NovelToon NovelToon

Jangan Di Baca

kontrak konyol bab 1 & 2 jadi 1 (Revisi)

(Maaf bab satu gak sengaja ke hapus permanen dan gak bisa dikembalikan, jadi saya gabung dengan bab dua🙏🙏)

Namanya Lila, kini usianya 22 tahun, Lila masih kuliah disalah satu universitas favorit. Lila tinggal bersama ayah dan termasuk orang kalangan menengah keatas dan menjalani kehidupan yang bahagia, namun setelah kehadiran ibu tiri dan anaknya membuat hari-hari Lila jadi berantakan. Lila yang tak bisa menerima papanya menikah lagi, menjadi bumerang dalam hidupnya, Lila mulai jauh dengan papanya, bahkan kehidupan Lila mulai kacau, dia sering mabuk-mabukan di club malam tempat yang sering ia kunjungi untuk menghilangkan kesedihan.

Sejak wanita dan anaknya itu masuk dalam keluarga,papanya menjadi tidak peduli padanya.

Wanita itu, mengendalikan papa Lila dan semuanya.sampai saat disaat Lila harus kehilangan papa yang meninggal dunia.

Lila begitu sedih karena kedua orangtuanya kini meninggalkannya untuk selamanya, Dan semua harta Milik orang tua Lila di ambil alih oleh ibu tirinya.

Ibu tiri Lila bernama Susan dan anaknya bernama Fani.

Fani kuliah ditempat yang sama dengan Lila, Lila sangat membencinya karena semua yang Lila miliki direbut olehnya, bahkan pacarnya pun diambilnya, walaupun yang memutuskan terlebih dahulu adalah Lila tapi itu semua adalah rencana Fani. Sungguh berat hidup yang dijalani Lila

Setelah beberapa waktu, setelah kepergian papanya, ibu tiri Lila tiba-tiba mengusirnya dari rumah tanpa mengizinkan Lila mengemasi barang-barang. Lila keluar dari rumah hanya membawa baju di badan dan sedikit uang ditangan.

Entah apa yang ada dipikirannya, bukannya menghemat, malah Lila bawa pergi ke club malam untuk mabuk mungkin hanya itu yang bisa membuatnya tenang untuk saat itu.

Ketika Lila sedang menikmati kesendirian ku, ada seorang pria datang menghampiri Lila,

"Sendiri saja di sini?" tanyanya sambil memesan minuman alkohol, Lila yang sedang mabuk pun tak menghiraukan pertanyaan nya.

"Jangan menggangguku, aku sedang sedih, aku diusir dari rumah sama wanita jahat,aku gak punya uang, aku bingung mau tinggal dimana."oceh Lila tanpa perduli siapa yang diajaknya bicara saat mabuk ternyata pria itu pun mabuk.

"Aku juga sedang sedih, kekasihku meninggalkanku memilih pergi keluar negeri untuk menggapai mimpinya, dia putus denganku" oceh nya saat sedang mabuk.

Lila dan pria itu menghilangkan kesedihan dengan mabuk.

"Baiklah pria tampan, aku akan pergi berkelana, selamat tinggal."

"Mau kemana cantik, ikutlah bersamaku kita bersenang senang lagi."

Lila dan pria itu yang sama-sama mabuk,pergi ke salah satu hotel entah dimana persisnya.

Lila tak tahu apa yang terjadi malam itu, dan yang dia tahu pagi ini, pria itu ada dibelah lila tidur. Dengan tubuh yang hanya ditutupi oleh selimut.

"aaawwkkk..."teriak Lila membuat pria itu terbangun.

"Apa yang terjadi padaku, apa yang kau lakukan padaku." Lila pun menangis terisak-isak.

"Kenapa menangis, bukannya kita sama-sama mau."

"Apa maksud mu, kita....!!!" Lila pun mengingat-ingat kejadian tadi malam dan maru menyadarinya.

Lila pun tinggal menyesali perbuatan yang sudah kulakukan tanpa sadar.

Mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur, Lila pun tak bisa menyalakannya,karena keduanya dalam keadaan sama-sama sedang mabuk.

Lila pergi mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah kotor. Lila merasa jijik dengan dirinya, apalagi kini dia kehilangan kesuciannya pada orang yang tak ia kenal sekarang ini.

Setelah selesai semua.pria itu memberikan Lila uang dan kartu nama.

"Ambilah, anggap saja itu kompensasi,jika kurang datang saja ke alamat itu.

