selidik melihat kearah Ailin yang sedang menatap Adam dengan mengerutkan keningnya.
“Ya, Kalian berdua tidak salah dengar,” ucap Adam menimpali kata-kata Sani tadi.
“Kenapa harus di rayakan seperti itu, kita kan sudah pernah menikah di masa lalu?” tanya Ailin dengan penuh tanda tanya besar yang kelihatan sangat jelas di wajahnya.
“Karena aku ingin semua orang yang ada di kota ini ikut mendoakan acara pernikahan kita nanti, dan aku juga ingin tanggal dan juga di hari kita menikah akan di ingat oleh semua orang di dalam kota ini sebagai perayaan besar karena aku akan membagikan banyak uang dan juga bahan pokok pada semua warga kita agar mereka ikut merasakan kebahagian yang telah aku rasakan ini,” jelas Adam dengan menatap Ailin.
Seolah dari tatapan pria itu mengartikan jika dia sedang meminta ijin pada calon istrinya agar tidak menolak hal baik yang akan dia lakukan di hari pernikahannya nanti.
Ailin tersenyum, “Baiklah, aku sangat setuju dengan apa yang kau ucapkan barusan. Dengan begitu akan banyak rakyat miskin yang mendapatkan berkah di hari pernikahan kita nanti,” Setelah mendengar apa yang Ailin ucapkan pria itu langsung memeluk mesra calon pengantinnya ini.
Pak Ray dan juga Sani tersenyum bahagia melihat hal ini, mereka tidak menyangka jika dalam waktu yang
singkat kedua sahabatnya itu juga akan menikah. Pak Ray menaruh tangannya di pundak istrinya, dan Sani langsung menaruh kepalanya di pundak Pak Ray. Mereka berdua sangat senang melihat kedua sahabatnya itu mempertontonkan sesuatu yang romantis di
hadapan mereka. Pak Ray dan juga Sani melihat permandangan gratis yang sedang
ada di hadapannya saat ini dengan terus tersenyum.
Ailin yang baru menyadari jika ada sepasang suami-istri yang sedang menatap mereka dengan tak bergeming sedikitpun langsung melepaskan pelukannya pada Adam, Adam juga melepaskan pelukannya pada calon istrinya ini.
Adam dan juga Ailin kembali membenarkan posisi duduknya saat ini. Setelah berbincang-bincang tentang acara pernikahan yang akan di gelar secara
besar-besaran kurang dari waktu satu bulan. Adam dan juga Ailin menyerahkan
semuanya pada Pak Ray dan juga Sani sedangkan masalah gaun pengantin Ailin
sendiri yang akan secara khusus merancangnya untuk dirinya sendiri dan juga suaminya.
Adam dan juga Ailin berpamitan pulang pada Sani dan juga Pak Ray, Adam lebih dulu mengantarkan Ailin pulang kerumahnya. Setelah mobil Adam sampai di halaman rumah Ailin, Adam tidak langsung pergi tapi dia melihat kearah Ailin sampai menghilang di balik pintu rumahnya dan dia segera pergi meninggalkan rumah Ailin.
Satu Minggu kemudian.
Adam dan juga Ailin sedang bersiap-siap pergi ke Negara A. Negara ini adalah tempat tinggal kedua mertua Adam yang telah memberikan semua hartanya untuk diwariskan padanya, Kedua orangtua Almarhum istrinya pernah berpesan jika Adam sudah menemukan pengganti almarhum putrinya maka, Adam harus
datang dengan membawa calon istrinya itu datang berkunjung ke kota A sebelum melangsungkan pernikahan.
Adam tidak melupakan akan janjinya itu, sekarang dia berada di halaman depan rumah almarhum istrinya. Rumah yang sangat megah dan juga mewah ini di jaga oleh banyak pengawal, sebab mertua Adam adalah orang kaya di negaranya dan karena hal ini juga Adam menjadi orang paling kaya di kota B. Seorang penjaga gerbang langsung
membukakan gerbang utama itu setelah melihat Adam yang berada di dalam mobil.
