NovelToon NovelToon

365 Days Of Wedding Agreement

Prolog

Mia kecil berlari tertawa bahagia melewati jalan setapak disebuah taman di kediaman keluarga Wilmark. Jauh meninggalkan Kakek Max dan Ayahnya yang berjalan santai di belakangnya. Tiba-tiba, Ia melihat seekor kupu-kupu dengan sayap kuning keemasan terbang di hadapannya, lalu Mia kecil mengikuti arah kupu-kupu itu terbang. Mia kecil berusaha meraih kupu-kupu tersebut, namun kupu-kupu itu terbang semakin jauh dan semakin tinggi. Mia kecil tidak dapat meraihnya. Mia kecil tidak menyadari bahwa Ia sudah jauh meninggalkan Kakek Max dan Ayahnya. Mia kecil menatap sekelilingnya ternyata sekarang Ia berada di pusat taman.

Mia kecil memandangi bunga-bunga indah yang bermekaran, Tiba-tiba pandangan matanya jatuh kearah seorang remaja laki-laki dengan tampang inocentnya yang duduk di bangku taman. Wajahnya nampak serius, tatkala Ia membaca sebuah buku yang berada ditangannya. Mata Hazelnya meneduhkan bagi siapapun yang dipandangnya.

Suara panggilan Kakek Max dan Ayah berhasil membuyarkan konsentrasi remaja laki-laki itu, tapi hal itu tidak berlaku untuk Mia kecil. Tatapan Mia kecil masih terfokus dengan pahatan indah yang di ciptakan Tuhan itu.

Tatkala sang remaja menoleh ke sumber suara, tatapannya bertubrukan dengan bola mata besar milik Mia kecil. Bola mata hitam legam yang bening.

Ia memandang lekat wajah Mia kecil dan menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Senyum termanis yang membuat jantung Mia kecil berdetak lebih cepat dari biasanya. Senyum yang tanpa sadar membuat Mia mengabaikan panggilan dibelakangnya dan menuntun Mia kecil melangkahkan kakinya mendekati sang remaja tersebut.

Setelah jarak mereka terkikis dan saling berhadapan, bibir mungil yang sedari tadi mengatup itu mulai membuka dan kata bertama yang keluar dari mulutnya adalah:

"kakak ayo kita menikah?" Mia kecil berkata dengan penuh harap dan dalam benaknya Ia harus memiliki remaja tersebut.

Tapi tanpa di sadari remaja itu tiba-tiba mengelus pucuk kepala Mia kecil lembut mengantarkan getaran di tubuh Mia kecil bak setruman listrik dan menjawab:

"Hei bocah, bagaimana mungkin Kita akan menikah jika kamu saja sekarang masih meminum susu?"

Wajah Mia kecil seketika berubah menjadi merah, Ia segera mengelap wajahnya dan membalas kata-kata remaja tersebut,

"Aku sudah tidak minum susu" sanggah Mia kecil.

Remaja itu tiba-tiba mencondongkan tubuhnya mendekati Mia kecil, mengikis jarak wajah mereka berdua dan berkata,

"Bagaimana mungkin, bahkan sekarang aku mencium bau susu dari wajahmu?"

Jantung Mia kecil berdebar-debar dan wajahnya saat ini sangat panas, mungkin jika dilihat wajahnya sekarang sangat merah seperti tomat yang sudah masak.

"Dan, mungkin jika kamu bertambah tinggi kita bisa saja menikah, jadi berusahalah untuk cepat tumbuh tinggi sehingga kita bisa menikah." tambah remaja itu diikuti dengan senyumnya yang entah apa maksudnya.

Seketika kata-kata itu membuat Mia kecil menjadi salah tingkah dan dalam hatinya Mia kecil membulatkan tekad untuk cepat tinggi agar dapat cepat menikah dengan remaja itu.

Mia kecil menganggap serius setiap kata-kata yang terlontar dari mulut manis remaja laki-laki itu.

Ditengah hamparan bunga yang bermekaran, Mia kecil jatuh cinta untuk pertama kalinya. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Jatuh cinta pada iris mata hazel yang menatapnya hangat. Jatuh cinta dengan senyum manis seorang remaja pewaris Medicine Hospital bernama Alexander Wilmark.

Kembali

“Sejauh apapun Kamu pergi untuk menghindar, takdir akan mempertemukan Kalian kembali.”

