NovelToon NovelToon

My Office Boy

01. Pikiran yang kalut

Angin dingin serasa menusuk-nusuk tengkuknya. Kalia merapatkan blazer yang ia kenakan guna menghalau dingin yang terlalu. Kini ia sedang berada di salah satu spot favorit di kota Bandung. Sebuah cafe kenamaan di daerah Lembang. Pikirannya kalut, dia sedang ingin sendiri. Sedang tak mau diganggu. Pun oleh suara telepon, maka dengan sengaja ia matikan telepon genggamnya. Tak peduli keluarganya, orang-orang kantor, atau siapapun yang menghubungi.

Ya..hatinya tengah sakit. Entah apa yang harus dia lakukan untuk dapat menyelesaikan masalah yang kini tengah dihadapinya.

Pesanan menu dihadapannya masih utuh, belum dia makan barang sedikit pun. Rasa laparnya sirna entah kemana. Satu porsi tenderloin steak dan orange juice kegemarannya sama sekali tidak menggugah selera kali ini. Menu-menu itu hanya teronggok begitu saja seperti ikut menatapnya.

Kalia tiba-tiba tergugu, pundaknya berguncang, air mata menganak sungai di pipinya. Tak bisa lagi dia membendung itu semua. Hatinya benar-benar kalut. Entahlah..pikirannya buntu.

Kalia yang biasanya begitu briliant ketika menghadapi masalah pelik dalam pekerjaannya, kini berubah menjadi Kalia yang cengeng, bodoh, dan naif.

Kalia Indrawan, seorang gadis cantik berusia 28 tahun. Seorang manager muda di salah satu perusahan kimia di kota Bandung. Gadis yang mempunyai otak cemerlang secemerlang penampilannya. Tubuh yang ramping, tinggi ideal, berkulit putih, bermata bulat dengan bola mata hitam sehitam buah badam.

Dia idaman semua pria mapan yang menginginkan mempunyai istri cantik nan pintar. Yang tidak akan mempermalukan suaminya bila dibawa untuk bertemu dengan kolega-kolega bisnis. Itu pikirnya, tetapi tidak begitu dengan kenyataannya. Hingga usianya hampir mendekati kepala tiga, Kalia belum juga bertemu dengan jodohnya. Bukannya ia tak pernah menjalin hubungan dengan seseorang. Kalia pernah beberapa kali berpacaran, tapi semua hubungannya selalu kandas di tengah jalan. Apalagi setelah kejadian ini, Kalia semakin pesimis untuk mendapatkan jodoh seperti yang ia idam-idamkan karena sebuah kecelakaan yang terjadi padanya berminggu-minggu lalu.

Kalia memandang ke sekelilingnya, semua orang tampak berpasangan. Ada yang asyik berpegangan tangan sambil tertawa-tawa, ada yang tengah menikmati hidangan sambil saling memandang, ada juga yang tengah sibuk berselfie ria. Intinya semua tidak ada yang sendirian dengan tampang kusut dan mata bengkak macam dia. Kalia makin tergugu. Dia merasa terintimidasi dengan suasana di sekelilingnya. Dia pun memutuskan pergi.

Kalia berjalan dengan gontai menuju mobilnya. Pesanan yang sudah dipesannya sekitar 2 jam lalu sama sekali tak disentuhnya. Pesanan itu hanya sebagai teman duduknya saja agar tak terlalu malu diam di cafe ini berlama-lama. Dia melajukan mobilnya pelan, ke sebuah tempat yang entah. Dia tak mau pulang, dia enggan mendengar dan menjelaskan apapun pada mama nya. Dia muak dengan keadaannya.

Kalia memasuki kawasan Cisarua, dia menghentikan mobilnya tiba-tiba di pinggiran jalan. Jalan tersebut dibatasi oleh pembatas besi berpolet merah. Di sebelah kiri jalan terdapat tebing. Malam makin larut, Kalia keluar dari dalam mobilnya dan pelan-pelan menaiki pembatas jalan. Dibawah tebing tersebut terdalam aliran sungai yang lumayan deras. Tebing tersebut tidak terlalu curam memang, tapi bisa saja membuat dia terbunuh bila nekat loncat dari tempatnya berdiri sekarang. Sebenarnya jalan yang dia lalui adalah jalan yang cukup ramai, karena memang daerah tersebut adalah kawasan wisata. Tapi dia sama sekali tak menghiraukan hal tersebut.

" Apa aku harus loncat saja? Biar mati sekalian.." pikirnya. Kalia memandang pekatnya dasar tebing dan gemuruh aliran sungai.

AAAARRGGHHH...

Kalia menjerit sejadinya, tak peduli lagi dengan apapun. Dia hanya ingin mengakhiri hidupnya saat itu juga. Agar bisa menghilang dari dunia ini. Agar aib itu tak lagi ditanggungnya. Tanpa ia sadari, seseorang memperhatikannya dari jauh. Ketika Kalia mulai mendekati bibir tebing, seorang Bapak meraih lengannya dan menariknya dengan kuat. Bapak tersebut adalah pedagang oleh-oleh yang kebetulan sedang membereskan barang dagangannya karena akan menutup toko. Beliau sudah memperhatikan gerak-gerik Kalia dari awal tadi Ketika Kalia mulai menjerit, Bapak tersebut lalu berlari dengan cepat untuk mendekati Kalia dan hendak menyelamatkannya. Dia sudah menyadari bahwa Kalia akan mengakhiri hidupnya dengan loncat dari tebing.

