NovelToon NovelToon

Terjebak Perjodohan Dengan Sang Casanova

Permohonan Pembatalan Perjodohan

"Faster!" ucap Satria pada wanita yang ia bayar untuk memuaskannya. 

Rasa nikmat yang menjalar ke setiap aliran darahnya hingga sulit didefinisikan dengan apapun ia rasakan saat wanitanya mempercepat ritme permainan, matanya terpejam karena begitu menikmati permainan wanita yang ia pilih di klub tadi, hingga akhirnya ia merasakan miliknya akan memuntahkan lahar, dia pun menekan miliknya agar masuk semakin dalam, dan tak lama kemudian pengaman yang membungkus miliknya sudah penuh dengan lahar yang ia keluarkan. 

"Apa kamu puas dengan hasil kerjaku?" Bisik jal*ang yang beruntung karena terpilih menikmati tubuh pria tampan nan gagah itu. 

"Lumayan!" jawab pria bersuara berat yang begitu menggoda iman, sambil mendorong tubuh wanita bayarannya untuk menyingkir dari atas tubuhnya. "Lu bisa pergi sekarang!" Kemudian menarik isi dompetnya untuk diserahkan kepada wanita yang berhasil membuatnya melayang beberapa saat lalu. 

"Aku bisa muasin kamu lebih dari tadi, kalau bayaran aku sebesar ini," bisiknya dengan suara erotis, walaupun kenyataannya dia yang begitu menikmati tubuh pria tinggi berkulit putih dengan enam cetakan otot di perutnya.

Satria tak menjawab, dia hanya mengibaskan tangannya saja sebagai tanda agar wanita itu segera pergi. 

Pikirannya sedang kacau saat itu. Ucapan Kakeknya siang tadi membuatnya ingin mengakhiri hidup Sang Kakek saat itu juga. 

Sementara itu di sudut ruangan lain, suara jerit dan tangis sedang menggema dari balik pintu kamar berwarna putih milik wanita cantik bernama Amora. Sedangkan seorang wanita yang kira-kira berusia di pertengahan 50an duduk bersandar pada pintu kamar putrinya yang sedang mengamuk di dalamnya. Tak ada yang bisa dia lakukan kecuali menangis, menangisi dirinya yang tak bisa melindungi putri sulungnya dari sebuah perjodohan yang telah dibuat mertuanya 26 tahun lalu, tepat saat gadis itu berusia satu tahun.

"Assalamualaikum!" Suara cempreng itu tiba-tiba memecah keheningan rumah.

Dina sang Ibu tak menjawab salamnya, ia hanya bisa menjawab dalam hati. Karena rasa sakit di dadanya membuat mulutnya seolah terkunci.

"Waalaikum sallam, Neng," jawab seorang pembantu rumah tangga yang usianya tidak beda jauh dengan Dina, sang Majikan.

"Ibu sama Ayah kemana? Kok rumah sepi begini?" Perempuan berusia 23 tahun itu menyerahkan buku-bukunya kepada Bibi yang bernama Lilis itu.

Bi Lilis bingung harus menjawab apa, tak ada kewenangan dirinya menjelaskan masalah keluarga yang sedang dihadapi keluarga majikannya. "Neng Kimy udah makan? Bibi bikin balado udang kesukaan Neng Kimy loh." Bi Lilis mengalihkan pertanyaan putri bungsu majikannya dengan sebuah ajakan makan malam.

"Wih kebenaran aku laper." Kemudian melemparkan tas punggungnya dengan asal ke arah sofa.

Dina yang melihat kejadian tersebut dari lantai dua hanya bisa tersenyum kecil melihat kelakuan putri kecilnya yang kini sudah tumbuh menjadi seorang wanita cantik, melupakan sejenak penderitaan putri sulungnya yang dipaksa menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai, karena Dina tahu putrinya sudah memiliki pria yang sudah mencintai dan dicintainya.

