Sang Surya menampakkan cahayanya, bias sinarnya masuk ke dalam kamar pemuda jomblo bernama Nicholas melalui celah jendela yang tak tertutup korden dengan sempurna. Menggeliat, Nic bangun dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Nicholas Sebastian Adam, dua puluh delapan tahun, putra tertua Sebastian Adam, konglomerat negara ini yang sekarang memilih terjun ke dunia filantropi. Sejak empat tahun yang lalu Adam memilih menyerahkan semua urusan perusahaannya kepada sang anak tertua, bahkan satu perusahaannya sudah ia jatuhkan ke tangan Nic.
"Pak Nic, hari ini anda ada meeting dengan tim produksi jam sebelas, dilanjut dengan menghadiri acara pemberian bea siswa untuk siswa berprestasi bersama pak Gubernur jam satu siang di balai Vidi."
Nic mendengarkan pesan dari Monica sang sekretaris sambil memilih baju dari ruang gantinya, setelah memastikan penampilannya paripurna laki-laki itu turun kebawah untuk sarapan bersama adiknya.
"Kak Nic, kapan mama dan papa pulang?" celoteh Evan sang adik yang terlihat makan sambil disuapi sang pengasuh.
Sedikit aneh memang, Nic memiliki adik berumur enam tahun yang bahkan sering disangka adalah anaknya.
"Mama dan Papa masih ada urusan," jawab Nic singkat terkesan galak ke adik laki-lakinya, tapi sebenarnya Ia sangat menyayangi Evan.
"Ev, kamu sudah berumur enam tahun, tidak bisakah kamu makan sendiri?" Tanya Nic melihat kelakuan manja adiknya.
"No, untuk apa mama membayar mahal Bi Ira?"
Memandang ke sang pengasuh yang tertawa, Nic sukses dibuat tercengang oleh jawaban sombong adiknya.
"But you have own hand, come on boy." bantah Nicholas.
(Tapi kamu punya tangan sendiri, ayolah!)
Dengan muka imut nan menjengkelkan, Evan memandang sang kakak, "You have hand too, so why you don't drive your car by yourself?"
(Kamu juga punya tangan, kenapa kamu tidak membawa mobil sendiri?)
Bi Ira terkekeh geli, sebagai pengasuh anak konglomerat Ia juga diharuskan bisa menguasai bahasa kedua anak asuhannya. Wanita itu tertawa karena paham bahwa Evan sedang membalas menyindir sang kakak yang pergi dan pulang kerja selalu diantar sopir. Melotot ke arah adiknya kesal. Evan sukses memukul telak kakaknya.
Nic menatap keluar jendela saat mobil yang dikemudikan Pak Tyo membawanya ke gedung tempatnya bekerja, sebuah gedung bernama ABI Corp, yang menaungi sebuah stasiun penyiaran bernama ABI TV , juga beberapa pusat perbelanjaan bernama ABI market.
ABI yang masyarakat tahu merupakan singkatan dari Aku Berbakti Indonesia, padahal sebenarnya merupakan singkatan dari nama sang papa yaitu Adam Bin Ikhsan, dan sekarang ABI Corp juga sedang mengembangkan sebuah taman rekreasi air yang rencananya akan diberi nama ABI Waterpark.
Nic memijat keningnya selama rapat berlangsung, Ia pusing memikirkan berita yang tersebar di dunia maya belakangan ini. Acara pencarian bakat yang akan diadakan ABI TV dijiplak oleh stasiun TV sebelah, sialnya karena fans garis keras stasiun TV sebelah lebih banyak, mereka berbondong-bondong menyerang website, sosial media dan kanal video resmi milik ABI TV, tanpa adab berkata bahwa stasiun TV miliknya melakukan plagiat, yang tentu saja membuat Nic sebagai direktur utama geram.
"ABI TV tidak akan pernah melakukan plagiarism, ganti konsep acara pencarian bakat untuk mencari penyanyi solo itu menjadi ajang pencarian bakat girl band dan boy band," perintah Nic ke tim produksi dan tim kreatif yang sedang rapat dengannya.