"Astaghfirullah, neng. Nanaonan didieu? Bade luncat? Entong neng, dosa ageung. Teu kenging nekat..!!" (Astaghfirullah, neng. Sedang apa? Mau loncat? Jangan, neng. Dosa besar..gak boleh nekat)

"Lepass...lepasss!!!!" jerit Kalia seraya meronta-ronta ingin melepaskan diri dari pelukan erat sang bapak yang sama sekali tak dikenalnya.

" Jangan neng...istighfar.."

Sedetik kemudian, pandangan Kalia menggelap. Dia kehilangan kesadarannya.

*******

Hampir dua jam Kalia tak sadarkan diri. Bapak yang menolongnya tadi berinisiatif membawanya ke sebuah klinik yang tak jauh dari tempatnya berjualan dengan bantuan orang-orang yang kebetulan melewati jalan. Mobil Kalia pun diamankannya di pelataran parkir klinik.

Tak berapa lama Kalia siuman, ia merasa kepalanya pusing dan perutnya mual. Dia mecoba mengingat-ingat apa saja yang sudah ia alami. Tetapi yang ia ingat hanya curamnya tebing dan derasnya aliran air sungai yang sempat ia dengar sebelum semuanya menjadi gelap. Aah ya..dia baru saja ingat bahwa sebelumnya ia mencoba bunuh diri. Tapi kenapa tiba-tiba saja ia terbangun di ruangan ini? Apakah ada seseorang yang menyelamatkannya?

" Neng..udah sadar neng?" seorang bapak dan seorang ibu separuh baya tergopoh-gopoh menghampirinya.

" Bapak dan ibu siapa? Kenapa saya ada disini?"

" Nama Bapak, Pak Asep, neng. Ini istri Bapak, namanya Bu Ati. Kami yang bawa eneng ke klinik ini. Tadi neng pingsan."

Kalia tak kuasa menahan air matanya.

" Kenapa bapak menyelamatkan saya? Kenapa tidak membiarkan saya saja?"

" Gak boleh ngomong gitu neng..pamali. Gak boleh coba bunuh diri begitu. Dosa besar. Allah akan marah."

Kalia semakin terisak.

" Sekarang, neng lebih baik istirahat. Tidur we dulu. Dan kalau boleh ini mah, biar bapak hubungi keluarga eneng biar bisa menjemput neng dari sini." Ujar Pak Asep dengan logat sunda yang kental.

" Saya gak mau pulang pak, dan tidak perlu hubungi keluarga saya." jawab Kalia dengan lemah.

" Eh ya nggak bisa gitu atuh. Nanti keluarga neng bisa khawatir. Mau bapak saja yang antar neng pulang?" Pak Asep menawarkan diri.

Kalia menggeleng sambil kembali terisak.

" Kalau neng gak keberatan, gimana kalau neng ikut saja sama Ibu. Pulang dulu kerumah Ibu, sudah mau tengah malam soalnya. Baru besok paginya, kalau sudah baikan..neng bisa pulang" seloroh Bu Ati sambil mengelus tangan Kalia lembut.

Sepasang paruh baya ini begitu kasihan melihat keadaan Kalia yang kacau balau. Mereka lalu meyakinkan agar Kalia ikut dulu dengan mereka pulang ke rumah sederhana yang mereka tempati sampai pikiran Kalia kembali jernih dan tidak melakukan aksi nekat seperti tadi.

Setelah beberapa saat, akhirnya Kalia mau ikut dengan Pak Asep dan Bu Ati. Sebetulnya dia juga tak punya tujuan lain kali ini. Tak ingin pulang dan tak mau sendirian juga. Meskipun Kalia baru mengenal pasangan baruh paya itu, tapi dia yakin kalau mereka adalah orang yang baik. Buktinya mereka menyelamatkan Kalia dan menasehatinya agar tak melakukan aksi nekatnya beberapa waktu lalu.

" Mobilnya ditinggal sajah di klinik yah. Bapak kenal sama satpamnya. Nanti biar Bapak titipkan. Rumah Bapak dan Ibu tidak jauh kok dari sini. Tapi memang lewati gang sempit jadi mobil neng gak akan bisa masuk." jelas Pak Asep.

Kalia hanya mampu mengangguk lemah. Dia merasa tak enak hati sudah begitu banyak merepotkan kedua orang tua ini.

Bu Ati memapah Kalia keluar klinik, sesekali Bu Ati mengusap punggung Kalia dengan lembut, seperti memberikan kekuatan kepada Kalia agar dia mampu melewati situasi peliknya. Pak Asep mengantarkan Kalia dan Bu Ati bergantian menggunakan motor. Pertama Kalia, kemudian istrinya.

Kalia sampai terlebih dahulu di sebuah rumah sederhana bercat biru langit milik Pak Asep. Meski sederhana, tampak halaman rumah itu begitu rapih. Pot-pot tanaman berjejer manis menghiasi halaman yang tidak terlalu luas.

Ada juga sepasang kursi rotan yang teronggok manis di teras rumahnya.

.

Kalia mendudukkan dirinya di kursi rotan tersebut. Kakinya masih terasa lemas dan kepalanya masih sedikit pusing. Tak lama berselang, Pak Asep dan Bu Ati tiba. Mereka lalu mempersilahkan Kalia masuk kedalam rumahnya.

" Neng silahkan istirahat dulu disini, maaf yah neng rumahnya kecil dan berantakan." ucap Bu Ati meminta maaf sambil membimbing Kalia untuk memasuki sebuah kamar sederhana yang sempit. Hanya ada sebuah ranjang dari kayu dengan kasur lepek diatasnya. Dan lemari kayu yang tampak sudah sedikit tekelupas catnya disana - sini.

