Abrisam Xander Rahadian anak bungsu dari empat bersaudara.
Ia anak laki-laki satu-satunya dari keluarga Rahadian.
Abrisam Xander, diusianya yang masih 17 tahun harus menikahi teman sekolahnya bernama Sabrina yang telah mengandung darah dagingnya akibat dari perbuatannya saat ia mabuk disebuah Club Malam.
Sabrina memang telah lama mengejar cinta Abrisam Xander.
Selain sangat tampan, Abrisam Xander merupakan murid terpopuler juga sangat berprestasi disekolahnya.
Ia juga murid paling kaya dan selalu digandrungi oleh semua teman-temannya karena selalu royal.
Ia tidak pernah perhitungan kepada teman-temannya, terutama para sahabatnya.
Maka dari itu Abrisam Xander menjadi idola semua murid perempuan disekolahnya. Banyak yang ingin menjadi kekasihnya.
Terutama Sabrina yang selalu berusaha mengejar Abrisam. Ia juga beberapa kali menyatakan perasaannya kepada Abrisam,
namun sayangnya Abrisam Xander tidak pernah membalasnya. Ia selalu berusaha mendekatinya dan ingin mendapatkannya.
Dan Abrisam hanya menganggapnya sebatas teman saja.
Hingga pada malam itu saat Abrisam hangout disebuah Club Malam bersama teman-teman sebayanya merayakan hari kelulusannya,
dengan dibantu temannya, Sabrina memesankan minuman yang telah ia campur dengan obat yang akan membuat Abrisam Xander akan jatuh kepelukannya.
Karena telah terbiasa dengan lingkungan di Club Malam yang sering ia kunjungi saat hangout bersama teman-temannya, tanpa menaruh rasa curiga ia langsung meminum minuman yang diantarkan oleh teman Sabrina.
Sabrina yang duduk dimeja lain selalu memperhatikan Abrisam Xander dengan tersenyum licik.
Saat melihat Abrisam Xander tumbang dan menyandarkan kepalanya diatas meja, teman-teman dekatnya merasa heran karena tidak biasanya Abrisam mabuk sampai tumbang seperti itu.
"Sam! Woy Sam bangun!!" Seru Barra teman sekelasnya juga sahabat baiknya sambil menggoyang-goyangkan lengan Abrisam.
"Tumben dia mabuk sampai tepar begini!" Sahut Ammar yang juga teman sekelasnya sekaligus sahabat baiknya.
"Sudahlah biarkan dulu saja!" Ucap Iqbal juga sahabat baiknya.
"Kenapa dengan Sam??" Tanya Sabrina lugu pura-pura tidak tau saat mendekati meja Abrisam.
"Biasa, dia kebanyakan minum!" Jawab Ammar dengan seringai.
"Aku mau ke dance floor dulu ya, kalian mau ikut tidak?" Ajak Barra kepada para sahabatnya.
"Aku mau disini saja menemani Sam, kamu kalau mau turun, turun saja!" Jawab Iqbal sambil meraih gelas minumannya.
"Kalian turun saja, biar aku yang menemai Sam disini!" Sahut Sabrina dengan tersenyum kepada teman-teman Abrisam.
"Serius tidak apa-apa kalau kami tinggal??" Tanya Iqbal memastikan.
"Iya! sudah sana kalian nikmatin saja pestanya!" Jawab Sabrina dengan tersenyum manis.
Kemudian Barra, Ammar juga Iqbal turun ke dance floor meninggalkan Abrisam yang sedang tumbang bersama Sabrina.
"Sebentar lagi kamu akan jadi milik aku Sam sayang!" Gumam Sabrina dengan tersenyum penuh kemenangan.
Kemudian Sabrina memanggil dua temannya untuk membantunya membawa Abrisam kesebuah kamar yang telah ia pesan di Club itu.
Sabrina memang gadis yang berkelainan dalam sex. Selain itu ia juga sangat matre dan sering memanfaatkan teman prianya.
