NovelToon NovelToon

Pejuang Move On

Awal Memulai

Mentari pagi mulai muncul dari tempat persembunyian nya untuk melaksanakan tugasnya menerangi bumi.

Di sebuah rumah yang megah nan indah ada satu keluarga yang tampak bahagia berkumpul di meja makan untuk sarapan, hanya saja ada yang kurang dari keluarga bahagia itu yaitu kurangnya seorang ibu sebagai pelengkap kebahagiaan, ibu nya meninggal karena kecelakaan tragis yang merenggut nyawa nya satu hari setelah kejadian kecelakaan tersebut, dan sejak saat itu keluarga nya di rundung duka yang semula keluarga hangat menjadi keluarga yang dingin dan kaku.

Tp hal itu sudah berlalu karena telah datang kembali sesosok pengganti ibu nya yang membawa kehangatan dan kebahagiaan yaitu wanita yang lembut penuh kasih sayang yang di cintai oleh anggota keluarga tersebut.

Senyuman di bibir orang2 yang duduk di kursi meja makan terus mengembang sebagai tanda bahwa hati mereka sedang di liputi rasa bahagia.

Namun, ada satu orang yang memasang wajah dingin nya dengan sorot mata terus memperhatikan dua sejoli yang tampak bahagia dan mesra di hadapannya. Hati nya bagai di sayat perih melihat wanita yang sudah lama dia cintai dan dia dambakan, kini sudah menjadi istri dari sang kakak yang merebutnya secara paksa karena perjodohan oleh ayah nya.

Ingin rasa nya dia merebut dan membawanya kabur jauh jauh setiap kali dia melihat wanita itu, namun apa daya karena kini di hati wanita itu sudah benar benar terisi oleh suami nya yaitu sang kakak yang amat dia hormati, sekaligus dia benci karena telah merebut wanita pujaan hati nya.

Pernah dia mencoba untuk menyatakan perasaannya namun dia berpikir kembali karena tidak ada guna nya dia menyatakan cinta, sedang wanita pujaan nya sudah di miliki orang lain. Dan dia tahu wanita itu sangat taat dan tanggung jawab dalam kewajibannya sebagai istri, jadi mustahil dia bisa merebut kembali wanita itu dari tangan kakak nya dan sekarang di tambah lagi wanita itu sudah mencintai balik pada suami nya.

Kini hanya tinggal bagaimana dia menyikapi isi hati nya agar rasa cinta itu tidak terus tumbuh setiap hari, dan berjuang semangat hidup demi masa depan agar bisa menandingi kesuksesan kakak nya yang berhasil dalam karir dan mendapatkan wanita baik.

Kakak nya adalah pengusaha sukses pemilik perusahaan ternama yaitu perusahaan putra nomor satu di negeri nya, banyak cabang2 perusahaannya di dalam negeri juga di luar negeri. Ya, meskipun awal nya perusahaan itu turun temurun dari ayah nya tp setelah di ambil alih oleh kakak nya perusahaan yang tadi nya hanya di dalam negeri kini merambat sukses ke berbagai negara. Hal itu menjadi pendongkrak semangat diri nya ingin menjadi orang sukses dengan jerih payah sendiri seperti kakak nya.

Namun meskipun begitu, dia masih butuh orang yang mengisi nya dengan semangat hidup dan orang itu masih sama yaitu wanita pujaan hati nya yang sudah menjadi kakak ipar nya, jadi untuk saat ini dia berjuang agar selalu bersama nya. meskipun status nya sebagai adik ipar, yang terpenting bagi dirinya bisa terus melihat senyuman cantik dari bibir wanita pujaannya, yang bisa mengembalikan energi semangat dalam dirinya.

"Egi. Ikut ke ruangan ayah setelah sarapan," ucap Putra (Ayah nya egi)

Egi mengangguk mengiyakan tanpa bersuara.

"Suamiku.. bisakah kau mengambilkan sandwich itu. Aku menginginkannya," pinta Romisa (wanita pujaan egi namun di rebut kakak nya) pada suami nya (arga).

Egi yang dekat dengan sandwich yang di pintai romisa, dengan sigap mengambilkan nya sebelum arga meraihnya. Lalu menyodorkan nya pada Romisa.

"Terimakasih egi" ucap Romisa menerima sandwich dari Egi.

Melihat egi mengambilkan makanan yang di inginkan romisa. Arga menatap tajam pada egi begitu pun egi sama2 menatap nya tajam dan tersenyum sinis.

"Ka egi, bisa bareng nggak berangkat sekolah nya, mobil syila lagi service, dan syila nggak mau pakai mobil ka arga. Mobil ka arga kan nggak ada yang biasa. syila nggak mau di kepoin sama anak2 sekolah jika di antar pakai mobil mewah," tutur Syila (adik egi).

Egi menoleh. "Nggak, kakak akan ngobrol dengan ayah, jadi akan terlambat jika harus mengantar mu," jawab Egi lalu mengunyah makanan nya.

Syila mencebikkan bibir nya sebal. "Ka egi pelit. Terus syila berangkat naik apa dong. Masa motor ka egi, itu sih sama saja pakai mobil ka arga," gerutu Syila sebal.

"Syila..kenapa nggak pakai mobil kakak saja, kan nggak di pakai sama kakak nya juga. Mobil kakak, mobil biasa kok nggak mewah seperti punya suami kaka," tutur Romisa menengahi.

