My Bodyguard Is A Vampire
1. Terlahir Kembali
Di malam hari, gadis yang disapa dengan panggilan Reba itu tiba-tiba bangun dari sebuah bak mandi tak berair. Mengenakan gaun pesta bewarna hitam, dan dilengkapi dengan perhiasan yang mahal.
Reba bangun dengan nafas terengah-engah, tenggorokannya sakit seperti tidak bisa bernafas.
Dilraba Dilmurat
"Khaaaaaaa ... hah ... he ... hah ... hosh ... hosh ... hosh ...."
(Melihat ke atas, ke bawah, ke kanan dan ke kiri)
Reba kebingungan dengan dirinya sendiri, dilihatnya gaun yang dipakainya juga perhiasan yang dikenakannya.
Dilraba Dilmurat
"Ini di mana? Mengapa aku berada di sini?"
Dilraba Dilmurat
"Gaun ... perhiasan ...bak mandi? Hah????"
Dilraba Dilmurat
"Ahh tenggorokanku sakit sekali, aku ingin minum ...."
Tubuh Reba tiba-tiba lemas, pandangannya juga mulai kabur. Sebentar ia mulai teringat sesuatu. Ingatan dan kisah beberapa tahun yang lalu. Saat itu Reba berada dalam keadaan sekarat mengenakan gaun berwarna putih, dan berlumuran darah.
Dilraba Dilmurat
"Hhe ... apakah aku hidup kembali? Bukankah aku saat itu sedang sekarat?"
Dilraba Dilmurat
"Mengapa aku bisa berada di sini, dan hidup kembali?"
Dilraba Dilmurat
"Apakah ada seseorang yang sedang menghidupkan aku kembali? Ahh tidak! Itu tidak mungkin ...."
Tubuh Reba semakin lama semakin lemah. Bagaikan pohon yang tidak disiram berhari-hari. Reba membutuhkan sesuatu yang membuat tenggorokannya lega dan menambah stamina.
Namun apalah daya, Reba pun pingsan tanpa ada satu orang pun yang tahu.
Bella teman baik Dilraba, kebingungan mencari sahabatnya. Ia mengetuk satu persatu pintu kamar dan berharap Dilraba ada di dalam sana. Namun kenyataannya sampai sekarang Bella tidak menemukannya.
Bella ingat, di dalam Hotel terdapat kamar VIP milik Cha Eunwoo. Bella berpikir mungkin Dirlaba ada di sana.
Bella
Selesai pesta ini, kau mau tidur di mana?
Dilraba Dilmurat
Di mana saja, yang penting bisa tidur
Dilraba Dilmurat
"I sleep in this hotel!"
Bella
"What's? Di hotel semewah ini?"
Dilraba menyodorkan sesuatu.
Dilraba Dilmurat
"Aku menggunakan kartu ini,"
Bella
"Bukankah ini kartu kredit bewarna gold? Bagaimana bisa kau mendapatkannya?"
Dilraba Dilmurat
"Kau ingin tahu?"
Dilraba Dilmurat
"Tunggu ada waktu lagi, kita bisa keluar minum sambil bercerita. Karena ceritaku sangat panjang,"
Bella
"Oh ... begitu rupanya, ok janji ya?"
Dirlaba hanya tersenyum dan membalikkan badan.
Dilraba Dilmurat
"Ada seseorang yang akan aku temui malam ini, lain kali saja bye ...."
Dilraba Dilmurat
Dirlaba melambaikan tangannya.
Bella
"Tu ... tunggu ...."
kata Bella dengan suara rendah, karena sudah terlanjur Dirlaba berjalan jauh meninggalkannya.
Ada firasat kurang baik Bella merasakannya. Entahlah, ia merasa seseorang yang akan ditemui Dirlaba adalah seseorang yang akan menghancurkan hatinya.
Bella
"Apakah itu tunangannya?
Bella
"Semoga saja firasatku salah,"
Bella kembali pergi ke pesta.
Malam itu pukul 24.00 pesta sudah berakhir. Bella kembali mencari Dirlaba. Saat itu Dirlaba sedang memasuki kamar tunangannya. (Seseorang yang dia temui)
Dilraba Dilmurat
"Jegrek ..."
Dilraba Dilmurat
"Mengapa gelap?"