(Miss Key)

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 17 jam lamanya, akhirnya Mia sampai di Negara kelahirannya. Mia memandang lekat-lekat setiap sudut bandara, Ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Bandara itu adalah saksi bisu saat dirinya dulu membulatkan tekad untuk melepaskan segala kenangan tentang cintanya, cinta dalam diamnya, cinta yang hanya Ia sendiri yang merasakannya. Dan di sinilah Ia sekarang, setelah 3 tahun lamanya akhirnya Ia kembali. Suasana bandara masih sama seperti saat terakhir kali Ia tinggalkan. Mungkin bedanya hanya pada siapa yang bertahta dihatinya saat ini.

Mia melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi, Ia tiba lebih awal dari perkiraanya. Jam 9 nanti Ia akan menghadiri pernikahan Alexander Wilmark, orang yang selama 12 tahun pernah mengisi hatinya. Ia sudah mempersiapkan semuanya dengan baik untuk hari ini. Ia melangkah keluar bandara mencari sebuah taxi yang mengantarkannya melesat menuju hotel bintang lima yang akan menjadi saksi terikatnya dua insan dalam sebuah pernikahan di depan Tuhan.

Di perjalanan, Ia hanya diam sambil menatap keluar jendela, melihat hiruk pikuk kehidupan di kota metropolitan. Sepagi ini sudah banyak orang yang berlalu lalang, tenggelam dalam kesibukannya masing-masing. Suara bising klakson saling bersaut-sautan memekakan gendang telinga. Kemacetan sudah menjadi hal yang lumrah di kota ini.

Mia memijat pelipisnya yang tampak pusing.  Lalu Ia menunduk, pandangannya jatuh pada sebuah kalung yang bertengger manis di leher jenjangnya. Kalung yang Jo berikan sebagai tanda kepemilikan laki-laki itu atas dirinya. Ia tak habis pikir saat pasangan lain memberikan lamaran yang romantis kepada pasangannya. Jo malah berlaku sebaliknya. Mia teringat saat Jo melamarnya beberapa hari yang lalu. Saat adegan Jo menunduk dan memberikan sebuah kotak sebagai tanda Ia melamar Mia. Jo malah membuka kotak itu dengan keadaan terbalik dan membuat isinya berhambur keluar. Suasana yang harusnya romatis tiba-tiba dipenuhi gelak tawa Mia dan Jonathan. Padahal saat itu suasana dan tempat sangat mendukung, ah dasar pria itu. Tapi tingkah Jo yang seperti itu membuat Mia nyaman berada didekatnya.

Bicara tentang Jo, gadis itu masih ingat dengan jelas bagaimana pertemuan pertamanya dengan lelaki itu. Saat itu Mia yang selalu ceria dan percaya diri datang menemui laki-laki itu dalam keadaan kacau. Menumpahkan semua kegundahan hatinya pada laki-laki berkacamata tersebut yang berprofesi sebagai psikolog di salah satu klinik di AS. Pertemuan itu awalnya hanya sekedar pertemuan antara dokter dan pasien, sampai pertemuan itu berlanjut terus menerus hingga sekarang pria itu melamar Mia. Mungkin karena Jo adalah seorang psikolog jadi Ia tau bagaimana cara memperlakukan orang seperti Mia, menjadikan Mia merasa nyaman di dekat pria itu.  Walaupun rasanya berbeda, saat bersama Alex dulu jantung Mia selalu berdegup tak beraturan sedangkan Bersama Jo, lelaki itu selalu membuat Mia nyaman dan ia takut kehilangan lelakii itu. Maka Mia menyimpulkan bahwa perasaannya terhadap Jo adalah perasaan cinta.

****

Hari ini Mia tidak langsung pulang ke rumah karena Ia akan datang lebih dulu ke pesta pernikahan Alex dan Caroline hanya sekedar untuk setor muka di depan kakek Max dan mengucapkan selamat kepada pengantin, bagaiamanapun lelahnya Mia saat ini, Ia masih tahu bagaimana harus menghormati dan berterimakasih kepada orang yang sudah memberi makan Dia dan keluarganya. Selain itu, keluarga Wilmark memperlakukan Mia dan Ayahnya dengan sangat baik. Mereka tidak memperlakukan Ayahnya selayaknya bawahan, namun sebalinya mereka memperlakukan Mia dan Ayahnya layaknya sebuah keluarga. Bahkan kakek Max dan Tante Rose sangat menyayangi Mia seperti cucu dan anaknya sendiri.

