NovelToon NovelToon

Sentuh Hatiku

Rencana Makan Malam

"Nona, apa yang sedang anda lakukan?" tanya seorang bibi melihat nona nya berdiri di depan sebuah kompor yang menyala. "Nona, sebaiknya anda jangan melakukan ini lagi, tuan besar bisa marah pada saya."

"Bibi, bibi tenang saja. Papa, tidak akan marah dan aku berani menjaminnya."

Meskipun terlahir di tengah keluarga kaya raya, tapi Jesslyn bukanlah gadis manja yang segala sesuatunya harus dipenuhi oleh orang lain. Tak jarang dia melakukan pekerjaan rumah yang seharusnya dilakukan oleh para pembantu seperti menyiapkan sarapan, merawat tanaman dan membersihkan kamarnya sendiri.

Jesslyn bukanlah tipe gadis yang suka merepotkan orang lain. Apapun akan dia lakukan sendiri selama dia mampu melakukannya, dan pagi ini contohnya. Jesslyn sengaja bangun lebih awal karena ingin menyiapkan sarapan untuk ayahnya. Jesslyn tidak bisa mempercayai siapa pun jika sudah berhubungan dengan apa yang harus di makan oleh ayahnya, termasuk ibu tirinya.

Valerie Jesslyn adalah gadis berdarah Korea America. Dia merupakan putri tunggal di dalam keluarga Valerie. Ibunya meninggal saat Jesslyn berusia 10 tahun karena sebuah kecelakaan tunggal.

Tujuh tahun kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita bernama Jennifer, Jennifer memiliki satu putri dari suami pertamanya bernama Hanna Lim.

Tapi sayangnya hubungan Jesslyn dengan ibu serta saudari tirinya tidak berjalan baik. Jesslyn tidak pernah menyukai mereka berdua dan begitu pula sebaliknya, bahkan beberapa kali mereka mencoba menyingkirkan Jesslyn tapi sayangnya semua usaha mereka tidak ada yang berhasil. Jesslyn selalu lolos dari kejahatan mereka berdua.

Dan setelah hampir satu jam berkutat di dapur, sedikit ada empat menu berbeda yang berhasil Jesslyn siapkan pagi ini. Dan semua makanan itu ia masak khusus untuk sang ayah.

"Huft, akhirnya selesai juga." Jesslyn menyeka peluh di keningnya dan menatap puas hasil masakannya. "Bibi, tolong selesaikan sisanya." Pinta Jesslyn kemudian berjalan meninggalkan dapur.

Jesslyn menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju nakas kecil di samping tempat tidurnya. Sejak tadi ponselnya terus saja berdering dan sedikitnya ada lima panggilan tak terjawab dan semua dari Eric, kekasih Jesslyn. Tak ingin membuat sang kekasih marah, gadis itu memutuskan untuk balik menghubunginya.

'Jess, kenapa lama sekali kau angkatnya? Kau dari mana saja?'

"Maaf, aku tadi sedang ada di dapur menyiapkan sarapan untuk Papa, jadi aku tidak tau jika kau menghubungiku."

'Bukankah di rumahmu banyak pembantu, tapi kenapa kau masih harus repot-repot memasak segala?'

"Karena aku harus memastikan sendiri makanan apa yang seharusnya papi makan, bukankah kau tau sendiri jika Papa tidak bisa makan sembarangan."

'Aku tau, tapi kau kan bisa meminta pembantu mu untuk membuatkannya. Tapi ya sudahlah, toh sudah terjadi. Aku merindukanmu, baby, bagaimana kalau kita bertemu setelah aku pulang bekerja?'

"Aku rasa bukan ide buruk, karena aku juga sangat merindukanmu, baiklah aku tutup dulu telfonnya, see you." Jesslyn memutuskan sambungan telfonnya dan meletakkan benda tipis itu di tempat semula.

Masih ada 30 menit menuju jam sarapan, dia masih memiliki banyak waktu untuk membersihkan tubuhnya terlebih dulu.

.

Seperti pagi-pagi sebelumnya. Suasana tenang selalu menyelimuti satu kelurga yang tengah sibuk menyantap sarapannya, tak ada percakapan dan suasana di sana begitu hening. Yang terdengar hanya denting suara sendok dan piring yang saling bersentuhan.

Trangg....

Tiba-tiba sang kepala rumah tangga meletakkan sendok dan garpu nya membuat semua mata kini tertuju padanya. "Papa, kenapa sudah? Apa masakan Jesslyn tidak enak?" tanya Jesslyn memastikan. Tuan Valerie menggeleng, "Lalu kenapa Papa tidak menghabiskan makanannya?"

"Kau bodoh ya, itu artinya Papa sudah kenyang." Ucap Hanna menyahuti.

Sontak Jesslyn menoleh dan menatap datar adik tirinya tersebut. "Memang siapa yang memintamu untuk bicara? Jika tidak ada yang bertanya padamu, sebaiknya kau diam saja."

"YAKKK...!" Hanna memekik dan menatap Jesslyn kesal. "Aku kan hanya membantu Papi menjawab pertanyaan mu saja...! Tapi kenapa kau malah marah? Dasar menyebalkan."