Dirlaba berjalan ke arah saklar lampu. Ia ingin menghidupkan lampunya,
Sambil menghidupkan lampu, Dirlaba berkata,
Dilraba Dilmurat
Soviech ...
Chun Yang
"Ahh ... jangan pegang dadaku,"
Soviech
"Bagaimana kalau di sini?"
Chun Yang
"Sama tidak boleh!"
Soviech
"Kalau di sini ...
Soviech memegang daerah yang paling sensitif selain dada. Membuat Chun Yang tidak tahan menahan rangsangannya.
Chun Yang
"Ahh ...ahh hmmm Soviech ...."
Chun Yang merobohkan badan Soviech dan naik di atasnya. Mereka berciuman dengan telanjang bulat disaksikan Dirlaba.
Dirlaba syock bukan main, melihat tunangannya bermain dengan wanita lain.
Dilraba Dilmurat
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
Chun Yang yang tadinya menikmati sentuhan-sentuhan Soviech menjadi terhentikan oleh Dirlaba. Ia melihat ke arah Dirlaba.
Chun Yang
"Siapa itu sayang, mengapa mengganggu malam kita berdua?"
Soviech berbisik dan mendekat ke arah telinga Chun Yang
Soviech
"Dia adalah tunanganku yang akan aku tinggalkan,"
Chun Yang
"Wah ... benarkah? Kau akan pergi meninggalkannya demi aku?"
Soviech melanjutkan mencium bibir seksi milik Chun Yang. Dirlaba marah.
Dilraba Dilmurat
"Aku tanya sedang apa kalian!"
Chun Yang
"Bukankah sudah jelas!"
Chun Yang
"Kau yang sedang apa di sini? Ingin melihat malam kita?"
Dirlaba semakin jijik dan marah.
Dilraba Dilmurat
"Siapa dia Soviech?!"
Dilraba Dilmurat
"Mengapa kau bermain dengannya?"
Soviech bangun, dan menutupi tubuh Chun Yang dengan selimut. Kemudian Soviech berjalan dengan menutupi badannya dengan selimut juga. Dan mendekati Dirlaba.
Soviech
"Dia wanita yang akan aku nikahi,"
Dilraba Dilmurat
"Kau bercanda!"
Dilraba Dilmurat
"Hah ... aku tidak menyangka kau tega lakukan ini di depanku!!
"Tahukah kau, betapa rendahnya dirimu sekarang."
"Sungguh menjijikkan!"
Dilraba Dilmurat
"Baiklah, aku terima ... kelak jangan pernah kau temui diriku lagi!
"Semoga kau bahagia ... bye,"
Dirlaba membalikkan badannya, dan menutup pintunya kembali.
Di balik pintu akhirnya dia mengeluarkan air matanya yang tadinya ia tahan.
Sementara Soviech hanya terdiam mendengar ucapan Dirlaba yang berkata sungguh-sungguh pergi meninggalkannya. Raut wajahnya sedikit muram.
Soviech
"Ayo kita lanjutkan sayangku?"
Chun Yang
"Apakah kita akan bermain kuda-kudaan?"
Soviech
"Belum waktunya sayangku, malam pertama kita akan menjadi apa nantinya?"
Chun Yang
"Aku sudah tidak tahan ...."
Soviech
"Hhee ... dasar, bagaimana kalau kita bermain yang ringan saja seperti ini,"
Soviech memasukkan jari tengahnya.
Chun Yang
"Ahhh ... haah ... huh ... Soviech ...."
Soviech
"Bagaimana apa kau suka kalau begini?"
Chun Yang menarik Soviech dan menciumnya.
Chun Yang
"Yah, aku suka sekali ... iya begitu lebih keras lagi.
Chun Yang
"Ahh ... ahh ... ahh
Dilraba Dilmurat
"Mengapa ... mengapa kau tega lakukan ini padaku Soviech?"
Dilraba Dilmurat
"Apa salahku?"
Dirlaba berjalan seperti tidak bertenaga, matanya berkunang-kunang. Ia berjalan ke arah kamarnya. Dilihatnya ada sebotol win mewah di atas meja dekat ranjangnya.
Tanpa pikir panjang ia meminumnya habis.
