NovelToon NovelToon

Pernikahan Beda Usia

PROLOG ( Revisi )

PROLOG

Alvian Gilang Dirgantara

Merupakan putra sulung dari pasangan Bayu Ahmad Dirgantara dengan Meisya Ayu Kartika. Usianya sudah mencapai 27 tahun. Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Aditya Kelvin Dirgantara yang usianya terpaut hanya dua tahun saja dengan dirinya, yakni 25 tahun. Kelvin sekarang tinggal di Amerika untuk menyelasaikan study-nya di Columbia University. Sedangkan adik bungsu Gilang terhitung masih remaja, dia seorang gadis yang baru berusia 17 tahun dan baru mengeyam pendidikan dibangku SMA Dirgantara kelas tiga. Namanya Elvina Ayu Dirgantara.

Sementara Gilang sendiri, sekarang tengah menjabat menjadi seorang CEO besar pada perusahaan utama keluarga Dirgantara yang ada di jakarta bernama PT. Groub Agung Dirgantara.

Gilang memiliki sifat yang jauh berbeda dari sang ayah, sikapnya dingin, ketus dan angkuh. Ia bahkan sering mendapatkan julukan sebagai cowok yang arogan. Namun semua itu tidak menutupi kharisma yang ada dalam dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Banyak gadis dari berbagai kalangan yang tetap setia memuja dan mengagumi Gilang sebagai pria idaman, mereka bahkan sampai rela merendahkan harga diri hanya untuk mendapatkan perhatian dari seorang Alvian Gilang Dirgantara.

Gilang sendiri tidak pernah memperdulikan mereka. Ia hanya memilih gadis-gadis yang dianggap lanyak untuk diajak tidur dan setelah itu ditinggal olehnya begitu saja. Bagi Gilang, wanita hanya sekedar boneka mainan yang bisa dipakai dan dibuang sesuka hatinya. Gilang sangat membenci wanita. Ia beranggapan bahwa semua wanita itu sama, mereka hanya mengejar kaum lelaki yang memiliki uang saja.

Mutiara Mikayla Putri

Seorang gadis remaja yang baru menginjak usia 17 tahun. Ia hanya tinggal berdua dengan sang ayah, Surya Atmaja. Sedangkan ibu kandungnya memilih pergi meninggalkan dirinya karena tidak sanggup hidup serba apa adanya. Pak Surya hanya bekerja sebagai seorang sopir pribadi di keluarga besar Dirgantara, itu sebabnya ia tidak bisa memenuhi semua keinginan istrinya yang tergolong matrealistis. Hingga suatu hari sang istri tergoda oleh pria kaya dan memilih pergi bersamanya, hanya demi memenuhi sebuah ambisi hidup penuh gelimang harta.

Mutiara sendiri sekarang masih bersekolah di SMU Dirgantara, salah satu sekolah ternama di Jakarta milik dari keluarga Dirgantara sendiri, majikan ayahnya. Ia duduk di bangku SMA kelas tiga jurusan MIPA.

Mutiara tergolong murid yang sangat cerdas, ia memiliki prestasi yang bagus. Selama bersekolah di SMU Dirgantara, ia selalu menduduki peringkat pertama di sekolahnya dan menjadi murid terbaik disana.

Selain cantik, Mutiara juga memiliki kepribadian yang baik. Dia selalu bersikap ramah dan sopan kepada semua orang. Itu sebabnya para guru dan teman-temannya selalu mengagumi Mutiara, bahkan mereka menjadikan gadis itu sebagai idola sekolah setelah Elvina Ayu Dirgantara, putri bungsu dari pemilik sekolah.

Tak jarang pula ada banyak kaum adam yang menginginkan Mutiara menjadi kekasih mereka. Akan tetapi, Mutiara sendiri masih enggan memiliki hubungan asmara dengan seseorang. Ia hanya ingin fokus pada pendidikannya saja. Mutiara ingin membuat ayahnya merasa bangga terhadap prestasi yang ia dapatkan.

