NovelToon NovelToon

Love, Life, And Jennifer

INTRODUCING...

Jennifer ini, cewek indo-tionghoa... Lahir di Indonesia, terus sempat SD di China, balik lagi ke Indonesia, sampai akhirnya doi tuh menetap untuk sementara di Washington DC.

Berhubung di novel ini tuh, ada banyak karakter yang berbeda negara, jadi aku mau terangin ke kalian satu/satu tentang mereka.

Indonesia :

Om Joseph : Papa Jennifer

Tante Inne : Mama Jennifer

Clara : Sepupu Jennifer

Gina : Sahabat Jennifer

Tante Vera : Tantenya Jennifer, adiknya Om Joseph(Mommy nya Clara+kak Victor)

Om Sam : Suaminya tante Vera (papanya Clara+kak Victor)

Kak Victor : sepupu Jennifer (kakaknya Clara)

Nenek

dll

nah, percakapan mereka otomatis pake bahasa Indonesia, tapi non formal...

Amerika :

Rob : sahabat Jennifer

Sherly : sahabat Jennifer

Mike : Pacar Jennifer

Mark : Sahabat Mike

percakapan mereka, otomatis pake bahasa Inggris (Amerika)

Nah, untuk Park Young Joon, bibi Ji Hyo, sama uncle Min Chul.

Klu bibi Ji Hyo kan, Korea-China. Jadi, percakapan antara keluarga Jennifer, termasuk Jennifer sendiri sama bibi Ji Hyo itu, pake bahasa Mandarin.

Semisal kalian bertanya-tanya "ini, mereka klu ngomong, pake bahasa apa, donk?"

Jadi, kalian bisa bedain dari percakapan, kecuali saat percakapan dengan bahasa Korea n Mandarin, karena klu aku masukin bahasa Inggris disini, bakalan makan waktu bgt.

percakapan antara Jennifer, keluarga, n teman-teman Indonesia, pasti pake bahasa Indonesia non formal

percakapan Jennifer, keluarga Jennifer, dan bibi Ji Hyo, itu pake bahasa Mandarin

nah, klu semua tokoh lagi pada kumpul, otomatis pake bahasa Inggris. Untuk memangkas waktu, bahasa Inggris yang aku maksud disini tuh, bukan bahasa Inggris yang sebenarnya, jadi yaaa anggap saja... hehehee... Jadi, semisal ada percakapan dengan bahasa Indonesia formal, anggaplah mereka lagi berbincang dengan bahasa Inggris...

untuk bahasa Korea n Mandarin, berhubung akutuh benar-benar buta, karena inikan hanya sekedar imajinasi aku aja, aku gunain aplikasi translet, dan di aplikasi itu tuh, gada tulisan latinnya, jadilah pas percakapan dengan bahasa itu, aku tetap pake tulisan Hanzi saat percakapan dengan bahasa Mandarin, berikut artinya, dan Hangeul saat percakapan dengan bahasa Korea, beserta artinya...

Kritik dan saran dari kalian tuh, benar-benar aku butuhin... so, mohon bimbingannya, ya...

Salam manis, Ridhita Herman...

Ok

"Ku pikir, rem nya tidak berfungsi dengan baik, Rob." Ujarku kepada Rob yang saat ini sedang mengotak atik mesin sepeda motorku

"Yang benar saja, Jen! Aku telah mengatakan kepadamu sebelumnya, jangan memacunya lebih dari 100 km/jam untuk beberapa hari ke depan!" Rob terlihat kesal, seraya membanting pelan obeng yang sedari tadi digunakan olehnya untuk mengotak atik mesin sepeda motorku. Aku segera berjongkok di sebelahnya, kemudian menatapnya dengan tatapan polosku, yang selalu dapat meluluhkannya

"Maaf... " Ujarku tersenyum, menunjukkan gigiku. Benar saja! Rob melunak

"Aaaahhhh... Gadis ini!" Rob segera berdiri, begitupun aku

Oh, ya! Namaku Jennifer Elizabeth Lie, dan mereka memanggilku Jenny. Aku gadis keturunan Indonesia-China, dan saat ini menetap di Washington DC, Amerika Serikat.

Usiaku saat ini 24 tahun, dan beberapa bulan lagi, tepatnya 22 Agustus, aku genap berusia 25 tahun.

