Seperti terkena virus drakor yang menimpa putrinya, Ratna justru menjadi seorang dengan literasi tahap tinggi. Setiap hari ia membaca novel di aplikasi yang ia temukan karena tak sengaja iklannya muncul di media sosial saat ia tengah berseluncur kala itu.
Ibu satu anak itu kini punya hobi baru yakni hampir setiap waktu hp nya selalu nempel ditangan, entah sedang masak atau apapun hp nya selalu ia bawa.
Iseng-iseng gabung grup chat salah satu penulis favoritnya yang kemudian membentuk grup WA, hingga notifikasinya selalu berbunyi setiap saat. Aneh ada saja bahasan di grup emak-emak itu.
Cuitan-cuitan konyol pun bertaburan. Dari mulai kenalan nama, alamat dan sebagainya hingga mereka membahas cerita-cerita dari novel yang mereka baca, tak jarang mereka juga mencak-mencak dan marah-marah di grup chat saat novel yang mereka baca sedang sampai pada tahap pemeran utamanya dibuat menderita. Bahkan author yang membuat novel tersebut pun di bully habis-habisan. Sungguh pembaca yang sangat berani.
"Cus GC kita bakar GC nya."
"Awas kita santet online lu kalo si xxx lu buat nangis."
Tapi itu semua hanya bentuk apresiasi mereka pada karya yang sedang mereka baca. Nanti setelah pemeran utama kembali bahagia mereka akan memuji authornya.
"Lanjutkan otor soleha sejagat NT."
"Aku padamu otor soleha."
Tak hanya sampai disana, mereka bahkan dengan konyolnya menyebut teman-teman di grup itu sebagai mantu, mertua, besan dan sebagainya, udah kaya keluarga beneran aja. Padahal hanya sebatas dunia maya.
Tak jarang mereka juga melakukan video call, seolah sudah menjadi agenda wajib bagi anggota grup itu. Kadang Freyanisa Fransisca, putri Ratna satu-satunya dibuat heran karena melihat Mamanya yang sedang masak sambil video call dengan teman-teman dari grup gajenya itu.
Seolah tak mau kalah dengan anaknya sering belajar daring menggunakan zoom, Ratna meminta putrinya untuk mengajarkannya cara menggunakan zoom. Supaya bisa tatap muka lebih banyak dengan teman-temannya katanya, soalnya kalo video call pake wa dibatasi.
Puluhan novel telah Ratna baca, dari mulai perjodohan dengan aneka ragam alasan yang kebanyakan dijodohkan dengan ceo ceo, yang dia awal-awal dingin dingin kaya es balok sikapnya kemudian akhirnya jadi bucin. Adalagi perjodohan konyol, dimana anak-anak masih masa sekolah sudah dijodohkan, tak masuk akal tapi entahlah cerita-cerita itu tetap saja ia baca sampai akhir. Kadang emak-emak di grup itu sampai kepikiran ingin membuat novel sendiri dengan judul perjodohan sejak dalam kandungan.
Freya putrinya satu-satunya yang saat ini masih duduk di kelas dua belas SMK saja dibuat heran dengan hobi baru Mamanya. Mama Ratna yang tadinya hobi berbelanja dan membuat resep makanan baru kini lebih senang bermain dengan hp nya seolah menemukan dunia baru disana.
Sepulang sekolah, Freya yang masih mengenakan seragam putih abu itu masuk ke dalam rumah dan mendapati Mamanya seperti biasa sedang zoom meeting dengan teman-teman gesreknya.
Freya mendekati Mamanya dan menyalami wanita yang hampir berusia setengah abad itu namun masih terlihat muda. Berbeda dengan ibu teman-temannya yang memakai pakaian layaknya istri orang kaya Ratna malah mengenakan daster yang sudah pudar warnanya. Bukannya tak mampu membeli pakaian yang layak tapi katanya semakin rusak semakin nyaman dikenakan.
Freya melirik ke arah Laptop di hadapan Mamanya yang ternyata terpampang banyak gambar live ibu-ibu disana. Freya menyalami mamanya kemudian beranjak ke lantai dua tempat kamarnya berada.
"Emak-emak zaman sekarang ada-ada aja." Gumamnya.