Rangga Saputra, pengusaha muda yang sukses, memiliki perusahaan besar yang terkenal di kota ini dan memiliki beberapa cabang.

orang yang sangat susah ditemui,sekarang berada dihadapan Lila dan sudah menikmati tubuh Lila.

" Aku bukan wanita munafik, karena saat ini aku memang sedang butuh uang untuk mencari kontrakan dan biaya kuliah, tapi jangan menganggap ku wanita murahan dan akan ku simpan kartu nama ini semoga suatu saat bisa berguna." Lila mengambil uang dan kartu nama yang Rangga berikan padanya.

"Tidak, aku tidak akan merendahkan mu, hanya saja jangan sampai kau buka mulut atas kejadian ini, mengerti. jika kau mau kau bisa tinggal di salah satu villa ku, hitung-hitung biar ada yang ngurus." jawab Rangga

"Oya namamu siapa?" tanya Rangga

"Namaku Lila." jawab Lila

"Terimakasih untuk tawarannya, tapi maaf aku bisa mencari kontrakan sendiri, aku akan pergi sekarang dan aku harap ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita." Lilapun berdiri dari sofa dan ingin pergi namun Rangga malah menarik tubuhnya hingga Lila berada di pelukannya.

"Semoga kita tak bertemu lagi,dan jangan pernah membocorkan rahasia ini." bisik Rangga ditelinga Lila dan untuk perpisahan dia mengecup bibir mungil Lila mendadak.

Lila pun mematung dengan apa yang dilakukan oleh Rangga.

"Kenapa kaku,bukanya tadi malam kau sangat menikmatinya" ucap Rangga sontak membuat wajah Lila memerah karena dipermalukan lagi oleh Rangga.

"Aku pergi." dengan segera Lila pun pergi dari hotel dan meninggalkan Rangga disana.

Lila pun menggunakan uang yang diberikan Rangga untuk mencari kontrakan yang tak jauh dari kampus, setelah mendapatkannya Lila langsung membayar untuk satu tahun ke depan.

Lila pun membeli perlengkapan masak dan pakaian untuk kebutuhannya, Lila yang diusir oleh ibu tirinya tanpa membawa apa-apa.

Gosip tentang Lila yang sekarang miskin sudah menyebar di kampus, bahkan semua menjauhi lila, hanya Ina yang masih mau menjadi sahabat Lila.

"Ina, aku sekarang ini sudah miskin,gak punya apa-apa gak bisa traktir kamu lagi. Apa kau masih mau menjadi sahabatku." tanya lila

"Lila, aku berteman denganmu bukan karena statusmu,biar kamu kaya ataupun miskin,kau tetap sahabatku." ucap Ina dan mereka pun berpelukan.

"Terimakasih sudah mau menjadi sahabat ku disaat aku jatuh."

Saat mereka masuk ke kelas, banyak anak-anak menghinanya, Lila sadar mungkin ia terlalu sombong dulu, hingga mereka sekarang balas dendam padanya atas perbuatan yang pernah ia lakukan.

" Kamu gak papa, Lila." tanya Ina

"Gak, aku gak papa, aku akan terbiasa nantinya jangan cemaskan aku."

Tiba-tiba Fina muncul dihadapan Lila.

"Hai gadis miskin, masih berani kuliah disini." hina Fina

"Memang kanapa,apa aku tak boleh kuliah disini, aku masih bisa bayar,bukan kaya kamu dan mamamu yang jahat memanfaatkan papa untuk mengambil harta papa." balas Lila, Fina yang tak terima dengan ucapan ku pun menjambak rambut Lila.

"aaawwhhh." teriak Lila

"Dasar gadis miskin." hinanya sambil menjambak rambutku Lilapun segera membalas menjambak nya dan akhirnya merekapun saling menjambak rambut.

Teman-teman yang lain malah mengadu mereka tanpa ada yang melerai.sampai Kevin mantan Lila yang sekarang kelasih Fina.

"Hentikan, apa yang kalian lakukan, seperti anak kecil saja." lerai Kevin dan merekapun berhenti dengan rambut yang sama-sama acak-acakan.

"Sayang dia duluan, menghinaku dan ibuku." hasut Fina membuat lila makin jijik padanya.

"Kenapa kau lakukan itu, mereka saudaramu bukan musuhmu."

"Saudara, aku tidak punya saudara yang seperti mereka, dasar lintah darat. memang kalian ini pasangan yang sangat cocok." akhirnya Lila mengalah pergi meninggalkan mereka.