Saat ini aku sedang mengejar gelar S2 Bisnis Internasional di salah satu universitas yang cukup bergengsi di DC.

Dan pria tadi, dia adalah Robby atau biasa kami panggil Rob! Dia adalah mekanik andalanku selama 8 tahun terakhir, bahkan bisa dibilang, Rob lah yang mengenalkanku ke dunia sepeda motor. Aku sudah menganggap Rob layaknya kakakku sendiri, begitupun dengan Rob. Dia selalu menjagaku layaknya adik kandungnya sendiri

"Baiklah, ini sudah selesai. Rem nya sudah ku perbaiki." Ujar Rob

"Terimakasih banyak, Rob! Kau memang dewa penolongku!" Sahutku, kemudian memeluk erat Rob. Di sela-sela obrolan kami, tampak sebuah mobil berhenti tepat di depan garasi Rob.

"Jenny!" Seorang gadis yang baru saja turun dari mobil tersebut, tampak kesal saat menghampiriku. Dia adalah Shierly, sahabat dekatku ketika aku pertama kali duduk di bangku kuliah. Dia selalu menunda kuliahnya, dan lebih memilih karirnya di dunia modelling. Itulah sebabnya, Shierly belum juga meraih gelar S1 nya sampai saat ini.

"Apa kau bolos kuliah hanya untuk ini!" Shierly melipat kedua tangannya, seraya menatap tajam ke arahku. Aku tersenyum kepadanya, dengan wajah polosku

"Jen, tadi kau bilang kepadaku, bahwa kau sedang libur hari ini." Rob tiba-tiba menghampiri kami, dan membuatku makin merasa bersalah

"Jadi kau berbohong kepada Rob!" Shierly makin merasa kesal

"Aaahh... I-itu..."

"Heeeyy, ada apa ini?" Mike menghampiri kami, disusul oleh Mark, sahabat dekat Mike. Ini membuatku dapat sedikit bernafas lega.

"Mike, rem sepeda motorku tidak berfungsi dengan baik, jadi aku memutuskan untuk bolos kuliah, dan mendatangi Rob." Ujarku menjelaskan. Mike mengangguk samar, seolah mengerti.

Dan laki-laki ini, dia adalah Mike, orang yang hampir dua tahun ini menjadi kekasihku. Aku mengenalnya melalui Rob, ketika aku baru saja kembali dari libur panjangku di Indonesia, setelah mendapat gelar S1 ku.

"Yo, Mike! Bagaimana rencana kita?" Ujar Mark, seraya merangkul Mike

"Rencana apa?" Tanyaku kepada Mark

"Kami berencana untuk pergi ke Florida, ku pikir kalian akan bergabung bersama kami." Ujar Mike memastikan

"Oowwwhh! Dengan senang hati!" Rob terlihat bersemangat

"Aku sudah cukup muak dengan mesin-mesin ini!" Rob bertolak pinggang seraya melihat ke sekeliling garasinya, dan kamipun tertawa.

"Bagaimana denganmu, Jen?" Mike menatapku penuh harap. Aku sedikit menggodanya dengan berlagak seolah berpikir.

"Uummmm... Bagaimana, ya..." Ujarku seraya menggaruk pelipis kiriku dengan ujung jari.

"Ayolah, Jenny..." Mike meraih kedua tanganku, seraya menatap wajahku dalam. Aku tersenyum, tidak tahan melihat wajah menggemaskan kekasih tampanku ini.

"Baiklah..." Tiba-tiba ponselku berdering. Aku segera melepaskan tangan Mike

"Sebentar." Aku berjalan menjauhi mereka, dan segera meraih ponsel di saku celanaku. Saat ku lihat layar di ponselku, 'Home'. Dapat dipastikan, jika menghubungiku pada jam ini, itu adalah mama.

"Ya, ma..." Sapaku di seberang sini

"Jen, kita pulang ke Indonesia hari ini ya, nak." Itu suara papa! Suara papa terdengar sedikit bergetar. Papa tidak mungkin pulang pada jam ini jika tidak mengenai hal yang sangat penting.

"Ada apa emang, pa?" Tanyaku kepada papa. Aku sedikit khawatir di seberang sini

"Kamu pulang aja dulu sekarang, kemasi barang-barang yang penting-penting aja, nak. Papa lagi cari tiket, semoga aja dapat. Yang penting kamu pulang dulu sekarang ya, nak." Papa langsung menutup panggilan.