Bahkan Sabrina rela menjajakan tubuhnya kepada teman prianya hanya untuk mendapatkan uang juga kepuasan, dan itu ia lakukan diluar sekolahnya tanpa teman-teman sekolahnya dan orang tuanya tau kelakuan Sabrina yang sesungguhnya diluaran sana.
Setau mereka Sabrina adalah gadis yang lugu, cantik, baik dan juga ramah kepada teman-teman sekolahnya juga selalu sopan dengan orangtuanya.
Disebuah kamar yang telah disewa oleh Sabrina, Abrisam terbaring dan ia mulai merasa gelisah. Obat yang dicampur kedalam minuman yang diminumnya telah bereaksi. Ia pun melepaskan semua pakaiannya. Ia merasakan sesuatu yang ada dalam dirinya bergejolak tidak karuan.
Ia ingin segera mendapatkan pelampiasan untuk menuntaskan rasa yang telah bergejolak dalam dirinya.
Sabrina yang berada didekatnya menelan salivanya saat melihat Abrisam melepaskan pakaiannya.
Ia mendekati Abrisam dengan senyum menggoda dan dengan cepat Abrisam menarik paksa Sabrina.
Ia sudah tidak sadar dan merasa tidak tahan dengan gejolak yang dirasakannya karena pengaruh obat yang dicampurkan oleh Sabrina kedalam minumannya tadi.
Tanpa kelembutan, Abrisam segera menghujam Sabrina hingga Sabrina merasa kualahan, sulit mengimbangi Abrisam.
Tak hanya sekali mereka bergulat, tetapi sampai berkali-kali.
Malam itu pun menjadi malam yang panjang bagi Abrisam dan Sabrina.
***
Beberapa minggu kemudian, Abrisam Xander duduk diruang kerja Bayu Arya Rahadian yang merupakan ayah kandungnya.
"Sam, Papi harap setelah kamu menyelesaikan kuliahmu nanti, kamu bisa membantu Papi di Perusahaan!" Ujar Bayu kepada anak laki-laki satu-satunya dengan serius.
"Iya Pi, Sam janji akan membuat Papi bangga!" Jawab Abrisam dengan mantab sambil menatap Bayu.
Abrisam Xander telah bersiap ingin berangkat ke Jerman untuk melanjutkan sekolah keperguruan tinggi.
Namun sebelum keberangkatannya, tiba-tiba ada laki-laki paruh baya dan anak perempuannya mendatangi rumahnya.
"DASAR ANAK KURANG AJAR!! KELUAR KAMU!!" Teriak laki-laki paruh baya didepan gerbang rumahnya.
"Yok, siapa yang teriak-teriak diluar??" Tanya Bayu dengan kesal kepada satpamnya yang bernama Aryo.
"Saya juga tidak tau Pak! sudah kurang lebih lima belas menit yang lalu orang itu teriak-teriak sambil menggedor pintu gerbang! saya sudah menyuruhnya pergi tapi tetap saja tidak didengar! malah semakin menjadi Pak!" Jawab Aryo menjelaskan kepada Bayu.
"Buka gerbangnya dan suruh masuk! mau apa dia??!" Ucap Bayu memerintah Aryo dengan sangat tegas.
Bayu Arya Rahadian adalah ayah Abrisam Xander Rahadian.
Ia selalu mengharapkan suatu saat anak laki-laki satu-satunya itu akan bisa membantu dan meneruskan bisnisnya, namun dalam sekejap harapannya musnah.
"ANAK ANDA INI TELAH MENGHAMILI ANAK SAYA!! DAN SAYA TIDAK MAU TAU, DIA HARUS BERTANGGUNG JAWAB DAN HARUS SEGERA MENIKAHI ANAK SAYA SEBELUM PERUTNYA MEMBESAR!!" Ucap laki-laki paruh baya itu yang merupakan ayah Sabrina berteriak dengan penuh amarah sambil menunjuk-nunjuk Abrisam yang duduk disamping Bayu.
"APA?? Itu tidak mungkin!! Tidak mungkin anak saya mengahamili dia!! bisa saja ini akal-akalan kalian untuk menjebak anak saya, iya kan??" Jawab Bayu dengan lantang dan tegas mencoba membela Abrisam.