Nah apa jadinya jika seorang gadis remaja yang masih polos dan lugu seperti Mutiara harus menikah dengan seorang Gilang yang terkenal arogant itu.

Mungkinkah keduanya bisa bersatu dalam bahtera rumah tangga, sedangkan perbedaan usia mereka cukup jauh.

Akankah Mutiara bisa mengimbangi gaya hidup Gilang yang terkenal bebas dan suka bertidak sesuka hatinya.

Dan bagaimana dengan Gilang sendiri??

Apakah dia bersedia menerima kehadiran Mutiara sebagai istrinya??

Yuk ikuti terus kisah perjalanan hidup dari pasangan yang berbeda usia tersebut.

Dan tentunya jangan lupa untuk kasih rate, like, koment dan vote ya🙏🙏

Biar Author semakin semangat lagi

Terima kasih

Salam dari Author😘😘😘

#PERNIKAHANBEDAUSIA_01 (Revisi)

Sekali lagi Mutiara menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya lagi lewat mulut. Semuanya pasti akan baik-baik saja, tidak ada hal buruk yang akan terjadi padanya. Mutiara terus berusaha memberikan sebuah keyakinan pada dirinya sendiri.

Dengan langkah kaki yang sedikit gontai, Mutiara memasuki rumah sakit Medika Putra. Pertama kali yang ia rasakan saat ini adalah bau khas dari rumah sakit itu sendiri yang menyeruak masuk hingga menusuk hidung.

Mutiara melangkahkan kaki menyusuri lorong demi lorong untuk menemukan sebuah ruangan yang dimaksud oleh seseorang yang telah memberinya kabar mengenai musibah yang terjadi pada sang ayah.

Dan disinilah pada akhirnya Mutiara menghentikan langkah dan berdiri mematung menatap sebuah ruangan yang tertutup dengan rapat, bertuliskan Ruangan Operasi dengan lampu merah yang masih menyala.

"Mutiara" panggil seseorang.

Mutiara segera menoleh ke arah sumber suara yang telah memanggil namanya. Terlihat sosok laki-laki paruh baya dengan penampilan yang kusut tak berbentuk. Pakaiannya saja terlihat dipenuhi oleh warna darah, wajahnya begitu pucat dan lesu seolah mengisyaratkan adanya sebuah rasa kekhawatiran yang cukup besar. Mutiara langsung menghampiri pria paruh baya tersebut.

"Tuan besar, apa yang sudah terjad?? kenapa ayah bisa masuk rumah sakit seperti ini??" tanya Mutiara pada pria tersebut yang tak lain adalah majikan ayahnya sendiri.

"Maafkan saya Mutiara, ayahmu bisa seperti ini karena berusaha melindungi saya dari serangan perampok" majikan ayah Mutiara memberikan penjelasannya.

"Perampok??" Mutiara kaget.

"Iya, saat dalam perjalanan pulang tiba-tiba ada segerombolan perampok yang menghadang mobil kami, mereka menginginkan berkas-berkas penting milik perusahaan. Tapi saya bersikukuh menolak memberikannya hingga terjadi perkelahian, ayahmu berusaha membantu saya... perampok itu mengeluarkan senjata api dan berusaha menembak saya, akan tetapi ayahmu menghalanginya hingga dia yang tertembak" lanjut majikan ayah Mutiara yang memberikan penjelasan secara detail.

"Maafkan saya Mutiara, saya tahu ini adalah kesalahan saya!! kalau saja saya bersedia memberikan apa yang diminta oleh mereka mungkin ayahmu tidak akan mengalami ini semua" tambahnya lagi.

"Ini musibah tuan, jadi bukan kesalahan tuan" ujar Mutiara kemudian.

Mutiara kembali melirik ke arah pintu ruang operasi, lampu merah masih menyala. Kenapa begitu lama tindakan operasinya?? tiba-tiba jantung Mutiara berdebar sangat kencang. Entah kenapa terselip rasa takut yang amat dalam. Mutiara takut jika ayah tidak bisa diselamatkan. Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, hanya ayahnya saja yang ia miliki saat ini.