Aku terdiam sejenak, memikirkan apa yang sedang terjadi, hingga...

"Ada apa, Jenny?" Mike dan yang lain menghampiriku, yang masih terpaku dengan ponselku.

"Jenny, apa hal buruk terjadi?" Shierly tampak mengkhawatirkanku, aku menoleh ke arahnya

"Eh... Itu..." Aku bingung harus berkata apa.

"Jenny, katakan kepada kami, apa yang sedang terjadi?" Rob merangkulku

"Ayolah, Jennifer!" Mark tampak sangat khawatir melihat sikapku yang berubah drastis

"M-maaf, aku tidak dapat bergabung dengan kalian." Kataku terbata-bata

"Maksudmu?" Mike sedikit kecewa, begitupun dengan yang lain

"Aku harus kembali ke Indonesia." Kataku dengan berat hati

"Yang benar saja, Jen!" Mike terlihat kesal sekarang. Aku segera menghampirinya

"Mike, ku mohon..." Aku meraih kedua tangan mike, kemudian menatap wajahnya. "Sesuatu sepertinya sedang terjadi, aku mohon pengertian kalian saat ini." Ujarku seraya menatap wajah mereka yang ada di tempat ini, satu per satu.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Jen? Katakanlah kepada kami!" Rob terlihat semakin mengkhawatirkanku, aku menggeleng samar

"Ayahku hanya menyuruhku untuk pulang. Suaranya terdengar sangat mengkhawatirkan..." Mataku berkaca-kaca kini.

Suasana hening sejenak, dan mereka tampak mengerti keadaanku kini.

"Baiklah, Jen... Kami mengerti." Shierly menghampiriku, aku langsung memeluknya

"Terima kasih, sayang..." Ujarku kepada Shierly, kemudian menguraikan pelukanku

"Maafkan aku, aku tidak dapat bergabung dengan kalian sekarang." Kataku dengan berat hati

"Bersenang-senang lah, walau tanpa aku!" Kataku menghibur mereka yang saat ini tampak tidak bersemangat lagi

"Aku pergi sekarang, ya..." Ucapku kemudian berlalu. Tiba-tiba seseorang menarik tanganku, dan membawaku kedalam pelukannya.

"Berapa lama kau akan meninggalkanku?" Mike terdengar sangat sedih. Suaranya sedikit bergetar. Air mataku menetes, tepat di dalam pelukannya. Aku menguraikan pelukannya, dan menggeleng.

"Aku tidak mengetahui secara pasti." Ucapku tanpa menatap wajah Mike. Mike menghapus sisa air mata di pelupuk mataku.

"Selalu kabari aku..." Suara Mike terdengar lirih, dan akupun mengangguk

"Ok..."

It's Okay!

Aku memacu sepeda motorku dengan pikiran yang berkecamuk. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kami harus ke Indonesia? Ada apa di Indonesia? Apakah papa sudah resmi pensiun? Tapi itu tidak mungkin! Papa baru akan pensiun akhir tahun ini! Atau jangan-jangan...

Aku segera memarkirkan sepeda motorku di halaman depan rumahku. Sudah ada mobil papa disana. Sesegera mungkin aku melangkahkan kakiku, agar dapat secepat mungkin menemui papa untuk menanyakan, apa yang sebenarnya terjadi.

Saat ku buka pintu rumahku, dapat ku saksikan wajah frustrasi papa, yang saat ini sedang di tenangkan oleh mama.

"Ma, pa..." Kataku kemudian duduk di sebelah papa, dan menatap wajah papa dengan penuh tanda tanya. Papa menoleh ke arahku.

"Sudah tidak ada penerbangan ke Indonesia lagi, untuk hari ini..." Wajah papa terlihat sedih sekali

"Sudahlah, pa... Masih ada hari esok! Kita kan udah pesan tiket untuk penerbangan pertama." Mama tampak menenangkan papa yang terlihat sangat terpuruk.

"Ma, ada apa sih, sebenarnya?" Ucapku, yang saat ini sangat mengkhawatirkan papa. Papa tiba-tiba menggenggam kedua tanganku, dan menatap wajahku dalam

"Jenny... Nenek kritis lagi." Papa meneteskan air mata... Tubuhku lemas seketika...