 Lalu setelah Mia menghadiri acara pernikahan itu, Ia berencana untuk beristirahat terlebih dahulu di dalam kamar hotel yang sengaja Ia pesan untuk melepas penat setelah perjalanan jauh. Ya, Mia akan menginap disana selama sehari karena tidak mungkin Ia kembali kerumahnya setelah ini. Mengingat jarak hotel ke rumahnya memakan waktu hampir 1 jam lamanya. Tentu tubuhnya yang sudah sangat Lelah ini tidak akan mampu lagi melanjutkan berjalanan untuk kembali ke rumah.

Tak terasa taxi yang Ia tumpangi sudah sampai di depan pintu masuk hotel. Mia beranjak keluar dari taxi tersebut, memberikan ongkos dan tak lupa Ia mengucapkan terimakasih seraya melempar sebuah senyuman kepada sopir taxi tersebut. Mia menarik kopernya, berjalan menuju resepsionis hotel untuk memesan sebuah kamar. Namun belum sempat Ia sampai ke meja resepsionis, Ia lebih dulu melihat ayahnya berlari tergesa-gesa menuju lift, Mia dapat melihat dengan jelas kepanikan terlihat di wajah Ayahnya yang tak lagi muda itu. Seketika otaknya pun dapat menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang tak beres, Mia bergegas menyusul ayahnya, tapi sungguh sial, tubuhnya yang sudah Lelah ditambah Heels yang cukup tinggi menghambat lari Mia, dan pada akhirnya Ia tidak dapat mengejar Ayahnya.

Berkat otak pintarnya yang cepat tanggap, Ia langsung tau kemana Ayahnya akan pergi. Mia bergegas masuk ke dalam lift dan memencet nomor lantai yang akan menjadi tujuannya tersebut. Tak lama setelah itu, bunyi dentingan lift terdengar menandakan Ia telah sampai ke lantai tujuannya. Mia berlari, nafasnya tampak tersengal-sengal. Mia sampai di depan sebuah pintu dan tanpa berpikir panjang Ia segera membukanya.

Saat pintu sudah terbuka sempurna, pandangan yang pertama kali Ia lihat adalah wajah tegang bercampur panik Ayah, Kakek Max, dan Tante Rose serta seorang pria berbalut tuxedo putih yang tampak acak-acakan, yang sangat Ia kenali adalah Alexander Wilmark. Mia melihat suatu hal ganjil disana. Ya, Ia tidak menemukan sang mempelai perempuan, padahal saat ini Ia tahu betul sedang berada diruang make-up pengantin. Otak pintarnya sedang memproses apa yang kira-kira sedang terjadi di sana. Ayahnya yang melihat kebingungan Mia lalu menceritakan hal yang sedang terjadi dan setelah mendengar penjelasan dari ayahnya, Mia tampak kaget tak percaya. Bagaimana mungkin ada seorang pengantin yang kabur di detik-detik pernikahannya. Mia tak habis pikir apa yang ada di otak kecil Caroline.

Ruangan itu kembali hening, Mia menatap pria itu dengan prihatin, Mata hazel yang dulu selalu menatapnya dengan jenaka itu kini menatapnya dengan tatapan yang berbeda, mata itu menatap Mia dengan sendu. Taka ada kerlingan nakal dari matanya dan tak ada pula candaan yang keluar dari bibir yang sedari tadi terkatup itu. Kini Bibir itu mulai membuka dan satu kalimat pertama yang meluncur dari sana adalah “Aku akan menikah dengan Mia”. Kalimat yang seketika membuat mata Mia terbelalak sempurna. Tentu saja respon Kakek Max, Tante Rose dan Ayah tak jauh berbeda dengan Mia. Hei, tolong jangan bercanda. Ini tidak lucu. Apa sekarang Mia sedang masuk ke dalam sebuah acara TV bertema prank.

Tentu saja sejurus kemudian Mia tertawa mencairkan suasana yang sempat menegang dan melemparkan candaan “Hei, Kak jangan bercanda. Bagaimana mungkin kamu menikahi gadis yang masih minum susu?”

Alex menatap bola mata jernih milik Mia lekat-lekat membuat gadis itu terhipnotis seketika.