" Seharusnya saya yang minta maaf karena sudah merepotkan Ibu sama Bapak." Kalia menundukkan kepalanya.

Ketika Kalia sedang mengobrol bersama Pak Asep dan Bu Ati, tiba-tiba terdengar suara dari sebuah ruangan yang lain.

" Saha Mah?" (Siapa, Mah?)

Seorang pemuda berperawakan tinggi tegap menghampiri mereka. Sejurus kemudian, Kalia mendongakkan kepalanya dan pandangan mereka pun beradu. Kalia memekik, begitupun pemuda itu secara bersamaan.

" Ibu..?!"

" Ka..kamu..!!?"

***

" Saya mau pergi saja dari sini, Bu.." Kalia berdiri dengan cepat. Dia tidak menghiraukan rasa pusing yang kembali menyerangnya akibat bertemu dengan pemuda tersebut.

" Nanti dulu neng, jelaskan dulu ada apa inih sebenarnyah?" cegah Pak Asep panik.

" Jang, aya naon jang?" (Jang, ada apa jang?) Kini Bu Ati mulai memberondong anaknya. Anaknya yang dipanggil Ujang itu tiba-tiba saja panik. Wajahnya pucat pasi.

" Hampura ujang, mah, pak. Ujang khilaf. Ujang ka bawa nafsu." ucap Ujang sambil bersimpuh memeluk kaki Ibu nya.

" Nya naha naon atuh? Maneh geus ngalakukeun naon ka neng Kalia??!!" ( Ya terus apa? Kamu sudah melakukan apa sama neng Kalia) ucap pak Asep emosi sambil mengguncang-guncangkan pundak anaknya yang tengah berlutut.

" Udah pak, gak perlu dibahas. Saya lebih baik pergi dari sini." Kalia memaksakan kakinya untuk melangkah. Dia begitu kaget sekaligus merasa merana, kenapa hidupnya selalu berhubungan dengan laki-laki tersebut. Bahkan ketika dia memutuskan untuk bunuh diri pun, yang menyelamatkannya adalah orang tua dari laki-laki yang sangat dia benci ini. Betapa kehidupan seperti mempermainkannya.

" Jangan pergi dulu, neng. Ibu ingin tahu ada apa sebenarnya? Anak ibu sudah melakukan apa sama neng Kalia?" Bu Ati memegang tangan Kalia untuk menahannya agar tidak pergi.

Perut Kalia kembali bergejolak mual. Kepalanya sangat pusing, pandangannya berubah kuning kemudian mendadak pekat. Kalia kembali jatuh pingsan.

02. Kesalahan fatal

Flashback On

Kalia seorang workaholic, itu mungkin yang menyebabkan dia bisa sampai di posisinya saat ini dalam usia yang masih tergolong muda. Di tempatnya bekerja, Kalia terkenal sebagai manager yang sadis. Bagaimana tidak, semua bawahannya tahu bahwa Kalia tak pernah membiarkan anak buahnya berleha-leha barang sedikitpun. Semua kerjaan harus selesai jauh sebelum deadline nya, dan bila sampai hal itu tak terjadi maka bisa dijamin bawahannya akan die..! Habis dimarahi dan dimaki-makinya.

Kalia sering dijuluki si telunjuk sakti, meskipun Kalia sama sekali tak tahu menahu jika bawahannya menamai dirinya dengan sebutan itu.

Hari itu tepat hari Sabtu, pukul 5 sore. Kalia masih sibuk berkutat dengan file-file di atas mejanya. Seharusnya hari Sabtu itu dia bekerja sampai jam 2 siang, tetapi karena masih ada file yang belum selesai dia tanda tangani, maka Kalia masih duduk tenang di mejanya sambil membolak-balik file yang tebalnya sudah melebihi kamus bahasa.

Tak ada siapapun di ruangan tersebut selain dirinya. Semua sudah pulang dari jam 2 siang tadi. Tiba-tiba dering telepon genggam mengagetkannya. Dia melirik layar handphone dengan ujung mata. Tertera di layar nama seseorang yang sudah lama dia kenal.

" Ya, Ra.."

" Lu bakal datang ke pestanya Amel kan Li? Kenapa gak ada kabar banget sih seharian ini?" Ira sahabat kental Kalia, langsung membombardirnya dengan pertanyaan bertubu-tubi.

" Ampun..gue lupa" Kalia menepuk keningnya keras. Kemudian mengaduh sendiri.

" Ih gimana sih..lu masih kerja emang? Ini tuh hari Sabtu, Li. Udah kek kerjanya, kayak gak nemu hari lain aja." sungut Ira

" Iya sorry, gue beneran lupa. Kerjaan gue lagi membludak soalnya."

" Jadi lu gak akan datang?"

" Gue usahain datang, Ra. Tenang aja." jawab Kalia sekenanya dengan mata yang masih tertuju pada lembaran pekerjaan di hadapannya.

" Awas aja lu kalau gak datang, gue pasti marah besar."

-tut-tut-tut..

Ira mematikan panggilan teleponnya. Kalia menghela nafas panjang kemudian memutuskan untuk menghentikan pekerjaannya sejenak dan menghadiri undangan sahabatnya, Amel. Hari ini, sahabatnya itu akan mengadakan pesta lajang di sebuah hotel di kawasan Pasteur.