Sabrina hanya menangis dan terus menangis tersedu-sedu agar Abrisam Xander segera menikahinya.
"Anda lihat ini hasil tes dari rumah sakit!! dan bayi dalam kandungannya sudah berusia tiga minggu!!" Ucap ayah Sabrina dengan penuh amarah sambil melempar surat keterangan hasil pemeriksaan kehamilan Sabrina keatas meja.
Abrisam Xander hanya menundukkan wajahnya, terdiam dan ia mengingat saat kejadian malam itu bersama Sabrina tiga minggu yang lalu.
Bayu meraih lembaran surat itu dan memang benar hasilnya positif. Namun ia masih tidak percaya dengan ini.
"Ini tidak mungkin!!
ABRISAM! Sekarang kamu jelaskan ke Papi!! Apa kamu telah melakukan perbuatan kotor itu kepadanya??" Tanya Bayu dengan lantang dan menatap tajam ke Abrisam yang dari tadi diam menundukkan wajahnya.
Abrisam bingung harus menjawab apa. Dalam hati ia mengakui kalau ia melakukan itu dengan Sabrina. Namun ia tidak sanggup menghadapi betapa murkanya apabila Bayu mengetahuinya.
"SAM!! JAWAB!!!" Bentak Bayu dengan berteriak kepada Abrisam.
"Sam..hiks hiks..kenapa kamu diam saja?? kamu harus segera menikahi aku..hiks!" Dengan menangis sesenggukan Sabrina berbicara kepada Abrisam Xander.
"Pi, ada apa ini??" Tanya Chintya istri Bayu juga ibu Abrisam Xander.
"Kamu duduk saja dekat anak kesayanganmu itu!!" Ucap Bayu dengan wajah garang menyuruh istrinya.
"Sam, apa yang terjadi?" Tanya Chintya dengan lembut kepada anak kesayangannya tetapi Abrisam masih diam tidak menjawab.
"Kamu masih tidak mau menjawab Sam?? itu brarti semua ini benar???" Tanya Bayu dengan lantang dan juga penuh amarah.
"Sam mengakuinya Pi!" Jawab Sam pelan sambil mengangguk
Kemudian ia menjatuh tubuhnya berlutut dan memeluk kaki Bayu.
"Pi, maafkan Sam! Sam khilaf! waktu itu Sam tidak sadar Pi!" Ucap Sam sambil memeluk kaki Bayu dengan duduk bersimpuh dibawah kaki Bayu.
Seketika tubuh Bayu melemas dan terjatuh duduk disofa dengan tatapan kosong.
Anak laki-laki satu-satunya yang ia sayangi, ia harapkan dan ia banggakan, telah membuatnya sangat kecewa dan telah begitu sangat menyakiti hatinya.
Hingga ia murka dan harus mengusirnya dari rumah saat itu juga tanpa memberi sepeserpun uang kepada Abrisam.
Ia juga menarik semua fasilitas yang sebelumnya ia berikan kepada Abrisam dan Abrisam pergi meninggalkan rumah orang tuanya dengan tangan kosong.
Masih tak terima, Bayu juga mencoret Abrisam dari daftar anggota keluarga.
***
Sehari setelah Abrisam Xander Diusir dari rumah, Bayu Arya Rahadian mengumpulkan semua anak-anaknya kecuali Abrisam Xander yang telah ia usir.
"Dengar kalian semua!! mulai detik ini jangan ada yang mengingat Abrisam lagi! Anggap dia sudah MATI! Dia sudah bukan lagi anakku! Dia juga bukan lagi anggota dari keluarga ini!! MENGERTI KALIAN??!!" Ucap Bayu dengan sangat tegas dan penuh penekanan disetiap kata-katanya.
Semua yang disana mengangguk juga menitihkan airmata terutama Chintya yang merupakan ibu kandung Abrisam Xander.