Kemudian mengambil pisau buah yang tergeletak di atas meja sofa dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Sesampai di kamar mandi, Dirlaba masuk ke dalam bak mandi. Dan malam itu juga adalah malam terakhir bagi dirlaba. Ia menarik kembali pisaunya dan menjatuhkannya di dekat mandi.
Hanya sebuah pisau buah, Dirlaba mengakhiri hidupnya. Atas kejadian yang dia alami, Dirlaba ingin mengakhirinya.
Dilraba Dilmurat
"Uh dadaku ...."
Dilraba Dilmurat
"Tapi tidak ada yang terluka, sungguh ajaib aku bisa merasakan penderitaan pemilik tubuh ini. Mengapa aku harus hidup kembali di tubuh gadis malang ini?"
Dilraba Dilmurat
"Tidak ... kita punya nasib yang sama, wajah yang sama, dan nama yang sama, tubuh yang sama. Hanya alurnya saja yang berbeda, aku vampire dan kau manusia."
Dilraba Dilmurat
"Tunggu? Apakah aku sudah bukan vampire lagi, bila aku kembali hidup sebagai Dirlaba seorang manusia?"
Dilraba Dilmurat
"Jika benar, akhirnya aku bisa merasakan terik matahari."
Tiba-tiba terdengar langkah beberapa sepatu. Seperti seorang lelaki dan wanita. Dirlaba bisa merasakannya.
Ia mencium darah segar manusia. Tenggorokan dan dadanya sakit. Wajahnya pucat.
Dilraba Dilmurat
"Ohh tidak ... aku tetap ditakdirkan menjadi vampire. Apakah ini yang dinamakan pertukaran hidup, seseorang menginginkan kematian, namun Tuhan berencana aku merubah hidupnya."
Bella
"Dirlaba ... apakah kau ada di dalam?"
teriak Bella sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
Bella
"Apakah kau baik-baik saja di dalam? Buka pintunya!" ...
teriaknya lagi. Dan memanggil seseorang yang mengaku kenal Dirlaba.
Dilraba Dilmurat
"Apa ini ... darahnya begitu lezat dan manis!"
Dilraba Dilmurat
"Seperti darah murni kepunyaanku dulu, apakah ini jodoh?"
Bella
"Tolong, apakah kau bisa mendobrak pintunya. Nanti biaya kerusakannya akan aku ganti."
Saat lelaki itu akan mendobrak pintunya. Tiba-tiba Dirlaba membuka pintunya.
Dilraba Dilmurat
"Siapa kau?"
kata Dirlaba memegang wajahnya dengan dekat. Ternyata efek win itu masih melekat di tubuh Dirlaba meski sempat tubuh rusak akibat beberapa tusukan pisau buah. Namun dengan ajaibnya tubuh yang penuh luka itu kembali mulus tak satu pun yang cacat.
Dilraba Dilmurat
"Uhhh ternyata kau tampan sekali rupanya ...."
Bella
"Dilraba ... sadarlah! Sini, ternyata kau mabuk. Kau tau ini bukan kamarmu?"
Dilraba Dilmurat
"Apa ... ?"
Dilraba Dilmurat
"Bagaimana bisa aku berada di sini?"
Bella
"Kau lupa ya, mengapa kau tanya padaku?"
Dilraba Dilmurat
"Hmmm darahmu segar juga, sayangnya asam, dan tidak manis!"
Dilraba Dilmurat
"Ah bukan apa-apa ...."
Bella bertanya-tanya. Kerasukan setan apa ini orang.
2. Aroma Darah Manis
Cha Eunwoo
"Sial ... biar aku saja yang mengurus. Kau pulang dan istirahatlah!"
Cha Eunwoo
"Dia aman bersamaku,"
Bella
"Apakah kau mengenalnya?"
Cha Eunwoo
"Iya, aku mengenalnya."
Bella
"Dirlaba, kau benar-benar keparat! Jangan bilang kartu yang kau dapatkan adalah darinya. Uhhh ... sungguh beruntungnya dirimu,"
ucapnya dalam hati sedikit iri dengan Dirlaba. Namun Bella sadar, Dirlaba adalah sahabatnya dan bukan lawannya.
Bella
"Baiklah, tolong jaga temanku satu ini, dia sedikit liar. Kalau bisa ... tolong anda jinakkan ya?"
goda Bella. Dia senang jika Dirlaba memiliki hubungan spesial dengan pemilik hotel tersebut. Sebab Soviech tunangannya bukanlah pria yang baik.