Amel, memang akan segera melangsungkan pernikahan sekitar 1 minggu lagi. Maka sebelum acara itu berlangsung, mereka berencana untuk mengadakan pesta kecil-kecilan sebelum akhirnya salah satu dari mereka berganti status.

Kalia melajukan mobilnya dengan cepat menuju tempat tujuan, ia berpikir semakin cepat dia datang maka semakin cepat juga dia bisa kembali ke kantornya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang masih belum rampung. Ya..se-workaholic itu Kalia.

Kalia mempunyai dua orang sahabat kental, yaitu Amel dan Ira. Mereka bersahabat sejak kuliah di salah satu universitas kenamaan di Bandung. Sebenarnya, kedua sahabatnya itu sama-sama berasal dari Jakarta. Mereka secara kebetulan saja dipertemukan ketika kuliah karena mengalami nasib yang sama yaitu ditindas senior perempuan ketika ospek kampus. Alasannya, karena mereka bertiga cantik!

Kalia tiba di pelataran parkir hotel dan langsung menuju ke tempat dimana teman-temannya sudah menunggunya.

" Sorry ya gue telat..! Jalanan macet." ucap Kalia beralasan.

" Udah biasa, lu kan tiap janjian sama kita pasti telat melulu. Kerja aja terus yang lu urusin." seloroh Amel dengan muka sinis.

Kalia menjawil pipi Amel.

" Jangan marah dong calon manten, kan habis perawatan wajah. Ntar pas acara resepsi kendor lagi lho itu muka."

" Gila lu.." umpat Amel sambil memeluk Kalia, sahabatnya.

" Selanjutnya acara kita ngapain nih?"

" Ya party lah..karaoke, makan-makan, minum-minum, ajep-ajep..semuanya. Hahaha." ucap Ira menjawab pertanyaan Amel kemudian tertawa, memamerkan barisan giginya yang putih bersih.

" Eh gue gak mau minum ya..masih harus balik ke kantor nih. Lagian kan gue gak pernah minum juga." jelas Kalia sambil membetulkan posisi duduknya agar lebih nyaman.

" Ampun deh Li..gak bisa ya lu lupain dulu itu kerjaan demi gue. Gue bakal nikah bentar lagi ini. Kesempatan kita buat kumpul-kumpul bareng pastinya gak bisa sebebas dulu."

" Makanya gue disini tuh, karena gue memikirkan elu, Amel sayang." sanggah Kalia sambil mencium pipi Amel gemas.

" Tau deh.." Amel cemberut.

" Udah ah..yuk mulai yuk." ucap Ira sambil menarik tangan Kalia dan Amel menuju sebuah ruangan family karaoke yang disediakan hotel tersebut.

Amel mengawali dengan memberi sambutan konyol alakadarnya, kemudian menyanyikan sebuah lagu bergenre pop dari Andmesh. Suaranya mengalun merdu. Selesai menyanyikan lagu, Amel lalu mengambil gelas minumannya dan mengangkatnya di udara untuk melakukan toss.

" Buat pernikahan gue. semoga langgeng selamanya."

" Semoga selalu bahagia.." ucap Ira.

" Semoga diberi anak yang banyak.." tambah Kalia.

Kemudian mereka betiga melakukan toss dan meneguk minuman masing-masing. Sebenarnya Kalia tidak pernah minum wine sama sekali dalam hidupnya, akan tetapi kedua sahabatnya ini terus memaksanya dengan gerilya dan berapi-api, mereka berdalih jika Kalia tidak meminum wine tersebut maka dia tidak menghargai persahabatn yang sudah terjalin lama diantara mereka dan tidak diijinkan kembali ke kantornya, meyakinkannya juga bahwa ini adalah moment sekali seumur hidup untuk merayakan kebahagiaan sahabatnya, dan banyak alasan-alasan lain yang membuat Kalia pada akhirnya menyerah.

Kalia mengernyitkan dahi, minuman itu benar-benar terasa tak enak di lidahnya. Pahit dan terasa panas di tenggorokan.

" Gimana Li, suka?" tanya Ira. Kalia menggeleng. " Nggak enak, pahit. Mending gue minum jamu aja kalau begini rasanya sih." ucap Kalia sambil segera menyimpan gelas minumannya di atas meja dan meminum air putih kemasan botol yang selalu dia bawa dalam tas nya.

Kedua sahabatnya tergelak.

" Giliran lu yang nyanyi, hibur gueee.." ucap Amel pada Ira.

" Oke.." dan Ira pun bernyayi salah satu lagu andalannya dari penyanyi favoritnya, Keith Martin.

Setelah Ira selesai bernyanyi, kemudian giliran Kalia. Begitu seterusnya hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

" Gue pamit pulang duluan ya, beb. Masih ada kerjaan ini. Gue mau kerjain kerjaan gue di rumah aja kayaknya, tapi harus balik kantor dulu buat ambil file."

" Stop ngomongin kerjaan deh Lia...besok kan hari Minggu. Gak bisa ya, lu istirahat dulu sehari. Gue kan udah booking kamar hotel disini buat kita bertiga." ucap Amel kecewa.

" Aduh..gak bisa gue. Maafin ya. Please. Hari senin ada audit dari Uganda di perusahan gue dan gue penanggung jawabnya. Kalian kan tahu, gue kerja di bagian quality."

" Heuuuh...udah biarin, Mel. Si Kalia kalau udah begitu pendiriannya mana bisa goyah. Ada gue ini, kan?".

Amel terdiam.

" Ya udah deh..lu boleh pulang duluan asal habisin dulu tuh minuman lu yang ada di gelas." ucap Amel sambil menyeringai.