Jesslyn memutar matanya jengah, kali ini dia memilih untuk diam dan tidak meladeni lagi, ia terlalu malas untuk berdebat dengan Hanna hanya karena hal sepele.

"Sudah cukup kalian berdua, apa pantas kalian berdebat di meja makan. Dan kau juga , Hanna, kenapa kau malah membuat kakakmu kesal?" omel Jennifer pada putrinya.

Jesslyn mendecih dan menatap Ibu tirinya itu tidak suka. Jennifer memang penuh tipe muslihat dan dia bermuka dua, Jennifer selalu menunjukkan sikap baik di depan tapi busuk di belakang. Jesslyn bukanlah gadis bodoh yang akan mudah tertipu oleh semua kepalsuan Ibu tirinya.

"Jess, Papa harap kau tidak memiliki rencana apapun malam ini. Keluarga Xiao mengundang kita semua untuk makan malam di rumahnya, dan kali ini Papa tidak mau mendengar alasan apapun lagi."

"Tapi aku rasa tidak bisa, Pa. Aku sudah ada janji untuk bertemu Eric, jadi lain kali saja ya."

"Batalkan saja, karena acara makan malam ini lebih penting dari pada acara mu itu. Sudah siang, sebaiknya Papi berangkat sekarang. Sebaiknya kalian bertiga bersiap-siap lebih awal, Papi juga akan pulang lebih awal. Dan kau, Jess, jangan mengecewakan Papa. Papa, pergi dulu."

Jesslyn menarik nafas panjang dan menghelanya. Ia benar-benar di lemah sekarang, antara pergi atau tidak. Jesslyn tidak ingin pergi dan datang ke acara makan malam tersebut , tapi dia juga tidak ingin membuat ayahnya kecewa.

Tapi di sisi lain dia juga tidak bisa membatalkan rencananya dengan Eric, Jesslyn harus memutar otaknya dan mencari solusi untuk mengatasi masalah ini. Dan sementara itu, diam-diam Hanna menarik sudut bibirnya, dia memiliki sebuah rencana dan kali ini dia pastikan rencananya tidak mungkin gagal lagi.

'Jesslyn Valerie, kali ini kau tidak akan bisa lolos dariku.'

xxx

Lucas memicingkan mata kirinya melihat Ibunya begitu sibuk membersihkan rumah dan beberapa pelayan terlihat berlalu-lalang. Lucas menatap mereka dengan penuh rasa penasaran. Mungkin kah ada acara lagi.?' kirinya. Merasa penasaran, Lucas memutuskan untuk bertanya langsung pada sang Ibu.

"Ma, kenapa kau begitu sibuk? Apa kau akan mengadakan acara lagi di rumah ini?" tanya Lucas memastikan.

Min Jia tersenyum lebar. "Malam ini keluarga Valerie akan datang, Mama sengaja mengundang mereka untuk makan malam di rumah ini bersama kita."

"Keluarga Valerie?" Min Jia mengangguk.

"Pasti kau sudah melupakan mereka. Dulu saat masih kecil kau sering di gendong oleh Paman Valerie dan ngompol di pakaiannya, saat masih kecil kau juga berteman baik dengan putrinya. Dan Mama harap kau masih mengingatnya."

"Memangnya harus ya?" Lucas menyela cepat.

"Tentu saja harus, jadi Mama harap kau tidak akan pergi ke mana pun malam ini. Satu hal lagi, berpakaian lah yang sopan , jangan sampai keluarga kita memiliki citra buruk di mata orang lain."

"Hn."

Lucas Xiao adalah putra bungsu keluarga Xiao. Dia memiliki sifat dingin dan tertutup. Dulu Lucas adalah pemuda yang hangat dan mudah bersahabat, tapi semua berubah setelah dia mengalami kecalakaan yang membuatnya harus kehilangan salah satu matanya.

Bola mata dan retina kanannya mengalami kerusakan parah karena beberapa pecahan kaca yang masuk hingga pihak rumah sakit memutuskan untuk mengangkat bola matanya.

Kecelakaan itu tidak hanya merenggut mata kanan Lucas, tapi juga kekasih tercintanya. Kekasih Lucas meninggal dalam kecelakaan itu. Lucas tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri atas kematian gadisnya tersebut, menurutnya dialah penyebab kematian Serra.

Dan sejak saat itu, selama satu tahun dia selalu mengurung diri, Lucas tidak siap untuk bertemu dengan siapa pun dengan keadaannya saat itu.

Tapi perlahan-lahan dia mulai bangkit dan mencoba untuk menerima keadaannya, dan beruntung teman-temannya tidak meninggalkan dirinya meskipun Lucas tidak lagi sempurna.

"Morning Ma." Seru Kenzo seraya mencium pipi sang Ibu.

Kenzo Xiao adalah putra sulung keluarga Xiao. Berbanding balik dengan sifat Lucas yang dingin, Kenzo adalah pria yang hangat dan mudah bersahabat. Usia Kenzo dan Lucas hanya berselisih empat tahun saja dan saat ini Kenzo menjabat sebagai CEO di cabang perusahaan milik Ayahnya yang berada di kota Seoul.