Wajah Soviech memerah saat Bella berkata demikian.
Cha Eunwoo
"Itu tidak masalah,"
Tanpa berkata-kata Bella langsung pergi meninggalkan pemilik hotel itu dengan sahabatnya Dirlaba.
Cha Eunwoo
"Uhhh beratt juga dia,"
Cha Eunwoo menggendong Dirlaba dan membawanya ke dalam kamarnya.
Cha Eunwoo
"Hey ... kamarmu berada di nomor berapa?"
Dilraba Dilmurat
"Hah ... nomer berapa ya aku lupa,"
Cha Eunwoo
"Kau tau ini kamar siapa, ini adalah kamarku! Mengapa kau bisa masuk ke dalam kamarku?"
Dilraba Dilmurat
"Aku? Mana mungkin, ini kamarku!"
Cha Eunwoo
"Arggghhhh ... kau masuk kamar ini pakai apa?"
Dirlaba menunjukkan sesuatu yang pernah diberikan Cha Eunwoo.
Dilraba Dilmurat
"Nih ... kau memberikan aku 2 kartu, satunya kartu kredit dan satunya lagi kunci kamar.
Bagaimana? Apakah aku salah?"
Cha Eunwoo terkejut, langsung dia merogoh sakunya dan memastikannya apakah dia salah memberikan kunci kamarnya?
Dan nyatanya adalah Cha Eunwoo salah memberikan kunci kamarnya.
Cha Eunwoo
"Ya Tuhan ... aku benar-benar sial bertemu gadis ini! Mengapa aku bisa salah memberikan kunci kamarnya?"
Cha Eunwoo
"Baiklah, kau tidur dan istirahatlah! Aku akan tidur di sebelah."
Cha Eunwoo membalikkan badan. Tiba-tiba Dirlaba menarik tangannya.
Dilraba Dilmurat
"Jangan pergi ..."
Cha Eunwoo mengernyitkan dahi.
Tanpa basa basi Dirlaba membantingkan tubuhnya di ranjang.
Dilraba Dilmurat
"Jangan pergi ... temani aku di sini sebentar saja."
Cha Eunwoo
"Iya tapi jangan begini,"
Dirlaba menaiki tubuhnya yang kekar, dia menyikap tangannya. Kemudian membelai wajah sampai leher. Cha Eunwoo sedikit takut. Secara dia pemuda tampan, dingin dan kaya raya yang tidak pernah tersentuh wanita sedikit pun.
Cha Eunwoo
"Apa yang kau lakukan?"
tanya Cha Eunwoo yang bigung dan gemetaran.
Dirlaba mendekatkan wajahnya dan berbisik.
Dilraba Dilmurat
"Baumu harum dan manis. Ditambah lagi kau tampan, sungguh sempurna,"
Cha Eunwoo semakin bingung dan diam tidak berkata-kata.
Dilraba Dilmurat
"Bolehkah aku memakanmu sedikit saja?"
Bukan main Cha Eunwoo terkejut bagai kesambar petir. Dipikirannya Dirlaba akan merenggut keperjakaannya. Padahal selama ini Cha Eunwoo berusaha keras menjaga dirinya agar tidak tersentuh oleh wanita mana pun.
Cha Eunwoo
"Oh Tidak ...!"
Cha Eunwoo
"Ini tidak boleh terjadi!"
Cha Eunwoo berbicara pada dirinya sendiri.
Cha Eunwoo
"Lepaskan tidak mau ... uhh lepaskan!!"
Cha Eunwoo mencoba membebaskan diri
Cha Eunwoo
"Uhh mengapa gadis ini begitu kuat? Aku tidak bisa melawannya?"
Cha Eunwoo
"Aku peringatkan jangan coba-coba berani menyentuhku sedikit saja!"
Dilraba Dilmurat
"Oh ya?? Ini apa namanya? Bukankah tadi kau juga menyentuhku? Kau menggendongku, apa itu bukan tidak menyentuhku?"
Dilraba Dilmurat
"Dari tadi kulihat tubuhmu dengan sendirinya menerima setiap sentuhanku ... apakah kita berjodoh?"
goda Dirlaba sambil mengedipkan mata.