Sedangkan wanita yang sudah melahirkan Mutiara, pergi entah kemana demi mencapai kesenangannya sendiri.

Lampu ruang operasi telah berganti warna menjadi hijau, tak lama seorang dokter keluar dari ruangan tersebut.

"Bagaimana dok dengan keadaan ayah saya??" tanya Mutiara menghampiri dokter.

"Kami sudah berusaha dengan sebaik-mungkin, bahkan peluru yang menyarang di dada pasien berhasil kami keluarkan. Tapi maaf... kami masih tidak bisa menyelamatkan nyawa pasien" tutur dokter tersebut.

Mendengar hal itu, jantung Mutiara terasa seakan berhenti berdetak. Dunia ini seolah runtuh tanpa sisa. Apa yang ia takutkan benar terjadi, ayahnya meninggalkan Mutiara seorang diri.

Ini sungguh tidak adil. Kenapa orang-orang yang aku sayangi harus pergi meninggalkan diriku?? Pertama ibu, karena tidak bisa hidup serba kekurangan dia memutuskan untuk pergi meninggalkan anak serta suaminya. Dia lebih memilih hidup bersama dengan laki-laki  yang lebih kaya dan mampu memenuhi semua ambisinya. Dan sekarang.... ayah juga pergi meninggalkan aku untuk selama-lamanya. Bathin Mutiara.

"Ayaahhhh..." teriak Mutiara yang kemudian jatuh tersungkur sambil menangis dengan histeris.

Majikan ayah Mutiara pun ikut menangis, ia mengepalkan tangannya kemudian meninjukannya secara berulang-ulang ke tembok hingga mengeluarkan banyak darah. Beruntung keluarganya segera datang. Mereka menghentikan tindakan bodoh dari lelaki paruh baya tersebut.

"Apa yang sudah terjadi?? lalu bagaimana dengan keadaan pak Surya??" tanya seorang wanita paruh baya.

Merasa tidak ada jawaban dari kami, wanita itu langsung bertanya pada dokter. Ia pun ikut duduk tersungkur seketika setelah mendengar jawaban yang diterimanya dari dokter.

Wanita paruh baya tersebut melihat Mutiara yang menangis sesunggukan. Ia berdiri dan menghampiri Mutiara.

"Mutiara, kamu harus kuat ya nak!!" lirihnya.

"Mungkin Allah lebih menyanyangi ayahmu sehingga dia dipanggil lebih cepat" tambahnya lagi.

Mutiara menggelengkan kepala, rasanya berat untuk mengikhlaskan kepergian sang ayah. Wanita itu meraih tubuh Mutiara ke dalam pelukannya, ia tahu bahwa saat ini Mutiara sedang rapuh.

*Aku tahu setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Mereka dilahirkan ke dunia ini hanya untuk kembali kepada-Nya.

Namun apakah aku salah jika berharap untuk bisa hidup lebih lama lagi bersamanya?? Belum pernah sekalipun aku membalas akan semua pengorbanan yang sudah dilakukannya.... merawatku... membimbingku dan selalu mengajarkan tentang kehidupan yang baik di alam semesta ini* Mutiara

🍁🍁🍁🍁

Mutiara menatap nanar ke arah sosok tubuh dari pria paruh baya yang sudah terbujur kaku. Wajahnya terlihat pucat tapi sangat teduh dan damai seakan memancarkan adanya sebuah kebahagiaan yang tidak terkira. Ada senyuman yang mengembang  dibibirnya telah menjadi bukti nyata jika dia memang tidak menyesal atas panggilan dari Sang Maha Kuasa.

Mutiara mengusap air mata yang telah membasahi pipinya. Ia berusaha untuk ikhlas saat ini, ayahnya sudah pergi dengan tenang. Ia tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Mutiara yakin bahwa ayahnya melihat dirinya dari atas sana. Ia tidak ingin membuat sang ayah terus mengkhawatirkan keberadaan dirinya.