Dengan heran dan juga takjub melihat rumah yang sangat mewah
ini membuat Ailin berdecak kagum dan mengamati setiap sudut halaman rumah dan
juga ada taman kecil yang tertata begitu rapi di sana, Pasti ada beberapa tukang kebun yang bertugas merawat taman itu setiap harinya. Adam dan juga Ailin sampai di kota A malam hari.
Keluarga besar Sea terkenal sangat tertutup dan mereka juga jarang sekali muncul di depan publik. Hingga hanya orang yang tertentu saja, yang bisa masuk kedalam kediaman mereka. Ada rasa ragu dan juga rasa takut tersendiri yang sedang Ailin rasakan.
Ailin pasti mulai terbayang-bayang beberapa rumor yang sempat dia baca dari koran dan juga dari sosial media tentang keluarga besar Sea ini. Dan hal itu juga yang mulai membuat Ailin merasa ragu mulailah terbersit keinginan untuk bisa kabur menjauh dari rumah ini. Tapi Gak itu tidak mungkin dia lakukan karena Adam akan terkena dari perbuatannya ini.
“Mas Adam, aku sangat takut bagaimana jika mereka tidak menyukai aku?” tanya Ailin dengan wajah kelihatan cemas.
“Percayalah padaku sayang, mereka akan dengan mudah menyukaimu,” balas Adam mencoba menengkan hati wanitanya ini sembari mengusap
lembut tangan wanita itu.
“Semoga saja,” jawab Ailin sembari mulai mengarahkan pandangannya ke teras rumah itu.
Dua orang paruh baya sedang menunggu mereka di teras dengan
senyuman mengembang di bibirnya, Ailin mulai menghembuskan nafas lega saat dia
melihat senyuman kedua orang itu. Adam turun lebih dulu dari mobil dan dia
segera membukakan pintu untuk Ailin sembari mengandeng tangan wanita itu untuk
menenagkan rasa cemas yang mungkin saat ini sedang bergemuruh di hati calon istrinya ini.
“Pa, Ma. Apa kabar?” sapa Adam sembari memeluk kedua orang itu bergantian. Ibu dan juga Ayah mertuanya itu juga membalas pelukan adam dengan sayang.
“Siapa wanita ini?” tanya Nyonya Sea dengan menanamkan matanya saat menatap kearah Ailin seakan sedang menunjukkan jika dia tidak suka melihat Ailin di dalam rumahnya.
Tu kan, benar apa yang aku bilang mereka pasti tidak menyukai aku, Nyonya dan juga Tuan besar Sea juga di kenal orang paling kejam dan juga raja tega di kota ini mana mungkin mereka akan menerima aku dengan sangat mudah, entah mengapa aku mulai menyesal kenapa harus datang kerumah ini padahal aku sudah mengerti dengan sangat jelas Jika kemungkinan kecil mereka kan mau merestui hubunganku dengan Mas Adam.
Ya tuhan aku mohon buat mereka
menyetujui pernikahan ini sebab aku sudah mulai menyukai Mas Adam, dan jangan
biarkan hubungan kami ini akan kandas sebelum di mulai. Ailin bergumam dalam
hati sembari menunjukkan rasa takut dan juga bercampur rasa bimbang yang saat
ini mulai merajai hatinya dan dengan perlahan tapi pasti mulai menghilangkan semua kepercayaan dirinya tadi.
Tuan besar Sea menatap kearah Ailin dengan wajah datar. Saat Ailin menatap kearah Tuan besar Sea seakan ada desiran angin malam yang berhembus begitu kencang yang mulai menerpa tubuh kurusnya ini dan tiba-tiba tangan Ailin mulai berkeringat dingin saat ini.
JIKA KALIAN MENYUKAI NOVEL INI JANGAN LUPA KASIH VOTE DAN JUGA LIKE SERTA KOMENTAR JUGA YA. .
KARENA SEMAKIN BANYAK LIKE VOTE DAN JUGA KOMENTAR BISA MEMBUAT AUTHOR RAJIN UPDATE YA.
Adam melihat kearah Ailin yang menunjukkan tidak ada tanda-tanda membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh Nyonya Sea padanya dan Adam juga berinisiatif untuk menjawab pertanyaan tersebut, Adam menaruh tangannya di pundak Ailin sebelum berbicara, “Dia Ailin calon istri saya,” jawab Adam dengan seulas senyuman.