Cha Eunwoo
"Mimpi!" Jangan pernah berfikir kita akan berjodoh! Tadi itu aku menggendongmu hanya untuk menolongmu tau! Lepaskan aku!"
Mendengarnya wajah Dirlaba sedikit muram. Karena efek dari minuman win masih melekat, Dirlaba tidak peduli akan perkataannya.
Dia menjilati lehernya seperti kucing/anjing. Dadanya menyentuh bidangnya yang kekar. Sontak jantung Cha Eunwoo bergetar semakin kencang. Terkejut bukan main saat Dirlama menjilati lehernya.
Cha Eunwoo hanya bisa diam dan pasrah. Namun sebenarnya dia tidak mengerti apa yang dilakukan Dirlaba dengannya.
Tak lama kemudian Dirlaba mengecup dan mengemut lehernya.
Dilraba Dilmurat
"Hmmm harummm dan manis. Manis sekali ..."
gumamnya dalam hati. Dia berada di alam bawah sadar. Dimana dia membayangkan bisa minum darah semanis itu. Selain itu dia adalah satu-satunya pemilik darah murni bangsawan selain Raja Vampire. Sempurna baginya jika di silangkan dengan pemilik darah manis.
Dirlama terus mengemut tak henti-hentinya. Sampai ia tak sadarkan diri, Dirlaba pun tertidur.
Cha Eunwoo
"Sudah selesai, kah?
Cha Eunwoo
"Ya Tuhan ... dia tidur? Lucu sekali.
Cha Eunwoo memegang lehernya
Cha Eunwoo
"Sial ... aku harus cepat pergi sebelum dia bangun!"
Cha Eunwoo berusaha memindahkan tubuhnya yang menindihnya dan merebahkannya dengan hati-hati.
Belum sampai 5 menit, Dirlaba menarik kemejanya. lagi-lagi Cha Eunwoo jatuh dan tak sengaja menciumnya.
Dirlaba mulai sadar memegang wajahnya. Dan berkata,
Dilraba Dilmurat
"Bagaimana bisa aku hidup kembali di tubuh seseorang yang memiliki wajah dan nama yang sama persis denganku?"
Cha Eunwoo
"Hey ... bangun kau kenapa?"
Cha Eunwoo
"Apa maksutnya dia berkata begitu. Apakah dia sedang bermimpi?"
Cha Eunwoo
"Mengapa tubuhnya begitu dingin, wajahnya semakin putih memucat,"
Cha Eunwoo
"Hah ... jangan-jangan!"
Cha Eunwoo semakin bingung.
Cha Eunwoo
"Bagaimana ini? Haruskah aku panggilkan dokter? Apakah dia sudah mati?"
Cha Eunwoo memegang tangannya dan memeriksa nadinya.
Cha Eunwoo
"Dia bernafas,"
katanya pelan. Pikirannya semakin bertanya-tanya.
Cha Eunwoo
"Tidak, aku harus panggilkan dokter untuk memastikan dia sakit atau tidak."
Cha Eunwoo berdiri lalu merogoh sakunya mengambil ponselnya. Tak lama kemudian, Dirlaba menarik tangannya dan menjatuhkannya lagi.
Dilraba Dilmurat
"Jangan ... jangan panggilkan Dokter, aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh ..."
Cha Eunwoo
"Butuh apa? Cepat katakan? Kau terlihat semakin pucat?"
Dilraba Dilmurat
"Tidak mungkin aku bilang darah, kan?"
pikirnya yang semakin tak berdaya.
Dilraba Dilmurat
"Apakah ada nutrisi penambah darah?"
Cha Eunwoo
"Akan aku bawakan tunggu sebentar,"
Cha Eunwoo langsung pergi dan mencarikannya obat penambah darah.
Dilraba Dilmurat
"Aku harus cepat-cepat pergi sebelum dia kembali!" Aku sudah tidak kuat ..."
Dirlaba melihat ke arah jendela, hanya dengan matanya jendela itu terbuka dengan sendirinya. DirLaba langsung melompat terbang dan menghilang.
Di kota yang hanya tinggal suara kendaraan. Dirlaba mencari pemukiman yang sepi penduduk. Dimana ia harus menemukan seekor binatang yang dapat ia minum sepuasnya.
