NovelToon NovelToon

From Qiana

01.Untuk aksa

Lanjut bertahan atau meninggalkan?

Happy reading!

•••

Untuk kesekian kalinya, Qiana membuatkan bekal untuk Aksa. Namun lagi-lagi, aksa menolak. Dia enggan menerima bekal itu, Qiana hampir saja menyerah. Tapi dia pun memikirkan tentang hubungannya,

Dia tak mau jika hubungannya, kandas ditengah jalan. Dia tidak mau, jika perjuangannya selama ini sia-sia.

Perjuangan untuk merobohkan benteng, yang dibuat Aksa. Benteng itu terlalu kokoh, sampai-sampai Qiana hampir tidak bisa mendobrak benteng itu. Tapi, dia yakin bahwa suatu saat nanti dia bisa merobohkan benteng yang dibuat oleh Aksa.

"Aksa, kamu makan ya bekal dari aku!" Ujar Qiana. "Gue gak butuh itu!" Tegas Aksa.

"Tapi sa, kali ini aja! Aku udah nyiapin ini! Dari subuh," pinta Qiana. "Gue bilang, enggak! Ya enggak!" Tolak aksa lagi,

"Udah neng, kalo Aksa gamau mending buat gue aja!"sahut Rey, teman Aksa. "Hmm, Yaudah deh ini buat Rey! Kalau nanti dibuang kan mubazir, di makan ya Rey! Semoga suka,"kata Qiana.

"Aku ke kelas dulu ya,"katanya lagi. Tapi Aksa enggan menghiraukan, perkataan Qiana.

Sampai kapan? Dia harus begini terus? Sampai kapan? Aksa akan menolaknya? Jika boleh jujur, Qiana sudah sangat capek dengan sikap Aksa. Sikap yang cuek, dingin, pemarah, tapi dia dengan sabar menghadapi sikap Aksa.

Aksa sudah main di belakang, beberapa kali dengan cewek lain. Namun respon Qiana? Dia malah biasa saja, jauh didalam lubuk hatinya. Dia sangat kecewa, dengan tindakan Aksa.

Tapi Qiana, akan berusaha semaksimal mungkin. Untuk meluluskan hati Aksa lagi, Qiana rindu sosok Aksa yang dulu. Aksa dulu sangat perhatian dengan dirinya, peduli dengan dirinya, tapi sekarang? Menengok, wajah Qiana saja enggan. Dia tidak tahu, mengapa Aksa bisa bersikap seperti itu dengan dirinya.

Penolakan, demi penolakan. Selalu di dapat oleh Qiana, Memang untuk kali ini. Dia harus ekstra lebih sabar lagi,

Entah sampai kapan dia akan bodoh dengan cinta, memang benar cinta bisa membuat seseorang menjadi buta. Buta akan cintanya, buta akan perjuangannya, perjuangannya yang tidak dihargai pun dia masih sayang dengan Aksa.

Dia berjuang seperti ini, hanya untuk Aksa. Dan dia juga akan membuktikan, Bahwa Qiana bisa membuka Aksa jatuh ke pelukannya lagi. Seperti dahulu,

Dan untuk kesekian kalinya, dia akan tetap bertahan. Bukan pergi, untuk meninggalkan.

••• From Qiana•••

Selamat datang, selamat merasakan apa yang Qiana rasakan.

Apakah ada yang seperti Qiana?

Apakah diantara kalian, ada yang sedang berada di fase ini.

Memperjuangkan seseorang, tapi seseorang itu mengabaikan perasaan kalian.

Selamat membaca, jangan lupa untuk memberikan vote+komen,

Share jika kalian suka.

Pemalang, 29 Maret 2020

Nabila Sefi Oktaviani.

Tetap di rumah, jangan keluar. Jika tidak ada kepentingan yang begitu, penting. Semoga keadaan lekas membaik seperti semula,

Jaga kesehatan, karena berjuang juga butuh tenaga.

terimakasih jika kalian sudah mampir ke lapak cerita saya, saya harap kalian bisa suka. dan mohon maaf sekali, jika tanda baca saya. banyak kesalahan, karena saya masih dalam tahapan belajar.

ada kritikan/saran? silahkan keluarkan, saya masih butuh itu. tetap dukung saya dan cerita saya yaa, karena tanpa kalian saya bukan apa-apa.

jujur sangat berat, untuk memindahkan cerita ini kesini:). tapi saya yakin, cerita saya bisa sukai kalian. terimakasih sekali lagi,

02. Zona

Biarkan aku bertahan, dalam zona ini. Dimana zona mencintai tidak dicintai, dan berjuang tidak dihargai.