" Duh..pahit, Mel. Gue gak suka." ucap Kalia beralasan.

" Gak peduli gue..pokoknya habisin. Ya itung-itung sebagai permintaan maaf lu karena udah pulang duluan."

Kalia memijit keningnya halus. Dia ragu-ragu dan merasa sedikit takut. Sampai pada akhirnya Kalia memutuskan untuk menenggak minuman tersebut. Dia pikir, isi minuman dalam gelas itu hanya sedikit. Tinggal tutup hidung ketika minum dan menelannya dengan cepat maka masalah selesai. Dengan ragu-ragu, Kalia meraih gelasnya. Kemudian meminumnya dengan cepat sambil memencet hidung. Air muka Kalia seketika berubah, merasakan sensasi pahit yang menyebar di lidahnya. Dia pun bergidik. " Kalau bukan karena dipaksa sama kalian, males banget gue minum beginian. Gak ada enak-enaknya juga. Aneh banget minuman begini harganya bisa selangit." protes Kalia sambil memasukan handphone nya kedalam tas.

" Gue udah minum wine nya ya. Sekarang gue pamit pulang duluan. Kita ketemu minggu depan di acara akad nikah sama resepsi lu ya Mel. Makasih buat undangan pesta-pesta nya, darl.." ucap Kalia sambil mencium pipi kanan dan kiri Amel, kemudian berganti mencium pipi kanan dan kiri Ira.

Tanpa berlama-lama, Kalia langsung menghambur pergi dan kembali ke kantornya untuk mengambil beberapa berkas pekerjaannya untuk nanti ia kerjakan di rumah.

Di perjalanan, kepala Kalia tiba-tiba saja pening. Tubuhnya menjadi gerah padahal di dalam mobilnya AC masih terus menyala.

" Duh kok pusing begini ya? Gerah juga lagi nih.." Kalia membuka satu kancing kemeja bagian atas. Berharap gerahnya berkurang dan aliran oksigen ke otaknya dapat mengalir lancar.

Kalia tetap melajukan mobilnya hati-hati di jalan tol menuju kantornya tersebut.

Memang tidak memerlukan waktu lama untuk bisa sampai ke tujuannya. Jarak dari hotel tempat Amel mengundangnya dan kantor tempat Kalia bekerja hanya memerlukan waktu 10 menit saja. Tapi Kalia merasa 10 menit ini berjalan begitu lambat.

Ketika sampai di pelataran parkir kantornya, Kalia keluar dengan sempoyongan. Badannya begitu panas, dia kegerahan. Rasanya Kalia ingin menanggalkan seluruh bajunya saat itu juga.

Kalia memasuki lift, ruangannya berada di tingkat 3. Setelah lift terbuka, Kalia segera menuju kantornya dengan kepala yang masih berkunang-kunang dan tubuh yang kepanasan. Kalia merasa terangsang, sepertinya sedikit sentuhan saja bisa membuat dia menggelinjang liar. Efek minuman keras itu benar-benar mempengaruhi hormon seksualnya. Ketika dia memasuki ruangan dan hampir saja terjatuh karena terantuk meja. Tiba-tiba saja ada sepasang tangan kekar menangkapnya dengan sigap. Kalia menggelengkan kepalanya agar pandangannya yang mengabur kembali jelas. Dia melihat sebuah name tag bertuliskan SURYA yang tersemat rapi pada seragam kerja berwarna biru tua milik orang tersebut.

Kalia tiba-tiba kembali berhasrat seperti singa betina yang kelaparan. Dia memeluk orang tersebut. Mencium leher pria itu dengan bertubi-tubi.

" Bu..Ibu..jangan, Bu.." ucap pria tersebut dengan suara baritonnya.

Mendengar suara tersebut di dekat telinganya, Kalia semakin garang. Dia mendorong tubuh si pria hingga jatuh terjengkang kemudian menindih pria tersebut dan duduk diatas perutnya. Kalia mulai melucuti bajunya satu persatu hingga menampakan bra merahnya dan kulit dada yang mulus. Dia mencumbui laki-laki tersebut dengan bibirnya yang halus dan ranum.

" Ibu, saya mohon jangan lakukan ini. Pakai bajunya, Bu."

"Aarrggghh..jangan banyak bicara. Ayo cepat puasin guee.." teriak Kalia sambil mulai melucuti pakaian si pria. "Tubuh gue buat lu saat ini. "Lanjutnya lagi.

"Ta..tapi, Bu.." belum sempat si pria berbicara. Kalia langsung menyumpalnya dengan bibir manisnya. Lambat laun, pria itu pun tergoda, pertahanannya luluh lantak. Mereka saling mencumbu, berpagut, menggigit dengan lembut, memuaskan hasrat masing-masing. Kalia benar-benar linglung. Pengaruh buruk wine begitu besar dirasakannya, bahkan dia tanpa ragu menyerahkan keperawanannya pada pria random yang dia temui.

03. Panty yang hilang

Kalia tertidur dengan pakaian yang semberawut di bawah meja kerjanya. Disampingnya, tampak pemuda yang bernama Surya itu terengah-engah kelelahan. Tubuhnya penuh peluh dengan kancing baju yang sudah lepas entah kemana. Kekuatan wanita di sampingnya ini benar-benar luar biasa pikirnya.

Entah kenapa hati Surya begitu berbunga-bunga. Sejak Surya masuk kerja sebagai office boy di perusahaan ini, diam-diam dia selalu mengagumi Kalia, manager muda yang tegas, pintar dan cantik.