"Dan satu lagi!! jangan ada yang berani untuk menemuinya ataupun memberikan sesuatu kepadanya!!! KALIAN MENGERTI??!!" Lanjut Bayu dengan sangat tegas dan tidak terbantahkan.
Semua juga masih terdiam dan hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Namun Chintya semakin terisak sambil mengepalkan tanganya dan menempelkannya didada menahan rasa sesak dan sakit didadanya.
Anak laki-laki satu-satunya juga kesayangannya telah pergi dan ia tidak bisa lagi menemuinya karena suaminya melarang keras dirinya untuk mencari juga menemuinya.
...🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁...
...HALLO READERS!! 😍...
...Kalau kalian merasa suka dengan ceritanya, kasih LIKE dong tiap episodenya! 😍...
...Kalau ingin lanjut lagi, kalian ikuti terus kisahnya ya!! 😍...
...Jangan lupa selalu dukung Author dengan beri rate 5 STAR ya!! 😍...
...Jangan lupa juga VOTEnya ya gaes!!...
...TERIMAKASIH BANYAK MY READERS!!...
...🙏🙏🙏🙏...
...😍😍😍😍...
"Ayaaah!!" Dengan merentangkan kedua tangannya sambil berlari kepelukan ayahnya yang baru saja pulang dari kantor.
"Jagoan Ayah apa sudah mandi?" Sambil mengangkat tubuh anak laki-lakinya dan menggendongnya ia bertanya dengan sangat lembut dan duduk disofa memangku anaknya.
"Sudah dong Yah! sudah wangi juga!" Jawabnya dengan sangat imut.
"Tuan Sam, kamu sudah pulang rupanya?" Ucap Bi Asih kepada Abrisam yang baru saja pulang.
"Iya Bi!" Jawab Abrisam dengan tersenyum.
"Ayah tadi disekolah aku dapat nilai A saat pelajaran manulis!" Ucap Alan putra Abrisam dengan tersenyum sangat imut memberitahu Abrisam.
"Oya? coba mana tunjukkan ke Ayah!" Jawab Abrisam dengan tersenyum bangga kepada jagoan kecilnya.
Anak laki-laki Abrisam Xander yang bernama Alan Xander hasil dari perbuatan bodohnya dimasa lalu, begitu dicintai dan disayangi oleh Abrisam.
Abrisam tidak menambahkan nama Rahadian dibelakang nama putranya, karena mengingat saat Bayu sangat membencinya hingga mengusirnya dari rumah.
Setelah Sabrina meninggalkannya juga Alan yang masih bayi, Abrisam benar-benar merasa sangat kecewa dan tidak habis pikir,
karena Sabrina ternyata bukanlah istri juga wanita baik-baik yang dengan rela meninggalkan bayinya demi laki-laki lain hanya untuk mendapatkan kepuasan juga kesenangannya sendiri.
Abrisam bersumpah tidak akan dan tidak ingin kalau sampai anaknya bertemu dengan ibunya lagi.
Abrisam juga tidak pernah menceritakan tentang ibunya, ia lebih memilih selalu mengalihkan pertanyaannya tiap kali putranya menanyakan ibunya.
Abrisam tidak mau kalau Alan sampai tau perbuatan ibunya diluar sana yang akan mengganggu pikirannya juga mentalnya nantinya.
Beberapa bulan setelah kepergian Sabrina, Abrisam segera menggugat cerai Sabrina juga mengambil hak asuh atas putranya.
Setelah resmi bercerai Abrisam berjanji tidak akan pernah memberikan Alan kepada Sabrina nantinya.
Dengan perjuangannya selama beberapa tahun ia bekerja sambil mengasuh putranya hingga saat ini ia bisa berhasil dan sukses menjadi pengusaha kaya raya.
Maka dari itu ia akan selalu memberikan apapun yang diinginkan putra kesayangannya itu. Ia juga merasa sangat beruntung memiliki Alan yang tidak pernah rewel dan sangat cerdas.
Alan selalu bisa mengerti dan memahami juga melakukan apa yang dinasehati Ayahnya.
Disekolah pun ia juga selalu mengingat nasehat dari gurunya dan selalu memberitahukan kepada Ayahnya.