Seketika wajah syila senang di tawari oleh romisa. "Benarkah..boleh kaka ipar," girang Syila.

Romisa mengangguk mengiyakan. Lalu menoleh pada arga." Suamiku, bolehkan," ucapnya minta persetujuan dari arga.

Arga mengusap lembut puncuk kepala misa."Boleh," jawabnya.

"Asyiikkk...makasih kakak ipar. Kaka ipar paling baik dech, nggak kayak ka egi...wleek," celoteh Syila girang dan meledek egi.

"Ekhem...syila. habiskan makanan mu. Jangan ramai di meja makan, tidak baik," tegas Ayah putra menghentikan celotehan syila.

Dan seketika suasana di meja makan menjadi hening hanya suara alat makan yang mewakili suara mereka.

Misa..bagaimana bisa aku akan bisa move on dari mu, sementara sikap dan sifat mu selalu membuat rasa suka dan cinta ini tumbuh.

------------

Sementara di sebuah fakultas kebidanan.

Setelah sarapan dari kantin dekat asrama nya tinggal. Wanita dengan menggunakan pakaian serba putih menandakan dia seorang mahasiswi di bidang kesehatan, tengah berjalan di lorong lorong kelas untuk menuju ruangan laboratorium karena menurut jadwal nya hari ini akan di adakan nya peraktek di lab.

Dengan langkah lamban dan santai dia berjalan terus menyusuri setiap lorong lorong kelas.

Kriing...kriing..

Namun, tiba tiba ponsel yang ada di dalam saku celana nya berbunyi. Dia merogoh ponsel dari saku dan melihat layar ponsel nama siapa yang menelpon nya sepagi ini.

"Om reno," celetuk nya setelah melihat nama di layar ponsel nya.

Dia menggeser kursor di layar untuk mengangkat panggilannya lalu menempelkan ke telinga.

"Assalamualaikum Om," sapanya pada orang di sebrang telpon.

"Walaikumsalam, Nak Annisa," jawabnya.

Annisa berjalan pelan. "Ada apa Om, tumben pagi pagi gini telpon annis, biasanya sih penting kalau mendadak telpon pagi2 buta," tanya Annisa to the point dengan nada santai.

"Hahaha..kamu tahu saja nak. Benar, ada hal penting yang ingin om sampaikan pada mu Nak," ucapnya.

Alis anisa terangkat sebelah. "Apa tuh..hal pentingnya," tanya nya penasaran.

"Ini nak, mengenai menjadi perawatnya adek romisa. Bukannya om pernah bercerita padamu. Dan kamu menyetujuinya waktu itu," tutur nya.

Annisa menghentikan langkah kaki nya lalu menyender kan punggungnya ke tiang lorong kelas. "Oh, mengenai itu. Iya, annis sudah menyetujui nya. Terus kelanjutannya gimana nih," tanya nya.

Om Reno menghela napas pelan. "Adek Romisa menginginkan nya jika kamu yang jadi perawat nya, dan tuan arga suami nya juga sudah menyetujuinya. Jadi kamu sudah boleh merawat adek romisa di rumah nya," jelas Om Reno.

Seketika mata Annisa melebar dan tersenyum senang. "Benarkah..om. asyiik bisa bareng mbak misa terus nih..terus kapan mulai nya Om," girang Annisa dengan mengepalkan sebelah tangan dan mengangkat ke depan dadanya sebagai tanda semangat.

"Mulai nanti siang jam dua kamu sudah harus ada di rumah adek Romisa," ucap Om Reno.

"Emang sistem kerja nya bagaimana Om?" tanya nya meminta kejelasan.

"Dari jam 12 siang sampai jam tujuh malam kamu harus menjaga adek romisa," ucap nya.

Alis Annisa mengernyit. "Lah, jam mata kuliah annisa kan kadang tidak tentu. Bagaimana annisa mengaturnya Om?" sanggah Annisa.

"Soal itu tidak usah kamu pikirkan. Om akan mengaturnya, kamu di sana juga itung2 peraktek mu saja dengan merawat adek Romisa," jelas Om Reno.

Annisa bernapas lega. "Baiklah, annis akan ke sana nanti siang," ucap nya mantap.

"Kerjakan tugas mu dengan baik yah nak.annis, jangan membuat Om kecewa, dan jaga terus adek romisa dengan baik," pesan Om Reno.

"Pasti Om. Annisa akan memberikan yang terbaik untuk mbak misa tercinta, kakak kesayangan nya annisa," ucapnya.

"Hahaha..kamu bisa saja nak. Ya sudah, om akhiri panggilannya yah. Assalamualaikum," salam om Reno.

"Walaikumsalam," jawab Annisa lalu panggilan pun terputus.

Annisa memasukkan kembali ponsel nya ke dalam saku celana. Dan berjalan dengan riang untuk menuju tempat lab.

Nurul Annisatul Alawiyah adalah seorang mahasiswi kebidanan yang kini tinggal di asrama kampus. Sebelum dia memasuki fakultas kebidanan, dia tinggal di panti asuhan bunda Kasih. Dia bisa sekolah tinggi itu, karena ada donasi dari perusahaan AG. perusahaan milik Ayah nya romisa namun di kelola oleh Om reno karena kedua orang tua romisa telah meninggal dan Om reno selaku orang kepercayaan Ayah nya romisa, mendapat wasiat untuk mengelola perusahaan AG sampai romisa mau mengambil alihnya.