Siapa sangka, malam ini Ibu manager yang dia kagumi itu tiba-tiba menghambur ke pelukannya dan memberikan semua hal yang begitu berharga hanya untuknya. Surya sangat bahagia, dia yakin bahwa Ibu Kalia mencintainya. Padahal tanpa Surya ketahui, Kalia melakukan hal itu karena berada dalam pengaruh alkohol yang dia minum.

Dia melihat sesuatu dalam genggamannya, barang yang dipakaikan Kalia dengan ganas ketika mereka berdua hendak mencapai klimaksnya. Sebuah panty berwarna merah muda dengan hiasan renda-renda kecil. Surya nyengir membayangkan peristiwa bersejarah yang baru saja dialaminya sambil memasukkan panty itu kedalam saku celana.

***

Pagi harinya, Kalia terbangun dengan kaget. Dia tertidur di kolong meja kerjanya semalaman dan hanya berselimutkan blazer dengan kancing baju yang sudah tak terpasang.

Kepalanya pusing, perutnya juga mual. Dia merasa ingin muntah. Secepat kilat Kalia menuju toilet kemudian memuntahkan semua makanan dalam perutnya. Dengan tubuh lemas, dia menyeka mulutnya dan membasuh muka mencoba mengembalikan kesadaran. Kalia mencoba mengingat-ingat, kenapa dia bisa tertidur semalaman di bawah meja kerjanya.

Adegan demi adegan berkelebat dalam kepalanya seperti kumpulan puzzle yang sedikit demi sedikit mulai menampilkan keseluruhan gambar. Kalia memekik. Dia ingat, semalam dia mabuk berat karena wine yang dia minum di pesta Amel. Lalu, dia ingat lagi bahwa dia sudah melakukan hal yang tidak bermoral karena dengan suka rela menyerahkan keperawanannya pada seseorang yang tidak dia kenal. Bahkan istilahnya dia lah yang telah memperkosa lelaki itu.

Kalia kembali memekik lebih kencang. Dia ingat nama lelaki itu, Surya...ya Surya. Ada name tag yang tersemat di baju seragamnya yang berwarna biru tua, dan seragam itu adalah seragam seorang office boy. Kalia hafal betul dengan warna seragam office boy di perusahaan tempatnya bekerja, karena si telunjuk sakti ini memang paling sering menyuruh office boy dan office girl melakukan semua perintahnya, dari mulai membeli makanan, membeli minuman, membelikannya cemilan, mengelap kaca jendela, membersihkan meja tamu nya, mengepel lantai lebih dari dua kali setiap hari, dan lain-lain, dan sebagainya. Kalia memang atasan yang sangat rewel, dan semua bawahannya tahu itu dengan pasti.

Peluh memenuhi keningnya. Dia panik, dia takut. Sedetik kemudian, dia merasa ada yang berbeda dengan dirinya, dia merasakan sakit dan perih di daerah intimnya. Kemudian dia meraba rok yang ia kenakan. Dia baru sadar, dia tidak memakai PANTY..!!!

Sambil sedikit berlari, dia kembali ke ruangan kantornya untuk mencari panty yang kemarin masih dia kenakan, tapi nihil..panty itu tidak ada. Pikirannya kacau balau, Kalia sesegera mungkin pergi untuk mencari office boy tersebut. Tapi Surya juga tak ditemukannya. Mungkin pria itu sudah meninggalkannya setelah kejadian tadi malam. Kalia menangis sejadi-jadinya. Dia memukul-mukul kepalanya dengan kuat. Kenapa ia bisa sebodoh itu? Kenapa ia bisa senekat itu? Kenapa ia bisa begitu amoral?? Alkohol benar-benar telah menghancurkan hidupnya.

Kalia pulang dengan gontai, dia mencengkram setir mobil hingga buku-buku jarinya memutih. Rasanya dia begitu malu dengan dirinya sendiri, dia merasa begitu kotor. Dia marah, muak, sekaligus takut.

Sesampainya di rumah, Kalia langsung menghambur masuk ke dalam kamar dan segera mandi. Dia menggosok-gosok badannya dengan kuat hingga terasa perih. Rasanya dia ingin menghilangkan kotoran yang menempel pada dirinya kemudian mengguyurnya dengan air. Dia menangis sejadi-jadinya, menjambaki rambutnya, dan menampar pipinya berkali-kali berharap ini semua hanya mimpi dan semuanya akan kembali normal seperti tidak ada yang terjadi.

Setelah selesai mandi, Kalia menggulung erat badannya dengan selimut dan enggan keluar kamar seharian penuh.

" Liaa.." panggil mamanya dari balik pintu.

Kalia menutup telinganya kuat-kuat.

" Kenapa gak pulang semalaman? Kamu lembur nak? Ayo makan dulu." bujuk mamanya lembut.

" Liaa..." panggil mamanya lagi.

Masih tak ada suara, mamanya menyerah dan meninggalkan Kalia dalam kamarnya. Mungkin Kalia kelelahan dan perlu istirahat, begitu pikirnya.

Segala hal yang mungkin saja terjadi berkelebatan dalam pikirannya. Bagaimana bila lelaki tersebut menuntutnya atau melakukan pemerasan karena perbuatan pemerkosaan itu? Bagaimana jika dia hamil, dan yang ia kandung adalah anak seorang office boy? Bagaimana bila semua orang tahu dengan kondisinya yang telah dengan sukarela memberikan keperawanannya kepada lelaki random yang ditemuinya??? Kalia menggeleng-gelengkan kepalanya kuat. Dia membenamkan wajahnya pada bantal dan menjerit sejadi-jadinya.