Dina kembali termenung, pikirannya berselancar ke kejadian satu minggu lalu, saat Andre mengungkapkan keinginannya untuk meminang putrinya akhir tahun ini, hingga membuat pipi Amora langsung merona karena begitu bahagia mendengarnya, tapi berita buruk dari mertuanya hari ini seperti menghancurkan semua mimpi putrinya yang selama ini telah ia rajut.

Andai waktu bisa berputar ingin sekali dia menolak perjodohan itu dulu, perjodohan yang tak sengaja dibuat hanya dari obrolan kedua pria tua yang telah bersahabat sejak mereka masih kecil. Dina bahkan sudah lupa jika dia mengucapkan iya saat kedua pria tua itu meminta persetujuannya.

Tak ada bahasan mengenai perjodohan sejak saat itu, hingga Dina menganggap semua itu hanya omong kosong belaka sampai hari ini tiba.

Siang tadi Pak Wiratmadja yang biasa di panggil Pak Wira datang menemui dia dan suaminya untuk menagih janjinya dulu.

"Ibu ngapain duduk disini?" Suara itu kembali membuyarkan lamunannya.

Dina mengahapus jejak tangisnya. "Semedi," kelakar wanita yang juga memiliki tingkat humor yang tinggi.

"Aku kira Ibu lagi jadi Suster Ngesot," cibir Kimy yang tadi terkejut melihat Ibunya duduk di depan kamar sang kakak. "Ada apa sih? Kok Ibu sampe nangis gitu? Kakak hamil?" Bibir ceplas-ceplos itu memancing emosi sang Ibu.

"Astaghfirullah! Ini mulut kudu diwewelin sambel kayaknya, kalo ngomong suka asal jeblak aja!" Dina memukul-mukul bibir si Bungsu.

"Dasar Ibu durhaka! Sakit tau!" Gadis itu morang-maring.

"Mana ada ibu durhaka? Dimana-mana yang durhaka itu anak. Anak kayak kamu ini nih!" Kali ini dia memukul tubuh putrinya.

Praaang!!!

Bunyi benda yang sepertinya terbuat dari  kaca pecah dari dalam kamar bercat pintu putih itu membuat kedua wanita beda generasi itu langsung masuk ke dalam kamar.

Kimy tertegun sejenak melihat kondisi kamar yang biasa rapih itu kini telah porak poranda. Ternyata bunyi tadi adalah bunyi kaca meja rias kakaknya yang pecah.

"Ada apa sih?" Dia berjalan menuju ranjang tempat kakaknya berada.

Sementara Dina kembali menangis sambil meremas baju di bagian dadanya. Ia tahu apa yang sedang putrinya rasakan saat ini. 

Tak mudah bagi seseorang meninggalkan orang yang dicintainya untuk menikah dengan pria yang terkenal sebagai pengusaha sukses namun bejad. Siapa yang mau menukar pria yang ia cintai dengan monster? Lebih baik mati, daripada harus mati karena menderita nanti. Pikir Amora.

"Bu, tolong aku! Tolong bujuk Kakek untuk membatalkan perjodohan ini. Aku gak sudi menikah sama cucu Kakek Wira yang baj*ngan itu Bu." Amora mengiba pada ibunya membuat hati seorang ibu semakin berdenyut nyeri.

Kali ini si cantik berambut sebahu itu paham apa yang terjadi pada keluarganya, sebuah perjodohan yang begitu tak diinginkan oleh kakaknya dengan cucu dari sahabat kakeknya.

Baru beberapa hari lalu saat Kimy akan pamit ke Bali Amora begitu antusias menceritakan bahwa kekasihnya Andre telah meminta restu menikah kepada ibunya secara langsung. Rona bahagia terus tersirat dari wajah cantik Sang Kakak yang memiliki postur tubuh tinggi, membuat Kimy ikut bahagia karenanya.

"Biar aku yang ngebujuk Kakek!" ucap Kimy membuat kedua wanita yang sedang menangis itu mengalihkan pandangannya ke arah gadis mungil di hadapannya.