"Lila tunggu."panggil Kevin dan Lilapun tak menggubris nya.

Lila pun meninggalkan mata kuliah hari ini dan memilih untuk pulang kerumah.

🙏🙏🙏🙏🙏🙏

(Ini bab dua ya...maaf kalau digabung, soalnya hilang permanen teks aslinya mau di tulis ulang, urutannya jadi kacau.🙏🙏🙏)

Setelah meninggalkan kampus.seharian tak ada aktivitas yang Lila lakukan, hanya menghabiskan cemilan yang dia beli saat pulang tadi.

Banyak pesan masuk dari Ina yang menanyakan keadaannya yang belum sempat ia balas, tak cuma Ina, Kevin pun ada beberapa kali melakukan panggilan dan biarkan Lila bahkan Dimas pun menghubunginya.

"Lihatlah dirimu Lila kau wanita cantik, seksi dan menggoda, banyak pria lain yang menyukai mu, malah memilih Kevin yang membuat hidupmu tambah malang, punya pacar lagi sayang-sayangnya malah diambil orang, kurang apa lagi coba." Lila yang memaki dirinya sendiri yang harus kalah dengan Fina.

Memikirkan Kevin yang jelas-jelas sudah tak mencintai nya ditambah kini sendirian membuat otaknya membeku seperti es batu

Seperti biasa hal yang sering dilakukan Lila disaat otaknya tak mau bekerja, tujuan terakhirnya adalah club.

"Hai Dimas...." sapa Lila

"Hai Lila, sudah lama gak kesini.".sapa Dimas

Dimas adalah teman kuliah, dan bekerja paruh waktu di club malam.

"Biasalah, lagi gak ada duit, stok tipis." jawab Lila

"Ada apa tadi menghubungi ku?" tanya Lila

"Aku menghawatirkan kamu tau."

"Kenapa tadi gak masuk, bertengkar lagi dengan fina."

"Dia dulu yang buat masalah, gengsi dong kalau aku harus mengalah." saut Lila

"Tapi, jangan mengabaikan kuliah gitu dong."

"Ya...maaf, soalnya otakku lagi buntu nie."

"Dasar kancil kecil." ejek Dimas sambil memberiku minuman favorit ku.

"Baiklah, aku lanjut kerja dulu, selamat bersenang-senang.dimas meninggalkanku

Aku pun menikmati minumanku dan mendengarkan alunan musik DJ.

"Pria yang baik" ucapku

Ponselku pun berdering, Lila tak ingat pernah menyimpan nomor Rangga di ponselnya.

"Angkat gak, angkat gak, angkat.aaahhh angkat."

"Halo sayang, apa kau rindu pada ku,.sudah ku katakan, jangan mencari ku." oceh ku

"Apa kau sedang mabuk?" tanya Rangga

"Tidak, aku hanya bersenang-senang saja, dari mana kau tahu nomorku, aku kan tak pernah memberikannya padamu."

"Jangan cerewet, tunggu aku disitu,dan jangan kemana-mana." Rangga pun mematikan panggilannya dan pergi menemui Lila.

Tak lama kemudian Rangga datang menemui Lila.

"Cepat sekali sampainya." Lila pun tersenyum.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Rangga

"Aku hanya bersenang-senang saja. Hai...kenapa kau mencari ku,.apa kau rindu padaku."

"Ayo ikut aku pulang. Kita bicarakan di rumah."

"Tidak, aku masih ingin menghabiskan minumanku." Tolak Lila

"Dirumah, banyak minuman yang kau mau tinggal pilih saja."

"Benarkah." semangat Lila mendengar banyak minuman alkohol di rumah Rangga, akhirnya Lila pun luluh dengan ajakan Rangga

Selama di perjalanan Lila tak henti-hentinya ngoceh, karena sudah mabuk berat, tubuhnya dan nafasnya yang bau alkohol tak dipedulikan Rangga.

"Apa seperti ini kebiasaan mu suka mabuk-mabukan?"

"Tidak,.aku hanya bersenang-senang menghilangkan beban hidup ku."

"kau tak tahu betapa berat hidup yang kujalani, ingin rasanya aku gantung diri tapi masih takut mati."

"Apa kau bisa memberiku uang, aku butuh uang, aku gak punya uang."