Romisa di sini adalah seorang sahabat sekaligus kakak angkat nya annisa sejak kecil.

Kedua nya selalu bersama, bermain..belajar sampai tidur atau kemana pun selalu bersama.

Hingga suatu hari, romisa meninggalkan panti asuhan untuk belajar mandiri, saat itu annisa sempat kehilangan semangat hidup nya namun, karena saran dan pesan2 yang selalu romisa tinggalkan untuk nya, agar selalu semangat dan berjuang untuk masa depan.

Akhirnya dia bisa berjuang hingga ke tahap sekarang yaitu menjadi mahasiswi di fakultas kebidanan, karena dia sempat bermimpi ingin menjadi bidan yang bisa menyelamatkan seorang ibu dan anaknya, dan menurutnya jika kita bisa berhasil menyelamatkan dua nyawa sekaligus itu adalah perjuangan yang sangat keren, kini mimpi itu sedang di rintis nya agar terwujud.

Annisa hidup di panti asuhan sejak dia masih sekitar 7 tahunan. Dia ditinggalkan oleh kedua orang tua nya saat kecelakaan mobil yang merenggut nyawa keduanya. Dan karena dia sebatang kara, dia di masukkan ke dalam panti asuhan oleh salah satu tetangga nya dulu.

Dan di panti asuhan dia di pertemukan dengan romisa yang umur nya beda beberapa tahun, yang akhirnya menjadi kakak angkat nya sekarang. Karena saking sayang nya pada romisa dia akan melakukan apa pun yang di inginkan oleh romisa, karena bagi nya kebahagiaan romisa adalah kebahagiaan nya. Dan bisa bersama romisa adalah suatu anugerah ke bahagiaan bagi nya.

BERSAMBUNG...

Saran

Selesai sarapan semua orang yang ada di meja makan beranjak melangkah meninggalkan ruangan untuk menuju ke tempat tujuannya masing masing.

Egi berjalan hendak menuju ke ruang santai ayah nya, karena ayah putra meminta nya untuk ke ruangannya. Dan ketika egi melewati ruangan utama pandangannya tidak sengaja melihat romisa dan arga yang tampak mesra di teras rumah, sehingga kembali lagi menggoreskan luka di hati egi.

Egi terdiam terpaku melihat pemandangan itu, dari balik jendela besar yang teransparan.

Puk...puk... Ayah putra menepuk cukup keras pundak egi sehingga mengembalikan kesadaran egi.

"Kenapa kau diam di sini, ikuti Ayah," ucap Putra lalu berjalan meninggalkan egi yang masih berdiri di dekat jendela.

Egi menghembuskan napas nya panjang. Lalu, beranjak mengikuti Ayah putra.

Sesampainya di ruangan santai Ayah putra.

Egi duduk di sofa tunggal sebrang sofa yang di duduki Ayah putra.

"Ada apa ayah meminta egi kemari," tanya Egi menatap putra.

Putra menghela napas Lalu menyenderkan punggung nya ke senderan sofa. "Apa kau masih marah terhadap Ayah, Egi!!" ucap putra.

Egi tidak menjawab hanya menatap putra dengan tatapan dingin.

"Ternyata benar kau masih marah terhadap Ayah. Egi maafkan Ayah untuk masalah romisa, karena ayah tidak tahu jika romisa itu adalah wanita pujaan hati mu..jadi egi.." tutur Putra namun terpotong oleh egi.

"Sudahlah ayah jangan membahas masalah misa lagi. Itu sama saja ayah mengingatkan kembali tentang perasaan egi," sanggah Egi memotong ucapan putra.

Putra memijit pangkal hidung nya yang tidak gatal. "Ayah tahu jika perasaan mu pada romisa masih sama besar nya seperti dulu. Tp kamu harus ingat nak, dia itu kakak ipar mu dan bahkan sekarang tengah mengandung anak kakak mu. Jadi tolong hapuslah perasaan mu itu terhadap romisa, jangan kau siksa hati mu. Nak," tutur Putra dengan nada rendah.

Egi menatap dingin ke putra."Sudahlah Ayah. Jika ayah hanya ingin membicarakan soal ini, egi akan keluar, sudah terlambat egi ke sekolah," ucap Egi dan bangkit dari duduk nya.

"Tunggu egi..ayah belum selesai menyampaikan maksud ayah," tegas Putra menghentikan niatan egi yang hendak melangkah.

Egi menatap putra dan berdiri di dekat sofa.

Putra mengisyaratkan pengawal nya yang sedari tadi berdiri mengamati dengan gerakan tangannya putra mengisyaratkan. Lalu pengawal nya dengan sigap menaruh sebuah map coklat ke atas meja kaca di hadapan egi.

"Bacalah, seperti nya kakak mu juga sudah mengajukannya untuk mu," titah Putra.

Egi melirik map cokelat di atas meja sejenak, lalu menatap putra."Apakah tentang kuliah keluar negeri lagi, Ayah..." tutur Egi dengan nada jengah.

"Ayah memberikan kau wewenang untuk belajar meneruskan perusahaan di london sekaligus melanjutkan pendidikan mu di sana," jelas Putra membuat egi mengepalkan tangannya kuat.