Sementara itu, Ratna kembali fokus ke laptop di hadapannya. Sebenarnya itu laptop milik Freya, dengan dalih meminjam karena kalau di hp gambarnye kecil Freya pun meminjamkan laptop itu pada Mamanya, padahal itu laptop kesayangannya yang selama ini menemaninya dalam petualangan menelusuri oppa oppa tampan kesayangannya.
***Zoom meeting***
Mira : Ratna itu anakmu? Cantik banget. Mau lah kita besanan.
Ami : Aku juga mau jadi besanmu, tapi gimana yah anakku juga cewek, ada yang laki udah nikah.
Dwi : Ya kali anak kita mau di jodoh-jodohin kaya novel.
Yuni : Ya tidak apa-apa Mba kali aja ada jodohnya.
Ami : Apalagi kalau yang ceo ceo yah... Siapa tahu nanti hidupnya beneran kaya di novel wkwkwkwk.
Mira : Kita jodohin aja yu lah Rat. Sama anakku, ada bujangku yang satu sikapnya dingin banget. Mirip lah kaya yang di novel-novel gimana?
Ratna : Anak mu yang mana? Bukannya bujangmu ada dua Mir?
Yuni : eh nanti kalau beneran jadi dijodohin kita diundang yah sekalian meet up.
Ami : setuju aku.
Mira : Iya ada dua. Yang gede kuliah semester enam, kalo yang kecil kayaknya seumuran sama gadismu masih kelas dua belas SMA.
Ratna : Boleh juga Mir, nanti aku bahas dulu sama Mas Frans.
Mira : siiplah.
Dan obrolan mereka pun berlanjut ngalor ngidul dengan arah bahasan yang lagi-lagi mentok di perjodohan anak. Nampaknya mereka benar-benar sudah keracunan oleh banyaknya novel perjodohan yang mereka baca hingga mengkontaminasi otak dan cara berfikir mereka.
Sekita pukul lima sore, Ratna yang sedang masak buru-buru keluar rumah begitu mendengar klakson mobil suaminya. Tanpa basi-basi seperti biasanya Ratna mengambil alih tas kerja suaminya dan berjalan di samping suaminya sambil menceritakan niatnya.
Awalnya Frans tentu saja tidak setuju dengan niat Ratna, tapi setelah segala bujuk rayu yang Ratna berikan akhirnya pria yang merupakan kepala cabang salah satu bank swasta itu menyetujui keinginan konyol istrinya. Dengan syarat mempertemukan kedua anak itu terlebih dahulu baru kemudian mengambil keputusan akankah melanjutkan atau tidak rencana konyol istrinya itu.
Saat makan malam tiba, Ratna memberitahukan niatnya putrinya.
"Nisa minggu depan kamu tidak ada acara apa-apa kan?" Tanya Ratna.
"Tidak ada Ma, Freya mau di rumah aja. Mau maraton drama yang baru end kemarin." Ucapnya sambil memakan soto buatan mamanya.
"Bagus. Minggu depan calon suami kamu mau datang. Kamu harus dandan yang cantik."
"Hah? Calon suami?" Freya begitu terkejut mendengar ucapan mamanya. Selama ini pacaran saja tidak boleh kenapa bisa tiba-tiba ada calon suami mau datang.
"Iya calon suami pilihan Mama dan Papa. Iya kan Pa?" Ratna menyenggol bahu Frans yang duduk di sampingnya.
"Iya Freya sayang. Minggu depan calon suamimu datang." Frans selalu memanggil putrinya Freya sedangkan Ratna memangilnya Nisa. Freya berasal dari nama salah satu hero di game yang sering dimainkan oleh Frans saat muda dulu. Tokoh wanita cantik dengan pedang di tangan kanannya. Sedangkan Nisa adalah nama yang diinginkan Ratna hingga akhirnya mereka memberi nama Freyanisa Fransisca, gadis yang saat ini sedang menatap penuh tanya perihal perjodohan dari orang tuanya.
.
.
.
Jangan lupa like dan komen dan FAVORITKAN.
Freya kembali ke kamarnya, ia tak mengiraukan perkataan yang keluar dari mulut kedua orang tuanya. “Perjodohan? Cih... di zaman sekarang masih mikirin perjodohan. Ngga musim banget.” Batinnya. Kemudian gadis dengan rambut panjang itu naik ke ranjangnya, memandangi vidio beberapa lelaki tampan yang sedang menari dengan begitu lincah dan kompak.