"Apa uang yang kuberikan beberapa hari lalu habis?" tanya Rangga dan Lila pun mengangguk

"Aku akan memberimu uang yang banyak, asal kau bisa menurut."

"Benarkah, baik bos aku akan patuh jadi budak mu." ucap Lila sebelum ambruk di tubuh Rangga.

"Dasar wanita pemabuk."

Lila tak tahu lagi apa yang dilakukan Rangga pada tubuhnya, yang dia tahu saat Lila bangun sedang berada dikamar bersama Rangga, namun aku masih memakai baju lengkap tapi bukan baju yang dikenakan malam tadi.

Lila memandang wajah Rangga yang tampan, hidung mancung, dan memang pria idaman.

"Kenapa kau datang lagi dalam hidupku sudah ku katakan waktu itu adalah yang pertama dan yang terakhir."

"Apakah aku tampan?" tanya Rangga dan seketika Lila kaget dan salah tingkah, sampai akan terjatuh ke lantai dengan sigap Rangga meraih tubuhnya dan menariknya, dan membuat tubuh Lila memeluk tubuh Rangga yang masih telanjang dada.

"Dasar ceroboh."

"Siapa yang memandang mu, apa yang terjadi padaku, dan siapa yang Mengganti bajuku." pertanyaan konyol Lila.

"Apa kamu tak ingat,.tadi malam kau menggodaku,.kau bilang sangat merindukan kan ku."

"Tidak-tidak mungkin aku bilang begitu."

apa kau tak percaya, aku ada rekamannya nya saat kau merayuku."

"Apa kau merekam ku."

"Di kamar ini ada cctv-nya."ucap rangga dan Lil memutar bola matanya melihat sekeliling memastikan dimana cctv-nya.

Wajah lila pun memerah, mendengar ucapan Rangga, "Jika benar aku merayu Rangga betapa malunya aku sekarang ini mungkin dimatanya aku wanita penggoda" dalam hati Lila.

Sedangkan Rangga senyum-senyum berhasil mempermalukan Lila kembali.

Rangga mengambil sebuah berkas dan menyerahkan nya pada ku,

"Tandatangani kontrak ini."

"Kontrak apa ini?"

"Setelah ku pikir-pikir aku tak bisa melepaskan mu begitu saja, apalagi kau sering mabuk dan mudah sekali ngoceh, aku takut kau membongkar rahasia ini dan menghancurkan reputasi ku.

"Aku tak mau menandatangani kontrak ini, apalagi banyak menguntungkan pihak pertama daripada pihak kedua.

"Hai, kita sama-sama untung, aku memegang kendali atas dirimu dan kau bisa menikmati uangku Bahkan kau sudah menikmati tubuhku yang berharga ini."

"Apa kau bilang, aku menikmati,.aku tak pernah merasa kenikmatan itu disaat aku sedang mabuk."

"Apa kau mau menikmatinya lagi."

"Tidak aku tidak mau."

"Kalau begitu cepat tandatangani kontrak ini, agar kau tak bisa macam-macam dan bulan depan kita akan menikah, aku gak suka menjalin hubungan terlarang."

"Menikah, aku gak mau menikah dengan mu. Berikan aku alasan untuk menikah denganmu."

"Kau sudah menikmati tubuhku yang berharga ini."

"Bukankah kita sama-sama mau, lagian itu pasti sudah biasa buat mu."

"Itu pertama kalinya aku melakukannya denganmu."

"Hai.... bukannya pria kaya tu suka main-main dengan wanita."

"Dasar....aku ini pria terhormat, reputasi ku akan hancur jika tahu aku malakukan skandal s*ks dengan mu, lagian aku gak bisa sembarang main perempuan."

"Terus kenapa kau lakukan padaku."

"Kau yang menggodaku."

"Kau pikir aku seorang penggoda." Lila pun sedikit marah dan melempar bantal kearah Rangga.

"Sungguh rendahnya aku, Dimata Rangga sedangkan diluar sana masih banyak yang suka dan menghargai aku sebagai wanita baik-baik."

"Sudahlah, cepat tandatangani, agar kau tak macam-macam."

Akupun terpaksa menandatangani kontrak itu. Sekarang Lila dalam kendali Rangga, dan tak bisa berkutik lagi.

"Mulai sekarang kamu tinggal disini, dan supir akan mengantar jemput mu kuliah, dan ingat jangan macam-macam."

"Oke, tapi jangan ikut campur dengan masalah pribadiku dan kuliahku, selama di luar, kau adalah orang asing bagiku."