 “Aku serius Mi, mana mungkin aku bercanda di situasi seperti ini?” Jawab Alex.

Glek, seketika bibir yang tadi sempat melemparkan tawa itu mengatup rapat. Mia bahkan sulit untuk menelan salivanya. Otak Mia seketika kosong melompong, Ia bingung harus menanggapi perkataan Alex seperti apa.

Ia tatap wajah orang-orang diruangan itu satu persatu, persis seperti adegan di film India yang sering Ia tonton. Ada binar dan penuh harap yang terselip di wajah mereka, seperti mereka menemukan solusi di balik kebuntuan masalah yang sedang terjadi. Tapi bagaimanapun otak warasnya masih berfungsi dengan benar. Bagaimana mungkin Ia menikah dengan Alex sementara di tempat yang berbeda ada pria baik yang sedang menunggunya dan juga jika dia menikah dengan Alex mau Ia kemanakan tunangannya itu. Mia memejamkan matanya frustasi. Bagaimanapun Ia harus menolak pernikahan ini, Alex hanyalah masa lalu sedangkan Jo adalah masa depannya, itu yang Mia pikirkan saat ini.

“Aku tidak bisa menikah dengan Kak Alex.” Jawab Mia mantap, yang seketika membuat binar di wajah Ayah, Kakek Max, Tante Rose dan Alex meredup.

 “Mi, bisa kita bicara berdua?” Tanya Alex, Mia pun menganggukan kepalanya tanda Ia menyetujui ajakan pria tersebut.

Semua orang keluar dari ruangan itu menyisakan Mia dan Alex. Mereka memberikan waktu untuk cucu dan anaknya membahas semua ini. Sekarang posisi mereka sudah duduk berhadapan, Alex memandang lekat Mia. Yang seketika membuat debaran dihatinya yang telah sekian lama tidak Ia rasakan kembali muncul. Ia memberanikan diri menatap wajah Alex dan sialnya pandangannya jatuh kepada bibir Alex. Mia kembali meneguk salivanya.

“Hei setan Mia, ini bukan saatnya untuk berpikiran mesum seperti itu. Enyahlah Kau wahai setan.”

Mia tak habis pikir dengan otaknya yang terkadang berpikiran aneh, bahkan dalam keadaan seperti ini otaknya masih bisa perpikir liar menghianati hatinya. Mia reflex menggelengkan kepalanya membuat alis Alex menyatu tanda Ia bingung atas tingkah Mia sekarang.

Mia berdehem untuk menetralkan pikiran mesumnya itu. “Jadi, apa yang mau Kakak katakana padaku?” Tanya Mia.

Alex membenarkan posisi duduknya, mencari posisi nyaman. “Mi, kamu pasti tahu betul apa tugas Ayahmu bukan?” Tanya Alex.

Mia menganggukan kepalanya mantap. “Tentu saja, tugas Ayah adalah membimbing calon pewaris Medicine Hospital untuk menjadi pemimpin yang sempurna.”

“Kamu tau Mi, sempurna di sini bukan hanya sempurna dalam menangani urusan perusahaan tapi lebih dari itu, Kita juga harus sempurna tanpa skandal. Dan jika saat ini Aku memiliki skandal itu artinya Ayahmu telah gagal dalam menjalankan tugasnya. Jadi masalah ini bukan hanya berimbas padaku tapi juga kepada Ayahmu. Reputasi kita akan menjadi buruk.”  Jelas Alex.

“Jadi sekarang Kakak mengancamku?” Tanya Mia dengan sorot mata yang menusuk.

“Aku bukan mengancammu, Aku hanya memberitahumu resiko apa yang akan terjadi jika pernikahanku gagal.” Balas Alex dengan santai.

Entah bagaimana, Alex percaya bahwa Mia pasti akan menyetujui ajakkannya. Gadis itu tidak punya pilihan sekarang. Alex tahu Mia sangat menyayangi ayahnya, Ia akan melakukan apapun untuk membahagiakan Ayahnya. Ini terdengar jahat, tapi bagaimana lagi, Alex tidak punya pilihan dan tidak punya banyak waktu. Saat ini, Mia adalah kandidat yang paling cocok. Walaupun Alex adalah pewaris sah dari keluarga Wilmark tapi posisinya sewaktu-waktu bisa tergeser oleh Juna. Ya, anak tantenya itu mempunyai ambisi yang sangat tinggi dan juga jangan lupakan sifatnya yang sangat licik. Juna bisa saja memanfaatkan keadaan ini untuk menggeser posisinya sebagai pewaris Medicine Hospital.