...Hai, Otor Soleha datang menyapa klean lagi.. 🤗🤗🤗...

...Jangan lupa tinggalkan jejak klean!...

Berkorban

Dina tahu putri bungsunya begitu dekat dengan mertuanya, tapi apakah bisa seorang Kimy meluluhkan hati seorang Anggara? Pria tua yang begitu keras kepala, hingga siapapun tak bisa menggoyahkan pendiriannya.

"Ini gak semudah yang kamu bayangin Kim, Ayah aja gak bisa ngebujuk Kakek." Dina langsung mematahkan semangat putrinya.

"Kita liat aja, kalau sampe aku gak bisa bujuk Kakek, Ibu boleh ganti nama aku jadi Jubedah!" ucapnya dengan memamerkan rentetan gigi-giginya yang putih membuat yang melihat ikut tersenyum mendengar kelakar bocah yang sebenarnya sudah tidak pantas dipanggil bocah lagi.

"Kalau kamu berhasil bujuk Kakek, Ibu beliin tiket konser EXO yang kamu mau." Dina malah ikut menantang.

"Oke. Deal ya!" Ibu dan anak itu bersalaman.

Walaupun tahu semua itu hanya akan sia-sia saja tapi Dina tetap tersenyum melihat semangat putrinya. "Semangat Jubedah!" ujar Dina sambil mengepalkan tangannya ke arah Kimy.

"Mas Kaaaaaiiiii, i'm comiiiiiing!" teriaknya memanggil salah seorang personel EXO yang ia kagumi.

Sementara di sudut ruangan di salah satu klub malam terbesar di kotanya, seorang pria tampan terlihat uring-uringan kepada ketiga orang sahabatnya.

"Elah, Sat. Elu mau dikasih enak malah kagak mau. Lu pan tau kawin itu enak!"

"Hooh, bener tuh apa yang dibilang si Kampret. Dikasih cewek secantik itu elu kagak mau. Aneh," sambung sahabat mesumnya yang lain.

"Otak lu pada ngapa kagak jauh dari bawah puser sih?" Pria bernama Satria itu semakin gusar.

"Lah emang otak kita adanya di bawah puser, kan sama kayak elu." Gerry salah seorang dari mereka mendorong kening pria berperawakan paling tinggi diantara mereka.

"Makin pusing gue curhat sama Kuntilanang kayak kalian!" 

Ketiga pria sableng itu terbahak-bahak mendengar ucapan pria yang sedang kalut hatinya itu.

"Gue baru tau, kalo lakinya Kuntilanak itu Kuntilanang." Kedua pria dengan tingkat kemesuman di atas rata-rata itu terbahak-bahak. 

Satria menjambak rambutnya. Beberapa gelas minuman beralkohol yang ia habiskan tidak berhasil menghilangkan beban yang menimpanya hari itu.

Satria begitu tak habis pikir dengan pola pikir kakeknya yang membuat perjodohan  di jaman serba canggih seperti sekarang ini, karena baginya dia hanya perlu menunjuk perempuan dengan telunjuknya dan mereka akan datang dengan suka rela ke dalam pelukannya.

"Gue cabut!" Pria berahang kokoh itu menyambar jas kerjanya.

"Mau kemana lu?" Thomas seperti belum puas menggoda calon pewaris kerajaan bisnis keluarganya itu.

"Luluran, biar pangling waktu dipajang nanti," jawabnya asal.

Ketiga sahabatnya langsung cekakakan mendengar jawaban pria yang kini semakin menjauh dari mereka.

Satria memukul-mukul stir mobilnya, rasa kesal karena ulah kakeknya masih membuat dirinya terbakar amarah. S*ks baginya adalah hal yang biasa, tapi menikah? Bahkan membayangkannya pun Satria enggan melakukannya, kekecewaannya karena ditinggal pergi sang Mama waktu kecil dulu membuatnya tak pernah percaya akan namanya cinta, dia begitu memandang rendah seorang wanita, baginya semua wanita sama saja, hanya memanfaatkan uangnya dengan menukar tubuh mereka untuk ia nikmati.