Lila pun membuat kesepakatan konyol menurutnya, mengikat perjanjian dengan orang yang baru di kenal beberapa hari lalu dari pertemuan yang kurang baik.

APES (Revisi)

Setelah sarapan pagi dengan Rangga Lila pun pamit untuk berangkat kuliah.

"Aku berangkat kuliah dulu ya." pamit Lila pada Rangga

" Tunggu dulu!!" tahan Rangga

"Apa lagi, ini sudah siang nanti aku terlambat."

"Ayo ikut dengan ku." ajak Rangga menuju garasi akupun membuntutinya dari belakang.

Pemandangan luar biasa mengagumkan, sederet mobil mewah berjejer memenuhi garasi yang besar.

"Pilihlah salah satu yang kau mau, untuk mengantarmu kuliah."

"Ini semua milik mu." Lila pun terheran- heran Rangga benar-benar pria tajir.

"Aku boleh pilih salah satu." Lila menunjuk diri sendiri dan dia pun kegirangan sudah seperti ratu yang disuguhi mobil mewah. Lila pun langsung memilih salah satu mobil yang menarik perhatiannya, tapi setelah aku pikir-pikir lebih baik yang gak terlalu mencolok, nanti dikira kaya mendadak.

"Aku pilih yang itu aja, biar gak terlihat mencolok." ucap Lila sambil menunjuk salah satu mobil dengan warna maron.

"Baik lah, nanti pak Joni akan mengantar mu pakai mobil itu."

"Kalau boleh tau, kau pakai yang mana? apa boleh aku yang memilih nya." tanyaku

"Pilihlah."

"Itu keliatan bagus dengan suasana hari ini." Lila menunjuk salah satu mobil sport warna gold.

"Aku akan memakai yang kau pilih."ucap Rangga membuat hati Lila berbunga-bunga, merasa menjadi wanita yang sangat dihargai pria.

Mereka pun pergi dengan arah yang berbeda. Rangga lebih suka membawa mobil sendiri daripada pakai sopir.

Lila pun diantar pak joni berangkat kuliah.

"Pak...sudah lama kerja dengan Rangga." tanya Lila pada pak Joni.

"Sudah non.., pak Rangga itu orangnya baik, dia itu perhatian sama karyawan nya, sangat beruntung non bisa ketemu dengan pak Rangga, setahu saya pak Rangga gak pernah berhubungan dengan wanita."

"Terus dengan wanita yang mutusin Rangga?" belum sempat dijawabnya mobil sudah berhenti di depan gerbang.

"Sudah sampai non."

"Ooooo......Oya pak, nanti gak usah jemput, aku bisa pulang sendiri."

"Tapi non...." belum selesai pak Joni bicara Lila pun keluar dan sudah ditunggu Ina.

"Hai Ina..." sapa lila pada Ina yang masih berdiri menunggunya.

"Diantar siapa kamu?"

"Ohhh....itu, supir bos ku...tadi kesiangan makanya aku diantar."

"Syukur lah kalau begitu, aku tadi hampir berfikir negatif denganmu."

"Pikiran mu itu,ayo masuk kelas...."

Mereka pun masuk bersama ke kelas.

"Hai Lila." sapa Kevin yang menghampiriku

"Kenapa kemaren gak angkat panggilanku, kamu marah ya padaku."

"Gak, aku enggak marah, wajar saja kamu membela pacar mu dari pada aku yang gak salah."

"Maafin aku ya, bisa kan kita tetap jadi teman."

"Aku belum bisa memaafkan mu, pergi sana dan gak usah di bahas lagi." usir Lila dan Kevin pun pergi, dia tahu kalau Lila masih marah padanya.

Mata kuliah hari ini pun selesai. Lila dan Ina sudah janji mau pergi bersama.

"Aku ke toilet bentar ya dah kebelet ini, tunggu disini sebentar nya." Ina buru -buru pergi ke toilet dan Lila pun menunggu nya.

Setelah beberapa waktu aku menunggu, Ina belum ada tanda-tanda muncul.lila pun segera pergi ke toilet melihat Ina, takut dia kenapa-kenapa.

"Ina.... Ina..."panggil Lila, Namun Lila dikejutkan kedatangan Fina dan teman-temannya.

"Mana Ina." tanya Lila pada Fina

"Tenang aja Ina ada di toilet, aku kunci." jawab Fina sambil Melihatkan kunci ditangannya.