Saat ini Mia sangat bingung. Baru pertama kali Ia menyesal memiliki otak yang cerdas. Jika Ia bodoh. Mungkin Ia tidak akan menemukan ruangan ini dan Ia akan terhindar dari tawaran yang menurut Mia lebih pada pemaksaan karena bagaimanapun Ia tidak mempunyai pilihan selain menikah dengan Alex.

Bayangan Ayahnya dan Jo memenuhi otaknya. Siapa yang harus Ia pilih, Jika Ia memilih untuk menikah itu artinya Ia menyelamatkan Ayahnya tapi di satu sisi Ia juga akan menyakiti Jo, begitupun sebaliknya. Bagaimanapun pilihannya, tetap ada yang harus gadis itu korbankan. Mia sangat bingung. Ditengah kegundahan hatinya itu tiba-tiba suara Alex menyadarkan Mia dari lamunanya.

“Bagaimana jika Kita membuat perjanjian?” tanya Alex.

“Perjanjian seperti apa?” sela Mia dengan cepat.

“Kita hanya akan menikah selama 365 hari sampai Aku sah menjadi penerus Medicine Hospital. Setelah itu mari kita berpisah. Kita hanya akan perpura-pura di depan keluarga dan media, tapi selain itu mari Kita tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing.” Jelas Alex.

“Aku memilihmu juga karena Aku punya alasan.” Tambah Alex.

Mia menautkan kedua alisnya seraya bertanya, “Alasan apa?”

“Karena Kita tidak akan saling mencintai. Jadi, kita akan lebih mudah berpisah nantinya. Dan saat perpisahan itu tiba, Kita tidak akan saling tersakiti.” Jelas Alex.

Glek, Mia kembali menelan salivanya. Tapi ini mungkin yang terbaik baginya, sekarang Ia sudah mempunyai Jonathan, Ia tidak akan terjatuh lagi pada pesona Alexander Wilmark. Ia bisa memberikan alasan kepada Jonathan bahwa Ia ingin bekerja terlebih dahulu di Indonesia sebelum Ia menerima lamaran resmi pria itu.. Pria itu pasti akan menerima alasan Mia. Dan di satu sisi Ia juga bisa menyelamatkan reputasi Ayahnya. Ya, sepertinya ini tidak terlalu sulit. Ia hanya harus bertahan dalam waktu 365 hari. Pasti semua akan cepat berlalu dan semua akan baik-baik saja itu yang ada di pikirannya sekarang.

Mia membulatkan tekad dan menatap Alex seraya berkata, “Baiklah hanya selama 365 hari?”

“Ya, 365 hari, apa kamu ingin lebih dari itu?” seringai Alex.

“Tidak, Aku setuju 365 hari”. Sela Mia denga cepat.

Alexpun mengangguk dengan senyuman bertengger diwajah inocentnya. “Jadi kita telah sepakat, Aku akan segera menghubungi Raga untuk membuat kontrak perjanjian Kita.” Jelas Alex.

Mia pun mengangguk seraya tersenyum. Tanpa di duga Alex mengelus pucuk kepala Mia hangat, menampilkan senyum di wajah tampannya lalu berkata “Terimakasih.”

Mia lalu segera memundurkan kepalanya, menjauh dari tangan itu. Karena Mia tahu ini tidak baik untuknya, Jika Alex terus bersikap hangat kepada dirinya.

Pembicaraan itu berjalan dengan lancar. Menghasilkan sebuah kesepakatan yang tak pernah terbersit sedikitpun dipikiran Mia. Kesepakatan yang mengikat mereka dalam sebuah pernikahan selama 365 hari.

Pernikahan

“Kita tidak akan pernah tahu, kemana takdir akan membawa hati Kita untuk berlabuh.”

(Miss Key)

Mia memandang pantulan dirinya di dalam cermin. Ia tampak manis dengan make-up tipis. Gaun berwarna putih dengan potongan rendah membalut tubuh rampingnya dan sedikit mengekspos bagian tubuhnya yang mungil namun masih memancarkan kesan elegan dan seksi secara bersamaan.