Happy reading!

Jangan lupa puter lagunya ya, biar feel-nya lebih dapet lagi wk.

•••

Qiana kembali ke kelasnya dengan keadaan lesu, dan muka ditekuk. Nayla, sahabat Qiana sudah tau. Dia kenapa, Nayla pun menghampiri Qiana.

"Di tolak lagi?" Tebak Nayla. "Iya," jawab Qiana lesu.

"Udah lah Ra, kasian hati lo! Mau seberapa pun, lo perjuangin dia! Dia akan tetap nolak, dia udah gak sayang sama lo lagi Ra!" Kesal Nayla. "Aksa sayang aku kok, cuma dia gamau ngakuin perasaannya! Dia cuma mau tau, gimana aku perjuangin dia!" Kata Qiana bersikeukeh.

"Qiana Almahyra, udah deh terserah lo! Udah kenal cinta, begonya minta ampun!" Ujar Nayla, bertambah kesal. Qiana pun tersenyum, lalu dia berkata " Biarkan aku bertahan, Dalam zona ini. Dimana zona mencintai tidak dicintai, dan berjuang tidak dihargai!"

Nayla yang mendengar penuturan Qiana pun, ikut tersentuh.

"Yaudah deh, semangat ya!"kata Nayla.

Qiana pun mengangguk, dan tersenyum.

"Makasih nay, udah mau ada buat aku. Udah mau dengerin semua keluh kesah aku, jangan pernah berubah Nay!" Kata Qiana tulus. Nayla pun memeluk Qiana, "Gue gak akan pernah ninggalin lo, Ra!" Jawab Nayla.

Setelah waktu di sekolah, Qiana habiskan. Sekarang, adalah waktunya untuk pulang. Qiana pulang terlambat, dikarenakan dia harus piket pada hari ini. Hari sudah mulai petang, tapi tidak ada satupun angkot yang lewat. Dan sialnya, hp Qiana sedang lowbat. Dia lupa membawa, power bank.

Dari kejauhan, ada satu motor yang sedang melintas. Motor itu berboncengan dengan wanita, dan Qiana tau siapa pemilik motor itu. Dia adalah kekasihnya sendiri, Aksa Delvin Arion. Aksa memang melihat Qiana, walaupun dia menggunakan helm full face. Saat melintas di depan Qiana, Aksa menarik tangan wanita yang di Belakang untuk memeluknya.

Pemandangan macam apa ini? Disaat dirinya lelah dengan semua hal, pemandangan ini lewat saja didepan matanya. Bak angin ****** beliung, yang meluluh lantakkan apa saja yang ia lewati. Seperti halnya hati Qiana, kali ini dia kembali terluka. Atas perlakuan Aksa,

Qiana Hampir tiap waktu berfikir, jika saja dia tau awalnya seperti ini. Dia tidak mau terjebak dalam perasaan yang sangat membingungkan, hatinya memang sudah sakit. Tapi kali ini, dia lebih sakit apa yang dia bayangkan.

Hujan mulai turun, seperti nya semesta memang tau. Jika dirinya terluka, Qiana mulai berjalan di bawah derasnya hujan. Kemudian dia menumpahkan, apa yang dia rasakan.

Qiana pulang dengan jalan kaki, dirinya hanya ingin melepas rasa lelah hatinya untuk saat ini. Dia tidak peduli, jika dia sakit besok. Yang penting, untuk saat ini. Qiana bisa menangis, dengan sepuas-puasnya.

•••From Qiana•••

Selamat membaca, jangan lupa untuk tinggalkan vote+komen

Jika kalian di posisi Qiana? Apakah kalian akan melepaskan atau mempertahankan.

Seseorang yang jelas-jelas, sudah tidak peduli denganmu.