Sebelumnya Kenzo tinggal di Canada, tiga tahun yang lalu dia memutuskan untuk kembali ke Korea karna ingin menikahi kekasihnya. Kenzo dan Ellena menikah dua tahun yang lalu dan mereka telah di karuniai dua orang putri. Anak mereka terlahir kembar yang kemudian di beri nama Xiao Kiara dan Xiao Rania.

"Ken, di mana Ellena, Mama tidak melihatnya sejak pagi.."

"Dia berangkat pagi-pagi sekali, Ma. Katanya ada operasi darurat. Oya, di mana Papa? Aku tidak melihatnya...!"

"Papamu sudah berangkat ke Inggris semalam, dan akan kembali siang ini, jadi usahakan untuk menjemputnya di bandara."

"Kenapa tidak Lucas saja? Aku rasa bocah ini tidak keberatan."

"Dan membiarkan Papamu terkena serangan jantung karena cara dia mengemudi." Jia menyela cepat. "Sudah-sudah, sebaiknya kita sarapan sekarang. Setelah ini Mama masih harus menghadiri acara penting. Lucas, Mama harap kau tidak melupakan acara malam ini."

"Aku tau, jadi kau tidak perlu mengingatkanku lagi."

Min Jia mengambil nafas panjang dan menghelanya. Berbicara dengan putra bungsunya memang membutuhkan kesabaran ekstra. Selain bersifat dingin, Lucas juga sangat irit bicara dan kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu tajam. Terkadang Jia merindukan putranya yang dulu, dia seperti tak mengenali putranya lagi, Lucas benar-benar telah berubah dan itu membuat sedih hatinya.

.

.

.

BERSAMBUNG.

Pertemuan Dua Keluarga

Eric menggeram marah karena Jesslyn berkali-kali menolak panggilan darinya. Eric mencoba mengiriminya pesan, tapi tak ada satu pun pesan darinya ada yang di balas oleh Jesslyn Padahal dia sangat merindukannya, sudah hampir satu minggu mereka tidak bertemu karena pria itu selalu disibukkan dengan semua pekerjaannya di kantor.

Eric Wang adalah seorang bisnis man muda yang sukses. Di usianya yang baru memasuki kepala tiga, dia sudah berhasil mendirikan perusahaan miliknya sendiri yang bergerak di bidang pertambangan. Perusahaan milik Eric masuk dalam sepuluh besar sebagai salah satu perusahaan terbaik di Korea dengan menempati posisi ke lima.

Selain kaya raya, Eric juga memiliki paras yang sangat tampan, dan tidak salah jika dia begitu diidolakan. Eric dan Jesslyn sudah berpacaran sejak dua tahun yang lalu, dan Eric berencana untuk menikahinya tahun depan, bahkan dia sudah menyiapkan sebuah cincin berlian untuk gadis itu.

Ting..!

Ponsel Eric tiba-tiba berdenting yang menandakan ada sebuah pesan masuk. Eric buru-buru membuka pesan itu karna dia pikir itu dari Jesslyn, tapi dugaannya salah, itu pesan ternyata dari Hanna, saudara tiri Jesslyn.

'Percuma saja kau menunggunya, dia tidak akan datang. Jesslyn memiliki acara lain , jadi jangan terlalu berharap jika dia akan datang apalagi menemuimu.'

Eric mencengkram ponselnya dengan erat. Antara kesal, marah dan kecewa. Jesslyn berusaha menghindarinya karena memiliki acara lain. "Apakah acara itu lebih penting dariku...?" geram Eric penuh emosi.

Drett..! Drett..! Drett..!

Ponsel dalam genggaman Eric tiba-tiba berdering dan itu dari Jesslyn. Tanpa membuang waktu, Eric segera menerima panggilan itu.

"Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan sampai-sampai kau menolak semua panggilan dariku? Bahkan tak satu pun pesanku ada yang kau balas, apa kau mencoba mempermainkan ku, Jesslyn Valerie?"

'Eric Wang, apa-apaan kau ini? Kenapa kau tiba-tiba marah padaku? Seharusnya kau mendengarkan dulu penjelasanku dan alasan kenapa aku menolak semua panggilanmu.'

"Memangnya apa yang bisa kau jelaskan padaku? Kau ingin menjelaskan jika acaramu itu lebih penting dari pada hubungan kita? Kita satu Minggu tidak bertemu dan seharusnya kau tau jika aku sangat merindukanmu."

'Aku tau, aku sangat tau, tapi aku tidak memiliki pilihan lain. Aku tidak bisa mengecewakan Papa jika sampai aku menolak ajakannya. Ngomong-ngomong dari mana kau tau jika aku memiliki acara lain?'

"Dan mengorbankan diriku. Seharusnya kau bilang pada Papa mu jika kau sudah memiliki acara denganku, beres 'kan. Dan dari siapa aku tau itu tidak penting bagimu."

'Semua tidak segampang yang kau pikirkan, Eric Wang, kenapa kau menjadi begitu egois sih? Dan lagi pula apa susahnya mengatakan siapa orang itu, orang yang berusaha untuk mengadu domba kita berdua. Dan satu lagi, kau memang penting , tapi Papa juga sangat penting, jika aku harus memilih salah satu diantara kalian berdua, tentu aku akan lebih memilih papi. Aku tidak mungkin mengorbankan Papa sendiri hanya demi satu pria egois sepertimu...'