"Lepaskan Ina, dia gak ada hubungannya dengan masalah kita."

"Gak akan, selama kau masih menggoda Kevin, siapapun yang dekat denganmu akan ikut menderita." ucap Fina sambil mendorong - dorong tubuh Lila dengan tangannya

"Oh....jadi kamu cemburu denganku."

"Dasar wanita murahan." Fina menjambak rambut Lila dan lebih parahnya dia menghantamkan wajahn lila Kedinding membuatnya beradu kuat dengan dinding yang jelas-jelas Lila pasti kalah."

"Ini pelajaran buat wanita penggoda seperti mu."

"Apa kau bilang." Lila pun membalas jambakan Fina dan mereka pun saling Jambak.

"Lepaskan aku, dasar perempuan penggoda." teriaknya dan Fina sempat mencakar pundak Lila sampai merobek bajunya.

Ini adalah pertempuran paling parah dengan Fina, yang menyebabkan beberapa luka lebam di wajah Lila dan punggung Lila mendapat cakaran dari Fina.

Fina pun juga mengalami beberapa Lebam diwajahnya karena ulah Lila.

Akhirnya pertikaian mereka, berhenti setelah salah satu dosen mengetahui kejadian ini. bahkan Kevin dan Dimas pun tahu.

"Kalian ini, buat ulah saja, ikut bapak ke kantor." teriak dosen yaitu pak Gunawan.

Dimas pun menghampiri Lila dan melepas jaketnya untuk menutup bekas cakaran di pundak Lila sedangkan Kevin menghampiri Fina, tidak lupa Ina pun sudah keluar dari toilet.

Sesampai di kantor, pak Gunawan pun langsung marah-marah pada mereka.

"Kalian ini sudah kaya preman saja, suka sekali membuat ulah."

"Dia duluan pak." ucap Lila dan Fina bersamaan.

"Sudah-sudah, besok suruh wali kalian datang." perintah pak Gunawan sambil menyodorkan surat pada mereka berdua.

"Tapi pak...."

"Tidak ada tapi-tapian, sekarang kalian boleh pulang.

Lila pun keluar kantor dan diikuti Dimas dan Ina.

"Ayo ikut aku, kita obati dulu luka mu."

"Makasih Dimas, aku akan pulang saja."

"Aku antar ya."

"Gak usah, aku bisa naik taksi."

"Lila, maafin aku ya,"

"Bukan salahmu Ina, aku gak papa kok, aku baik-baik saja."

"Baiklah kalau begitu aku antar ya."

"Gak usah lebih baik kamu juga pulang, Dimas tolong antar Ina ya."

"Tapi kamu..."

"Aku gak papa."

"Ya baiklah, kamu hati-hati ya, ayo Ina" Dimas

pun pergi bersama Ina.

Akupun segera pulang naik taksi.

"Pak, antarkan aku ke alamat ini ya...." perintah Lila sambil menunjuk kan alamat rumah.

"Baik neng." jawab supir taksi dan segera mengantarkan Lila

Selama di taksi Lila hanya mengelus-elus pipinya yang memar."

"Kenapa neng, cantik-cantik wajahnya pada memar." tanya supir taksi.

"Habis jatuh pak." sahut Lila.

Tak lama kemudian sampai kerumah.

"Ini rumah neng."

"Iya pak,berapa ongkos nya."

"Lima ratus ribu neng."

"Lima ratus, eeehh pak, bapak mau malak saya, mahal amat.

"Eh...pelit amat neng, lima ratus ribu buat orang kaya itu gak seberapa neng."

"Yah...baiklah malas aku debat dengan bapak, tunggu sebentar aku ambilkan uangnya.

Lila pun segera masuk mencari keberadaan Rangga siapa tahu sudah pulang, namun ternyata belum.

"Non, kenapa wajah non."

"Gak papa pak, Rangga apa sudah pulang."

"Belum non"

"Bapak punya uang lima ratus ribu gak, buat bayar taksi."

"Mahal amat non bayar taksinya."

"Ada gak pak, nanti saya ganti."

"Ada non."

"Tolong bayar kan taksi didepan sudah nunggu."

"Baik non."

"Hari yang sangat apes buat Lila yang sudah babak belur masih saja dipalak supir taksi, mudah-mudahan Rangga gak marah liat Lila kaya gini, terus besok sapa yang mau jadi waliku gak mungkin Rangga kan ah nanti saja mikirnya, aku obati dulu lebam ku dah mulai terasa sakit nie." Lila berbicara sendiri sambil berjalan menuju kamar.

inspirasi remaja

Dengan pelan-pelan, ku kompres memar di wajah ku.