Gaun yang sekarang Ia kenakan adalah gaun pilihan Caroline. Caroline adalah seorang model. Jadi, tentu saja selera mereka sangat berbeda.

Dibanding Caroline, Mia lebih suka menggunakan gaun yang lebih tertutup. Tapi apa mau dikata, sekarang dia bahkan tidak punya waktu untuk memilih sebuah gaun, karena lagi-lagi Ia hanya pengantin pengganti.

Sedari tadi Mia terus meremas-remas gaunnya itu dengan cemas, menarik nafas berkali-kali dan menghembuskannya dengan kasar. Mia memejamkan matanya, masih ada sedikit ragu yang mengganjal dihatinya. Apakah yang Ia lakukan ini sudah benar ataukah Ia akan menambah luka kecewa dihati orang terdekatnya.

Ditengah pikirannya yang berkecamuk, suara ketokan pintu membuat matanya kembali terbuka. Tampak Ayah tersenyum dengan hangat, berjalan ke arahnya, tangannya yang nampak keriput mengelus bahu Mia lembut. Menyalurkan kehangatan disetiap sentuhannya.

“Mi.” Panggil Ayah lembut.

“Hm.” Jawab Mia singkat dengan seulas senyuman.

“Ayah tidak memaksa Kamu untuk menikah dengan Nak Alex. Bagi Ayah kebahagiaanmu adalah yang terpenting terlepas dari apapun yang akan terjadi nanti. Jadi, jika Kamu tidak bahagia masih ada waktu untuk membatalkan pernikahan ini.” Ucap Ayah dengan lembut.

Mia memandang lekat Ayahnya dari cermin.  Matanya sudah berkaca-kaca. Ayahnya selalu tahu apa yang ada dihati anak gadisnya itu. Bagaimana mungkin Mia membuat sedih Laki-laki itu. Laki-laki yang selalu berjuang untuk membuat anak semata wayangnya bahagia. Bagi Mia hanya berkorban sedikit tentu itu tak apa.

Seketika ragu dalam dadanya menguap. Kata-kata Ayahnya yang singkat mampu memberikan ketenangan batin untuk dirinya. Mia mengelus tangan Ayahnya, menatap wajahnya yang tak lagi muda lalu tersenyum seraya berkata,

“Mia tidak terpaksa dan Mia bahagia.” Sejurus kemudian mereka berpelukan. Saling menyalurkan energi dan semangat.

Mia sudah membulatkan tekad, baginya apa yang Ia lakukan ini sudah benar, keputusannya untuk menikah dengan Alex adalah yang terbaik untuk semuanya.

Setelah sesi pelukan itu berakhir, anak dan ayah itu bergandengan tangan untuk menuju ke altar pernikahan, suara piano dan biola bersahutan menyambut kedatangan mereka. Puluhan blitz kamera terarah kepada mereka.

Tampak tamu undangan dari berbagai kalangan menoleh serentak melihat betapa cantiknya sang mempelai perempuan. Diujung sana terlihat Alex dengan balutan tuxedo putih berdiri dengan gagah.

Entah kenapa sekarang Mia sedikit gugup. Uluran tangan Alex menyadarkan Mia bahwa Ia sudah sampai di depan altar. Ayah Mia mengulurkan tangannya yang menggenggam tangan Mia dan mempersatukan tangan mereka seraya berkata,

“Nak Alex, jaga putri Saya dengan baik. Dia harta berharga saya satu-satunya.” Ucap Ayah dengan mata yang

berkaca-kaca.

“Pasti, Om.” Jawab Alex mantap.

Wah, Mia tercengang dengan jawaban Alex yang tanpa keraguan itu. Sepertinya Alex harus dinobatkan sebagai aktor terbaik. Cih, bagaimana mungkin Ia akan menjaga Mia dengan baik sementara mereka sudah merencanakan sebuah perpisahan.

Kini Alex menggenggam tangan Mia, menuntun gadis itu menghadap Tuhan yang akan menjadi saksi pernikahan sakral ini.

“Apa kamu gugup?” Tanya Alex seraya berbisik di telinga Mia.

“Tentu saja, Aku baru pertama kali melakukan upacara pernikahan, kalau sampai aku melakukan kesalahan, tolong bantu Aku, pengalamanmu kan lebih banyak dari pada Aku.” Jawab Mia seraya berbisik lirih.

“Ya, tanganmu dingin.” Ejek Alex.