Aku ikhlas melepas kepergianmu ayah semoga kau bisa tenang dan bahagia

Aku hanya bisa memanjatkan doa semoga Allah bisa menerima semua kebaikan yang pernah kau lakukan selama hidup di dunia ini, Dan memberikanmu sebuah tempat yang terbaik di sisi-Nya

Kumohon doakan anakmu ini, agar bisa bertahan hidup dan melawan kejamnya dunia

Aku berjanji akan selalu berjalan di atas jalan yang benar, mengingat setiap pelajaran yang pernah kau ajarkan.

Berjuang tanpa mengenal lelah

Aku akan terus mengejar semua mimpi dan cita-citaku

Aku pasti akan menjadi seorang dokter yang sukses di masa yang akan datang

Itu adalah janji anakmu ayah

(Mutiara)

Pemakaman ayahnya telah usai, semua tamu yang datang untuk melayat pun sudah pulang. Kini tinggal lah Mutiara seorang diri, ia duduk termenung di dalam kamar milik ayahnya. Sunyi dan Hampa itu yang dirasakan oleh Mutiara.

Sekilas tampak bayangan dari sang ayah dengan wajah serta senyuman yang begitu menyejukan hati datang melintas di benaknya. Mutiara sudah merasakan adanya sebuah kerinduan yang begitu besar pada ayahnya.

Tok.... Tok.... Tok....

"Mutiara, apakah saya boleh masuk??" tanya wanita paruh baya yang selalu menemani dirinya sejak dari rumah sakit hingga prosesi pemakaman.

"Nyonya besar, silakan masuk!! Maaf saya tidak menyadari jika Nyonya besar masih berada disini" ujar Mutiara.

Wanita paruh baya itu tak lain adalah istri dari majikan ayahnya, seorang pengusaha sukses pemilik dari perusahaan besar PT. Groub Agung Dirgantara, Meisya Ayu Kartika.

Ayah Mutiara memang sudah mengabdikan diri pada keluarga tersebut selama 20 tahun lebih, sebagai seorang sopir pribadi. Selain pekerja keras, dia juga seorang yang memiliki kejujuran serta kesetiaan yang tinggi. Keluarga Dirgantara sangat senang dengan hal, tak mudah mencari sosok orang seperti ayah Mutiara. Untuk mengapreasi kinerjanya yang sangat bagus, pak Dirgantara menjadikan ayah Mutiara sebagai salah satu orang kepercayaannya.

"Mutiara, saya dan suami sudah berencana akan membawa dirimu untuk tinggal bersama dengan kami" ujar bu Meisya dengan sangat hati-hati.

"Kami tidak bisa meninggalkan dirimu seorang diri disini, ayahmu sudah menyelamatkan suami saya. Mulai sekarang kamu adalah tanggung jawab kami, jadi ikutlah pulang bersama dengan kami" lanjut ibu Meisya.

Mutiara terdiam beberapa saat, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Ada banyak kenangan di dalam rumah ini, baik suka maupun duka. Mungkinkah ia bisa jauh dari semua ini??

Namun apa yang dikatakan oleh istri majikan ayahnya benar, dia seorang diri sekarang. Sudah tidak ada satupun keluarga yang ia miliki di dunia ini. Nyali Mutiara mendadak ciut, ia sadar bahwa ia tidak bisa hidup sendirian. Ia takut dengan kegelapan jika di malam hari tiba-tiba mati lampu ataupun hujan badai dengan suara petir yang bersautan.

"Bagaimana Mutiara??"

"Iya Nyonya, aku bersedia ikut untuk tinggal bersama kalian" jawab Mutiara.

Wanita itu tersenyum lega, ia membawa tubuh mungil Mutiara ke dalam dekapannya.

Hangat....

Mutiara bisa merasakan adanya kehangatan tersendiri, tak pernah sekalipun dirinya menemukan sebuah kenyamanan yang seperti ini. Jujur saja ia sangat merindukan hadirnya sosok seorang ibu sekarang.