Masih terbayang olehnya bagaimana ibunya lari dari rumah Papanya di tengah malam dengan seorang pria yang sepertinya adalah selingkuhannya, dia menangis memanggil-manggil Mamanya, tapi sang Mama seperti tak mendengarnya jerit tangisnya. 

Seorang ibu yang begitu tega meninggalkan putranya yang menangis memanggil-manggil namanya hanya untuk pergi dengan seorang pria yang bukan suaminya. Bukankah itu sungguh kejam?

Sudah dua hari Satria menyelidiki siapa itu Amora, dan seperti yang dia ketahui dari orang suruhannya Amora adalah seorang wanita karir yang memiliki jabatan yang lumayan penting di perusahaan milik keluarganya, dia juga sudah memiliki seorang kekasih bernama Andre yang telah ia pacari selama dua tahun terakhir. Wanita cantik, dan berkarakter, tapi tetap saja tidak akan pernah melengkapi hidupnya yang memang tabu akan cinta.

Jika bukan karena kakeknya mengancam akan mengambil semua fasilitas yang ia berikan selama ini jika tidak menurut perintahnya, Satria tak akan sepusing ini. Kemewahan telah melekat erat di tubuhnya sejak ia baru dilahirkan, jadi bila semua fasilitas mewah yang ia dapatkan dari bayi itu dicabut, mau jadi apa dia?

Gelandangan tampan?

Satria terkekeh saat membayangkannya, bahkan sekarang ia jadi terbahak-bahak. Sepertinya efek alkohol yang ia minum tadi baru menyerap ke tubuhnya.

"Menikah? Istri? Heh. *** kucing!" Sambil menyalakan starter mobil sport terbaru yang baru ia beli beberapa bulan lalu.

Dia membelah jalan malam dengan memacu mobilnya dengan sangat kencang.

Dengan kaki gemetar Kimy menaiki tangga untuk kembali ke kamar kakaknya, dengan rakusnya ia menghirup udara banyak-banyak sebelum masuk pintu kamar berwarna putih, yang adalah kamar Amora, Sang Kakak.

Ternyata sudah ada dua orang pembantu rumahnya yang sedang merapikan kembali kamar kakaknya yang tadi seperti kamarnya, pecahan kaca meja rias pun sudah tak lagi berserakan.

"Gimana Jubedah?" tanya Ibu sambil menaikkan alisnya, menggoda sang putri yang pasti tak bisa merayu sang mertua.

Kimy menghamburkan tubuhnya ke pelukan ibunya. "Siapin tiket konser EXO buat aku ya!" ucapnya dengan hati yang berdenyut sakit.

Dina segera menjauhkan tubuh putrinya, ingin melihat keseriusan di wajah cantik si Bungsu. "Maksud kamu?"

"Aku udah rayu Kakek supaya batalin perjodohannya Kakak sama cucu Kakek Wira." Kimy berusaha tersenyum riang saat mengucapkannya.

"Jangan bohong!" bentak Amora.

"Serius!" Kimy memamerkan jari telunjuk dan jari tengahnya. "Tanya aja Ayah! Ayah masih ada di kamar Kakek sekarang."

Tak apa berkorban demi kebahagiaan orang yang ia cintai, karena ia yakin Tuhan akan memberikan kebahagiaan yang jauh lebih besar setelah ini. Naif memang, tapi wanita bernama depan Kimmora itu percaya jika kebahagiaan akan datang kepadanya. 

...Sebelum lanjut, jangan lupa ritualnya!...

...Like, komen n vote... 🤗🤗🤗...