“Omo..Omo Oppa aku padamu.” Teriaknya gemas saat melihat biasnya yang begitu tampannya menyilangkan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk love dan berteriak *Da saranghae*.
“Saranghae Oppa.” Teriaknya mengikuti lagu i love you yang dinyanyikan oleh treasure salah satu boyband yang sedang naik daun dengan single barunya. Bahkan lagu itu di remix menjadi sangat asik dan bikin nagih.
Penyakit menjadi fans dadakan aka fans karbitan nampaknya saat ini sedang di derita gadis yang kini berada di masa-masa terakhir sekolah menengah kejuruan itu. Julukan fans karbitan itu mendadak di sandangnya karena sebelumnya Freya hanya menyukai drama korea saja bukan boy band ataupun girl band dari negeri ginseng itu. Tapi entah ada angin apa, dirinya tiba-tiba menjadi sangat menyukai boy band yang satu itu gara-gara melihat postingan status sahabatnya di WA saat itu.
Saking gilanya Freya menyebut lagu I love you dari treasure sebagai lagu pemersatu antara kpopers dengan anti kpopers. Bahkan Miya sahabat dekatnya yang lebih dulu menjadi penggemar aneka ragam boy band negeri ginseng itu menyebut Freya sebagai Kpopers yang masuk lewat jalur karma, karena dirinya yang sebelumnya begitu anti mendengarkan lagu dengan bahasa asing yang sulit dimengerti kini malah jadi fans berat.
Entah hingga jam berapa Freya menghabiskan waktunya untuk memandangi Oppa-Oppa kesayangannya. Hingga pagi ini gadis itu begitu buru-buru karena bangun kesiangan. Dengan jurus mandi secepat kilatnya, hanya dalam waktu lima belas menit Freya sudah dapat mengukir senyumnya “Perfect.” Ucapnya sambil menatap dirinya di dalam cermin yang kini sudah cantik dengan seragam putih abu yang membungkus tubuh tingginya.
Sesekali ia merapikan poninya yang baru saja ia potong beberapa hari yang lalu. Supaya mirip Kim So Hyun yang ada di drama School 2015 yang telah ia tonton saat SMP. Sudah tiga tahun berlalu tapi entah kenapa dia begitu menyukai gaya itu, bahkan style berpakaian Kim So Hyun saja ia tiru. Sungguh K-drama lovers banget.
Dengan tas punggung yang sudah ia gendong, buru-buru Freya menuruni anak tangga dan menghampiri kedua orang tuanya yang sedang sarapan. Ia menyalami kedua orang tuanya kemudian mengambil roti dan pergi sekolah.
“Jangan makan sambil jalan Nisa.” Teriak Ratna pada anaknya yang sudah nyelonong pergi dengan sepotong roti.
Tak lama Frans masuk ke mobilnya, putrinya yang sedang mengunyah roti itu telah duduk di kursi penumpang di sampingnya. Meski sudah berusia delapan belas tahun tapi Frans dan Ratna tak pernah mengizinkan putrinya untuk membawa kendaraan sendiri. Bahkan orang tua itu dengan sengaja tak membelikan putrinya kendaraan meskipun mereka mampu, keamanaan yang menjadi salah satu kekhawatiran katanya.
Setiap hari Freya berangkat sekolah dengan Papanya yang sekalian berangkat kerja dan kebetulan tujuan mereka satu arah. Kadang saat Frans ada kerjaan di luar kota maka Freya akan memesan kang ojeg yang biasa memberinya helm warna hijau couplean sama mamang ojegnya.
“Pa apa beneran gitu ucapan Mama yang semalam?” Tanya Freya.
“Ya. Seperti yang kamu ketahui Mamamu kalau sudah punya keinginan sulit di bantah.”
“Tapi Pa ini sangat konyol. Selama ini aku pacaran aja tidak boleh. Katanya harus lulus SMK dulu baru boleh pacaran nanti kalau sudah kuliah. Lah ini SMK aja belum lulus dan aku belum pernah pacaran udah main di jodohin aja.” Keluh Freya. Berharap Papanya akan berada di pihaknya dan membatalkan perjodohan yang direncaakan Mamanya.
“Sudah sementara ini turuti saja dulu kemauan Mama. Papa juga tidak akan tinggal diam jika lelaki yang di jodohkan oleh Mama kurang baik. Kita bisa batalin rencana itu kalau calon jodohmu itu tidak sesuai dengan kriteria kami.” Ucap Frans.