"JESSLYN VALERIE....!" Bentak Eric penuh emosi. "Hallo, Jesslyn, Jesslyn...Arrrkkkhhh ... gadis itu, berani-beraninya dia memutuskan sambungan telfonnya. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan padamu , Nona Valerie."

xxx

Jesslyn melemparkan ponselnya begitu saja dan mendesah berat. Gadis itu merebahkan tubuhnya pada kasur king size miliknya dalam posisi terlentang. Wajahnya menatap langit-langit kamarnya.

"Huffttt...!" gadis itu mendesah untuk yang kesekian kalinya, lalu menutup matanya. Hubungannya dengan Eric memang kurang baik akhir-akhir ini. Dia menjadi semakin egois dan selalu mencari menangnya sendiri. Jesslyn mencoba tetap bertahan karena dia sangat mencintai pria itu, tapi jika seperti ini terus menerus dia saja Jesslyn akan akan tahan.

Tiba-tiba Jesslyn teringat sesuatu, gadis itu bangkit dari posisi berbaringnya dan berjalan menuju ruangan di mana dia meletakkan semua barang-barang pribadinya mulai dari pakaian sampai aksesoris. Meskipun tidak ingin datang, tapi Jesslyn juga tidak boleh terlihat buruk apalagi sampai mempermalukan Ayahnya di sana.

Setelah memilah cukup lama, pilihan Jesslyn jatuh pada sebuah gaun panjang berwarna biru muda bermotif bunga. Gaun itu terlihat sederhana tapi sangat elegant.

"Gaun ini sepertinya tidak buruk."

Jesslyn melepaskan dress yang membalut tubuhnya lalu menggantinya dengan gaun tersebut. Dan sekarang hanya menambahkan pelengkapnya saja seperti polesan make up tipis pada wajahnya serta kalung dan anting berlian yang kian menyempurnakan penampilannya.

Setelah memastikan tidak ada yang kurang pada penampilannya. Jesslyn berjalan keluar dan menghampiri sang ayah yang sepertinya sedang mempersiapkan diri di kamarnya.

"Papa." Seru Jesslyn seraya menghampiri Tuan Valerie.

"Jesslyn , di mana sopan santun mu saat akan masuk ke kamar orang lain? Seharusnya kau mengetuk dulu pintunya bukanya nyelonong masuk begitu saja."

"Memangnya aku masih perlu ijin darimu, ya? Lagi pula ini adalah kamar milik Papaku, dan aku sudah lebih dulu tinggal di sini jauh sebelum dirimu. Dan dibandingkan dirimu, aku jauh lebih berhak atas semua yang ada di rumah ini karena aku adalah pewaris tunggalnya."

Gyuttt..!

Jennifer mengepalkan tangannya, kata-kata Jesslyn membuatnya meradang, jika saja tidak ada suaminya pasti dia sudah menampar Jesslyn dan memakinya habis-habisan. Jennifer tidak ingin di cap sebagai Ibu tiri yang kejam.

"Mama tau, bahkan tanpa kau mengatakannya sekali pun. Tapi tetap saja kau harus bersikap lebih sopan , bagaimana jika hal ini terjadi saat kau tinggal bersama mertuamu? Pasti keadaannya akan sangat berbeda, Mama menasihatimu karena Mama sangat menyayangimu dan Mama peduli padamu."

"Yeah."

Tuan Valerie hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepala melihat sikap putrinya. Ia tidak tu sampai kapan Jesslyn akan membenci ibu tirinya yang jelas-jelas sangat tulus menyayanginya, begitulah yang dia pikirkan selama ini.

"Sudah-sudah, tidak perlu berdebat lagi. Sebaiknya kita bergegas, di mana Hanna? Jangan sampai kita terlambat dan tiba di sana."

"Ya, Pa."

xxx

Ken menghampiri Lucas yang tengah berganti pakaian di kamarnya. Ada yang berbeda dengan penampilan sang adik hari ini, Lucas memakai pakaian yang lebih sopan dari biasanya. Sebuah kemeja lengan panjang berwarna putih yang dibalut vest v-neck abu-abu gelap, lengan kemejanya di gulung sampai siku dan dua kancing teratasnya di biarkan terbuka.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" tanya Lucas memastikan, suaranya dingin dan tatapannya kurang bersahabat.

Ken menggeleng. "Tidak-tidak, kau justru terlihat sangat tampan dengan pakaian itu. Mama sudah menunggumu di bawah, segeralah turun sebelum tamu kita tiba."

"Hn."

Selepas dari kamar Lucas, Ken menghampiri Ellena yang sedang sibuk merawat bayi kembarnya. Jia meminta agar menantu sulungnya itu untuk pulang lebih awal karna akan ada acara di rumahnya.

Ellena Victoria adalah seorang wanita berdarah asli Korea, dia terlahir di keluarga Victoria dan merupakan pewaris tunggal dari Rumah Sakit Victoria. Ayah Ellena adalah seorang Dokter ahli bedah jantung, sedangkan Ellena sendiri adalah Dokter bedah syaraf dan dia bekerja di rumah sakit milik keluarganya.

Selain memiliki paras yang sangat cantik, Ellena adalah wanita yang baik dan hangat, ramah dan mudah bergaul, tidak salah bila dia begitu dicintai oleh para pasiennya.