Nenek... Satu-satunya alasanku untuk pulang ke Indonesia setiap liburan musim panas. Satu-satunya alasan mengapa aku selalu bersemangat untuk kembali ke tanah kelahiranku... Dan satu-satunya alasan, mengapa aku mau melanjutkan kuliahku...

"S-siapa yang jagain nenek sekarang?" Air mataku mengalir begitu saja, ketika bertanya kepada mama dan papa. Mama menghampiriku, dan berusaha menenangkanku, begitupun dengan papa.

"Sudah ada mbo' Minah. Tante Vera, om Sam, sama Clara juga udah berangkat ke Jakarta." Ujar mama menenangkan.

Aku sedikit tenang mendengarkan penjelasan mama.

"Kamu sekarang beres-beres gih sana, bawa yang penting-penting aja, habis itu istirahat. Besok kita berangkat jam 4 pagi, lho." Ujar mama seraya membelai lembut rambutku. Aku mengangguk samar.

...****************...

 Aku segera merebahkan tubuhku di atas ranjang, sesaat setelah mengemasi keperluan yang akan ku bawa ke Indonesia nanti. Aku kembali mengenang kebersamaanku bersama satu-satunya nenek yang ku miliki di dunia ini. Ya, karena nenek dari pihak ibuku, telah meninggal jauh sebelum aku dilahirkan ke dunia ini. Begitupun kakek dari pihak ibuku, beliau meninggal saat usiaku belum genap satu tahun. Nenek adalah wanita mandiri yang sangat menginspirasiku, untuk menjadi wanita tangguh seperti beliau! Nenek adalah wanita dengan kepribadian yang kuat, namun penuh kasih sayang...

Ditinggal mati oleh suami yang amat dicintainya, ketika papaku masih berusia 10 tahun, dan tante Vera 7 tahun, tidak lantas membuat nenek menjadi wanita yang lemah! Papa dan tante Vera lah, yang menjadi alasan nenek untuk tidak menyerah kepada kehidupan, dan jatuh ke dalam pelukan laki-laki lainnya.

"Kalau tiba-tiba suamimu meninggalkanmu saat anak-anakmu masih kecil, jangan pernah berpikir untuk mencari tulang punggung lain! Karena sesungguhnya, kamulah tulang punggung itu saat itu!"

Aku masih ingat ucapan nenek yang saat itu sedang menasihati anak mbo' Minah, yang baru saja ditinggal mati suaminya.

Nenek sangat menyayangiku... Dan bisa dibilang, aku adalah cucu kesayangan nenek. Aku menghabiskan masa kecilku di rumah nenek, sebelum akhirnya papa di pindah tugaskan ke China, dan mengharuskanku untuk melanjutkan sekolah dasar di China.

Nenek lah yang merawatku saat itu. Beliau tidak membiarkan siapapun, sekalipun itu papa, ataupun mamaku untuk merawatku. Itulah sebabnya, aku mulai dekat dengan mama dan papa saat kami pindah ke China.

Aku masih ingat dengan jelas, betapa nenek menangis histeris, mengantar kepergianku di bandara...

"Jenny, jangan lama-lama perginya ya, sayang..."

Air mataku kembali menetes, tiap kali mengingat momen itu...

Dan dua tahun yang lalu, saat aku kembali ke Indonesia, setelah meraih gelar S1 ku

"Apa masih ada harapan, dok?" Papa bertanya penuh harap kepada dokter yang baru saja memeriksa keadaan nenek

"Komplikasinya sudah cukup parah, pak. Semua tergantung Tuhan, dan semangat dari ibu Lie sendiri." Ujar dokter menjelaskan, dan papa terlihat pasrah.

Nenekku menderita penyakit komplikasi yang cukup berat. Dan di perparah dengan fungsi ginjal yang semakin menurun, karena harus terus menerus meminum obat-obatan.