Meraka terkejut karena boy band dan girl band tidak begitu mendapat pasar di negara ini, tapi mereka juga tahu bahwa direktur utama mereka sudah pasti tidak akan pernah menarik ucapannya kembali. Semua orang tahu bagaimana tegasnya seorang Nicholas.
"Itu tugas kalian untuk membuat acara itu menjadi menarik dan digandrungi masyarakat, itu gunanya kami membayar mahal untuk gaji kalian," ucap Nic sambil berdiri dan beranjak meninggalkan ruang rapat, tapi kemudian laki-laki itu mematung di ambang pintu keluar, Nic rupanya mengingat sesuatu.
"Oh ya, hentikan produksi sinetron yang judulnya Cinderella dinikahi CEO tajir melintir," ucap Nic sambil menjentikkan jarinya seolah ia tidak yakin dengan judul sinetron yang diproduksi perusahaannya sendiri.
"Mau sampai kapan ceritanya akan terus seperti itu? membosankan." Tanpa sadar Nic memberitahu orang-orang bahwa dia juga menontonnya.
"Apa kalian akan meneruskan cerita itu sampai kalian punya cicit? dan jangan sekali-sekali kalian membiarkan anak kalian yang masih sekolah untuk menonton sinetron wanita ditindas seperti itu, selesaikan sampai episode lima ratus, dan aku tidak mau tahu, buat ending yang bahagia, setidaknya buat pelakor itu pergi dan wanitanya hamil anak CEO brengsek itu." Sial Nic sampai hapal jalan ceritanya.
"Buatlah sinetron yang berkelas jangan hanya karena rating kalian melupakan kualitas," ucapnya sok bijak untuk menutupi ke blunder-an yang Ia lakukan.
Semua orang mengangguk, mereka terlihat sudah bernapas lega, tapi Nic kembali membuat semua bawahannya terkejut dengan membalikkan badan untuk berbicara kembali.
"Oh ya aku juga ingin stasiun TV kita punya acara yang berbau pendidikan, minggu depan aku ingin tim kreatif setidaknya memberiku tiga ide acara berbau edukasi."
Kepala tim kreatif terkejut mendengar permintaan Nic barusan, tapi sekali lagi dirinya adalah Nicholas Sebastian Adam, laki-laki yang tidak akan pernah menarik ucapannya kembali.
**"
Selepas rapat Nicholas bergegas pergi ke balai Vidi dimana dirinya kan menyerahkan beasiswa untuk siswa berprestasi bersama Pak Gubernur, ya, ABI Corp setiap tahun selalu menjadi salah satu perusahaan yang secara rutin memberikan bantuan dana pendidikan untuk siswa yang berprestasi.
Nic menghela napas saat mendapati sudah tepat pukul satu siang tapi acara itu belum sama sekali ada bau-bau akan segera dimulai, inilah yang menurut Nic membuat negaranya tertinggal jauh dari negara lain, orang-orang negaranya masih tidak disiplin waktu.
Monica beberapa kali bertanya kepada panitia acara saat melihat wajah atasannya yang sudah terlihat kesal, setelah satu jam akhirnya sekretaris itu bisa bernapas lega. Acara itu Baru dimulai dan mundur menjadi jam dua, Nic mencoba tetap tersenyum, laki-laki itu berusaha menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja apalagi di depan pak Gubernur dan deretan petinggi-petinggi yang datang, Ia seolah menjadi bermuka dua.
Saat tiba waktunya penyerahan beasiswa Nicholas naik keatas panggung bersama gubernur, sang master ceremony menyebutkan nama-nama siswa SMA yang mendapatkan bea siswa hari itu. Namun, satu nama belum juga naik keatas panggung dan sialnya menyerahkan bea siswa ke anak yang belum muncul batang hidungnya itu menjadi bagian Nic.
Sang master ceremony sudah berkali-kali menyebutkan nama anak itu. Nama yang Nic yakini milik seseorang siswi, saat ke tiga kalinya sang MC menyebutkan namanya seorang gadis dengan seragam putih abu-abu berlari naik ke atas panggung dan berdiri di hadapan Nic, napas gadis itu terdengar memburu, rambutnya sedikit berantakan yang menandakan dia benar-benar tergesa datang kesana.