**Maaf apabila masih ada banyak typo bertebaran dimana-mana

Jangan lupa untuk follow, like dan koment ya biar tambah jadi semagat untuk nulisnya**

#PERNIKAHANBEDAUSIA_02 (Revisi)

Mutiara POv

Ayah memang orang terhebat dalam hidupku, aku selalu menganggapnya sebagai panutan hidup. Setiap kata yang terucap dari mulutnya, adalah perintah bagiku. Tak pernah sekalipun aku berani melawan ataupun membantahnya, karena aku tahu apapun yang dilakukan ayah adalah demi kebaikan diriku.

Akan tetapi saat ini ayah sudah tiada, ia meninggalkan aku sendiri tanpa siapa-siapa. Aku tidak tahu bagaimana nasib akan membawa langkah kakiku. Dunia memang kejam, membiarkan seorang gadis remaja sepertiku kehilangan cahaya hidup.

Meskipun keluarga Dirgantara tidak pernah meninggalkan diriku sendiri, tapi tetap saja aku adalah orang asing bagi mereka. Aku hanya bisa berdoa kepada Sang Maha Pencipta untuk memberikan secercah harapan menuju jalan bahagia, walaupun itu sangat kecil

Kediaman Dirgantara

*Deg

Jantungku berdegub kencang saat mobil yang aku tumpangi melaju masuk melewati pintu gerbang yang menjulang tinggi ke atas yang disambut oleh beberapa security. Ini bukan pertama kalinya aku datang ke dalam rumah yang seperti istana milik dari keluarga besar Dirgantara, bahkan aku sering menghabiskan masa luangku hanya sekedar untuk membantu pekerjaan yang ada di rumah ini. Tapi kali ini kedatanganku untuk suatu hal yang sangat berbeda, aku akan tinggal bersama mereka entah sampai kapan itu?? Dan mungkin bisa untuk selamanya sampai akhir nafasku yang terakhir.

"Mutiara, kita sudah sampai nak. Ayo kita turun" ajak ibu Meisya, istri dari majikan ayah, Bayu Ahmad Dirgantara.

Aku mengangguk ragu, hatiku dilanda rasa takut yang hebat. Apa nanti tanggapan dari orang-orang yang tinggal di dalam rumah ini?? Mereka pasti akan mencemooh habis-habisan akan maksud dari kedatanganku.

"Mutiara, kamu tidak perlu cemas nak!! semua pasti akan baik-baik saja" ujar Tuan Besar berusaha menyakinkan hatiku.

"Aku hanya takut mereka tidak akan menyukai kehadiranku, tuan" lirihku

"Yakinlah mereka akan tetap bersikap sama padamu, meskipun situasi akan segera berubah" timpal Nyonya besar.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang, berharap apa yang dikatakan oleh Nyonya besar adalah benar. Mereka akan tetap bersikap sama padaku meskipun semua akan berubah nantinya.

"Ayo masuk" ajak Nyonya besar.

Aku melangkahkan kaki dengan berat hati, tidak ada pilihan lain selain menerimanya. Ini sudah menjadi keputusan yang aku ambil sebelumnya, tidak ada jalan untuk kembali lagi.

"Papi... mami"

Seorang gadis seumuran denganku muncul memberikan sambutan yang sangat hangat kepada Tuan dan Nyonya besar.

"Mutiara... Elo??" cuitnya saat melihat diriku datang membawa koper.

"Iya sayang, mulai sekarang Mutiara akan tinggal bersama kita. Kamu tahukan dia sekarang hanyalah sebatang kara??" timpal tuan besar.

"Gue turut berduka cita ya, Mutiara. Maaf nggak bisa ikut datang ke pemakaman pak Surya, gue lagi nggak enak badan soalnya" cicit gadis itu.

"Iya nggak apa-apa kok, Non. Saya bisa mengerti dan semoga non Elvina bisa lekas

sembuh" jawabku.

Elvina Ayu Dirgantara, dia merupakan putri bungsu dan satu-satunya di keluarga Dirgantara. Dia memang seumuran denganku, bahkan kami satu kelas di SMU Dirgantara. Elvina merupakan gadis periang dan lincah, dia mudah bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan status sosialnya.