Egi menatap tajam ke putra."Egi sudah bilang, egi tidak mau meneruskan perusahaan Ayah di negeri mana pun termasuk kuliah keluar negeri," geram Egi.

Putra menatap egi."Nak, hanya ini satu2 nya cara mu agar bisa melupakan romisa, jadi ambillah permintaan ayah ini," tegas Putra.

"Ayah.." ucap egi tercekat. Lalu menghembuskan napas kasar.

"Egi berangkat sekolah dulu," ucap Egi lalu berbalik pergi meninggalkan ruangan putra.

Ayah putra menghembuskan napas panjang dan memijit dahi nya. "Dasar anak bodoh...benar benar susah di atur" gumam nya pelan.

Egi keluar dari ruangan putra dengan langkah kaki tergesa, tatapan nya dingin dan rahang nya mengeras. Karena masih kesal dengan permintaan ayah nya yang memang tidak akan bisa egi memenuhi nya.

Dan ketika egi melewati sebuah ruangan keluarga dekat kamar kucing peliharaan romisa, langkah kaki nya terhenti ketika melihat pintu kamar kucing terbuka separuh yang memperlihatkan romisa sedang tertawa bahagia bermain bersama kucing putih dan di temani oleh cesa pengawal pribadi nya.

Seketika hati egi yang semula merasa panas kesal berubah menjadi adem seperti tersiram air dingin karena melihat senyuman romisa, dan raut wajah egi yang ketat seketika mengendur berubah hangat dan ada senyuman di bibir nya egi.

Lama egi mencuri pandang di balik pintu ke romisa yang tidak menyadari jika egi sedang memperhatikan nya.

Setelah puas memandangi romisa, egi beranjak untuk menuju ke tangga bawah tanah tempat kendaraan nya terparkir. Egi memasuki mobil sport berwarna putih, lalu mulai melajukan mobil nya meninggalkan area parkir dan pelataran rumah nya untuk menuju ke sekolahan nya.

Dan kini mobil egi telah melaju di jalanan kota bergabung dengan kendaraan lainnya.

Ketika di perempatan jalan mobil egi berhenti karena lampu merah.

Tok..tok..tok..

Kaca mobil di ketuk oleh seseorang dari luar. Egi menoleh ke arah jendela mobil yang di ketuk, lalu membukakan kunci pintu mobil nya agar orang di luar tersebut bisa masuk.

Brakk..

Pintu mobil di tutup ketika orang yang mengetuk jendela pintu mobil egi sudah masuk dan duduk di samping kursi egi.

"Untunglah lo masih belum berangkat, bisa selamat gue dari pak kumis, kalau bareng lo ke sekolah nya," ucap nya sambil memakai sabuk pengaman.

"Cih!!" Egi berdecih lalu melajukan mobil nya karena lampu sudah berganti warna hijau.

"Di lihat lihat nih wajah kusut bener, ada apa bro ceritalah," tanya nya menatap egi yang fokus pada kemudi.

"Bukan urusan lo. Ray," ketus Egi malas bercerita.

Ray menghela napas pelan lalu menyenderkan kepala nya. "Roman romannya masalah bu misa lagi nih, kenapa bro..di usir dari rumah, gara gara gagal move on," tanya Ray.

Egi tidak menjawab dia fokus pada jalanan.

"Sudahlah bro..lupakan cinta lo yang mustahil itu ke bu misa. Relain dan ikhlas kan saja laah.. cari ganti nya, banyak cewek yang mengantri panjang ingin jadi pacar lo, tp lo nya cuekin malah galau melulu kerjaan nya, meratapi kesedihan hati lo yang patah hati," cerocos Ray menasehati.

"seperti gue dong..udah berapa banyak cewek yang gue pacari dan tinggalin. Lah lo, gi. satu saja susah lupain nya... maka nya kalau cinta jangan terlalu cinta jadi gitu kan ujungnya..." sambung Ray dengan celotehannya.

Ckiiiit...

Egi mengerem mobil nya mendadak membuat Ray terpental ke depan.

"Hey, kalau patah hati ingin bunuh diri jangan ajak2 gue dong...gue masih pengen hidup belum kawin, belum kaya juga..lo udah ajak2 mati lagi," gerutu Ray sebal.

Egi menatap tajam ke arah Ray, membuat ray menciut dan membisu. "Lo banyak bacot. Turun dari mobil gue!!" tegas egi di liputi rasa kesal.

"I..ya. gue diem, sudah cepet lajukan lagi mobil nya, sudah lewat satu jam pelajaran bro. Dan pelajaran selanjutnya itu bu rina si kaleng rombeng bisa habis telinga gue ngedenger ocehannya nanti kalau kita telat," tutur Ray kembali mencari posisi nyaman dari duduk nya.

Egi mendengus lalu kembali melajukan mobil nya.

"Bro..gimana rasa nya sih, hidup satu rumah dengan bu misa. Gue ngebayangin nya aja kayak nya seru tuh, bisa melihat senyumannya yang manis dan bisa me..." ucapan Ray terhenti karena egi menoleh dan menatapnya dengan tatapan tajam.