"Seruli Aminafaraj" gadis yang terlambat itu sudah berdiri didepan Nic, ia tersenyum polos sambil merapikan rambutnya seolah tak memiliki dosa.
Gadis itu meraih amplop dari tangan Nic, lalu mencium punggung tangannya.
"Tunggu dulu dimana aku pernah melihat gadis ini?" pikir Nic.
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
NOTED :
Filantropi adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain.
...Hey kakak-kakak...
...yang cantik dan gantengnya sekebon...
...jangan lupa...
...LIKE...
...KOMEN...
...RATE...
Tiga jam sebelum acara penerimaan beasiswa.
Disebuah sekolah menengah atas terlihat lima siswi sedang berkerumun, salah satu dari mereka berjongkok sambil memegang sebuah ponsel.
"Wah Asli ganteng banget."
"Bisa gitu ya."
"Ah ga kuat."
"Bibirnya ya ampun."
Mereka asyik berkomentar sambil menonton video dari ponsel yang sedang dipegang siswi bernama Mina.
Tiba-tiba seseorang mendekat, menarik telinga anak-anak itu satu persatu mundur kebelakang, meninggalkan Mina yang masih asik melihat video yang baru ia download semalam.
"Eh kok pada diem sih, nah ini nih bagian serunya," ucap Mina yang tidak sadar semua temannya sudah berdiri mengkerut di belakang.
Gadis itu melihat bayangan tinggi besar di samping tempatnya berjongkok, kemudian perlahan menoleh mendapati guru BK nya sudah berdiri sambil melotot ke arahnya.
"Amina! sudah berapa kali ibu bilang tidak boleh menggunakan HP saat masih jam sekolah," ucap Bu Asmarni yang mendapati gadis itu menonton video boy band favoritnya.
"Eh ada Buas," ucapannya membuat wanita itu melotot.
"Maaf...maaf maksud saya Bu Asma," gadis itu masih bisa tertawa sambil memandang ke arah teman-temannya yang diam ketakutan.
"Berdiri! sini HP kamu!" perintah Bu Asma.
Mina kemudian berdiri sambil menyerahkan HP yang tengah dia pegang. "Jangan disita lagi donk bu!" rayunya.
"Nanti pulang sekolah ke ruang BK," ucap Bu Asma sambil memasukkan HP Mina ke kantong seragam dinasnya dan pergi dari sana.
Benar saja saat jam pulang sekolah Mina berjalan ke ruang BK dengan langkah gontai, tangannya mulai berhitung berapa angka pelanggaran yang sudah dia dapat jika ditambah nanti, kemudian ia menggaruk-garuk kepalanya.
"Belum ada seratus," ucapnya sambil tertawa setengah berlari keruang BK.
Gadis itu terdiam menunduk sambil melipat tangan didepan roknya mendengar nasihat wanita didepannya.
"Kamu tau kan kalau jam kosong itu seharusnya dipakai buat belajar, mengerjakan tugas yang sudah diberikan guru, bukan malah nonton video musik di belakang kamar mandi," ucap Bu Asma.
"Saya bosen dikelas Bu, tugas saya sudah selesai di lima belas menit pertama, terus harus ngapain coba saya disisa jam pelajaran itu," bisiknya dalam hati.
"Udah ga bisa lagi ibu ngasih toleransi meskipun kamu anak pintar dan berprestasi, orang tua kamu harus datang kesini," ucap Bu Asma sambil menyodorkan sebuah amplop putih berisi surat peringatan.
Seorang guru terlihat masuk dan meletakkan sebuah buku dimeja Bu Asma. Wanita itu mengusap perutnya yang sudah terlihat membesar karena dirinya tengah hamil tujuh bulan.
"Mina lagi, amit-amit jabang bayi," ucap Bu Ninda salah satu guru bahasa Inggris di sekolah itu.
"Kenapa sih Bu? Saya kan cantiknya ga ketulungan," canda Mina.
Bu Ninda menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan jawaban muridnya, sudah hampir keluar ruangan Bu Ninda berbalik kembali dan menatap heran ke arah Mina.