"Ayah, ini lihatlah!" Ucap Alan sambil berlari membawa bukunya dan menunjukkannya kepada Ayahnya yang sedang duduk disofa dengan penuh semangat.
"Waw, hebat sekali anak Ayah! kamu sudah lancar menulis!" Ucap Abrisam dengan rasa kagum dan sangat bangga lalu mencium pipi Alan yang bulat seperti bakpao.
Ia selalu memberi pujian juga dorongan kepada Alan supaya putranya selalu bersemangat dan kelak akan menjadi anak yang sukses dan membanggakan.
"Iya Ayah, Alan ingin menjadi seperti Ayah!" Jawab Alan juga sambil mengecup pipi Abrisam.
"Alan harus bisa menjadi lebih baik lagi dari Ayah!" Ucap Abrisam dengan lembut sambil mengusap pipi Alan.
"Ayah yang terbaik buat Alan! Ayah adalah Ayah yang hebat!" Ucap Alan membuat Abrisam merasakan kedua matanya panas karena berusaha untuk tidak mengeluarkan cairan bening dari matanya.
Kemudian Abrisam memeluk Alan dengan erat dan penuh kasih sayang. Ia begitu menyayangi Alan.
Ia selalu berharap suatu hari nanti, jangan sampai Alan seperti dirinya yang harus diusir oleh orang tuanya tanpa sedikitpun memberi maaf juga kesempatan memperbaiki kesalahannya.
Abrisam tidak akan menjadi Ayah yang akan memojokkan anaknya hingga tega membuang anaknya setelah anaknya melakukan satu kesalahan saja kepadanya.
Abrisam mengingat saat ia masih kecil dan sekolah, ia selalu mematuhi semua aturan dari Papanya hingga menjadi anak kesayangan dan kebanggaan bagi Papanya.
Kesalahannya hanya satu, ia menghamili Sabrina dan sampai saat ini ia masih belum mengetahui kebenarannya kalau dulu ia dijebak oleh Sabrina hingga akhirnya Sabrina meninggalkannya tanpa dosa.
"Baiklah! Karena Alan sudah mendapat nilai yang bagus, Alan mau hadiah apa dari Ayah?" Tanya Abrisam setelah melepaskan pelukannya dan menatap sambil tersenyum kepada Alan yang duduk dipangkuannya.
"Alan pengen jalan-jalan bersama Ayah! Ayah lama sekali tidak mengajak Alan jalan-jalan! Alan mau bermain lagi di gamezone." Jawab Alan dengan penuh semangat dan ceria.
"Baiklah! Apapun mau mu Ayah akan mengabulkannya! Sekarang Ayah mau mandi dulu!" Jawab Abrisam sambil mengangkat tubuh Alan sampai keatas hingga membuat Alan tertawa begitu renyah sambil berteriak gembira.
Abrisam segera mandi dan berganti pakaian, kemudian ia mengajak Alan untuk makan bersama sebelum mengajaknya keluar jalan-jalan.
"Sini Bibi suapin?" Tanya Bi Asih dengan sangat lembut.
"Alan sudan bisa makan sendiri Bibi!" Jawab Alan dengan cemberut lucu dan membuat Bi Asin juga Abrisam tertawa melihatnya.
"Biarkan saja Bi! Bibi juga makanlah!" Ucap Abrisam dengan tersenyum kepada Bi Asih.
Bi Asih kemudian duduk disebelah Alan dan ikut makan bersama Abrisam juga Alan.
Bi Asih adalah ART juga pengasuh Abrisam sewaktu dulu Abrisam masih kecil.
Bi Asih mengundurkan diri dan keluar dari rumah Bayu Arya Rahadian setelah setahun kepergian Abrisam karena diusir oleh Papanya.
Bi Asih begitu menyayangi Abrisam karena ia sangat mengenal Abrisam sejak kecil.
Abrisam merupakan anak yang penurut, baik hati juga tidak sombong. Abrisam juga menyayangi Bi Asih seperti ia menyayangi Mamanya.