"Sayang, sebaiknya kau bantu Mama. Biar si kembar sama, Papanya." Ucap Ken yang kemudian di balas anggukan oleh Ellena.

Ellena menghampiri ibu mertuanya yang sedang sibuk menyusun makanan di meja, meja panjang itu penuh dengan berbagai hidangan mewah mulai dari hidangan pembuka sampai hidangan penutup. Ellena sangat penasaran dengan keluarga yang di undang oleh ibu mertuanya, sepesial apa mereka sampai-sampai sanga ibu mertua memperlakukan mereka dengan begitu istimewa.

"Ma, ada yang bisa aku bantu?" tanya Ellena seraya berdiri di samping Min Jia.

"Tidak nak, ini hampir selesai. Sebaiknya panggil suami dan adik Iparmu, tamu kita hampir tiba." Kata Jia yang kemudian di balas anggukan oleh Ellena.

"Baiklah, Ma."

.

.

Keluarga yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang juga, Min Jia terlihat begitu antusias menyambut kedatangan mereka.

Ibu dua anak tersebut terlihat berpelukkan dengan Jennifer sebelum beralih pada Hanna dan Jesslyn. Sedangkan kedua kepala keluarga juga saling berpelukkan. "Halo, Bibi. Perkenalkan nama saya, Hanna, senang bertemu dengan bibi." Hanna membungkuk dan memperkenalkan dirinya dengan ramah.

"Selamat datang, Nak." Lalu pandangan Jia bergulir pada Jesslyn yang berdiri di belakang Jennifer. Jia begitu terpukau dengan kecantikan Jesslyn. "Jesslyn, tidak di sangka, kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan menawan. Bibi sangat senang bertemu lagi denganmu, sayang. Mari masuk, sebaiknya kita mengobrol di dalam saja." Ucap Jia mempersilahkan tamu-tamunya.

Ken terlihat menuruni tangga sambil menggendong si kembar, ayah dua anak itu segera bergabung dengan yang lain. "Ken, di mana Adikmu?" tanya Tuan Xiao

"Mungkin masih di kamarnya, Pa." jawab Kenzo, "Kau pasti Jesslyn." Tebak Ken pada dara berparas barbie di depannya. "Sudah lama sekali, Jess, pasti kau sudah lupa padaku. Dulu kita terakhir bertemu saat kau masih berusia enam tahun."

"Betul sekali, itu sebelum kami sekeluarga pindah ke America. Oya Ken, apa dia putrimu?" tanya Kim Dan pada si kembar yang salah satunya berada dalam gendongan Ellena.

"Benar, paman."

"Bibi, di mana toiletnya?" tanya Jesslyn.

"Toilet di bawah sedang dalam masa renovasi, sebaiknya Jesslyn pergi ke toilet di lantai dua saja. Di tangga paling atas, Jesslyn belok kanan dan di sana toiletnya."

"Terimakasih, Bibi."

Sesaat setelah Jesslyn masuk ke dalam toilet, pintu kamar Lucas yang berada di sisi kiri tangga terbuka. Pemuda itu meninggalkan kamarnya dan berjalan menghampiri keluarganya yang sedang berbincang di ruang tamu,

'Sepertinya mereka sudah datang.' Pikir Lucas.

Jia tersenyum melihat kedatangan putra bungsunya, Jia langsung memperkenalkan Lucas pada Ibu dan adik tiri Jesslyn. Lucas tidak memberikan respon apapun dengan pujian Jennifer, ia menganggap ucapan wanita itu sebagai angin lalu.

Dan sementara itu, Hanna terus memperhatikan Lucas dari ujung rambut sampai ujung kaki, Hanna tidak bisa memungkiri bila Lucas sangatlah tampan, tapi sayangnya dia cacat. Dan jika saja fisiknya masih sempurna, tidak menutup kemungkinan bila dia akan jatuh cinta pada Lucas.

"Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu, nak?"

"Seperti yang Paman lihat, aku baik-baik saja." Jawabnya datar.

"Jesslyn, pasti akan sangat gembira karena bisa bertemu kembali dengan teman lamanya. Dan itu dia."

Sontak Lucas menoleh dan mendapati sosok jelita berparas barbie menuruni tangga dengan anggunnya. Raut wajah Lucas tetap tidak menunjukkan ekspresi apapun, pemuda itu hanya menatap datar pada sang dara, bahkan dia tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali padanya.

Jesslyn melewati Lucas begitu saja dan kembali ke tempat duduknya. Gadis itu terlihat mengangkat wajahnya dan menatap pemuda yang duduk berhadapan dengannya. Dahinya mengernyit melihat sebuah benda hitam bertali sedikit menyembul dari poninya yang panjangnya sampai menyentuh mata kirinya.

"Karena semua sudah ada di sini, bagaimana kalau sekarang kita langsung makan malam, setelah itu kita lanjutkan mengobrol nya." Ucap Min Jia seraya bangkit dari duduknya.

Lucas dan Jesslyn duduk saling berhadapan. Mereka berdua sama-sama menunjukkan sikap acuh, Lucas terutama, bahkan dia tidak melirik sedikit pun meskipun sudah ada seorang bidadari dihadapannya.