"Mina, bukannya kamu harusnya datang ke acara penerimaan beasiswa untuk siswa berprestasi di balai Vidi?"
Mina memandang ke arah Bu Asma yang sudah menatapnya dengan mata melotot dibalik kacamatanya.
"Saya lupa," ucapnya polos membuat Bu Asma menepuk jidatnya sendiri.
***
Balai Vidi
"Makasih Pak," ucap Mina sambil menyambar amplop dari tangan Nic.
"Untung ga telat," gumamnya sembari masih mengatur napasnya.
Nic hampir saja mengumpat, berpikir bagaimana mungkin gadis itu bisa terlambat ke acara penerimaan bea siswanya sendiri dan lagi apa tadi? memanggilnya dengan sebutan Pak? membuat Nic si narsis menggertakkan giginya kesal.
Setelah semua anak menerima amplop, seperti biasa acara itu diakhiri dengan sesi foto bersama, hal yang paling Nicholas benci, karena Ia merasa wajahnya terlalu tampan di foto, ia takut jika banyak wanita yang tergila-gila padanya.
Menatap keluar jendela mobil, Nic melihat Mina yang sedang memakai helm di atas motor, membenarkan letak tasnya jelas gadis itu sedang bersiap untuk pulang.
Nic kembali mencoba mengingat dimana ia pernah bertemu dengan Mina, mengernyitkan dahinya, laki-laki bertubuh atletis dengan tinggi seratus delapan puluh centi itu tersenyum saat memorinya bekerja dengan baik mengingat dimana dirinya melihat gadis ini untuk pertama kali.
***
Beberapa Minggu sebelumnya
Seorang gadis terlihat duduk dikursi di depan sebuah toko bangunan, ia heran jika kebanyakan orang India di kotanya memiliki usaha di bidang tekstil tapi papinya malah memiliki usaha di bidang jual beli bahan bangunan, dia pernah bertanya apa karena sang papi blasteran dan bukan orang India asli, tapi Faraj sang papi berkata bukan itu alasannya, sebenarnya toko ini warisan dari kekeknya jadi mau tidak mau dia harus menjalankannya.
Amina mendengus kesal menatap papan bertulisakan nama toko bangunan milik papinya sambil berpikir apa nanti dia juga akan mewarisi toko bangunan itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk membuang pikiran itu jauh-jauh dari otaknya.
"Ga, meskipun belum tahu ingin menjadi apa, tapi aku ga mau nerusin usaha papi," bisiknya sambil menatap papan bertuliskan Mina Jaya Bangunan, nama toko sang papi yang dulunya bernama Maju Jaya Bangunan sebelum Mina lahir.
Tiba-tiba lamunan Mina terganggu dengan berhentinya sebuah mobil pick up yang sudah terlihat seperti rongsokan di matanya, asap yang keluar dari knalpot mobil itu membuatnya terbatuk-batuk dan berdiri menjauh dari sana.
"Bang Narjo nambah-nambahin polusi tau," ucapnya sambil mengibaskan kedua tangannya di depan hidungnya.
Laki-laki itu tertawa masuk ke dalam toko untuk mengambil sebuah nota, kemudian dengan cepat menaikkan beberapa sak semen ke atas mobil pick up.
"Kata om Faraj mba Mina mau ikut pulang, jadi ga?" tanya laki-laki berbadan kekar berbaju kumal itu.
Amina mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil pick up yang dia bilang seperti rongsokkan tadi, ia terpaksa nebeng bang Narjo karena motor matic kesayangannya masuk bengkel yang lokasinya hanya berjarak beberapa bangunan dari toko papinya, padahal bisa saja dia menunggu sampai selesai, tapi gadis itu benar-benar enggan, ketika ditanya sang papi kenapa tidak mau menunggu dengan entengnya Mina menjawab bahwa menunggu itu menyakitkan.
Didalam pick up Mina memilih mendengarkan lagu dari laman perambah video musik, memasang earphone ditelinganya, Ia terlihat cuek saat pick up itu masuk kesebuah perumahan mewah.