Pengganti

"Pak kumohon batalkan perjodohan ini. Ara (panggilan untuk Amora) sudah punya calon suami, pria yang jauh lebih baik dari cucu Pak Wira yang terkenal b*jingan itu!" ucap Rahardian, dia terlihat sedang menahan emosinya saat Kimy masuk ke kamar Kakeknya, karena seperti biasa dia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Wajah putih ayahnya sudah sangat merah saat Kimy masuk, tangannya mengepal menahan amarah hingga urat-urat di tangannya terlihat menonjol.

"Tapi janji adalah janji, janji itu hutang yang harus dibayar dengan menepati janji. Jadi hanya dengan cara itu aku bisa membayar lunas hutangku." Pria tua itu tak kalah murka.

"Tapi Pak, pikirkan perasaan Ara!" Rahardian masih berusaha mengiba. Berharap hanya dengan begitu dia bisa membatalkan perjodohan konyol ini.

"Kamu pikir orang tua ini tidak memiliki hati apa? Aku juga memikirkan perasaan cucuku, tapi tak ada yang bisa aku perbuat dia tetap ingin melanjutkan perjodohan ini. Wira mau melepas Ara, asal—" Anggara menjeda ucapannya.

"Asalkan apa? Berapa uang yang dia minta?" Rahardian salah sangka.

"Jangan sombong kamu! Kamu lupa siapa yang menolong perusahaan kamu dalam keterpurukan beberapa tahun lalu?" Anggara mengingatkan Rahardian akan jasa besar yang keluarga Wiratmadja berikan kepadanya, dan hal itu berhasil membuat Rahardian tertunduk malu.

"Terus apa gantinya?" Kimy yang sedari tadi hanya berdiri di pintu akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Sebagai gantinya kamu yang harus jadi pengganti Ara!" jawab Anggara dengan suara lemah. 

Rahardian langsung terduduk lemas, itu sama saja menukar tangan kiri dengan tangan kanannya. Kebahagiaan Amora memang penting tapi menjerumuskan anak gadisnya yang masih polos ke tangan b*jingan dia pun tak sanggup. Walaupun Kimy tak se membanggakan Amora tapi Kimy tetaplah putri kesayangannya, seorang putri yang selalu menciptakan tawa di rumahnya, dia seperti manusia dengan jutaan kebahagiaan yang akan membuat siapa saja tersenyum.

Sedangkan Kimy tak bisa memikirkan apa-apa, isi kepalanya seperti kosong tiba-tiba saja. Menikah? Hal terakhir yang terlintas di benaknya. Walaupun usianya sudah cukup matang untuk menikah, tapi isi otak dan tingkah lakunya masih jauh untuk menjadi seorang ibu rumah tangga.

Ini mimpi, ya ini pasti mimpi. Kimy menampar wajahnya sendiri hingga membuatnya meringis.

Ternyata ini bukan mimpi, semua ini nyata. Kimy memutar otak dangkalnya. Mencari jalan keluar agar ia bisa keluar sebagai kandidat calon istri cucu dari Wiratmadja.

Kuliah pun dia belum lulus, masa harus menikah?

Kimy langsung ingin menolaknya, tapi wajah sumringah penuh kebahagiaan Amora beberapa hari lalu langsung terlintas dipikirannya. Apa ia tega menukar kebahagiaan kakaknya dengan kebahagiaan dirinya?

Selama ini Amora sudah sangat membanggakan keluarganya, sejak sekolah hingga sarjana dia terus menjadi siswa berprestasi. Tapi apa yang selama ini ia lakukan untuk membanggakan keluarganya? Memalukan iya, buktinya di usianya yang sudah seharusnya menyandang gelar sarjana, dirinya masih saja seorang mahasiswa.

Kimy memantapkan hati, "Aku mau," ujar gadis bertubuh mungil itu, membuat kedua pria yang tengah bersitegang dihadapannya menolehkan wajah mereka.

"APAAA??" ucap mereka kompak.

"Aku mau gantiin Kak Ara. Aku mau menikah sama cucu Kakek Wira," dengan tegas dia menjawab. Kemudian pergi meninggalkan Ayah dan kakeknya yang masih syok.