Tapi tidak dengan Hanna, diam-diam Hanna terus memperhatikan sisi wajah Lucas yang terlihat tenang menikmati makan malamnya, rahang tegas dan hidung mancung. Nyaris saja Hanna jatuh dalam pesonanya.

Hanna Lim adalah putri Jennifer dari suami pertamanya. Dia adalah gadis yang manja dan menyukai kemewahan. Hanna sangat arogan dan dia membenci kakak tirinya. Hanna ingin agar kakak tirinya segera menghilang dari dunia ini agar dirinya bisa segera memiliki semua yang menjadi miliknya termasuk Eric, kekasih Jesslyn.

Diam-diam Hannya menaruh hati pada Eric dan menginginkan dia menjadi kekasihnya, tapi sayangnya Eric terlalu mencintai Jesslyn. Segala macam cara Hanna halalkan untuk memisahkan mereka termasuk memfitnah Jesslyn, tapi sayangnya usahanya itu tidak berhasil.

.

.

.

"APA?" DIJODOHKAN?" pekik Jesslyn terkejut.

Usai makan malam , mereka melanjutkan mengobrol di ruang keluarga dan Jia langsung bicara pada intinya. Dengan terang-terangan Jia mengatakan ingin meminang Jesslyn untuk putra bungsunya yang pastinya adalah Lucas. Tapi sayangnya Jesslyn menolak mentah-mentah pinangan Jia dengan alasan mereka belum saling mengenal.

"Iya, sayang. Bibi sangat menyukaimu dan Bibi rasa kalian akan sangat cocok jika menikah."

"Maaf, Bibi. Tapi aku tidak bisa, aku dan putramu belum saling mengenal, dan lagi pula kami masih terlalu muda untuk menikah. Di samping itu saya juga sudah memiliki kekasih."

"Bibi rasa itu tidak menjadi masalah, kalian bisa mencoba saling mengenal setelah menikah. Lagi pula tidak ada buruknya menikah muda, dulu paman dan bibi saja menikah saat kami masih berusia 17 tahun, dan buktinya kami baik-baik saja bahkan kami di karuniai dua putra."

"Dan masalah cinta, cinta bisa datang dengan sendirinya. Dan masalah kekasihmu, kalian kan hanya sekedar berpacaran belum melangkah lagi ke jenjang yang lebih serius. Jadi, kalian setuju untuk menikah ya." Mohon Jia bersikeras.

"Aku keberatan." Ucap Lucas membuat semua mata kini tertuju padanya.

Bukan hanya Jesslyn yang menolak dan keberatan dengan rencana Jia, tapi Lucas juga, dia menolaknya secara mentah-mentah rencana Ibunya.

"Aiggoo, kalian jangan terlalu cepat menyimpulkan. Bagaimana kalau kalian mencoba dulu menjalin hubungan, tidak menikah dulu juga tidak apa-apa setidaknya bertunangan dulu saja." Jia tetap bersikeras.

"Cukup, Ma! Jangan memaksa lagi, aku benar-benar keberatan dengan rencana perjodohanmu ini." Lucas bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.

"Aku juga keberatan." Ucap Jesslyn. Gadis itu membungkuk dan pergi meninggalkan kediaman keluarga Xiao.

Melihat rencananya untuk menjodohkan Lucas dan Jesslyn gagal membuat Jia merasa sangat sedih. Padahal Jia sangat menginginkan Jesslyn menjadi bagian dari keluarganya, menjadi menantunya. Tapi Jia tidak akan menyerah, dia akan melakukan apa saja agar Jesslyn dan Lucas bisa menyetujui rencana perjodohan tersebut.

.

.

BERSAMBUNG.

Kontrak Nikah

Berkali-kali Jesslyn menghela nafas berat. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan orang tua jaman sekarang, bagaimana bisa mereka masih merencanakan perjodohan untuk putra-putrinya. Ini sudah tahun 2020, seharusnya sudah tidak ada lagi perjodohan antar keluarga, tapi yang terjadi justru malah sebaliknya.

Bukan maksud Jesslyn ingin mengecewakan ayahnya, tapi dia masih terlalu muda dan belum siap untuk menikah apalagi membina sebuah rumah tangga.

Di samping itu, Jesslyn sudah memiliki kekasih yang sangat dia cintai. Meskipun saat ini hubungan mereka tidak dalam keadaan baik-baik saja, tapi Jesslyn masih belum siap untuk berpisah dengannya, karena Jesslyn terlalu mencintai Eric.

Langit malam yang sebelumnya cerah kini tampak gelap karna tertutup awan hitam. Bulan dan bintang tidak lagi menunjukkan eksistensinya dan bersembunyi dibalik mega kelam, angin malam bertiup cukup kencang membuat tubuh Jesslyn sedikit menggigil.

Pukk..!

Gadis itu terlonjak kaget merasakan sesuatu yang hangat jatuh diatas bahunya, sontak dia menoleh dan mendapati Lucas berdiri dibelakangnya dengan tatapan datarnya.

"Kau, sedang apa di sini?" tanya Jesslyn karena datar.

"Ayahmu masuk rumah sakit dan sekarang dia berada di ruang ICU." Lucas berucap dingin.