Bang Narjo turun untuk mencari rumah yang alamatnya tertera di nota yang sedang dia pegang, tapi pesan yang dia ucapkan sebelum keluar dari mobil pick up membuat Mina terbelalak sambil mengerucutkan bibirnya.
"Mba Mina ini tolong handrem nya dipegangin, kalau ga ntar mobilnya bisa mundur, biasanya bang Narjo ganjel, tapi ini tadi ganjelnya hilang." ucap pria itu sambil berusaha menutup pintu pick up karena setiap ditutup pintu mobil itu terbuka lagi.
Belum ada sepuluh meter laki-laki itu meninggalkan Mina, tanpa sengaja tangan yang sedang Mina gunakan untuk memegang handrem terlepas, gadis itu reflek membenarkan kabel earphone nya yang tertarik, Ia lebih takut earphone nya putus dari pada mangurusi handrem mobil pick up rongsokkan yang sekarang sudah meluncur mundur kebelakang.
"Bang Narjo!" teriaknya sambil mencoba mengangkat handrem pick up itu.
Narjo yang terlihat clingak-clinguk mencari rumah pemesan sambil sesekali melihat nota ditangannya terkejut melihat mobil pick up sudah meluncur kebelakang dengan Mina yang berteriak sambil melambaikan tangannya keluar jendela, laki-laki itu lari terbirit-birit mengejar mobil beserta Mina yang ada didalamnya.
Terdengar suara tubrukan, pick up itu berhenti saat menabrak sebuah tempat sampah berukuran besar dan pohon, membuat seorang laki-laki yang baru turun dari mobil hendak masuk ke dalam rumahnya menoleh, laki-laki itu melihat seorang gadis keluar dari pick up dengan menangkup pipi dengan kedua tangannya, melepaskannya lalu menoleh memegangi kepalanya seperti kebingungan.
Tersadar dimana dia bertemu Mina, Nic tertawa terbahak-bahak. "Gadis pick up," ucapnya sambil terus tersenyum, membuat Pak Tyo yang meliriknya dari kaca spion tengah terheran-heran.
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
Reader : Nih pasti otornya dulu pas SMA sering dipanggil BK
Otor : Sesungguhnya Pitnah itu lebih kejam dari pada perpelakoran
...Baca Novel di Mangatoon dan Noveltoon gratis guys, so jangan lupa apresiasi Nasya dengan tekan LIKE👍 KOMEN 💋 bagi VOTE kalian jika berkenan....
...Add Favorite Novel ini juga ya...
...LOVE YOU A TON...
Aku tidak bisa mengeja angin
Pun, aku tak berdaya menghentikan dentingan waktu
Apa dayaku?
Ketika semua sudah menari seirama sesuai kehendak pencipta
Bagiku merindumu hanya menyisakan segores bias semu
Lelapku dihantui mimpi yang membuatku merintih ditengah kebisingan kota
Aku mengiba dibawah senja yang dengan tega menelan jingga
Ragaku rapuh
Aku bersembunyi dibilik sunyi
Berteman bayangan yang lekukannya samar
Inginku mengobrak-abrik waktu
Menghancurkannya sampai luruh menjadi debu
Jemariku ingin menyentuhmu
Namun jagad raya masih tak merestu
Tatkala Fajar mulai menyapu malam
Sungguh aku ingin segera memelukmu
Lalu aku terbangun menyadari
Bahkan langitpun tak mendengar bisikanku
Ombak tak merespon panggilanku
Sang surya seolah tak rela aku merengkuhmu
Bahkan Bumi masih tak mengijinkanku menemukanmu
Hei hati dengarkan pemilikmu!
aku bukan sedang pasrah
Hanya kubiarkan semesta bekerja dulu
AF
Nic membaca ulang sebuah tulisan yang sudah ia salin ke note ponselnya dari sebuah kertas yang dia temukan terjatuh saat mengunjungi perpustakaan daerah dua minggu yang lalu. Sungguh tulisan yang bisa dibilang puisi ini berhasil mengingatkan Nic ke sang mantan kekasih.