Kepergian Bi Asih waktu itu tak luput dari keinginan Chintya mama Abrisam. Chintya yang menjadi sering sakit-sakitan karena selalu memikirkan putra kesayangannya,
ia meminta Bi Asih mengundurkan diri dan mencari Abrisam untuk membantu mengasuh cucunya.
Diam-diam Chintya juga mengirimkan uang kepada Bi Asih untuk kebutuhannya selama ikut bersama Abrisam karena Chintya tau bahwa Abrisam masih belum mampu memberi gaji Bi Asih.
Meski Bi Asih selalu ikhlas dan rela tidak dibayar untuk membantu Abrisam mengasuh Alan,
tetapi Chintya memaksanya sebagai ucapan terimakasih telah mau menggantikannya untuk mengasuh cucunya dan tiap kali selalu mengabari Chintya secara diam-diam.
Alan juga mewarisi sifat Abrisam yang selalu patuh, baik hati juga tidak sombong, ia selalu ramah dan mudah akrab dengan teman-teman barunya saat disekolah.
Alan makan dengan sangat hati-hati dan ia makan juga sangat serius hingga tidak ada nasi atau makanan lainnya yang keluar dari piringnya, tidak berantakan.
Abrisam dan Bi Asih tersenyum memperhatikan cara makan Alan yang begitu serius dan sangat hati-hati.
Seleai makan dengan penuh semangat Alan menggenggam tangan Abrisam dan menariknya untuk cepat masuk kedalam mobil.
"Ayo Ayah cepat!" Ucap Alan sambil menarik Abrisam yang diikuti oleh Bi Asih.
Malam ini Abrisam mengajak Alan bermain juga mengajak Bi Asih ikut bersamanya.
...🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁...
...Hallo Readers 😍😍...
...Mohon maaf kalau lama UP nya ya🙏...
...Terimakasih sudah mampir dan membaca karya saya😍🙏...
...Jangan lupa LIKEnya ya😍😘...
"Maaf ya, aku tadi terjebak macet karena ada kecelakaan dijalan!" Ucap seorang gadis cantik yang bernama lengkap Kanaya Zefanya Putri yang biasa dipanggil Naya dikampungnya namun selama ia tinggal dikota J ia dipanggil dengan Ze atau Zefanya.
Zefanya gadis cantik yang sangat sederhana, berasal dari kampung Flores. Ia pernah tinggal lama di kota J karena mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi di salah satu universitas terbaik dikota J.
Setelah lulus kuliah S1nya, ia kembali lagi kemampuannya karena ingin selalu menemani neneknya yang telah membesarkannya sejak orang tuanya meninggal diusianya yang masih empat tahun.
Selain cantik, Zefanya gadis yang ceria dan mandiri. Ia juga cerdas hingga setelah lulus SMA ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi. Neneknya yang telah memaksanya untuk melanjutkan pendidikannya, karena itu adalah sebuah kesempatan yang tidak mudah didapatkannya.
Melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi di salah satu universitas terbaik dikota J adalah cita-cita dari semua teman-teman sekolahnya dikampungnya.
Maka Zefanya terpaksa harus meninggalkan neneknya dan pindah ke kota J. Ia mengontrak rumah kecil untuk tempat tinggalnya selama ia kuliah. Ia juga harus membagi waktunya untuk bekerja sepulang dari kuliah karena ia tidak mungkin bisa hidup tanpa bekerja dikota J.
"Tidak apa-apa, aku juga belum lama sampai!" Jawab teman baik Zefanya semasa kuliah yang bernama Nella.
"Oya Ze, apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan?" Tanya Nella menatap Zefanya.
"Hmm, sudah!" Jawab Zefanya dengan tersenyum manis.
"Syukurlah kalau begitu! Lalu kamu bekerja dimana?" Tanya Nella kembali.
"Lusa aku sudah mulai bekerja sebagai guru di TK Anak Bangsa!" Jawabnya Zefanya dengan semangat dan tersenyum.