"Ayo masuk ke dalam, gue seneng kalau elo mau tinggal disini!! gue jadi punya temen buat melakukan segala hal" cicitnya lagi

"Makasih ya non" ucapku

"Jangan panggil Non lagi!! kitakan sahabat" protes Elvina.

"Iya non... eh... maaf... Elvina" lirihku lagi.

Terlihat Tuan dan Nyonya besar tersenyum, aku sedikit lega. Hanya saja jantungku masih terpacu dengan hebat, membayangkan bagaiman reaksi dari semua orang saat mengetahui tentang keinginan dari majikan ayahnya.

"Mami, bolehkah aku tidur sekamar dengan Mutiara??" tanya Elvina kemudian.

"Pasti boleh dong sayang" jawab nyonya besar.

"Makasih banyak mamiku sayang... Ayo Mutiara kita ke kamarku" Elvina menarikku untuk pergi ke dalam kamarnya.

*

*

Dalam persimpangan menuju kamar Elvina yang berada di lantai 2, tepatnya setelah menaiki tangga. Kami bertemu dengan sosok pria muda. Usianya lebih tua dari aku maupun Elvina, dia adalah putra sulung dari keluarga Dirgantara. Sikapnya tampak acuh dan cuek, dia bahkan sama sekali tidak melirik ataupun melihat kedatangan orang lain. Bisa dibilang sangat dingin.

"Kak" panggil Elvina

"Hmm"

"Mau kemana??" tanya Elvina lagi

"Mau ke kantorlah, emang mau kemana lagi" jawabnya dengan datar masih terlihat fokus dengan ponselnya.

"Oh... kalau begitu selamat bekerja"

"Hmmm"

Pria itu akhirnya menoleh melihat ke arah adiknya kemudian aku. Cukup lama dan

Deg

Jantungku berdetag dengan cepat, tatapan itu seolah mengandung arti yang sulit untuk diartikan. Sangat tajam dan mengandung sebuah kebencian yang begitu besar. Aku sedikit takut kemudian memilih untuk menundukan kepala saja.

"Dia sahabatku, jangan begitu lihatnya!! nggak kasihan sama anaknya sampai menunduk karena takut" protes Elvina

"Ayo Mutiara, jangan hiraukan dia!! memang seperti itulah kak Gilang, dingin kanyak es batu" celetuk Elvina menarikku pergi menjauh dari sang kakak.

Pria itu tak lain adalah Alvian Gilang Pratama, putra sulung dari keluarga Dirgantara. Aku sudah sering melihatnya sejak 1 tahun terakhir ini, tapi belum pernah sekalipun bertegur sapa ataupun bertatap muka dengannya.

Mungkin karena dia memiliki sifat yang berbeda dengan yang lain, lebih pendiam dan dingin. Ia terlihat sangat cuek dengan lingkungan sekitar, sehingga banyak orang merasa segan dan enggan untuk mengajaknya bicara.

🔹

🍁

🔹

Gilang merupakan sosok pria yang memiliki sifat jauh berbeda dari anggota keluarga Dirgantara lainnya, sikapnya terlihat lebih dingin, ketus dan angkuh. Dia sering mendapat julukan sebagai CEO yang arogant. Banyak orang merasa segan terhadap dirinya.

Dulunya Gilang tidak seperti ini. Dia adalah cowok yang berhati baik dan tulus terutama pada kaum wanita.

Akan tetapi setelah ia pergi ke Amerika untuk melanjukan kuliah disana, sikap Gilang berubah drastis. Ia menjadi benci kepada kaum hawa. Menurut Gilang, wanita di dunia ini sama saja. Mereka semua gila akan uang dan harta benda. Dan semua itu bisa terjadi karena ia pernah disakiti oleh seorang gadis.