Tiga tahun yang lalu seorang Nicholas Sebastian benar-benar pernah menyerahkan seluruh hatinya untuk seorang gadis, sebelum gadis itu tiba-tiba meminta berpisah dan meninggalkan dirinya begitu saja, tapi bagiamanapun juga Nic seorang laki-laki terlebih Ia tampan dan mapan, mudah baginya untuk mendapatkan gadis dengan model apapun seperti yang dia inginkan.
Setelah perpisahan dengan Hanoi, gadis yang sangat dicintainya, Nic sudah lebih dari lima kali menjalin hubungan. Namun, kelima-limanya tak pernah bertahan lama, baginya semua gadis sama, mendekatinya hanya untuk mendapatkan kemewahan darinya.
Nic yang tengah berdiri mengantri pesanan di sebuah coffee shop milik sahabat baiknya memasukkan ponselnya ke kantong celananya, sesekali Ia memandang keluar jendela, matanya menatap pak Tyo sang sopir yang tengah asyik mengobrol dengan tukang parkir. Laki-laki paruh baya itu menolak ajakannya untuk ikut masuk ke dalam coffee shop bersamanya.
Pak Tyo sudah seperti kaki Nic, kemana-mana laki-laki beranak tiga itu selalu setia menemaninya, itu karena Nic tidak berani mengendarai mobil lagi, dirinya pernah mengalami kecelakaan saat berumur delapan belas tahun, mobil yang dia kemudikan menabrak mobil lain. Fatal, kecelakaan itu menyebabkan dua orang tewas dan dirinya koma selama hampir dua minggu, sejak saat itu Nic tidak pernah berani dan dilarang kedua orang tuanya membawa mobil sendiri.
Selamat datang di paragraf coffee kak, silahkan pesanannya," ucap seorang gadis yang nampak tak asing di mata Nic.
"Coffee latte satu," jawab Nic.
"Hot or ice?"
"ice."
"Small medium atau large kak?" tanyanya lagi sambil menunjuk ukuran gelas yang ada di display, sementara jemarinya sibuk menekan layar di hadapannya.
"Large."
"Ada tambahan lain kak, mungkin cake nya, red velvet kami best seller lho." Nic menatap bibir tipis gadis itu yang lincah menawarkan apa yang ada di menu.
"Boleh," jawab Nic.
Setelah membayar dan mengambil pesanan, Nic memilih duduk dimeja yang hanya diatur dengan dua kursi, semua orang disana terlihat berpasangan sepertinya hanya Nic yang sendiri.
Menikmati minumannya hampir setengah jam Nic berada di sana, mata laki-laki itu tiba-tiba tertuju pada gadis pelayan tadi yang sudah berganti baju dan sepertinya bersiap untuk pulang.
Nic memandangi gadis itu sampai keluar coffee shop. Melihat helm dan motor yang sama, bibir Nic tersenyum, "Oh...ternyata gadis pick up itu lagi," gumamnya.
***
Didalam sebuah kamar dengan nuansa putih, Mina duduk di meja belajar sambil membuka buku pelajarannya, matanya melirik amplop yang berisi buku tabungan pendidikan yang harus dia aktifkan segera dan tentu dengan saldo awal yang lumayan.
"Aku ga pernah kekurangan uang jajan, bahkan aku punya pekerjaan sampingan, kalau begitu besok aku akan membagi-bagikan saja uang itu kepada orang-orang yang membutuhkan," gumam Mina.
Gadis itu mendapat beasiswa karena menang lomba membuat dan membaca puisi tingkat nasional, Ia juga memiliki prestasi gemilang di sekolahnya, Mina tidak pernah mendapat nilai dibawah delapan koma lima untuk semua mata pelajaran.
Dengan hanya membaca buku dan sedikit penjelasan dari guru dia sudah benar-benar paham materi yang baru dia pelajari, tapi anehnya jika anak pintar dan berprestasi identik dengan anak yang jarang melanggar peraturan sekolah tidak dengan Mina, bahkan orang tuanya besok harus datang kesekolah menemui guru BK karena ia lebih dari dua kali melanggar aturan tidak boleh memakai ponsel saat masih jam sekolah.