Tetap jaga kesehatan, jangan keluar rumah. Semoga keadaan lekas membaik,

Pemalang, 31 Maret 2020

Nabila Sefi Oktaviani.

Share jika suka.

Jangan lupa masukan ke reading list kalian, terima kasih.

Apakah siap untuk menuju ke part selanjutnya?

Jangan lupa spam next, untuk Qiana.

semoga kalian sukaa, jangan lupa taruh komentar kalian.

03. Patah

Ada yang retak tapi bukan kaca,

Ada yang patah tapi bukan tulang,

Ada yang mencintai tapi tidak bisa memiliki,

Happy reading!

Jangan lupa di putar lagunya:).

•••

Hancur sudah, hatinya saat ini. Bagai kaca yang sudah di banting, hancur lebur dan berkeping-keping. Apakah dia akan tetap memperjuangkan Aksa? Atau dia lebih memilih mundur?

Saat dalam perjalanan menuju ke rumah, Qiana menatap ke depan dengan tatapan yang kosong. Bibir pucat, langkah gontai. Sudah seperti orang yang kehilangan arah hidupnya,

Sesampainya di rumah, pertahanan Qiana luruh. Dia terkapar di luar dengan kondisi yang basah, bibirnya yang pucat. Semacam mayat hidup, untung saja ada yang melihatnya. Yaitu, Delan. Adik dari Qiana, yang sudah memasuki bangku SMA. Satu sekolah dengan Qiana, namun Qiana menyembunyikan status itu dari masyarakat sekolah. Entah, kenapa Qiana bisa berbuat seperti itu. Delan tak tahu,

Delan yang melihat Qiana terkapar, pun langsung membopongnya masuk ke dalam rumah. Tidak peduli, jika dirinya ikutan basah. Yang terpenting, sekarang adalah kakaknya.

Setelah Qiana sudah mengganti bajunya, dan sudah berada di kamarnya. Delan menghampiri Qiana dan menanyakan, perihal kenapa dirinya bisa hujan-hujanan seperti ini.

"Lo kenapa, bisa hujan-hujanan sih kak?" Tanya Delan. Qiana pun menjawab, "Gapapa, tadi nyari angkot ga dapet! Keburu malem, yaudah jalan kaki!"

"Kok gue, ga yakin ya? Terus mata lo, kenapa bisa sembab?" Ujar Delan. Pertanyaan Delan membuat Qiana bungkam,

"Gausah boong lagi, kak! Gue udah tau, ini ulah Aksa kan?" Tebak Delan. Qiana masih tak berani berbicara, karena dia takut Delan melakukan hal yang macam-macam.

"Kenapa lagi dia, selingkuh? Jalan sama cewe lain? Gini ya, kakakku! Cinta boleh, **** jangan! Jangan mau di rendahin sama cowok, kalo pun lo berjuang, tapi gak dihargain. Ya udah mundur, jangan stuk sama 1 cowo." Delan pun menjeda perkataannya, lalu dia pun melanjutkan lagi "Masih banyak, cowok diluaran sana yang baik sama lo! Contohnya gue, walaupun gue bandel gini. Gue tetep anggep lo, kakak gue! Mau gimana pun itu, lo berhak gue jaga sekarang! Siapapun dia, yang buat kakak gue nangis! Bakalan berhadapan langsung sama gue," Jelas Delan.

Penuturan Delan, membuat Qiana tersenyum. "Makasih dek, tapi kakak beneran gapapa! Kakak udah biasa kok, disakitin!" Kata Qiana.

Walaupun Delan laki-laki, tapi dia bisa mengerti apa yang Qiana rasakan. Bagaimana tidak? Kamar Delan, bersebelahan dengan Qiana. Tanpa Qiana tahu, Delan sering mendengar Qiana menangis. Walaupun Qiana menangis dalam diam nya, Sakit? Jelas perasaan Delan ikut sakit, Qiana sering mengungkapkan isi hatinya lewat Diary yang di simpan, di dalam kotak berwarna biru.

Tanpa Qiana tahu, Delan sudah sering membaca buku diary milik Qiana. Lancang? Tentu saja tidak, Qiana tipe orang yang pendiam. Dia tidak mau bercerita, jika ada masalah. Delan, sudah sering mendesaknya.