Dulu saat di Amerika, Gilang pernah jatuh hati pada seorang gadis kecil yang usianya sama seperti adiknya, Elvina. Gadis itu sangat cantik dan energik. Mereka menjalin hubungan selama tiga tahun disana, Gilang sangat mencintai kekasihnya hingga rela melakukan apapun untuk membuatnya bahagia. Namun tetap saja itu tidak bisa membuat hubungan mereka menjadi langgeng, Gilang terpaksa memutuskan gadis tersebut karena sudah berbuat serong dengan pria lain. Hati Gilang benar-benar sakit dan sejak itulah dia selalu menutup hatinya untuk semua wanita. Bagi Gilang sekarang wanita hanya sekedar teman untuk bermain-main dan pemuas hasrat disaat sedang menginginkannya. Dan menurutnya itu merupakan hal yang biasa bagi pria manapun.

Tapi tidak untuk kedua orang tua Gilang, mereka sudah mendengar bagaimana perilaku hidup bebas putra mereka selama tinggal di Amerika. Tentu saja ada rasa kecewa yang cukup besar sehingga setelah Gilang berhasil menyelesaikan S2 MBA di Columbia University, mereka meminta Gilang untuk segera kembali ke Indonesia dan terjun langsung memegang bisnis keluarga.

Gilang pribadi sich tidak keberatan sama sekali, toh Indonesia maupun Amerika tetap sama. Ia bisa hidup sesuai keinginannya. Tidak seorang pun yang bisa mengatur dan memrintahnya. Termasuk kedua orang-tuanya sendiri. Prinsip Gilang hanya satu, hidup dengan caranya sendiri dan tidak menyusahkan orang lain.

Dan seperti yang menjadi keinginan mereka, sekarang Gilang sudah kembali ke Indonesia dan terjun langsung untuk membantu memegang kendali bisnis keluarga. Semua berjalan dengan baik, bahkan perusahaan yang dipegang olehnya berkembang dengan pesat. Karena hal itu pula pak Bayu merasa sangat senang dan bangga terhadap prestasi yang dimiliki putra sulungnya.

Hanya saja ada satu permasalahan yang selalu mengganggu pikiran Gilang yaitu keinginan dari mamanya. Ibu Meisya ingin mencarikan seorang gadis untuk dijodohkan dengan Gilang.

Menikah...??

Gilang bahkan tidak bisa percaya dengan makhluk yang namanya wanita. Apakah mungkin ia bisa memenuhi keinginan mamanya? Apakah di dunia ini masih ada wanita yang berhati baik seperti mamanya??Entahlah... Gilang sendiri tidak yakin bisa melakukan semua ini atau tidak.

Apalagi setelah ia bertemu kembali dengan gadis itu, hati Gilang semakin terasa sesak dan sakit. Ia menatap gadis itu dengan sorot penuh kebencian.

Dan Gadis itu hanya berdiri mematung serta diam membisu seolah menahan rasa takut yang berlebih. Wajar saja dia takut, kesalahan yang dia lakukan sangat fatal dan Gilang sudah bersumpah untuk tidak memaafkan dia.

"Dia sahabatku, jangan begitu lihatnya!! nggak kasihan sama anaknya sampai menunduk karena takut" protes Elvina saat mengetahui gue tengah memberikan tatapan intimidasi terhadap gadis itu.

"Ayo Mutiara, jangan hiraukan dia! memang seperti itulah kak Gilang, dingin kanyak es batu" celetuk Elvina menarik tangannya untuk pergi meninggalkan gue dalam keterpakuan.

Mutiara?? sejak kapan dia dipanggil dengan nama Mutiara?? Apakah dia sengaja mengganti namanya untuk menghilangkan aura negative yang sudah melekat dalam dirinya agar bisa menggaet dan menipu laki-laki tajir lainnya???

"Ck...dasar gadis jal***, bisa-bisanya berbuat rendah semacam ini dalam mencari seekor mangsa!! gue nggak akan tinggal diam jika elo mau bermain-main dengan keluarga ini" bathin Gilang.

Gilang mengepalkan kedua tangan hingga salah satunya meremas habis ponsel yang ia pegang saat ini.

🔹

🍁

🔹

"Gilang, kamu mau kemana??" tanya bu Meisya pada putra sulungnya.