Ragu-ragu, Mina berjalan ke ruang keluarga, Ia mencebikkan bibirnya mendapati mami dan saudara tirinya yang sedang asik menonton sinetron Cinderella dinikahi CEO tajir melintir di saluran ABI TV.
"Ga tamat-tamat juga nih sinetron," ucapnya sambil duduk di antara Sara sang mami dan Kimi sang saudara tiri.
"Hampir tamat tau Na, ada tulisannya enam puluh episode terakhir tadi," jawab Sara.
"Ya elah masih enam puluh episode mi, masih dua bulan lagi lah," gerutunya sambil menyambar martabak dari tangan Kimi.
Kimi hanya mencebikkan bibirnya dan dengan santai mengambil martabak lagi dari atas meja. Jika ibu tiri dan saudara tiri selalu di cap kejam bak nenek sihir, tapi tidak dengan Sara. Wanita yang menikahi papi Mina enam tahun yang lalu itu sangat menyayangi Mina bahkan melebihi anak kandungnya sendiri si Kimi.
"Lagian suka heran kenapa sih orang kita suka banget nonton sinetron dan cerita macam gini," tanyanya ke sang mami dan Kimi sambil menyilangkan kakinya ke atas sofa, tanpa sadar Mina ikut melihat adegan demi adegan sinetron itu.
"Ya karena sinetron yang ceritanya kayak gini tu menghibur Na, orang bisa ngehalu bayangin dirinya jadi si Cinderellanya, orang juga terkadang kan lelah sama dunia nyata," jawab Sara.
"Jangan-jangan mami nonton sinetron ini gara-gara lelah juga sama kehidupan nyata Mami."
Sara hanya terdiam kemudian mencubit gemas pipi anak tirinya, "Ish kamu."
"Ga usah nonton sinetron kayak gini ngapa sih Kim, otak kamu ntar tercemar," ucap Mina menasehati saudara tiri yang umurnya hanya terpaut tiga bulan darinya.
"Mendingan kamu Pacar....an"
Mina glagapan karena Kimi lebih dulu membungkam mulutnya dengan telapak tangannya, dengan martabak yang menggantung di mulutnya Kimi tertawa ke arah sang mami.
"Kalian ya." Sara menggelengkan kepala melihat tingkah kedua anaknya.
Mina kembali asyik memakan martabak setelah Kimi melepaskan bungkamannya, sampai wajah Mina tiba-tiba terbengong melihat adegan dimana sang pemeran utama wanita jatuh dari atas tangga yang cukup tinggi kemudian ditangkap oleh si pemeran utama pria dengan mata saling menatap dan musik mendayu-dayu sebagai backsound nya.
Mulut Mina menganga hampir saja martabak yang dia makan jatuh dari mulutnya tapi Sara dengan segera menutup mulut gadis itu.
"Jijik mi sumpah Mina jijik," ucapnya sambil meletakkan sebuah amplop ke paha sang mami dan berlalu pergi.
"Apa'an ini Na?" tanya Sara.
"Surat cinta," sahut Kimi.
"Besok mami harus ke sekolah jam sepuluh, Mina besok ga bisa nemenin karena ijin ke bank buat ngaktifin rekening beasiswa biar duitnya bisa cepet Mina buat jajan," ucap Mina sedikit berteriak.
"Bagi aku duitnya ya Nanas," pinta Kimi.
"Beres Kimoci," jawab Mina sambil menaik turunkan alis matanya ke arah saudara tirinya.
"Emang jajan dari papi kalian kurang?" tanya Sara sambil membuka amplop yang diberikan anak tirinya, mata wanita itu membulat sempurna melihat kop surat dan isi tulisan di dalamnya.
"Ampun deh Mina!" teriak Sara ke Mina yang sudah berjalan menaiki anak tangga.
Mina memejamkan mata dan menutup telinganya mendengar ocehan berkecepatan cahaya dari wanita yang enam tahun ini telah menggantikan posisi mamanya, gadis itu berjalan cepat untuk membuka pintu kamarnya.
"Maaf Mami aku khilaf," teriaknya.
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
...LIKE...
...KOMEN...
...VOTE...
...RATE Bintang Lima...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!