“Hm Iya Pa.” Setidaknya Freya bisa sedikit lega karena Papanya masih terbilang normal dibanding dengan Mamanya yang dengan mudahnya mau menjodohkan anaknya dengan teman grup chatnya yang hanya ia kenal lewat dunia maya. “Oh My God.” Gerutunya.
“Kenapa?” Tanya Frans.
“Tidak apa-apa Pa.” Freya segra turun dari mobil dan masuk ke sekolahnya.
Freya masuk ke kelasnya, XII AK 4. Kelas yang hanya tinggal beberapa bulan lagi akan ia tinggalkan. Karena kini tinggal dua bulan menuju ujian nasional. Sebelum mengetahui soal perjodohan, gadis itu sangat semangat ingin segera lulus dan memulai kuliah dengan tujuan terselebung tentunya. Ia ingin segera bisa pacaran seperti teman-temannya yang bahkan sudah pacaran sejak SMP. Sedang dirinya dengan penurutnya menuruti larangan Mamanya. Tapi kini semua seolah sirna, bagaimana nanti jika calon jodohnya itu sesuai dengan kriteria orang tuanya? Tentu saja akan tamat sudah tujuan terselubungnya, tamat sebelum memulai. “Huh.” Teriaknya pelan kemudian menyandarkan kepalanya di meja.
“Ba...” Teriak seorang lelaki sambil mengebrak meja tempat Freya menyandarkan kepalanya. Hingga gadis itu mengangkat kepalanya kemudian merapikan poninya.
“Jam segini udah suram aja tuh wajah.” Ucap Ardi. Lelaki yang sudah mengejar Freya sejak kelas X. Bahkan lelaki yang sebelumnya di jurusan teknik komputer dan jaringan itu pindah jurusan demi bisa mendekati Freya. Namun beribu sayang, gadis yang ia kejar itu tak kunjung dapat karena terlalu patuh pada Mamanya. Setiap kali Ardi mengungkapkan perasaanya selalu saja di jawab nanti nunggu lulus, gue ngga boleh pacaran kalo masih SMK. Begitulah terus berulang kali hingga akhirnya mereka terjebak friendzone.
“Ngagetin aja ih bikin kesel.” Ucap Freya.
“Kenapa wajahnya cemberut gitu?” Tanya Ardi sambil mengacak rambut Freya.
“Jangan diacak-acak Ardi ih.” Freya kembali merapikan rambutnya. “Ngga apa-apa kok. Lagi bete aja.”
“Masih pagi jangan pamer kemesraan.” Sindir Miya yang baru saja masuk kelas dan mendapati Ardi sedang mengacak rambut Freya.
“Apaan sih Miya kita kan-“
“Iya-iya gue tau lu berdua ga pacaran, karena di larang Mama kan.” Seperti biasa Miya memotong ucapan Freya yang belum selesai.
Miya mendekati bangku Freya kemudian duduk, membuka tasnya dan mengeuarkan buku dengan ukuran besar yang menjadai ciri khas anak akuntansi. “Fre gue liat PR yang jurnal penutup dong.” Ucapnya.
“Emang ada PR yah?” Tanya balik Freya.
“Astaga jangan bilang kalo lu belum kerjain PR dari Bu Tita?” Tanya Ardi yang masih ada di sana.
Freya menatap Ardi dengan wajah memelasnya.”Pinjem PR nya Ar.” Ucapnya memohon.
“Bodo amat. Pinjem aja sama Oppa-Oppa yang lu pantengin tiap malam sampe chat gue kaga lu bales.” Ucap Ardi yang lagi-lagi mengacak rambut Freya kemudian meninggalkan gadis itu ke kantin untuk sarapan.
“Ardi jahat ih...” Teriak Freya.
.
.
.
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENTARNYA.
Freya membuka tas Ardi dan mengambil buku besar dari tas itu kemudian menyalin tugasnya. Bukan hal baru, ini sudah biasa Freya lakukan. Meski Ardi tau tapi lelaki itu tak pernah marah. Bahkan Miya saja heran dengan tingkah keduanya yang sudah seperti pasangan kekasih hanya saja tak ada status di antara hubungan mereka.