Tak lama kemudian, Dirlaba mendengar suara kucing. Berbulu lebat, sorot matanya tajam, bewarna putih.
Dilraba Dilmurat
"Kucing siapa ini?"
katanya dalam hati. Namun Dirlaba sudah tidak peduli, tanpa pikir panjang ia langsung menerkamnya.
"Meong ... meong ... teriaknya ketakutan saat melihat Dirlaba mengeluarkan taringnya.
Dilraba Dilmurat
"Maafkan aku, huuuuhuu ... maafkan aku, aku butuh darah!"
Dirlaba langsung menggigitnya keras-keras, dan menghabiskannya sampai benar-benar kucing itu tak berdaya. Dirlaba yang menyukai binatang apalagi kucing menangis bukan main.
Dilraba Dilmurat
"Hhuuu ... maafkan aku .... "
Dirlaba memandang ke atas, menatap rembulan yang bersinar terang. Tangannya berlumuran darah.
Dilraba Dilmurat
"Kenapa aku hidup kembali sebagai vampire? Kenapa Tuhan ... kenapa?"
katanya dalam hati. Hatinya sakit, ia menjerit menangis meratapi takdirnya.
Lewat 15 menit Cha Eunwoo telah mendapatkan obatnya. Ia segera bergegas memarkirkan mobilnya dan segera masuk ke hotel.
Dirlaba mulai menyadari Cha Eunwoo telah kembali.
Diambilnya pisau yang kebetulan tergeletak di sampah dengan menggunakan sihirnya. Lalu mencabik-cabik kucing itu dengan pisau.
Dilraba Dilmurat
"Maafkan aku,"
Dilraba Dilmurat
"Aku tidak sempat menguburmu. Semoga kau bahagia di sana puss ..."
Dengan sihirnya Dirlaba menghilang.
3. Aroma Darah Murni
Chun Yang
"Sayang malam ini aku benar-benar bahagia ..."
Tiba-tiba Soviech merasakan sesuatu. Hawa yang begitu berbeda. Seakan-akan apa yang dia cari sudah ia temukan.
Soviech
"Dirlaba apakah benar-benar itu kau? Apakah kau sudah kembali?"
tanya Soviech pada dirinya sendiri.
Soviech menatap dalam-dalam Chun Yang.
Soviech
"Sayang, tidurlah dan bangunlah besok saat matahari terbit!"
ucap Soviech. Chun Yang pun tidur dengan sangat terlelap. Tak lama kemudian Soviech pergi meninggalkan Chun Yang di kamarnya sendirian.
Malam yang begitu sunyi entah jam berapa saat itu di kota S sepi penduduk. Hanya ada suara burung hantu dan lalu lalang kendaraan yang masih melintas.
Di tempat pemukiman penduduk yang terlihat sedikit kumuh, tampak pemandangan orang-orang gila berkeliaran. Ada pula beberapa orang-orang jalanan yang suka berulah. Siapa lagi kalau bukan sekelompok berandalan yang kerjanya suka mencuri, memeras, menarget dll. Mereka adalah kelompok pengganggu yang suka membuat onar.
Soviech mengubah wujud dirinya menjadi seekor kelelawar. Dia terbang mencari sesuatu yang menurutnya terasa hawa yang tidak seperti biasanya. Indra penciumannya cukup tajam. Dia bisa merasakan keberadaan orang yang dia cari.
Soviech mengikuti instingnya dan penciumannya. Semakin dekat penciumannya semakin tajam.
Soviech
"Aroma darah? Darah apa ini?!"
ucap Soviech yang semakin penasaran.
Dia tetap mencari dan mencari. Akhirnya Soviech menemukan darimana asal aroma tersebut. Yang dilihatnya ternyata aroma darah kucing. Ia berubah wujud dan menghampiri kucing tersebut. Diambilnya kucing itu yang mengalami luka parah oleh cakaran hewan buas.
Soviech
"Tubuhnya hancur di cabik-cabik? Oleh serigala atau harimau, kah?"
Soviech
"Sudahlah ... ini tidak menarik!"
pikirnya dengan menjatuhkan tubuh kucing itu begitu saja. Lalu membalikkan badan hendak pergi.
Saat hendak pergi, Soviech merasa sedikit aneh. Ia kembali membalikkan badan, berjongkok dan memeriksa tubuh kucing itu.