Zefanya memang sangat menyukai anak-anak dan sudah menjadi cita-citanya sejak dulu kalau ia ingin menjadi seorang guru TK supaya bisa selalu dekat dengan anak-anak kecil.
...***************...
Alan begitu bahagia saat bermain bersama Ayahnya. Karena ia merasa akhir-akhir ini Ayahnya jarang mengajaknya bermain karena selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya.
Meski umurnya masih belum genap lima tahun, tetapi Alan sudah bisa mengerti dan memahami dengan pekerjaan Ayahnya.
Kalau Ayahnya itu bekerja demi dirinya. Baginya Ayahnya yang terbaik dan paling hebat.
"Apa kamu sudah lelah?" Tanya Abrisam sambil berjongkok dihadapan Alan yang sedang duduk dibangku bersama Bi Asih.
"Iya Ayah, tapi aku sangat senang!" Jawab Alan masih dengan semangat dan wajah cerianya.
"Lalu mau lanjut bermain lagi atau bagaimana?" Tanya Abrisam dengan sangat lembut sambil mengusap lembut keringat didahi putra kesayangannya.
"Aku mau ice cream Yah!" Jawab Alan dengan mata berbinar manatap Ayahnya terlihat begitu lucu dan menggemaskan.
"Oke! Ayo kita membeli ice cream!" Jawab Abrisam kemudian beranjak dan menggandeng tangan Alan sebelah kanan dan Bi Asih disisi kiri Alan.
"Bibi mau ada yang dibeli tidak?" Tanya Abrisam sambil menoleh kearah Bi Asih sambil berjalan.
"Tidak Tuan!" Jawab Bi Asih sambil tersenyum.
"Kalau Bibi membutuhkan sesuatu jangan sungkan mengatakan kepadaku!" Ucap Abrisam dengan tersenyum kepada Bi Asih.
"Iya Tuan Sam, kamu tidak perlu memikirkan itu!" Jawab Bi Asih juga dengan tersenyum lebar.
"Ayah, aku mau ice cream rasa coklat juga vanilla!" Ucap Alan setelah masuk kedalam sebuah Cafe yang ada didalam Mall tersebut.
"Hanya itu saja?" Tanya balik Abrisam kepada Alan kemudian ia mengangkat tubuh Alan dan mendudukkannya dikursi.
"Emm..kentang goreng juga!" Jawab Alan sambil mengangguk dengan tersenyum lebar.
"Ada lagi yang kau inginkan?" Tanya Abrisam setelah duduk disamping Alan.
"Sudah Yah!" Jawab Alan dengan wajah imutnya.
"Oke!" Ucap Abrisam sambil mengusap lembut kepala Alan.
"Selamat malam, selamat datang Tuan, ini buku menunya silahkan!" Ucap pelayan dengan sangat ramah dan sopan sambil menyodorkan dua buku menu kepada Abrisam juga Bi Asih.
"Bibi mau pesan apa?" Tanya Abrisam sambil melihat kearah Bi Asih yang duduk dihadapannya.
"Aku jus sirsak saja tanpa es ya!" Jawab Bi Asih dengan tersenyum dan dicatat oleh pelayan tadi.
"Aku ice cream coklat dan vanilla juga kentang goreng!" Sahut Alan dengan semangat dan mata berbinar membuat pelayan itu sangat gemas dan Abrisam tersenyum melihat jagoan kecilnya.
"Tambah salad buah dan kopi!" Ucap Abrisam kepada pelayan dan segera dicatat.
Wah dia masih sangat muda sekali! Apa anak ini adalah anaknya? Lalu kemana ibu dari anak ini?
Gumam pelayan itu sambil melirik Abrisam kemudian bergegas pergi setelah mencatat semua pesanan.
"Ayah mau ketoilet dulu, kamu tunggu disini sebentar dengan Bibi ya!" Ucap Abrisam sambil menoleh kearah Alan.
"Oke Ayah!" Jawab Alan sambil mengangguk dan mengangkat dua jempolnya kearah Ayahnya.
"Bi, aku mau ketoilet sebentar ya!" Ucap Abrisam kepada Bi Asih.