“Sebenernya semalem lu ngapain aja sampe ngga inget ngerjain PR?” tanya Miya yang kini juga tengah menyalin PR dari buku Ardi bersama Freya.
“Ya sama kaya lu, menatap suami masa depan gue” Jawab Freya yang kemudian diiringi tawa yang pecah dari keduanya. Ya keduanya mengabiskan waktu malam mereka dengan nonton konser live streaming oppa oppa kesayangan mereka. Biasalah OSIS mau nonton live ngga kuat modal buat beli tiketnya.
.
.
.
Miya sedang menemani Freya sedang duduk di depan pos satpam sekolah mereka. menunggu ojeg pesanan Freya tiba. Biasanya Miya mengantar Freya pulang hanya saja hari ini ia harus mengantarkan ibunya ke rumah saudaranya hingga tak bisa mengantar Freya pulang. Sebenarnya Ardi dengan senang hati mau mengantas teman rasa pacarnya itu untuk pulang tapi Freya melarangnya, dia belum siap kena amuk ibu negara.
“Gue duluan, makasih udah nemenin.” Pamit Freya.
“Hm hati-hati.” Ucap Miya sambil melambaikan tangan mengiringi kepergian sahabatnya kemduan masuk ke mobilnya. “Malang bener deh temen gue udah delapan belas tahun belum pacaran malah kejebak friendzone.” Gumamnya sambil menyalakan mesin mobilnya kemudian meninggaklan sekolah yang hanya tinggal beberapa bulan lagi benar-benar ia tinggalkan.
Sekitar dua puluh menit perjalanan Freya sudah tiba di rumahnya. Lebih cepat jika dibanding menggunakan mobil karena bisa memotong jalan lewat jalan tikus. “Makasih Mang.” Ucapnya setelah memberikan lima bintang dan tip untuk mamang ojek dari ponselnya.
Freya masuk ke dalam rumahnya. Seperti biasa mamanya nampak sedang melakukan panggilan vidio. Hanya saja kali ini menggunakan ponselnya. Freya mendekati mamanya dan menyalaminya. “Liat nih calon mertua mu.” Ucap Ratna sambil memperlihatkan wanita yang sedang vidio call dengan dirinya.
“Pantas saja hanya pakai hp ternyata hanya satu orang. Biasanya rame-rame.” Ucap Freya dalam hati.
Ratna menepuk bahu putrinya yang kelihatan melamun itu. “Sapa ini calon mertua malah ngelamun kamu.”
Freya tersadar dari lamunannya. “Eh iya...” Ia binggung mau berkata apa. Freya malah menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Eh siang Tante.” Sapanya pada wanita yang gambarnya memenuhi layar hp mamanya.
“Siang sayang. Kamu baru pulang sekolah ya?” Tanya wanita itu.
“Iya Tante. Freya ke kamar dulu.” Ucap Freya lalu langsung kabur ke kamarnya. Tak mau terlalu lama bergaul dengan teman mamanya yang gesrek, takut ketularan gesrek pikirnya.
“Lucu putrimu Rat.” Ucap Mira sambil menahan tawanya melihat Freya yang berlari menaiki tangga di belakang Ratna.
“Hahaha namanya juga anak-anak mak.” Balas Ratna.
“Eh besok minggu jadi kesini? Biar aku siap-siap.” Tanya Ratna.
“Jadi dong. Aku juga udah bilang sama anak aku. Alamatnya ini udah bener kan?” Mira membacakan alamat rumah Ratna yang diberikan oleh Ratna beberapa hari yang lalu.
Mereka pun mengakhiri vidio call itu.
.
.
.
“Bunda yang bener aja mau jodohin aku sama anak bau kencur kaya gitu.” Ucap Arka yang duduk di samping Mira dan mengamati gadis yang akan dijodohkan dengannya.
“Bau kencur gimana? Cantik gitu kok. Kalau dia bau kencur bararti kamu juga cuma kencur yang udah tuaan dikit soalnya kamu kan baru ninggalin putih abu tiga tahun lalu.” Ucap Mira pada putranya yang kini memang baru berada di smester enam di salah satu universitas kenamaan di Bandung.
“Cantikan juga cewek aku Bun, Lisa.” Ucap Arka.
“Kamu masih sama Lisa? Bunda kan udah bilang kalian harus bubar. Lisa itu bukan gadis baik-baik. Pokoknya kamu harus tinggalin Lisa atau Bunda cabut semua fasilitas yang semala ini kamu nikmatin.”