"Lila,betapa bodoh nya kamu,wajah cantikmu jadi rusak gara-gara tingkah konyol mu itu."aku berbicara sendiri didepan kaca.

Ku dengar suara mobil memasuki halaman rumah.

"Itu pasti Rangga sudah pulang." akupun bergegas naik keranjang pura-pura tidur dan menutupi seluruh tubuhku agar Rangga tak mengetahui memar di wajah ku.

Ku dengar suara pintu kamar terbuka,akupun was -was takut Rangga membuka selimut ku.

"buka selimutmu,aku tau kau belum tidur"perintah Rangga.

"gak mau,aku sedang kedinginan"tolak ku sambil mempererat selimutku.

"sudah jangan disembunyikan,aku tau wajah mu memar." ucap rangga

"tahu darimana?" tanyaku sambil membuka selimut dan duduk.

"pak Joni tadi menelpon."

"ohhhh,pak Joni...."

"kamu gak marah kan,aku kaya gini?"

"buat apa aku marah,itu wajahmu, yang sakit juga kamu."

"nie ada salep sama obat,aku tadi mampir ke apotik."

"makasih sudah perhatian."

Rangga pun duduk di sampingku dan mengambil salep dari tanganku.

"sini biar aku yang ngolesin." Rangga pun mengolesi wajah ku dengan salep.

"aaauuuhhhh,pelan-pelan sakit tau."aku merasa kesakitan saat jari Rangga mengoleskan salep di wajah sambil sesekali meniup wajahku.

"kenapa wajahmu sampai memar kaya gini,habis beradu dengan banteng."ejek Rangga.

"iya,banteng berdiri."saut ku aku pun teringat sudah meminjam uang pada pak Joni.

"Oya aku lupa,bisakah aku minta uang,buat bayar pak Joni,tadi aku pinjam uang dengannya buat bayar taksi.

"emangnya pak Joni gak jemput."

"aku yang bilang gak usah dijemput,jangan marahi pak Joni."

"sudah,cepat minum obat dan istirahat."Rangga pun berdiri

"mau kemana?" ku pegang tangan Rangga.

"mau keruang kerja,masih ada yang harus ku kerjakan."Rangga pun pergi.

Setelah Rangga keluar kamar, akupun pergi keluar kamar mencari keberadaan pak Joni.

Setelah berkeliling akhirnya aku bertemu pak Joni yang sedang ngobrol dengan scurity di dekat gerbang rumah.dengan segera aku menghampiri pak Joni.

"pak Joni,bisakah bapak bantu saya."

"bantu apa non? kelihatan penting." tanya pak Joni dan aku menyerahkan surat pada pak Joni.

"apa ini non?"

"pak Joni tolong bantu saya untuk jadi wali saya,soalnya Dosen kampus meminta walinya datang."

"tolong saya ya pak,soalnya hanya bapak yang bisa bantu."sambil menyatukan dua telapak tangan memohon agar pak Joni mau.

"baiklah non."

"makasih pak."akupun kegirangan dan kembali masuk kekamar.

pak Joni dan pak beni pun membahas surat yang ku serahkan pada pak Joni.

"Jon,lebih baik bilang dulu dengan pak Rangga, biar pak Rangga nanti yang nentuin kamu bisa jadi walinya tau tidak."ucap pak beni.

"bener juga kamu Ben, daripada nanti pak Rangga marah. Ya udah aku ke rumah dulu datangin pak Rangga."pak Joni pun bergegas masuk rumah.

Setelah dilihat kondisi aman dan aku gak terlihat, pak Joni menghampiri Rangga.

"maaf pak saya mau laporan,ini nona Lila memberi saya surat dan meminta saya jadi walinya untuk datang ke kampus."

dengan segera Rangga mengambil surat itu dan membacanya.

"biar saya saja yang datang, pak Joni jangan katakan pada Lila,tapi nanti Lo ditanya bilang saja akan kesana."

"baik pak, kalau begitu saya permisi dulu."

"Lila.... Lila dasar cewek liar."

🌺🌺🌺🌺

Pagi ini aku sudah seperti orang yang terserang flu, dengan memakai masker, kacamata dan memakai sweater.

tak lupa sebelum berangkat aku sarapan pagi, dan rupanya Rangga sudah ada di meja makan sedang menikmati secangkir kopi.