Soviech
"Tunggu sebentar! Ada yang aneh,"
ucapnya lirih. Dilihatnya bekas cabikan itu bukan cabikan biasa yang dilakukan hewan buas. Melainkan ulah vampire cerdas, pikirnya.
Soviech
"Hheee, cerdas! Dirlaba kau masih hidupkah? Aku sangat kenal aromamu?"
Soviech mengerutkan keningnya.
Soviech
"Lalu siapa Dirlaba satunya? Menarik, dia gadis yang sangat mirip!"
ucapnya lagi dan langsung merubah wujudnya lagi menjadi kelelawar dan terbang.
Dirlaba kembali menutup jendelanya. Dia langsung pergi ke kamar mandi membersihkan dirinya. Di siramnya gaunnya yang terdapat noda darah kucing agar Cha Eunwoo tidak curiga. Lalu ia rendam dengan sabun. Selesai membersihkan diri, Dirlaba membuka lemari Cha Eunwoo mencari pakaian ganti.
Dilraba Dilmurat
"Ya ampun, nggak ada yang cocok! Semua besar-besar ...."
katanya. Dirlaba mencium aroma Cha Eunwoo yang semakin dekat. Dilraba baru menyadari kalau dia baru saja memberantakkan isi lemarinya. Ia takut dia akan marah. Namun waktu tidak bersahabat. Akhirnya dia mengambil kemeja kerjanya Cha Eunwoo yang bewarna putih. Dengan cepat-cepat ia memakainya.
Suara pintu terbuka, tanpa sengaja Cha Eunwoo melihat Dirlaba yang sedang memakai kemejanya.
Cha Eunwoo
"Maaf aku tidak sopan, harusnya aku mengetuk pintu dulu,"
katanya panik saat membalikkan badan. Wajah Cha Eunwoo memerah karena malu, ia tidak pernah mengalami hal ini dengan wanita siapa pun. Meskipun banyak sekali wanita-wanita cantik yang mengelilinginya, dengan berbagai cara model untuk membuatnya tertarik. Cha Eunwoo tidak meliriknya sama sekali.
Dilraba Dilmurat
"Tidak apa-apa!"
Dilraba Dilmurat
"Berbaliklah aku sudah selesai."
Cha Eunwoo berbalik dan menghampirinya.
Dilraba Dilmurat
"Maaf, aku telah membuat kamarmu berantakan dan ... mengacak-acak pakaianmu,"
Cha Eunwoo
"Ya ampun, imut sekali ... ah tidak! Cha Eunwoo sadarlahh!"
ucapnya dalam hati melihat dirlaba tanpa mengedipkan mata sedikit pun.
Dilraba Dilmurat
"Hey ... kau baik-baik saja?"
tanya Dirlaba mengagetkan Cha Eunwoo yang menatap dirinya terus.
Cha Eunwoo
"Ah ... tidak, aku tidak apa-apa!"
Cha Eunwoo
"Ini obatnya, minumlah?"
Cha Eunwoo menyerahkan obatnya dan mendorongnya ke ranjang untuk tidur.
Cha Eunwoo
"Minum obatnya dulu, baru aku akan pergi tidur!"
Dilraba Dilmurat
"Oh my ... tidak mungkin aku langsung minum obatnya, kan? Aku harus cari cara agar dia pergi dulu."
Cha Eunwoo
"Ayo ... minum? Aku tidak akan marah kau telah memakai pakaianku dan mengacak-acak isi lemariku jika kau minum sekarang maka aku akan pergi!"
Dilraba Dilmurat
"Sial, apa boleh buat. Dia tidak akan pergi jika aku tidak meminumnya di depannya. Baiklah, jika obat ini bisa memberikanku sedikit stamina, akan aku lakukan,"
katanya dalam hati. Dirlaba langsung membuka kapsulnya dan meminumnya.
Dilraba Dilmurat
"Sudah ..."
jawabnya sedikit sebal dan memalingkan muka.
Cha Eunwoo tersenyum karena bisa mengendalikannya.
Cha Eunwoo
"Baiklah ... aku akan pergi tidur."
Cha Eunwoo berdiri dan langsung meninggalkan Dirlaba. Dirlaba masih memalingkan mukanya. Saat Cha Eunwoo benar-benar pergi, Dirlaba kembali ke tempat semula.