Sebelum aku kembali ke Amerika saat itu, nenek sempat berpesan kepadaku

"Jenny... Nenek tuh ya, bakalan senaaaaang banget, ngeliat Jenny pake baju pengantin macam barbie yang waktu itu nenek hadiahin ke Jenny." Ujar nenek seraya membelai lembut rambutku. Aku yang saat itu tertidur di pangkuannya, segera bangun dan duduk, kemudian menatap wajahnya heran

"Nenek apaan sih! Jenny baru aja ulang tahun yang ke 23 minggu kemarin! Nggak mau nikah muda, nek..." Rengek ku kepada nenek. Nenek tertawa melihat tingkahku

"Nenek udah pilihin calon untuk Jenny! Mirip oppa Korea yang Jenny suka itu, lho! Yang waktu itu film nya kita tonton." Ucap nenek sambil tersenyum menggodaku, aku langsung memeluk nenek

"Nek, oppa yang itu, nggak mungkin mau sama Jenny..." Kataku masih memeluk nenek, nenek tiba-tiba melepas pelukannya

"Eeehhh! Kata siapa! Cucu nenek kan cantik! Macam bintang Korea!" Nenek tersenyum penuh semangat, dan aku kembali memeluk nenek

"Nenek mau jodohin aku sama Song Joongki?" Candaku kepada nenek

"Kembarannya aja, nggak papa, kan?" Sahut nenek yang saat ini masih berada di pelukanku, aku segera melepas pelukan nenek, dan kami tertawa terbahak-bahak.

"Nenek yakin banget sama oppa yang satu ini." Kata-kata nenek menghilangkan senyum di bibirku

"M-maksud nenek?" Kataku seraya menatap wajah nenek. Nenek menatapku, kemudian memegang pipiku, dan membelainya lembut

"Janji sama nenek, ya... Kamu mau nikah sama oppa pilihan nenek..." Nenek meneteskan air mata, saat mengatakan hal tersebut, dan membuatku mengangguk samar.

Aaahh, pukul berapa sekarang? Aku segera meraih ponsel yang ku letakkan tepat di sampingku.

'18. 03'

Banyak sekali pesan masuk di ponselku, aku bahkan tidak menyadarinya, karena terlarut akan kenangan tentang nenek.

Aku membuka satu per satu pesan masuk di ponselku.

Pesan paling atas, atau bisa dibilang pesan paling akhir, ini adalah dari Mark.

Mark : Jenny, bagaimana keadaanmu? Apa yang terjadi

Aku : Hi, Mark! Aku akan berangkat ke Indonesia, besok. Nenekku sedang kritis. Do'akan semoga semua baik-baik saja, ya... Sampaikan salamku kepada semua

Selanjutnya, sahabatku, Shierly

Shierly : sayangku, apa yang terjadi? Kami akhirnya membatalkan rencana kami, karena kau tidak dapat bergabung! Omong-omong, bagaimana keadaanmu?

Aku : Hi, sayang! Keadaanku sedang tidak terlalu baik. Aku akan berangkat ke Indonesia besok. Nenekku sedang kritis. Do'akan semoga semua baik-baik saja, ya... Mengenai rencana kalian yang berantakan, aku sungguh sangat menyesal. Maafkan aku, ya...

Lalu, dari kekasihku, Mike!

Mike : sayang...

Mike : mengapa tidak menjawab pesanku?

Mike : apa yang terjadi?

Mike : apa yang terjadi? Bagaimana keadaanmu?

Aku : Hey, tampan! Aku sedang tidak baik-baik saja... Nenekku dalam keadaan kritis. Dan besok aku harus berangkat ke Indonesia. Do'akan semoga semua baik-baik saja, ya... Dan maaf telah mengacaukan rencana kalian. Aku menyayangimu

Dan yang terakhir, atau dapat dikatakan, ini adalah pesan paling awal, Rob

Rob : Jenny, aku berharap semua baik-baik saja... Jaga dirimu. Semoga kau selamat sampai tujuan, jangan lupa kabari aku jika kau telah sampai di Indonesia. Aku menyayangimu.

Aku tidak langsung menjawab pesan Rob. Aku tersenyum kecil melihat pesan darinya. Betapa dia sungguh dapat memahamiku. Dan saat aku akan membalas pesan dari Mike, sayup ku dengar percakapan antara mama dan papa

"Mommy sempat pesan ke papa masalah perjodohan Jen sama anak Ji Hyo." Suara papa terdengar frustrasi

"Tapi kan, Jen masih muda, pa... Jen belum tuntasin kuliahnya, kan mommy sendiri yang minta Jen lanjutin kuliahnya." Mama terdengar protes

"Itu dia yang bikin papa bingung! Mommy minta Jen nikah secepatnya sama Young Joon!"

Aku terbelalak mendengar kata-kata papa tadi. Hingga tanpa sengaja, aku menjatuhkan ponselku tepat di atas wajahku

"Aaawwww!" Aku meringis kesakitan.