Ray terdiam dan menciut."Oke...oke..kali ini gue diam..hah lo. Seneng sekali menatap seperti itu. heran gue sama cewek2 yang ngejar lo," celoteh Ray lalu menyenderkan kepala nya dan memejamkan mata nya.

Sedang egi fokus pada jalanan yang akan di lewati nya.

-------

Mobil yang di tumpangi egi telah sampai di gerbang sekolah SMA pelita yang tertutup rapat.

Pak satpam sekolah yang berada di dekat gerbang sekolah menghampiri mobil egi. Dan egi menurunkan jendela mobil nya agar bisa terlihat oleh pak satpam.

"Eh, den egi. Telat lagi Den," tanya Pak Satpam lalu tersenyum.

Egi mengangguk mengiyakan tanpa bersuara.

"Pak cepet bukain dong..ada pelajaran guru kaleng nih," ucap Ray menolehkan kepala nya yang duduk di samping egi.

"Nak rayhan juga..baiklah," balas Pak Satpam lalu membuka kan gerbang sehingga mobil egi melaju melewati gerbang sekolah.

"Den egi..den egi. Mentang ini sekolah punya keluarga nya jadi bebas keluar masuk sekolah serasa mall saja," gumam Pak Satpam lalu menutup kembali gerbang sekolah.

Egi telah memarkirkan mobil nya di parkiran mobil sekolah. Lalu keluar dari mobil yang di ikuti reyhan.

Kedua nya berjalan menyusuri pelataran sekolah yang sudah sepi karena sedang berlangsung nya pembelajaran di setiap kelas.

Egi dan rayhan kini telah di depan kelas dan hendak memasuki nya.

"Wah..pelajaran bu rina sudah di mulai. Bagaimana nih gi," ucap Ray gusar namun egi memasang wajah dingin dan menggeser pintu kelas tanpa ragu.

Lalu egi masuk ke dalam kelas di ikuti rayhan dari belakang.

Seketika bu rina yang sedang berbicara menerangkan pelajaran di depan kelas menoleh pada kedua anak murid yang baru datang.

"Masih berani juga kalian masuk kelas ketika ibu sedang mengajar, dari mana saja kalian berdua baru datang ke sekolah," tegur Bu Rina dengan nada sewot.

Rayhan maju melangkah mendekati bu rina.

"Bu rina yang cantik dan baik hati sesekolahan ini, kok bisa tahu kita baru datang ke sekolah," rayu Ray.

"Jelas semua orang yang melihat akan tahu jika kalian baru datang, lihatlah di pundak kalian, ada tas yang masih bertengger," tutur Bu Rina dengan nada tegas.

Rayhan cengengesan. "Eh, iya..kalau gitu boleh lah kita duduk bu. Untuk ikut pelajaran ibu," rayu Rahyan membuat bu rina menatap geram.

"Enak saja kalian baru datang dan ingin mengikuti pelajaran ibu. Tidak bisa, ibu minta kalian berdua keluar dari sini dan berdiri di depan lorong kelas dengan kaki di angkat satu, lakukan itu sampai pelajaran ibu selesai. Cepat..sekarang juga!!" tegas Bu Rina dengan nada kesal.

"Tapi bu..." sela Rayhan namun terpotong karena bu rina melotot ke arah nya.

"Apakah masih kurang hukuman nya?" geram Bu Rina.

"Ti..ti..tidak bu. Sudah cukup," ucap Rayhan berbalik dan lari terbirit keluar ruangan kelas.

Egi menatap sejenak pada bu rina dengan tatapan tajam lalu tanpa berbicara egi keluar kelas mengikuti Rayhan.

"Cih!! Benar benar s egi itu, murid durhaka. Untung saja otak nya encer dan adik ipar nya misa. kalau bukan, tak sembur dia dengan air got," gerutu Bu Rina lalu menoleh pada para murid nya yang menatap bengong memperhatikan.

"Kenapa kalian menatap ibu seperti itu. Mau kalian ibu hukum juga seperti mereka," ucap Bu Rina ketus yang di balas dengan gelengan kepala oleh para murid.

Di lorong depan kelas.

Egi dan Rayhan berdiri di depan pintu kelas tp tidak menuruti perintah bu rina untuk mengangkat sebelah kaki nya.

"Gue heran sama bu misa, dia kan orang nya lembut, ramah, baik, dan cantik lagi. tp kok bisa mau temenan sama kaleng rombeng yang mulut nya pedas, mending kalau cantik. lah ini, di bandingin dengan mantan gue yang ke 43 saja nggak ada apa2 nya," gerutu Ray mendumel karena kesal di hukum.

Egi yang berdiri dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, melirik Ray yang sedari tadi setelah keluar kelas terus menggerutu. lalu egi tersenyum miring.

"Jangan bandingin misa dengan orang seperti dia. jelas jauh," ucapnya.

"Gue nggak bandingin..cuman heran saja gitu, bu misa bisa mau temenan sama cewek seperti itu," ucap Ray sambil menggaruk dagu nya yang tidak gatal.

"Lo, udah tahu jawabannya. misa itu..." ucap Egi namun terpotong.

"Baik, sopan, lembut, dan ramah. jadi tidak membeda bedakan teman, lo mau bilang gitu kan. egiii...bagaimana lo bisa move on dari bu misa jika sekarang saja lo masih saja memandang dan menyimpan semua tentang nya di hati lo..heran gue," celoteh Ray lalu membuang muka ke arah lain.