Namun itulah Qiana, tidak suka bercerita. Tapi lebih, sering memendam.

Saat mereka sedang berbincang-bincang, Mamah mereka pulang. Jesslyn, itu nama mamah Qiana dan Delan.

"Ana, sini kamu!" Panggil Jesslyn.

Qiana pun menghampiri mamahnya, padahal Delan sudah melarang Qiana.

"Iya mah, ada apa?" Ujar Qiana. "Kamu, masak apa hari ini? Saya lapar, ingin sekali makan!" Kata Jesslyn.

"Ana, belum masak mah! Ana tadi, telat pulang!" Kata Qiana sambil menundukkan kepalanya, Jesslyn pun membanting vas meja di depan Qiana. Dan membuat dirinya tersentak kaget,

"Belom masak, kamu tau? Saya capek, pulang kerja! Saya lapar, anak macam apa kamu? Tidak bisa di andalkan! Sekarang juga, kamu buatin saya makanan! Tidak ada penolakan," bentak Jesslyn kepada Qiana.

"Tapi mah, kepala Ana masih pusing! Ana tadi kehujanan," Tolak Qiana halus. Tanpa sepengetahuan Qiana, Jesslyn mendorong dia. Hingga, kepala Qiana terbentur tembok.

Delan yang melihat, Qiana di dorong pun langsung turun ke bawah. Dia tak segan-segan, untuk membentak mamahnya.

"Mamah apa-apaan sih?! Emang kakak lagi sakit, kenapa di dorong? Mamah sengaja, mau buat kakak terluka? Iya?" Ujar Delan. Jesslyn, tidak menghiraukan, perkataan Delan. Dan memilih, untuk masuk ke kamarnya.

"Dasar ga punya hati," Kata Delan emosi.

Jesslyn, sempat menghentikan langkah kakinya. Selang beberapa detik, dia menutup pintu kamarnya dengan keras.

Brak

Tentu saja, Delan kaget. Delan pun, membantu Qiana. Dia membopong Qiana, ke kamarnya. Qiana sempat memegangi kepalanya, karena tadi dorongnya cukup keras.

"Kak, lo gapapa kan?" Tanya Delan. "Gapapa kok, cuma pusing dikit doang," jawab Qiana.

"Kalo, besok lo masih pusing. Jangan dipaksain, buat sekolah sama berangkat kerja! Istirahat aja, dirumah!" Ujar Delan. "Iya dek, sana kamu tidur! Udah malem," Kata Qiana.

"Yaudah, gue balik dulu ke kamar! Good night, and nice dream my Queen!" Ujar Delan, seraya mengecup kening Qiana.

Qiana pun tersenyum simpul, "Night too, My prince!"

Setelah Delan, keluar dari kamarnya. Qian pun membuka laci, dia mengeluarkan beberapa obat. Dan meminumnya, Qiana tak langsung tidur.

Suasana malam ini, sangat hampa. Layaknya hatinya, permasalahan demi permasalahan datang menghantui hidup Qiana. Ingin sudah Qiana mengakhiri, drama ini. Mengakhiri, semua rasa perih yang mereka berikan. Hujan pun masih membasahi bumi, rupanya mereka tahu. Jika hati Qiana, sedang dilanda gelisah.

Qiana menutup kordennya, lalu dia kembali ke meja belajarnya. Dia membuka lemari, dan mengambil sebuah kotak biru. Yang berisi, buku diary miliknya. Dia pun, kembali menulis apa yang ada di benaknya. Setelah selesai, Qiana menaruh kembali kotak itu. Dan, melanjutkan untuk tidur

Tuhan, sampai kapan? Aku harus seperti ini, sampai kapan. Aku harus menanggung semua ini, aku ingin bahagia Tuhan. Jika kebahagiaan ku, ada bersamamu. Maka jemputlah aku,

••• From Qiana•••

Selamat membaca, selamat datang untuk kalian semua.

Jangan lupa untuk vote+ komen,

Jika kalian suka, silahkan di share. Dan jangan lupa, untuk masukan di reading list kalian

Tetap jaga kesehatan, jangan lupa kerjakan tugas:v

Spam next untuk Qiana,

Pemalang, 5 April 2020

Nabila Sefi Oktaviani.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!