"sudah baikan wajahmu?"tanya Rangga

"sudah agak mendingan."

"belajar yang pinter,biar nanti jadi wanita sukses."

"siap bos."aku pun menghabiskan sarapanku.

"ya udah aku berangkat Dulu,tadi sudah janji sama teman mau berangkat lebih awal."

akupun meninggalkan Rangga yang masih menikmati kopinya dan membaca koran,

dengan segera pak Joni mengantarku ke kampus.

"gimana non,dah mendingan wajahnya?"

"sudah pak,tadi malam Rangga belikan salep sama obatnya.jadi pagi ini terasa mendingan."

"maaf ya non,kemaren bapak bilang sama pak Rangga,soalnya kasian bapak Dengan wajah non."

"iya gak papa.tapi bapak jadi kan nanti ke kampus?"

"iya non,tapi bapak pulang dulu,malu kalau masih pakai baju supir."

"iya deh,tapi janji ya bapak akan datang."akupun keluar mobil dan menghampiri Ina dan Dimas yang sudah menunggu.

"hai Lila....."sapa Dimas dan Ina

"hai Ina, Dimas, tumben kalian berdua."

"biasa aja kali,gimana keadaan mu?"tanya Ina

"baik-baik aja, dah mendingan kok.ya walaupun harus dandan kaya gini biar gak malu." sambil berjalan ke kelas.

tak lama kemudian Ina memberitahu ku kalau Bu Susan dan Fina sudah datang.

"Lila,tu diluar ibu tiri mu sama Fina dah datang.terus siapa wali mu Lila,apa Bu Susan juga."

"gak sudi aku punya wali dia. Bentar lagi wali pura-pura ku juga datang."

"suruh siapa kamu Lila." Ina yang penasaran.

tiba-tiba kampus ramai teriak-teriak kaya kedatangan idolanya.

"ada apa diluar tu Ina."aku yang penasaran.

"kita lihat aja yuk."ajak Ina dan kita pun keluar melihat mereka berkerumun.

"kamu tunggu sini ya,biar aku yang nerobos kerumunan."ucap Ina lalu bergegas pergi kearah kerumunan.

disisi lain,Bu Susan dan Fina datang menghampiriku.

"apa kabar Lila,lama tak bertemu."sapa Bu Susan.

"gak usah repot-repot,nanya kabarku,anda orang asing bukan keluarga ku.

"dasar anak gak tau diri."Bu Susan mengangkat tangannya ingin menamparku namun sempat ku tangkap tangannya.

"eh Bu,saya bukan anak ibu jadi gak usah ngurusin kehidupan saya,urus saja anak ibu.saya disini masih menghargai ibu,jadi jangan membuat ulah disini atau saya akan berbuat kasar dengan ibu."nadaku sedikit kasar sebelum melepas tangannya.sedangkan Fina hanya diam.

Mereka pun memilih pergi sebelum aku membuat ulah lagi.

Sedangkan Ina datang menghampiri ku.

"Lila.... aku seneng banget...bisa melihat langsung pengusaha muda yang sukses itu."Ina kegirangan

"maksudmu..."aku masih kebingungan

"itu.... Rangga Saputra, pengusaha sukses diusia muda yang jadi inspirasi anak muda sekarang, karena kesuksesannya."ucap Ina yang masih kegirangan.

"dia disini ngapain ya,andai saja aku bisa dapat tandatangannya."

Akupun baru teringat.

"gak mungkin kan, Rangga kesini jadi waliku aku kan nyuruh pak Joni buat kesini."batinku

Ponsel pun berdering dengan segera akupun mengangkat nya.sambil berjalan menghampiri Rangga.

"hallo...kamu dimana,aku sudah di kampus menggantikan pak Joni."

"aku dibelakang mu."ucapku seketika Rangga membalikan tubuhnya kearah ku.

"kenapa kamu yang datang,aku kan minta pak Joni yang kesini?"

"sudahlah kita bahas nanti,sekarang cepat bawa aku bertemu dosen mu, disini terlalu panas karena dikerumuni banyak wanita."ucapnya dan segera mematikan panggilannya.

Rangga pun menarik tanganku agar segera menghindari kerumunan masa.

👉terimakasih sudah mampir...jangan lupa tinggalkan jejak 👍❤️⭐✍️🧿.

kritik dan sarannya juga ya.....✍️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!