"Apa?" Jesslyn memekik. "Papa, masuk rumah sakit?" Lucas mengangguk.

"Dan aku di sini untuk menjemputmu."

"Kalau begitu jangan buang waktu lagi, cepat antarkan aku ke sana."

Lucas memberi kode agar Jesslyn agar mengikutinya, keduanya berjalan menuju mobil Lucas yang terparkir tak jauh dari taman. Dalam hati, Jesslyn terus berdoa agar tidak ada hal buruk yang terjadi pada ayahnya, dan Jesslyn tidak mungkin bisa memaafkan dirinya sendiri jika hal buruk sampai menimpanya.

Dua puluh menit berkendara, mereka tiba di rumah sakit. Tanpa menghiraukan Lucas, Jesslyn buru-buru turun dan berlari ke dalam untuk mencari ruangan di mana ayahnya di rawat.

Brakkk..!

Dobrakan keras pada pintu mengalihkan perhatian semua orang di dalam ruangan itu. Semua menoleh pada asal suara dan mendapati seorang gadis berparas barbie memasuki ruangan dengan langkah tergesa.

"Papa" seru gadis itu yang pastinya adalah Jesslyn , Jesslyn mendekati ranjang di mana ayahnya berbaring. "Papa, apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kenapa bisa jadi seperti ini? Papa, tadi baik-baik saja tapi kenapa sekarang bisa tiba-tiba sakit?"

"Ini semua karna dirimu, Jesslyn Kim. Jika saja kau mau menerima perjodohan itu, pasti penyakit Papa tidak akan kambuh." Sinis Hanna

Jesslyn menoleh dan menatap sinis Hanna."Diamlah Hanna Lim, memangnya siapa yang bertanya padamu." Kata Jesslyn penuh penekanan. "Lalu Papa ingin agar aku bagaimana sekarang?" tanya Jesslyn sambil menggenggam tangan Ayahnya.

"Hanya satu permintaan Papa, terima perjodohan itu dan menikahlah dengan Lucas, dia adalah pemuda yang baik. Dia memang terlihat dingin di luar tapi dia sangat baik, jangan memandang fisiknya yang tidak lagi sempurna. Dan ketahuilah nak, setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya termasuk, Papa. Jadi jangan menolak lagi dan terima perjodohan ini." Pinta Tuan Kim.

Air mata Jesslyn jatuh tanpa mampu di cegah, dia benar-benar bingung sekarang. Jika dia menerima perjodohan itu maka artinya dia harus merelakan hubungannya dengan Eric berakhir. Tapi jika dia menolaknya, itu hanya akan membuat kesehatan ayahnya semakin memburuk, Jesslyn benar-benar di lemah.

"Beri aku waktu untuk berfikir." Jesslyn menyeka air matanya kemudian melenggang meninggalkan ruangan..

"Aku akan bicara dan membujuknya, dia pasti akan setuju." Ucap Jia yang kemudian menyusul Jesslyn.

Jia menghampiri Jesslyn yang sedang duduk termenung kursi panjang samping pintu ruang ICU. Wanita itu mengambil nafas panjang dan menghelanya. Jia yang sejak awal memang menginginkan Jesslyn untuk menjadi menantunya tentu tidak akan menyerah, dia akan berusaha sekeras mungkin untuk membuat gadis itu menjadi bagian dari keluarga Xiao.

"Jesslyn....!"

Jesslyn mengangkat wajahnya dan mendapati Jia berjalan menghampirinya. Gadis itu buru-buru menyeka air matanya dan memaksakan diri untuk tersenyum. "Bibi...."

Jia meraih tangan Jesslyn lalu menggenggamnya. "Bibi, bisa memahami betul bagaimana perasaanmu saat ini, pasti sulit berada diposisi mu. Bibi, memahaminya karena bibi juga pernah mengalaminya. Bibi dan paman Xiao menikah bukan karena cinta, tapi karena perjodohan orang tua."

"Seperti dirimu. Bibi, juga sangat menentang keras perjodohan itu apalagi pada saat itu usia bibi masih sangat belia. Bibi, meninggalkan rumah selama berminggu-minggu dan memutuskan hubungan dengan keluarga. Tapi setelah Bibi merenungkannya dan memikirkannya cukup lama, akhirnya bibi sadar jika semua yang orang tua bibi lakukan itu demi kebaikan bibi sendiri."

"Karena tidak ada orang tua yang berusaha untuk menjerumuskan anaknya, begitu pun dengan ayahmu. Ayahmu hanya ingin yang terbaik untuk putrinya karena dia sangat menyayangimu." Ujar Jia panjang lebar.

"Lalu aku harus bagaimana, Bibi?" Jesslyn menatap Jia dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Semua keputusan ada di tanganmu, dan sebaiknya ikuti kata hatimu, karna hati adalah pedoman sejati. Kata hatimu tidak akan pernah menjerumuskan mu."

***

Bibirnya tak henti-hentinya menyunggingkan sebuah senyuman, sebisa mungkin Jesslyn mencoba untuk terlihat bahagia di depan semua orang terutama di depan ayahnya dengan menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Senyum palsu yang Jesslyn umbar malam ini hanya untuk menutupi kesedihannya.

Para tamu undangan yang datang memberikan selamat pada kedua mempelai dan mendoakan semoga pernikahan mereka bisa langgeng hingga kakek-nenek.