Wajah Nyonya dan juga Tuan Sea masih tidak berubah mereka mengamati Ailin dari ujung kaki sampai ke atas kepalanya seolah sedang menilai bentuk tubuh dan juga dandanan wanita itu dengan seksama. Ailin semakin ketakutan dia akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari kedua orang itu. Adam mengetahui jika wanita ini sangat ketakutan namun Adam hanya membiarkannya saja seolah dia mengerti jika kedua mertuanya akan menunjukkan.ekspresi dan juga sikap demikian.
“Apakah kau pantas menjadi menantu kami dan mengantikan mantan istri adam, Jawab?” tanya Nyonya Sea dengan mata menatap kearah Ailin tajam.
Mau tidak mau kali ini Ailin harus membuka mulutnya untuk berbicara karena dia tidak mungkin diam saja sebab dirinya bukanlah orang yang bisu sehingga harus terus meminta Adam berbicara untuknya.
“Sa. . saya tentu saja merasa tidak pantas untuk mengantikan putri anda yang sangat cantik dan juga anggun itu karena saya berasal dari keluarga yang sederhana dan lebih lagi kedua orangtua saya juga sudah meninggal sejak saya masih kecil,” ucap Ailin dengan mata berkaca-kaca dia sudah mulai akan menjatuhkan air matanya.
Tapi sebisa mungkin Ailin menahan air matanya, wanita itu memutar bola matanya kesana-kemari mencoba menahan mendung yang sudah siap runtuh dari pelupuk matanya saat ini.
“Hahaha! Ma, kau membuat calon putriku ini ketakutan,” ucap Tuan Sea sembari tersenyum menatap Ailin.
"Hahaha Maafkan aku Pa, dia kan juga akan menjadi putriku juga" ujar Nyonya Sea menimpali kata-kata yang tadi di ucapkan oleh suaminya.
Adam mulai ikut terkekeh dengan Tuan Sea setelah melihat
calon istrinya ini merasa ketakutan sedangkan Ailin yang masih polos dia hanya
bisa menatap kedua pria itu bergantian tidak mengerti apa yang sedang mereka
bicarakan saat ini. Nyonya Sea ikut tertawa dan langsung memeluk Ailin dengan lembut
sampai Ailin tersentak kaget saat perlakuan Nyonya Sea berubah padanya. Dia
pasti tidak menyangka jika Adam, Tuan Sea dan juga Nyonya Sea sengaja menakut-nakuti
Ailin dulu. Awalnya Adam tidak mau mengikuti rencana kedua mertuanya itu namun karena kedua orang itu terus memaksa, hingga adam tidak bisa membantah lagi apa yang mereka inginkan.
“Apakah kalian menerima aku untuk menjadi istri dari Mas Adam?” tanya Ailin yang masih juga belum menyadari jika dia hanya sedang di permainkan saja. Atau paling tepatnya Nyonya Sea dan juga Tuan Sea ingin melihat apa yang akan Ailin lakukan jika mereka menolaknya.
Mungkin semua wanita akan melawan dan juga berbohong demi
mendapatkan restu, tapi Ailin sangat berbeda dari kebanyakan wanita, dia justru
sangat rendah hati bahkan wanita itu tidak memberitahukan bisnisnya yang sudah
bersaing di pasar internasional di kota ini. Ailin malah menceritakan jika dia
hanya wanita dari keluarga sederhana dan juga tidak memiliki apapun selain kata
cinta yang bisa dia banggakan.
Inilah Ailin sikapnya tidak berbeda jauh dengan Adam, Ailin tidak suka menyombongkan kekayaannya saat ini karena baginya itu hanyalah usaha dan juga kerja keras yang berbuah manis pada akhirnya.
Tuan Sea dan juga Nyonya Sea sudah mencari tau asal usul dan
juga semua kehidupan Ailin sebelumya, belum bertemu dengan Ailin saja kedua orang
itu sudah merestui hubungan Adam dengan Ailin.