Apakah aku tidak salah dengar, tadi? Pernikahan? Aku? Young Joon? Nama itu tidak asing bagiku. Mendengar namanya saja, membuat jantungku berdegup kencang... Young Joon... Park Young Joon... Dia...

Pintu kamarku tiba-tiba terbuka, mama! Yeah! Mama tidak pernah mengetuk pintu terlebih dahulu setiap kali masuk ke kamarku.

"Jen, makan dulu, yuk!" Ucap mama, masih memegang kenop pintu.

"Iya..." Sahutku, kemudian segera bangun dari ranjangku.

...****************...

 Makan malam ini, terasa berbeda dengan makan malam biasanya. Ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Ada banyak pertanyaan dalam benakku mengenai percakapan antara mama dan papa, mengenai pernikahan.

Papa membuka percakapan.

"Jen, ada yang mau papa sampaikan sama Jenny." Papa menatap wajahku serius, dan itu cukup membuyarkan lamunanku.

"Eh?" Aku sedikit kikuk, menatap papa.

"Jen, tentang nenek..." Papa agak ragu melanjutkan kata-katanya, kemudian mama menggenggam tangan papa. "Jen, sebelum nenek kritis, nenek ada titip pesan ke papa." Wajah papa teduh, namun tegas. Mama kini menggenggam tanganku. Aku menatap tangan mama yang kini menggenggam tanganku.

"E-emangnya nenek titip pesan apa, pa?" Tanyaku sedikit terbata-bata. Papa menarik nafas panjang, sebelum menjawab pertanyaanku.

"Nenek mau, kamu menikah secepatnya." Tubuhku melemas seketika, mendengar secara langsung kata-kata yang sebelumnya hanya ku dengar samar di dalam kamar tadi. Mama kini mengusap bahuku. Mama menyadari, aku belum bisa mencerna kata-kata papa tadi. Dan aku? Entahlah, apa yang saat ini aku rasakan. Aku hanya melanjutkan makan malamku, yang kini rasanya entah bagaimana.

"Sepertinya, kepulangan kita ke Indonesia besok, juga untuk pernikahan kamu, nak!"

"Uhuk...!!! Uhuuukkk!!! Uuuhhuuukkk.. Uhuuukkk!!"!Ucapan papa kali ini, benar-benar mengejutkanku, hingga membuatku terbatuk, ketika meneguk air. Mama dengan sigap menuangkan kembali air putih ke dalam gelasku, dan memberikan gelas itu kepadaku, sambil menepuk-nepuk pelan punggungku.

"Pa, kita kan bisa omongin ini nanti, lihat tuh, Jen..."

"Young Joon sudah berangkat ke Indonesia, dan kemungkinan, besok orang tuanya juga akan nyusul Young Joon!" Papa menyela ucapan mama dengan tegas. Aku menatap wajah papa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Pa..." Ucapku lirih

"Jen, kalau Jenny nggak mau nikah sama Young Joon, papa bisa omongin ini baik-baik sama nenek." Suara papa sedikit bergetar. Papa menggenggam erat tanganku, begitupun mama. Mereka berdua kini menatapku dengan tatapan iba. Pikiranku berkecamuk sekarang.

Entahlah... Aku tidak ingin memberontak. Tidak sama sekali! Hatiku sama sekali tidak bergairah untuk berkata tidak! Ini berbeda dengan saat papa yang menginginkanku untuk melanjutkan kuliah di Sidney bersama Clara! Hatiku begejolak untuk menolak itu! Hingga akhirnya aku dapat berkata 'tidak!' pada saat itu. Namun kini... Hatiku tidak melakukan hal itu lagi... Ini hanya terasa sedikit nyeri, entah nyeri karena apa, yang jelas...

"Jen, kamu nggak harus... "

"Ok..." Itu keluar begitu saja dari mulutku

"M-maksud kamu... "

"Kalaupun kepulangan kita kali ini untuk pernikahan aku, it's ok." Ucapku mantap. Mama membekap mulut dengan tangannya, karena tak percaya atas apa yang baru saja aku katakan. Begitupun papa. Papa membisu, tampak seperti kehabisan kata-kata.

"A-aku udah selesai. Aku masuk dulu, ya... Besok kan kita berangkat pagi-pagi." Ucapku kemudian berlalu, meninggalkan kedua orang tuaku, yang masih tidak percaya, atas apa yang telah aku ucapkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!