Egi tersenyum kecut.

"Lo, nggak pernah tahu nama nya cinta yang tulus. Ray," jawab Egi lalu menunduk.

"Iya gue akui..emang selama ini gue hanya mainin hati wanita. yaa, karena gue takut aja seperti lo, susah move on dari satu wanita yang jelas2 wanita tersebut tidak mencintai bahkan sudah jadi istri orang..itu gila gii. menurut gue," celoteh nya.

Egi mendengus lalu menatap lurus. Tidak bersuara lagi dan memilih mengamati ke yang lain.

"Gi.gue saranin yah..." ucap Ray namun terhenti.

Sreet... pintu kelas di geser dan memunculkan bu rina melotot ke arah Ray.

"Rayhan andrianto. kenapa bukannya lakukan hukuman dari ibu. ini malah ngobrol, enak yah seperti nongkrong di cafe bisa berdiri santai dan mengobrol. angkat sebelah kaki mu, dan jewer kuping mu..cepat!!" cerocos Bu Rina masih melotot ke arah Ray.

"Ii..ya bu," ucap Ray gagap lalu mengangkat sebelah kaki nya.

"Jewer kedua kuping mu juga. apa mau ibu yang menjewer nya," seloroh Bu Rina hendak menarik daun telinga Ray.

"Eng...enggak. biar Ray sendiri," gagap Ray lalu memegang kedua daun telinga nya.

Bu rina melirik egi yang berdiri santai tanpa melakukan apa yang di lakukan Ray.

"Kenapa kau diam saja. lakukan yang sama seperti bangke ini," titah Bu Rina.

"Sial. gue di bilang bangke," celetuk Ray.

Bu Rina melotot ke arah Ray.."Kau mengumpat pada ibu. Hah," geramnya.

"Eh, enggak bu. ibu salah denger kali," ucap Ray menyangkal.

Bu Rina kembali menoleh pada egi. "Kenapa kau masih diam. cepat lakukan hukuman mu!!" tegas Bu Rina.

Egi menatap sejenak pada bu rina lalu melirik Ray. dan egi melakukan yang sama seperti Ray.

"Bagus..ibu akan buka pintu nya untuk memastikan kalian tidak berleha2 seperti tadi, ketika di tinggalkan oleh ibu," tegas Bu Rina lalu berbalik memasuki ruangan kelas.

Sedang egi dan Ray saling lirik dan memasang wajah kesal karena di hukum seperti itu. siall!! umpat egi dalam hati.

BERSAMBUNG...

Menjalankan

Adzan dzuhur telah berkumandang. Annisa langsung melaksankan shalat dzuhur berjamaah di masjid kampus bersama pelajar lainnya.

Setelah nya annisa makan bersama teman sekamarnya di kantin dan mengobrol panjang lebar mengenai seputar pembelajaran.

Sudah merasa kenyang, annisa melihat jam yang melekat di pergelangan tangan yang membuatnya terbelalak kaget, lalu annisa pamit duluan pada teman sekamar nya untuk ke kamar.

"Nis. Tuh ka alan sudah nunggu di bawah," ucap rika (teman sekamar annisa) yang baru masuk kamar.

Annisa yang lagi duduk di kursi membenarkan sepatu tali nya, menoleh pada rika. "Oh, oke." Sahut nya.

Rika merebahkan tubuh nya di kasur sebrang kasur annisa lalu menelisik penampilan annisa dari atas kepala sampai bawah kaki.

Alis nya mengernyit heran. "Mau kemana Nis. Pakai baju rapih gitu," tanya nya.

Annisa bangkit dari kursi lalu mengambil Tas gendong yang ada di atas kasur nya. "Mau ngedate," sahut Annisa singkat.

"Hahaha...annisa saja ngedate. Gak percaya aku. Kamu, kan pacaran aja belum pernah." Ucap rika di selingi tawa.

"Tuh, kamu tau." Jawab annisa lalu melangkah ke arah pintu keluar.

"Hey, jawab dulu Nis. Mau kemana kamu, tumben keluar nggak ngajak aku." Teriak rika yang penasaran.

"Umi mau cari nafkah dulu nak, jadi jaga rumah kita dan jangan kemana mana sebelum umi kembali," tutur Annisa setelah membalikkan badannya menatap rika.

"Baik umiii. rika kan anak baik." Balas nya menanggapi guyonan annisa.

"Hah kamu, sudahlah aku mau keluar dulu." Ucap Annisa lalu membuka pintu kamar dan melangkah pergi meninggalkan rika yang terkikik geli.

Annisa melewati beberapa lorong dan menuruni anak tangga untuk menuju gerbang kampus karena sudah di tunggu oleh alan.

Alan adalah laki laki yang sudah lama menyukai annisa namun tidak berani menyatakan perasaan nya dan akhirnya di sela kegiatannya sebagai mahasiswa di kampus sebrang kampus annisa, alan rela menjadi ojek langganan annisa agar selalu bisa dekat dengan annisa.

Annisa telah sampai di depan gerbang kampus yang langsung di sambut alan.

"Assalamualaikum, dek." Salam alan menghampiri annisa dan tersenyum.

"Walaikumsalam ka." Jawab annisa.

"Sekarang kita mau kemana nih," tanya Alan melihat penampilan annisa yang rapih lalu berjalan ke arah motor honda CBR.