“Tentu saja, kau pantas menjadikan putri kami,” ujar Nyonya
Sea sembari melepaskan pelukannya pada Ailin. “aku tidak pernah menyangka
sebelumnya jika tuhan mengambil putri semata wayang kami namun dalam jangka
waktu yang cukup dekat tuhan memberikan kami putri kedua, ya itu kamu Ailin,”
Mendengarkan kata-kata Nyonya Sea, Ailin langsung tersenyum
bahagia, Ailin melirik sinis kearah Adam yang tidak memberitahukan ini semua
padanya. “Tuan Sea nyonya Sea bagaimana jika kau mulai berubah pikiran untuk menikah
dengan pria yang ada di sampingku ini? Apakah kalian akan marah?” tanya Ailin
sembari mengerdipkan satu matanya pada kedua orang yang ada di depannya saat
ini.
“Tentu saja kami tidak keberatan,” jawab Tuan Sea dengan
seulas senyuman.
Sontak Adam langsung mengalihkan pandangannya menatap kearah
Ailin yang malah tersenyum padanya, “Sayang, kenapa kau bicara seperti itu tadi
kan aku hanya bercanda,” wajah Adam
mulai kelihatan serius saat ini.
Lihat itu CEO besar sepertinya saja dengan mudah bisa di bohongi oleh calon istrinya. Adam sangat sensitif sejak dulu jika sudah menyangkut masalah Ailin. Jantung Adam bahkan berdetak dengan sangat cepat saat ini bahkan air mukanya mulai kelihatan begitu serius saat menatap kearah Ailin.
“Aku juga bercanda,” ucap Ailin dengan mengerdipkan satu matanya genit.
Tak di sangka Adam langsung memeluk tubuhnya dengan sangat
erat di hadapan Tuan Sea dan juga Nyonya Sea. Tuan muda Sea menaruh tangannya di
pundak istrinya dengan menatap kearah Adam dan juga Ailin sedangkan Nyonya Sea
tersenyum melihat kedua sejoli itu seakan dia mengetahui apa yang di rasakan
oleh Adam saat ini.
Ada kesedihan di balik mata Tuan Sea saat ini, begitu juga dengan nyonya Sea dia mungkin sedang berpikir andai saja yang sedang di peluk oleh Adam saat ini adalah almarhum putrinya dia pasti akan sangat bahagia melihat hal ini. Sejak awal Adam memang mencintai Ailin walaupun pria itu sempat menikah dengan putrinya tapi tetap saja cintanya pada Ailin tidak bisa dia lupakan begitu saja.
Tuan Sea dan juga Nyonya Sea melihat Ailin dengan tatapan sendu seolah dia melihat sifat putrinya yang telah tiada, ada di dalam diri Ailin dan secara tidak langsung juga Tuan Sea dan juga Nyonya Sea merasa beruntung karena Adam menikah dengan wanita sebaik Ailin.
"Mas Adam aku kan tadi sudah bilang jika aku hanya bercanda saja," jelas Ailin lagi hendak melepaskan diri dari pelukan pria itu namun Adam tidak mau melepaskannya begitu saja.
"Apakah kau tau seberapa takutnya aku akan kehilangan mu, jadi aku aku mohon jangan katakan hal itu lagi walaupun hanya bercanda." Pria itu melepaskan pelukannya pada Ailin.
"Aku berjanji tidak akan pernah melakukannya lagi, walaupun hanya bercanda," jelas Ailin dengan mulai menangis.
"Sayang, kenapa kau menangis apakah kami tadi membuat kesalahan padamu?" tanya Nyonya Sea sembari melepaskan tangan suaminya yang tadi masih melingkar di bahunya.
"Entah mengapa pada hari ini aku sangat bersyukur pada Tuhan karena bisa mempertemukan aku dengan kalian."
JIKA KALIAN MENYUKAI NOVEL INI MAKA BUDAYAKAN LIKE, VOTE DAN JUGA KOMENTAR YA. .
KARENA HAL ITU AKAN MEMBUAT AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT UNTUK UPDATE RUTIN DAN JIKA MEMUNGKINKAN SATU HARI AKAN LEBIH DARI SARU BAB. YA KAWAN. .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!