“Sudah ku bilang ini karena aku tegang”. Jawab Mia lirih.

“Kalau begitu terus pegang tanganku seperti ini dan percayalah padaku semuanya akan berjalan dengan lancar.” Jawab Alex. Sadar atau tidak, jawaban Alex yang seperti itu membuat pipi Mia seketika bersemu merah.

Sang pendeta menuntun mereka mengucapkan janji suci pernikahan. Mereka mulai megucapkan janji suci pernikahan di depan Tuhan dan para saksi yang hadir di ruangan itu.

“Saya Alexander Wilmark berjanji di depan Tuhan, bahwa dengan kehendak-Nya Saya menerima Camiala Hadiwinata sebagai istri satu-satunya yang sah. Saya berjanji akan mengasihinya, baik dalam keadaan kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, suka ataupun duka sampai maut memisahkan Kita.” Ucap Alex dengan mantap.

Setelah Alex mengucapkan janjinya, kini saatnya Mia mengucapkan janji sakral itu. Mia beberapa kali mengambil nafas dan menghembuskannya berlahan.

“Kalau Kau ingin kabur, maka kaburlah sekarang.” Bisik Alex ditelinga Mia.

“Cih, sudah sejauh ini dan sekarang Kamu menyuruhku untuk kabur, tidak semudah itu.” Batin Mia

Mia memberikan seulas senyum dengan makna tersirat dan mulai mengucapkan janji itu.

“Saya Camiala Hadiwinata berjanji di depan Tuhan, bahwa dengan kehendek-Nya Saya menerima Alexander Wilmark sebagai suami satu-satunya yang sah. Saya berjanji akan mengasihinya, baik dalam keadaan kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, suka ataupun duka sampai maut memisahkan kita.” Ucap Mia dengan mantap.

“Mempelai Pria dan Wanita, silahkan berciuman sebagai tanda sumpah kalian.” Ucap sang pendeta. Merekapun kini

saling berhadapan.

“Kenapa kau tidak kabur? Bukankah tadi kau menolak untuk menikah?” Bisik Alex.

“Sudah sejauh ini, jadi Aku tak akan kabur.” Jawab Mia.

“Dan juga, apakah Kau tau kalau Kau itu adalah cinta pertamaku?” Tambah Mia dengan seringainya.

Mia lalu mencium Alex terlebih dahulu, membuat mata Alex terbelalak. Para undanganpun seketika heboh dibuatnya. Karena sang pengantin wanita yang terlalu agresif. Tak lupa para wartawanpun mengabadikan momen langka ini. Momen yang akan mendatangkan pundi-pundi uang bagi mereka.

“Aku menerima perjanjian konyol ini, karena setidaknya orang itu adalah Kamu. 12 tahun yang lalu karena Laki-laki yang berada di tengah hamparan bunga mawar adalah Kamu. Walaupun Kamu menyebalkan dan selalu menyakiti hatiku dulu, tapi Aku memutuskan untuk menerima tawaran ini juga karena Kamu.” Batin Mia ditengah-tengah ciuman mereka.

“Selamat Kak, Kau telah menjadi Suamiku.” Ucap Mia dengan seringainya.

“Cukup dulu, hatiku terombang-ambing karena Kamu, karena sekarang Aku tak akan pernah membiarkan hatiku terombang-ambing lagi.” Tambah Mia dalam hatinya.

“Selamat sudah menjadi Istriku.” Ucap Alex dengan senyum jenaka di wajahnya.

Alex masih terus mengamati Mia dari atas ke bawah dengan seringai yang tercetak jelas diwajahnya.

“Kenapa?” Tanya Mia kesal.

“Kenapa kamu berani memakai baju itu? Apakah kamu ingin menggodaku sekarang?” Tanya Alex.

Sekarang Mia tersadar bahwa Alex tetaplah laki-laki narsis yang menyebalkan. Mia memutar bola matanya jengah

seraya berkata,

“Jangan terlalu narsis, ini adalah baju yang di pilih pengantinmu yang melarikan diri itu.” Jawab Mia dengan penuh

ejekan, yang seketika membuat kedua mata Alex manatap tajam kearahnya.

Alex memasukan cincin dijari manis Mia, begitupun Mia memasukan cincin di jari manis Alex. Cincin yang menjadi tanda pernikahan kontrak mereka baru saja dimulai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!