Dilraba Dilmurat
"Huh ... akhirnya dia pergi juga. Aku benar-benar tidak bisa menahan diri saat berada dekat dengannya."
Dilraba Dilmurat
"Sampai kapan begini terus?"
Dilraba Dilmurat
"Hmmm ... bajunya wangi banget! Dia benar-benar lelaki yang mencintai kebersihan ya ... hhiii ...."
Dilraba Dilmurat
"Pasti banyak sekali wanita-wanita cantik di sekelilingnya,"
ucap Dirlaba yang berbicara pada dirinya sendiri.
Dilraba Dilmurat
"Baiklah waktunya pergi tidur,"
kata Dirlaba sambil memapakkan selimutnya.
Malam semakin sunyi dan dingin. Suhu di dalam ruangan naik. Padahal Dirlaba sudah mengatur suhunya dengan baik. Angin di luar berhembus sangat kencang, padahal sebelumnya tidak ada angin sama sekali. Sangking kencangnya hembusan anginnya membuat jendela kamar Cha Eunwoo yang Dirlaba tempati terbuka. Suara dua ekor burung gagak menyapa hinggap di pohon.
"Klotak ... klotak ... klotak ..." suara sepatu langkah kaki seseorang.
Panglima Joseph
"Selamat malam ratu Reba, maaf mengganggu anda tidur,"
Soviech
"Aneh ... mengapa tiba-tiba aromanya hilang?"
kata Soviech sedikit bingung saat tiba di kamar Dirlaba.
Soviech
"Justru aku mencium darah manis hendak ke sini."
Soviech heran dan segera keluar dari kamarnya lewat jendela. Karena seseorang datang.
Cha Eunwoo
"Hah ... kenapa dadaku berdetak kencang saat berada dekat dengannya,"
Cha Eunwoo
"Uhh ... bisa-bisanya aku salah tingkah. Dia ... imutt banget ..."
gumamnya di balik pintu wajahnya semakin memerah.
Soviech
"Siapa laki-laki itu? Aroma darahnya manis sekali!"
tanya Soviech pada dirinya sendiri yang masih bingung. Ia mengintip laki-laki itu lekat-lekat di jendela.
Soviech
"Oh ... jadi dia pemilik hotel ini, lantas mengapa dia masuk ke kamar Dirlaba dan tidur di ranjangnya."
Soviech
"Sudahlah ini tidak begitu penting, yang penting adalah keberadaan Dirlaba di mana sekarang?"
Soviech
"Mengapa aromanya tiba-tiba menghilang."
Soviech pun pergi dan menghilang.
Cha Eunwoo terlihat senyum-senyum sendiri.
Cha Eunwoo
"Arghhhhh aku ini kenapa sih!"
katanya kesal menggaruk-garuk rambutnya.
Ia membalikkan badannya. Tiba-tiba mata Cha Eunwoo tertuju pada vigura di atas laci.
Foto Dirlaba bersama laki-laki lain. Cha Eunwoo sedikit manyun, diambilnya vigura tersebut dan di amatinya laki-laki yang berfoto mesra dengannya.
Cha Eunwoo teringat sesuatu. Saat itu dia datang tiba-tiba bersama bodyguardnya untuk meninjau hotelnya. Di ruang resepsionis dia melihat laki-laki itu bersama wanita lain memesan kamar.
Chun Yang
"Bermalam lagi di sini, apa kamu tidak takut ketahuan?"
Soviech
"Apa ada yang perlu di takuti?"
Chun Yang
"Huh ... dasar!"
Kening Cha Eunwoo mulai mengerut setelah mengingat dan menyadari lelaki yang di samping Dirlaba bukan lelaki baik-baik.
Ia langsung meletakkanya kembali dan tidak mau melihatnya lagi. Cha Eunwoo menghela nafas, sebentar-sebentar balik kanan, balik kiri, serasa dibuatnya stress. Pikirannya terus-menerus memikirkan sosok Dirlaba. Bukan main, ia merasa dirinya sudah gila dan kacau.
Matanya mulai mengantung.
Cha Eunwoo
"Argggggh ... aku tak bisa tidur!!!"
katanya sedih. Dia merasa dirinya kini berantakan. Lagi-lagi memegang lehernya, dia tidak bisa lupa atas kejadian itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!