“Terserah Bunda.”
“Ya bagus. Kamu besok harus ikut ke Jogja. Kita temui calon istri kamu.”
“Terserah Bunda aja.” Ucap Arka ketus. Karena percuma saja menentang bundanya tak akan pernah berhasil. Seperti orang nguras sumur pake gelas, kering kaga cape iya.
Arka berjalan menuju kamarnya dan merutuki kekonyolan bundanya yang hendak menjodohkannya dengan teman dari grup chat novel yang dibacanya. Bisa-bisanya bundanya itu menyodorkan gadis yang masih berseragam putih abu padanya. Padahal jelas-jelas dirinya sudah mempunyai kekasih dan malah di tentang habis-habisan. Jika bukan karena takut semua fasilitas yang ia gunakan dicabut Arka tak akan pernah mau menuruti keinginan bundanya.
Iseng-iseng ia membuka media sosialnya. “Siapa tadi yang nama itu anak bau kencur.” Gumamnya sambil mengingat nama gadis yang dijodohkan oleh bundanya.
“Siapa yah tadi namanya mirip sama hero yang suka gue mainin. Oh ya Freya... bener si fighter cantik Freya.” Ucapnya yang tiba-tiba menghubungkan nama gadis itu dengan game online yang biasa ia mainkan.
Arka kemudian mengetikan nama Freya di kolom pencarian Ig nya. Dan luar biasa banyaknya hasil yang keluar. Ia kemudian melihat deretan gambar dengan nama Freya itu. Mencari kira-kira yang mana Freya nya.
“Sepertinya yang ini.” Ucapnya saat melihat gadis dengan rambut panjang berponi dengan jari yang membentuk love layaknya drakor lovers.
“Astaga namanya Freya saranghae.” Seulas senyum tersungging di bibir lelaki itu. “Lebay banget ni anak.” Ucapnya. Kemudian membuka profil nama tersebut yang ternyata tidak di kunci. Membuatnya bisa dengan bebas melihat postingan gadis cantik itu.
Mata Arka membelalak melihat postingan ig gadis putih abu itu yang ternyata isinya foto-foto dengan gaya alay dan pujian-pujian terhadap salah satu personel boy band. Tak ketinggalan quote-quote dari drama korea juga memenuhi postingannya.
Dahinya tiba-tiba berkerut dan tangan kananya reflek mimijat keningnya yang entah kenapa tiba-tiba terasa pusing melihat salah satu video yang di posting gadis itu. Terlihat gadis itu menari dengan gaya imutnya tak lupa menyilangkan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk simbol love andalan pada K-drama lovers dan k-popers alayer. Apalagi membaca tulisan di video itu *Buat kamu suami masa depanku. Aku Cuma mau bilang Neul saranghae* yang kemudian diikuti munculnya gambar salah seorang personel boy band treasure.
“Astaga beneran nih calon bini modelnya pecicilan begini. Gue bisa mati muda kalo punya bini model alay begini.” Gumam Arka.
Sementara itu dikediaman Ratna, seperti biasa Freya sedang menonton vidio treasure yang selama ini selalu tengiang-ngiang di kepalanya. Ratna masuk ke kamar putrinya. Terlihat putrinya sedang berbaring di ranjang dan belum mengganti seragam sekolahnya. Gadis itu terlihat begitu antusias dengan benda pipih di tangannya.
“Lagi liat apaan sih?” Ratna mengintip ke vidio yang sedang dilihat putrinya.
“Ohhh.” Ucap Ratna setelah mengintip sedikit.
“Ganteng-ganteng kan ya Ma?” Ucap Freya yang kini sudah duduk di samping mamanya.
“Gantengan juga calon suami kamu.” Ucap Ratna.
“Beneran Ma? Tanya Freya penasaran.
“Beneran lah dibanding oppa oppa di hp kamu itu, calon suami kamu lebih ganteng.”
“Beneran Ma? Kalo gitu aku mau deh.” Ucap Freya semangat karena yang terbayang saat ini calon suaminya itu ya mirip-mirip sama asahi Treasure.
“Iya beneran. Makanya besok kamu harus cantik.” Ucap Ratna yang kemudian meninggalkan kamar putrinya.
.
.
.
Jangan lupa like, komen dan favoritkan!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!