" Kalia bodoh..******..murahaan..!!!!" teriaknya dengan wajah yang masih terbenam di bantal.

" Nggak..nggak..gak boleh ada yang tahu tentang kejadian ini. Aku harus menemui si office boy berengs*ek itu besok. Pokoknya dia harus tutup mulut! HARUS!!!"

***

Semalaman Kalia tak dapat memejamkan matanya, pun tak ada selera untuk makan. Pikirannya dipenuhi dengan semua kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Bahkan handphone nya pun mati karena kehabisan baterai. Kalia tak peduli sama sekali.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Kalia sudah berangkat bekerja.

" Lia..sarapan dulu. Seharian kemarin kamu gak makan, nak." Bujuk mama nya ketika melihat Kalia sudah menghambur pergi menuju mobilnya.

" Gak sempat , Ma. Nanti saja di kantor." Kalia beralasan.

" Nanti kamu sakiit..." teriak mama sambil menyusul Kalia menuju tempat parkir. Tapi terlambat, yang dipanggil sudah melajukan mobilnya dengan tergesa. Mamanya memandang heran, tak biasanya Kalia melewatkan makan, apalagi sarapan. Karena beliau tahu betul, anaknya ini begitu teratur hidupnya. Bahkan perkara makan. Kalia selalu makan tepat waktu dan sarapan adalah suatu keharusan sebelum melakukan semua aktifitas sesibuk apapun dia.

Kalia sampai di kantornya, perutnya berbunyi. Sejujurnya dia kelaparan karena dari hari kemarin sama sekali belum makan apa-apa. Tapi bukan itu yang utama sekarang ini, Kalia harus segera menemui OB tersebut dan mengintimidasinya agar tak pernah buka suara.

Kalia menuju pantry, dia mengelilingkan pandangannya mencari keberadaan si OB yang bernama Surya itu. Tiba-tiba

DEG

Seseorang memasuki pantry, kemudian memanggil namanya.

" Bu Kalia.." ucap orang tersebut seperti sama kagetnya.

Dengan sigap Kalia membalikkan badannya, dan tampaklah seseorang dengan perawakan tinggi tegap sedang berdiri di hadapannya sambil memeluk tray. Laki-laki itu memang tidak tampan tapi tidak jelek juga, kulitnya sawo matang dengan tinggi kira-kira 180 cm.

Kalia langsung gelagapan ketika membaca name tag yang tersemat di seragam kerjanya. SURYA.

" Saya perlu ngomong sesuatu sama kamu, di ruangan saya.." ucap Kalia sambil segera menghambur pergi menuju ruangannya.

Waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, dan staf-staf yang lain biasanya belum datang karena perbedaan jam masuk kerja. Untuk OB dan OG, mereka mulai bekerja pukul tujuh pagi, sedangkan staf mulai bekerja pukul delapan pagi.

Ruangan Kalia terdiri dari dua ruangan, ruangan yang lebih kecil adalah ruangannya sebagai manager dan ruangan yang lebih besar adalah ruangan dimana ke 7 stafnya bekerja di meja mereka masing-masing dengan sekat setinggi dada orang dewasa sebagai pembatasnya.

Karena sekarang masih jam setengah tujuh pagi, otomastis semua stafnya belum ada yang datang dan Kalia dapat dengan leluasa membicarakan tentang kejadian kemarin dengan Surya.

" Duduk.." Kalia menyuruh Surya duduk di kursi depan meja nya. Sedangkan Kalia berdiri sambil melipat kedua tangan di dada untuk menutupi kegugupan.

" Malam kemarin.." Kalia terhenti, dia merasa ragu untuk memulai pembicaraan.

Surya menunduk dalam.

Hening.

" A..Apa yang terjadi kemarin malam?" Lanjut Kalia memecah keheningan.

" Anu.." Surya menjawab dengan takut-takut.

" Apa benar..kita..kita melakukan itu?" Kalia menekankan kata "ITU" agar Surya mengerti.

Surya masih tak berani melihat Kalia. Dia masih menundukkan kepalanya dalam. Surya berpikir sepertinya ada yang tidak beres dengan pertanyaan Kalia. Padahal dengan sangat jelas, malam itu Kalia lah yang menggodanya. Tapi kenapa hari ini dia menanyakan hal tersebut seolah-olah Kalia tidak ingat apa-apa?

" Benar nggak?!" Kalia meninggikan suaranya dan menggebrak meja, membuat Surya terperanjat kaget.

" I..iya, bu." jawab Surya spontan sambil meremas kedua tangannya gugup.

" Jangan bohong, kamu. Lagi pula, kenapa kamu ada di ruangan saya malam-malam begitu?"

" Sa..saya sedang kebagian shift malam, Bu. Dan tadinyah mau membereskan ruangan QA, tapi ibu tiba-tiba datang" jelas Surya tergagap. Kalia tampak berpikir sejenak.

" Ada buktinya kalau kita melakukan itu?" Kalia tetap ngotot berharap Surya menjawab hal yang ingin didengarnya, bahwa kejadian semalam benar-benar tidak terjadi.

Dengan takut-takut Surya mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah panty berwarna merah muda dengan hiasan renda kecil tampak dihadapan Kalia.

Mata Kalia terbelalak. Dia menutup mulutnya untuk mencegah pekikannya terdengar oleh Surya. Dengan secepat kilat, Kalia mengambil panty tersebut dari genggaman Surya kemudian menjejalkannya kedalam tas kerjanya.

Kalia mencondongkan tubuhnya mendekati Surya.