"Iya Tuan!" Jawab Bi Asih dengan tersenyum.
Abrisam segera beranjak mencari toilet, setelah sampai depan toilet ia segera masuk. Setelah itu ia keluar dan saat ingin menuju meja tempat ia duduk tadi,
tiba-tiba ada seorang gadis yang menabraknya dengan keras dan gadis itu terjungkal.
"Ahh!!" Pekik gadis itu saat menabrak Abrisam.
Beruntung gadis itu tidak sampai terjungkal kelantai karena dengan sigap Abrisam menangkapnya dan menahan tubuhnya agar tidak sampai membentur lantai.
Gadis itu menatap Abrisam dengan melebarkan matanya dan darahnya berdesir seketika karena Abrisam melingkarkan tangannya dipinggangnya dan ia juga reflek merangkul leher Abrisam.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Abrisam dengan wajah dinginnya masih dengan posisi menahan tubuh gadis itu.
Gadis itu masih terpaku dan menatap Abrisam dengan mata lebar tidak berkedip.
"Hey, apa kau baik-baik saja??" Tanya Abrisam kembali sambil menggoyangkan tubuh gadis itu yang terlihat diam seperti patung.
"Oh mmaaf!" Ucap gadis itu sambil meluruskan tubuhnya dan menarik tangannya yang merangkul leher Abrisam dengan rasa malu.
Abrisam menghela nafasnya. "Tidak apa-apa!" Ucap Abrisam dengan wajah tanpa ekspresi kemudian berlalu pergi dan kembali kemejanya.
Astaga! Apa dia malaikat yang baru saja turun ke bumi?? Tapi wajahnya begitu dingin seperti gunung es!
Gumam gadis itu dalam hati kemudian menggelengkan kepalanya dan segera meninggalkan tempat itu dengan terburu-buru.
"Kenapa Ayah lama sekali?" Tanya Alan sambil menyendok ice cream coklatnya terlihat blepotan dibibirnya.
"Tadi ada seseorang yang tidak sengaja menabrak Ayah saat Ayah jalan!" Jawab Abrisam sambil meraih tisu dan mengelap ice cream yang menempel dibibir Alan dengan lembut.
"Apa seorang wanita?" Tanya Alan sambil fokus menyendok ice cream nya.
Abrisam mengernyitkan keningnya dan tertawa mendengar pertanyaan dari Alan.
Bi Asih juga tertawa kecil mendengar pertanyaan Alan sambil menggelengkan kepalanya.
"Memangnya kenapa kalau wanita?" Tanya Abrisam sambil meraih cangkir kopi diatas meja dan mencecapnya.
"Kalau cantik mau aku jadikan ibuku!" Jawabnya dengan santai sambil memakan ice cream nya membuat Abrisam tersedak kopi yang diminumnya.
Uhuk! Uhuk!
"Tuan, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Bi Asih ketika melihat Abrisam tersedak sampai wajahnya memerah.
"Ayah hati-hati kalau minum! kopinya masih panas!" Ucap Alan dengan sangat polos dan meraih ice cream vanilla nya setelah menghabiskan ice cream coklatnya.
Abrisam menghela nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.
"Aku baik-baik saja!" Jawab Abrisam dengan tersenyum tipis kepada Bi Asih dan mengusap kepala Alan dengan lembut.
Abrisam selalu memikirkan putra kesayangannya. Bagaimana pun juga Alan membutuhkan sosok seorang ibu.
Tetapi Abrisam tidak mau memikirkan untuk mencari pendamping ataupun ibu untuk putra kesayangannya.
Ia masih belum bisa melupakan rasa kekecewaanya kepada Sabrina yang telah tega meninggalkan Alan begitu saja demi keegoisannya.
...***************...
...Readers! Terimakasih banyak ya sudah setia menunggu UP, mohon maaf karena Authornya sedang banyak acara didunia nyata jadi suka lama UP nya!!🙏🙏...
...Sekali lagi terimakasih banyak ya untuk dukungan kalian🙏😍💕...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!