Jesslyn tak menjawab dan membalasnya dengan senyuman tipis, sedangkan Lucas yang berdiri di samping Jesslyn tak menunjukkan ekspresi apapun, wajahnya terlihat datar dengan sorot mata dingin yang mengintimidasi.

"Jesslyn Kim...."

Tubuh Jesslyn sedikit terhuyung dan nyaris saja terjatuh jika Lucas tidak menahan pinggangnya dengan sigap. Jesslyn nyaris saja jatuh pingsan melihat kedatangan Eric di pernikahannya. Kedua matanya kembali berkaca-kaca saat menatap wajah sedih orang yang dicintainya,

"...Selamat atas pernikahanmu, semoga kau bahagia."

Jesslyn mengangkat tangannya yang gemetar untuk membalas uluran tangan Eric dan memaksakan untuk tersenyum. "Ya, terimakasih." Ucapnya parau.

Gadis itu mencoba menahan gejolak hebat di dalam hatinya. Jesslyn tau Eric sakit tapi dia jauh lebih sakit, mengorbankan cintanya demi kebahagiaan ayahnya, dan Jesslyn berharap semoga Eric bisa mengerti ketidakberdayaannya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Lucas berbisik.

"Buruk. Aku mau ke toilet sebentar." Ucap Jesslyn dan pergi begitu saja.

.

.

Di dalam toilet, Jesslyn menumpahkan semua air matanya, gadis itu menangis sejadi-jadinya. Sambil berteriak, dengan brutal Jesslyn memukul dadanya yang terasa sesak, berharap yang dia lakukan itu bisa sedikit mengurangi rasa sesaknya meskipun dia tau hal itu tidak ada gunanya.

Semua terjadi begitu saja. Sekarang Jesslyn tau jika takdir di tangan Tuhan telah terbentuk dengan matang. Baik itu takdir baik ataupun takdir buruk, tapi sebagai Hamba Tuhan, Jesslyn hanya bisa menerima garis yang telah ditakdirkan padanya, meskipun takdir itu menghancurkan hatinya.

"Jesslyn Kim, berhentilah menangis dan meraung seperti bayi, cepatlah keluar, atau kau memang ingin mempermalukan keluarga Kim."

"DIAM LAH KAU, HANNA LIM, SEBAIKNYA KAU PERGI DAN URUS SAJA URUSANMU SENDIRI."

"Cih, dasar gadis menyebalkan."

Setelah puas menangis, Jesslyn memutuskan untuk keluar dan kembali ke pesta. Tak lupa dia merapikan penampilannya yang agar berantakkan karena terlalu lama menangis.

Dari kejauhan Jesslyn melihat laki-laki yang sekarang telah resmi menjadi suaminya tengah berbincang dengan Kenzo dan juga beberapa pria yang kemungkinan adalah teman-temannya. Tak ingin memusingkan hal itu, Jesslyn bergabung dengan para tamu dan menyapanya.

"Nyonya Xiao, jadi ini menantu bungsumu? Dia sangat cantik, jika saja aku yang bertemu dengannya lebih dulu, pasti aku sudah menikahkannya dengan putraku."

"Mana boleh begitu. Asal kalian tau saja aku sudah mengontraknya sejak dia lahir, aku dan mendiang Ibunya sudah lama merencanakan perjodohan untuk dia dan Lucas, dan sekarang gadis ini benar-benar menjadi putriku." Ujar Jia sambil memeluk hangat menantu bungsunya, kebahagiaan terlihat jelas pada wajah cantiknya.

"Ma, aku agak lelah dan sedikit pusing, bisakah aku meninggalkan pesta sekarang?" tanya Jesslyn penuh harap.

"Tentu sayang, tapi kau tidak boleh sendirian. Mama akan memanggilkan Lucas terlebih dulu, dia harus menemanimu." Baru saja Jesslyn ingin mengatakan 'tidak perlu' tapi Jia sudah terlanjur pergi. Jesslyn segera berpamitan pada beberapa teman Ibu mertuanya lalu pergi meninggalkan pesta.

.

.

.

Jesslyn mengangkat wajahnya saat mendengar suara decitan pintu di buka dan mendapati Lucas berjalan memasuki ruangan. Gadis itu tidak begitu menghiraukannya dan kembali menikmati wine nya.

Lucas melepaskan jasnya lalu menghampiri Jesslyn. "Aku ingin membuat kesepakatan denganmu." Sontak Jesslyn mengangkat wajahnya dan menatap suaminya itu dengan tatapan bertanya.

"Kesepakatan apa maksudmu?"

"Kontrak nikah, aku tidak ingin pernikahan ini berlangsung selamanya. Hanya dua tahun dan setelah itu kita bercerai. Aku sudah membuat kontraknya dan kau bisa membacanya."

Jesslyn menerima map yang Lucas sodorkan padanya lalu membaca isinya. Ada beberapa poin penting dalam surat kontrak tersebut, yakni mereka tidak boleh saling jatuh cinta dan kontrak akan batal dengan sendirinya jika seandainya ada rasa cinta yang tumbuh diantara mereka.

"Baiklah aku setuju."

.

.

.

BERSAMBUNG.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!