"Mau ke rumah mbak misa, nggak apa2 kan ka, soal nya cukup jauh tempat nya," ucap annisa mengikuti alan dan berdiri di samping motor.

Alan menaiki motor. "Ah, tidak apa. Yuk..kita berangkat sekarang," ucap nya lalu memberikan helm ke annisa.

Annisa memakai helm dan hendak naik ke motor.

"Kak, bantalan penghalang nya mana?" Tanya annisa karena tidak melihat bantalan penghalang antara duduk nya dengan alan agar tidak berdempet atau bersentuhan.

"Eh, iya. Kaka lupa. Bentar," ucap nya lalu turun lagi dari motor dan membuka bagasi motor untuk mengambil bantalan.

"Nih dek." Memberikan bantalan itu ke annisa lalu menaiki kembali motor nya.

Annisa meletakkan bantalan itu di punggung alan lalu menaiki motor."Yuk ka." Ucap nya setelah duduk nyaman dalam boncengan.

Alan mulai menyalakan mesin motor dan melajukan nya dengan kecepatan sedang di jalanan kota.

"Dek, udah makan siang?" Tanya alan di sela fokus nya pada jalan.

"Sudah kak." Sahut Annisa.

"Kak alan kenapa mau saja sih ngojek. Kan sayang motor sebagus ini di pakai ngojek?" Tanya annisa heran.

"Lumayan buat tambah2 uang jajan ketika di kampus dek." Jawab nya bohong.

Padahal hanya untuk dekat dengan mu saja nis.. dan hanya kamu penumpang satu2 nya yang menaiki motor ini gumam alan dalam hati.

"Oh, gitu. Yaa sih lumayan juga. Bagus jika gitu memanfaatkan barang yang kita punya dengan baik." Tutur Annisa.

"Iya dek." Balas Alan dan tersenyum lalu alan kembali fokus pada jalanan.

-------

Motor yang di tumpangi annisa telah sampai di pintu gerbang rumah romisa.

Annisa turun dari motor dan merogoh uang ongkos dari tas gendong nya untuk di berikan pada alan.

"Nih kak. Makasih yah sudah mau mengantarkan annisa," Ucap annisa sambil menyodorkan dua lembar kertas pada alan.

Alan menerima uang ongkos dari annisa dan memasukkan nya pada saku jaket jeans nya. alan melihat gerbang di hadapannya gerbang yang menjulang tinggi dan sangat kokoh.

Alis nya terangkat sebelah lalu melirik annisa yang masih berdiri di samping motor sedang melepaskan helm. "Dek, mau ketemu siapa di rumah ini?" Tanya Alan penasaran.

Annisa menoleh." Mau ketemu mbak angkat ku," jawab nya lalu memberikan helm ke alan.

Menerima helm."Mbak nya kerja di sini?" Tanya alan sambil mengaitkan helm dan memasukkan bantalan ke bagasi motor.

Annisa tersenyum."Mbak nya annis bukan kerja tp istri dari yang punya rumah ini," ucap Annisa.

Pergerakan tangan alan terhenti sejenak dan menatap annisa.

Berarti istri nya ka arga dong. Apa annisa kenal dengan istri nya ka arga gumam alan dalam hati.

Annisa melambai di depan wajah alan. "Hey, kenapa bengong kak. Ya sudah annisa mau masuk dulu yah," ucap Annisa membuyarkan lamunan alan.

Alan menutup bagasi motor."Eh, iya dek." Balasnya lalu menaiki motor nya kembali.

"Kaka juga mau berangkat lagi, Ada mata kuliah soalnya, Assalamualaikum dek." Pamit Alan lalu menyalakan mesin motor.

"Walaikumsalam," jawab annisa lalu motor alan melaju meninggalkan annisa.

Annisa berbalik dan menekan tombol bel di tembok dekat gerbang.

"Ada yang bisa saya bantu, dek?" Tanya seorang pria dari interkom layar.

Annisa melihat ke layar interkom."Saya Annisatul Alawiyah, bisa bertemu dengan mbak..eh maksud saya nona Romisa." Ucap annisa canggung.

"Apa adek sudah punya janji dengan nona kami?" Tanya nya.

Annisa mengangguk. "Sudah pak."

"Baiklah, tunggu sebentar saya akan menghubungi ke bagian dalam rumah." Ucap nya.

"Iya pak." Jawab annisa.

Lalu, annisa melihat gerbang yang sangat tinggi dan megah yang ada di hadapannya.

*Besar sekali rumah ini, dan sepertinya penjagaan nya sangat ketat, bahkan ingin bertemu mbak misa saja sangat sulit harus menghadapi pertanyaan ini itu.

Memang sih aku tahu lelaki yang menikahi mbak misa itu adalah seorang pengusaha terkaya di negara ini jd wajar saja menerapkan penjagaan rumah sampai seketat itu*.

"Dek, apakah masih ada di sana?" Suara dari interkom membuyarkan lamunan annisa.

"Eh, iya pak. Bagaimana saya bisa bertemu nona romisa?" Tanya Annisa.

"Boleh dek, silahkan masuk," ucap nya lalu pintu gerbang terbuka sendiri nya mempersilahkan annisa untuk masuk.