" Berengs*k, kamu..!! Kenapa kemarin malam kamu gak menolak saya? Kalau kamu menolak dan pergi, setidaknya kejadian memalukan kemarin gak akan kejadian. Dasar berengs*ek!! Apa karena aku cantik, tubuhku mulus dan aku sedang hilang akal makanya kamu malah dengan senang hati melakukannya? Heh?!". ucap Kalia sinis. Hati Surya sedikit perih, yang diucapkan Kalia memang benar. Surya memang tergoda, bagaimana tidak? Kalia sangat cantik, bibirnya ranum dan manis, tubuhnya mulus, tinggi semampai, dengan kulit yang putih dan bersih. Sedangkan Surya adalah lelaki normal yang bisa saja berhasrat bila Kalia menggodanya dengan liar seperti kemarin malam.

" Jangan berani-berani kamu bocorkan hal ini. Kalau nggak, kamu bakalan abis!! Saya bisa aja melaporkan kamu atas tindakan yang kamu lakukan terhadap saya." Kalia mencoba mengancam sambil menunjuk Surya dengan galak dan badan yang masih dicondongkan ke arah Surya.

" Bukan salah saya, Bu. Se..semalam..i..ibu yang.." jelas Surya gelagapan.

" Ssstttt...diam..gak perlu dibahas!!!" Ucap Kalia sambil memberikan isyarat agar Surya menghentikan perkataannya. Dia merasa tidak siap bila Surya mengatakan bahwa sebenarnya Kalia lah yang memaksa Surya untuk memenuhi hasrat seksualnya.

" Kalau kamu pria baik-baik, pasti kamu bakal nolak!! Kalau kamu tidak bermaksud jelek, kamu pastinya meninggalkan saya, sekuat apa sih tenaga perempuan. Apalagi perempuan mabok..tapi.." tenggrorokan Kalia tercekat. Matanya mulai memanas. Air mata berdesakan ingin keluar sekuat apapun dia menahannya. Tangannya mengepal kencang menahan marah.

" Gue lagi mabok malam itu!! Mana tau bakal ngelakuin hal nekat macam itu sama lu. Gue juga jijik kalau ingat itu sekarang. Gue ini masih perawan, lu tau??!! dan dengan gobloknya menyerahkan semua itu sama elu yang cuma OB..!! Kalia mulai kehilangan kontrol, dia memukul-mukul dadanya keras dengan ekspresi kalut, panik dan takut. Surya dapat melihat itu dengan jelas dari raut muka Kalia.

Dengan spontan, Surya berdiri dan memegang pergelangan Kalia agar jangan lagi menyakiti dirinya. Kalia memberontak, dia menangis meraung-raung.

" Lepas..lepasin tangan gue..!!!" bentak Kalia makin kalap.

" I..iya..Bu. Iya..saya salah. Saya berengs*k karena tidak bisa menahan diri dan malah menerima perlakuan Ibu. Saya janji, Bu. Saya gak akan cerita sama siapapun soal kemarin malam. Akan saya bawa rahasiah inih sampai mati." ucap Surya mencoba meyakinkan Kalia. Kalia menangis sejadi-jadinya.

Kalia berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Surya dan sejurus kemudian mengambil sebilah pisau dari laci mejanya. Pisau tersebut biasa Kalia gunakan bila dia sedang ingin memakan buah di sela- sela waktu kerjanya.

" Bu..Ibu...jangan, Bu. Jangan lakuin itu. Sayah janji, Bu. Sayah janji demi Allah sayah gak akan ceritakan apapun, sama siapapun tentang kejadian itu." Surya panik.

" Gue pengen matiii..." teriak Kalia makin kehilangan kendali dan mencoba menghujamkan pisau tersebut kearah lehernya. Tapi dengan cepat, Surya menghalangi leher Kalia dengan tangannya guna menghalau hujaman pisau.

JLEBB..!!!

Hujaman pisau itu menusuk punggung tangan Surya yang mencoba melindungi leher Kalia. Darah mengucur dari luka tusukan tersebut. Kalia memekik dan melihat pisau yang masih tertancap di pungung tangan Surya.

Dengan sekali tarik, Surya mencabut pisau tersebut dan darahnya mengucur lebih banyak lagi. Kalia panik, dia membekap mulutnya kuat-kuat. Surya membuang pisau digenggamnya kedalam tempat sampah.

" Sa..saya..kenapa..kenapa..?" Kalia hanya mampu tergagap dengan pandangan yang masih tertuju pada luka menganga di punggung tangan Surya.

" Jangan nekat begituh, Bu. Sayah janji pada Ibu, sayah tidak akan membuat Ibu malu. Sayah akan bertanggung jawab. Kalau perlu, sayah akan mengundurkan diri dari perusahaan inih agar Ibu bisa tenang." jelas Surya dengan logat sundanya yang kental.

Kalia memandang Surya, mencoba melihat kebohongan dari sorot matanya. Tetapi tampaknya, Surya serius dengan ucapannya.

" Sayah pamit, Bu. Sekarang Ibu tenang sajah. Jangan lakukan hal yang aneh-aneh lagih. Sayangi sajah diri Ibu mulai sekarang."

Surya mengambil pisau yang tadi sempat di lemparkannya kedalam tempat sampah kertas di ruangan Kalia, dia takut kalau Ibu manager yang dikaguminya itu akan kembali melukai diri. Setelah itu Surya menghambur pergi dari ruangan Kalia sambil memegang tangannya yang terluka agar tidak mengeluarkan darah terus menerus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!