Apakah ini cuma kebetulan atau ini memang takdir? Karena sebetulnya Wira begitu menginginkan Kimy untuk menjadi istri cucunya. Tapi Anggara menolak tegas karena dia yakin gadis itu akan menolaknya, Kimy baginya adalah bocah ingusan yang bahkan masih sering minta uang jajan tambahan kepadanya. Anggara semakin pusing.

Dina dan Amora yang tadi sudah bisa kembali tersenyum saat mendengar bahwa putrinya berhasil membatalkan perjodohan kakaknya kembali lemas saat mengetahui kejadian sebenarnya dari Rahardian.

Dina seperti tersambar petir, dia begitu terkejut bahkan melebihi keterkejutannya saat mendengar Amora akan dijodohkan pagi tadi. Baginya Kimy adalah putri kecil yang masih jauh dari kata dewasa. 

Putri kecil yang masih sering merengek meminta diizinkan menonton konser EXO itu akan menikah?

Dina tertawa miring, dia seperti sedang dipermainkan oleh putri dan suaminya, dia yakin semua ini adalah akal-akalan mereka yang memang sering bersekongkol untuk menjahilinya.

"Ini gak lucu loh Yah!" Dina memicingkan matanya ke arah suaminya.

"Ayah udah gak punya tenaga untuk berbohong Bu," ucapnya lesu.

Air mata kembali tumpah dari kedua mata ibu dua anak itu, dia langsung berlari ke kamar putri kecilnya. Dia benar-benar tidak rela si Bungsu harus menikah dengan pria bejad macam Satria itu. Putrinya terlalu suci untuk disentuh seorang ********.

Ingin sekali dia nyelonong masuk ke kamar Kimy seperti biasa, tapi kali ini dia memilih mengetuk pintu.

"Masuk!" seru gadis dibalik pintu tersebut.

Dilihatnya sang gadis sedang merapikan kamarnya yang berantakan, padahal biasanya gadis itu akan menghujaninya dengan ribuan alasan jika Dina menyuruhnya merapikan kamar.

"Ibu udah pesen tiket EXO? Aku mau duduk di kursi VIP loh Bu!" ucap Kimy dengan tubuh membelakangi Dina.

"Hanya demi tiket konser, kamu rela dijodohin sama cucunya Pak Wira? Dasar perempuan murahan!" Dina berbicara begitu sinis.

"Demi ketemu Mas Kai apapun aku lakukan. Hahaha…" Kimy memaksakan tawanya, tapi tubuhnya tetap membelakangi Dina sambil memunguti benda-benda yang berserakan di lantai kamar bercat pink itu.

Dina sudah tak tahan, dia memeluk erat punggung putri kecilnya itu, menangis dengan kencang, bahkan lebih kencang dari saat ia menangisi Amora tadi.

"Ibu nangis karena aku mau nikah apa karena gak kebeli tiket EXO sih?" Disaat seperti ini dia tetap saja menggoda ibunya.

"Dasar anak nakal! Mau kamu batalin perjodohan kakakmu, ibu tetep gak mau beliin kamu tiket  EXO, jadi lebih baik kamu tarik lagi ucapan kamu!" Kali ini Dina berbicara dengan penuh penekanan.

"Ya ampun Bu, jodoh aku itu udah diatur sama Pencipta, jadi mau aku pergi jauh dari cowok itu, kalau dia jodoh aku, ya pasti kita akan ketemu lagi, juga kalaupun aku pepet terus tuh cowok tapi ternyata Tuhan gak ngijinin kita berjodoh ya apa mau dikata, cari lagi yang lebih tajir. Doain aja sama Ibu, kalo jodoh aku nanti itu ternyata Mas Kai. Hehehe." 

"Dasar kamu ini!" Dina semakin mempererat pelukannya pada si Bungsu dengan lelehan air mata yang terus membasahi pipi. 

...Otor Soleha gak bosen-bosen ngingetin readers terzeyeng untuk like, komen, n vote!!!...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!