Melihat pintu gerbang telah terbuka annisa melangkah kan kaki nya untuk masuk ke dalam.

Annisa berjalan di pelataran rumah romisa yang luas dan sejuk. Annisa mengedarkan pandangannya ke taman dan sekitar nya

*Selain gerbang nya yang kokoh ternyata di halaman nya juga sangat indah, banyak bunga2 kesukaan nya mbak misa juga pohon yang rindang.

Meskipun aku pernah ke sini satu kali tp itu kan waktu malam hari jadi tidak terlalu jelas, di lihat siang hari ternyata benar2 indah dan mewah. Ini sih pantas di bilang pengusaha terkaya wong halaman rumah saja sudah seindah dan seluas ini*.

Langkah kaki annisa telah sampai di tangga teras depan rumah. Tiba tiba salah satu penjaga yang ada di depan rumah menghampiri nya.

"Dengan Annisatul Alawiyah?" Tanya nya pada annisa.

Annisa mengangguk."iya pak." Jawab Annisa.

"Mari saya antar ke dalam rumah," ucap nya menghalau annisa agar mengikuti nya.

Annisa mengikuti laki2 tersebut yang membawa nya ke dalam rumah.

Di dalam rumah annisa di sambut lagi oleh seorang wanita paruh baya yang kelihatan masih cantik meskipun sudah berusia.

Dan laki2 yang mengantar annisa menunduk dan berbalik meninggalkan annisa dan wanita paruh baya

"Dengan Annisatul Alawiyah?" Tanya wanita tersebut.

"Iya bu." balas Annisa canggung.

"Nona sudah menunggu anda, mari ikuti saya." Ucap nya dan melangkah di depan annisa.

benar benar rumah yang megah dan mewah.

Annisa mengekori wanita paruh baya tersebut yang kata nya akan mengantarkan ke romisa. Annisa melewati beberapa ruangan dan lorong lalu akhirnya berhenti di lorong yang luas dan di depan pintu tunggal.

"Silahkan masuk, nona ada di dalam kamar." Titah nya dan membuka kan pintu.

Annisa dengan sedikit ragu melangkah kan kaki nya ke dalam ruangan. Sedang wanita paruh baya yang mengantar nya tadi telah berbalik kembali entah kemana.

Di dalam ruangan ada sofa lengkap dan ada sebuah pintu kembar berkaca blur.

"Mungkinkah ini pintu menuju kamar mbak misa," gumam annisa mendekati pintu kembar.

"Ekhem.." Annisa berdehem untuk menetralkan tenggorokannya yang kering.

"Assalamualaikum. Mbak misa." Salam Annisa di depan pintu kembar.

Namun tidak mendapat jawaban dari dalam.

Annisa kembali mengucapkan salam dan memanggil nama romisa.

Dan tidak berselang lama, pintu kembar tergeser yang memunculkan seorang wanita berkerudung yang cukup tinggi dan cantik.

"Walaikumsalam. Silahkan masuk dek, nona sudah menunggu nya " Ucap wanita tersebut dan mempersilahkan annisa dengan gerakan tangan nya.

"Eh, iya mbak," balas Annisa lalu masuk ke dalam kamar. annisa langsung mengedarkan pandangan nya untuk mencari romisa.

Itu dia, mbak misa sang bidadari ku.

Tampak di balkon kamar romisa sedang terduduk di kursi santai dengan memegang buku. Annisa menghampiri dan berdiri di dekat pintu kaca balkon namun masih di dalam kamar sedang romisa berada di balkon yang tampak fokus pada buku nya.

"Ekhem.." dehem Annisa namun tidak di hiraukan romisa.

Haish..mbak ini, kalau udah fokus baca buku pasti saja lupa sekitar.

"Ekhem.." dehem Annisa lagi dan kali ini sedikit serak.

"Cesa. Apakah kamu sedang sakit tenggorokan, kenapa berdehem begitu," ucap Romisa namun masih fokus pada buku nya tanpa menoleh.

Ingin rasanya aku merebut tuh buku dari tangan mbak, tp sayang nggak bisa soalnya mbak di samping ku dari tadi memperhatikan ku saja. Tatapan nya itu loh serem ternyata.

"Ekhem.." dehem Annisa lagi dan kali ini berhasil mengusik romisa.

Romisa menutup buku dan meletakkan nya ke atas meja bundar lalu romisa menoleh pada annisa.

"An an." Celetuk nya kaget.

Nah, baru nyadar kan jika ini aku mbak.

Annisa cengengesan. "Iya mbak," jawabnya.

Romisa langsung berlari berhambur memeluk annisa.

"Nona, jangan berlari seperti itu. Hati hati nona," ucap wanita cantik (cesa) yang ada di samping annisa.

Romisa tidak menggubris ucapan cesa. Dan romisa memeluk annisa dengan erat.

"An an, kenapa nggak bilang2 kalau mau ke sini?" Tanya Romisa sambil memeluk annisa.

"Haduuh, mbak jangan terlalu erat meluk nya, annis nggak bisa napas nih," gumam annisa dalam pelukan romisa.

Romisa melepaskan pelukan nya."Hehe..maaf mbak terlalu senang ada kamu di sini," ucap nya.

"Annisa juga seneng bisa di beri tugas sebagai perawat mbak. Jadi kan annisa bakal ketemu mbak setiap hari" ucap annisa.

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!