"Aku harus segera pergi ke kantor Mi, emangnya ada apa??" jawab Gilang

"Mami mau bicara denganmu sebentar, ini sangat penting" ujar bu Meisya.

Gilang mengernyitkan dahinya, ia yakin pasti tidak jauh dari masalah tentang calon pendamping. Dasar maminya... tidak pernah merasa jengah ataupun lelah sedikitpun dalam mencari jodoh untuk dirinya.

"Bicara masalah apalagi sich... Mi?? jangan bilang soal pendamping hidup lagi??" celetuk Gilang

Bu Meisya senyum-senyum sendiri, apa yang dikatakan oleh putranya memang benar. Tapi bedanya kali ini dia sudah menemukan calon yang pas banget untuk Gilang.

"Memang benar sich ini soal pendamping hidup kamu, tapi kali ini mami sudah ada calonnya" ujar bu Meisya.

"Maksud mami??" Gilang memicingkan kedua alis matanya.

"Makanya kamu duduk dulu!! biar enak buat ngomonginnya" ajak bu Meisya penuh semangat.

Gilang hanya bisa mendengus kasar, mau tak mau ia menuruti kemauan dari Maminya.

"Gilang, papi sama mami sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan putri dari alm. pak Surya sopir pribadi keluarga kita" bu Meisya mulai berbicara serius.

"Apa Mi??" Gilang terkejut.

"Gilang, pak Surya meninggal dunia itu karena menyelamatkan nyawa papi kamu. Sekarang putrinya hidup sebatang kara, papi kamu berniat membalas budi kepada almarhum. Itu sebabnya kami ingin kamu menikahi putri almarhum supaya kita bisa selalu menjaga dan melindungi gadis itu" jelas bu Meisya.

"Ini benar-benar sudah tidak masuk akal Mi. Balas budi itu boleh saja, tapi bukan berarti aku harus menikah dengan gadis yang sama sekali belum pernah aku temui" protes Gilang.

"Kita bisa memberikan gadis itu tempat tinggal, pendidikan yang layak serta mencukupi semua kebutuhannya dan aku rasa itu lebih dari cukup tanpa perlu harus menikah dengannya" lanjut Gilang

Bu Meisya terdiam, ia menatap putranya dengan perasaan kecewa. Entah apa yang sudah mengubah putranya menjadi pria angkuh dan sombong seperti ini. Apakah kehidupan bebas di Amerika sudah mematikan naluri putranya.

"Kamu benar Gilang, kita bisa melakukan itu semua untuknya tapi apakah kamu bisa memastikan jika setelah itu dia akan menemukan kehidupan yang lebih baik, calon pendamping yang baik dan masa depan yang baik. Apakah kamu bisa memastikan itu semua?" tanya bu Meisya membuat Gilang hanya bisa diam mematung.

Alm. pak Surya memang sudah berjasa besar dalam kehidupan keluarga Dirgantara. Semua pengabdian dan kesetiaan yang pernah diberikan oleh almarhum memang tidak bisa dibalas dengan uang ataupun harta, Gilang sangat menyadari hal itu. Tapi... apakah ia harus menikahi gadis itu?? ia hanya tidak ingin menjalin hubungan serius dengan wanita manapun.

"Mami tidak mau tahu. Kamu harus tetap menikah dengan Mutiara, anak dari alm. pak Surya!!" tegas bu Meisya, ia meninggalkan putranya seorang diri.

Lagi-lagi Gilang dibuat syok saat mendengar nama Mutiara disebutkan oleh maminya.

Gadis itu tidak mungkin anak dari Almarhum pak Surya?? Mana mungkin anak seorang sopir bisa melanjutkan sekolah di Trinity School Amerika Serikat?? ini pasti salah, siapakah Mutiara yang sebenarnya.

Gilang ingin mencari tahu tentang hal tersebut, ia tidak mau sampai mengambil langkah yang salah.

Gilang beranjak dari kursinya, ia pergi meninggalkan rumah dengan perasaan yang kalut dan kacau.

jangan lupa untuk follow, like and koment

biar bisa follback kembali🙏🙏🙏😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!