Hari mulai gelap seorang gadis berjalan melangkah kan kaki nya turun dari bus yang 3 jam lalu ia naiki.
"Terimakasih ya pak!" ucap nya pada supir bus.
"Sama-sama neng, hati-hati kalau bawa tas, ini kota keras jangan sampai teledor." supir bus menasehati gadis, yang akan turun, dari bus yang di kendarai nya.
"Iya pak. terimakasih sudah mengingatkan."
Gadis itu melihat jam di pergelangan tangan nya, jam sudah menujukan pukul 18:00 WIB, adzan magrib telah usai berkumandang. ia mencari mushola di sekitar terminal tersebut, tak butuh waktu lama ia menemukan mushola itu!
Gadis itu melangkahkan kaki nya menuju mushola, ia melihat ada tempat penitipan barang, ia menitipkan tas yang berisi baju-baju nya, dan tas ransel yang ia gendong di punggung nya tetap ia bawa, karena di dalam nya ada barang - barang penting milik gadis tersebut!
Gadis itu memasuki tempat wudhu di mushola. setelah usai mengambil wudhu, ia masuk ke dalam mushola mengambil mukenah di lemari yang telah di siapkan, tas ransel yang ia bawa di letakan di samping nya. di dalam mushola tak begitu banyak orang sholat, mungkin banyak yang telah usai, di karenakan tadi saat mau mengambil wudhu, ia melihat sudah banyak orang yang keluar dari mushola!
Setelah melaksanakan ibadah sholat magrib. gadis itu keluar dari mushola, ia mengambil tas yang tadi ia titipkan.
Gadis itu mendekati taksi yang terparkir di area parkir terminal.
"Permisi pak. bisa antarkan saya ketempat ini!" gadis itu menunjukan kertas yang bertuliskan alamat tempat kerja mbak Lastri.
"Bisa mbak, silahkan masuk!." supir taksi membuka kan pintu untuk gadis itu, lalu menjalankan mobil taksi nya ke alamat yang telah di tunjukan.
30 menit telah berlalu. taksi berhenti di depan rumah yang tidak terlalu besar, tapi sangat mewah pagar bewarna hitam, yang tidak terlalu tinggi itu ia perhatikan, karena gadis itu ingin memastikan, sesuai apa tidak, dengan perkataan mbak Lastri. kalau pagar rumah majikan nya berwarna hitam, gadis itu melihat nomor rumah dari balik pagar dan semua nya sama seperti yang di ucapkan oleh mbak lastri.
"Berapa pak!" gadis itu menanyakan biaya taksi yang mengantarkan nya.
"Sesuai argo ya mbak ini habis 80 ribu!" supir taksi memberikan kertas kecil, yang bertuliskan jumlah argo yang harus gadis itu bayar!
Taksi pun pergi. gadis itu mendekati pagar rumah tersebut dan menekan bel rumah yang terpasang di dinding pagar.
Ting......
Tong......
Ting......
Tong.....
Seorang laki-laki berumur sekitar 35 tahun berwajah cina keluar dari pintu, dan mendekati pagar tempat gadis itu berdiri.
"Selamat malam pak!" sapa gadis itu.
"Selamat malam mbak. ada yang bisa di bantu?" jawab laki laki cina itu.
"Saya tetangga nya mbak Lastri, yang mau bekerja di sini."
"Oh iya mbak, Lastri sudah cerita, silahkan masuk mbak."
Gadis itu berjalan mengekori laki-laki cina di depan nya... saat masuk kedalam rumah nya, terdengar suara yang memanggil gadis tersebut, dan sumber suara itu terdengar dari arah anak tangga, pemilik suara itu mbak Lastri.
"Neng kamu sudah sampai!" Ucap mbak Lastri sambil menuruni anak tangga, dan di tangan nya, membawa nampan dan piring kotor bekas makanan.
"Iya mbak Lastri." jawab gadis itu.
"Neng kenalin ini majikan mbak Lastri, yang akan menjadi majikanmu." Ucap mbak lastri.
Gadis itu berjabat tangan. dengan laki - laki cina yang membuka kan pagar, dan seorang perempuan cina, menghampiri kami.
"Nama saya Wahyu Diana"
"Saya YongAn. dan ini istri saya Zhouwen."
"Iya bapak ibu."
Yaa! Wahyu Diana adalah nama gadis itu......
Wahyu Diana di suruh duduk di ruang tamu oleh pasangan suami istri tersebut... dan suami istri itu menjelaskan semua pekerjaan yang harus Wahyu kerjakan, suami istri itu juga menceritakan anak tunggal nya, yang sudah duduk di bangku SD, setelah penjelasan selesai, Wahyu di antar oleh mbak Lastri menuju kamar yang akan ia tempati.... kamar yang tidak besar, dan tidak kecil, satu ranjang tempat tidur, dan lemari pakaian ada disana.
"Neng ini kamar nya.... semoga kamu betah tinggal di sini, besok mbak Lastri harus pulang ke desa, malam ini terakhir mbak kerja, mbak sudah cerita sama tuan dan nyonya, kalau kamu juga mau ikut ujian sekolah paket, buat kelulusan sekolah"
"Iya mbak. terimakasih." Wahyu memeluk mbak Lastri dengan sangat erat.
"Kamu harus betah ya Nduk, demi ibu di desa dan sekolahmu."
"Iya mbak"
Malam semakin larut jam sudah menujukan pukul 10 malam. Wahyu berbaring di atas ranjang, mata nya yang belum bisa terpejam itu pun, memandangi langit - langit kamar, tak terasa butiran cair bening nan hangat itu, lolos dari ujung mata.
FLASHBACK
"Neng kamu sudah yakin dengan keputusan mu? besok pergi ke kota J. dan mau ikut ujian sekolah di sana?" ibu Fatimah berbicara kepada anak nya.
"Iya bu. Wahyu sudah yakin, ibu doain Wahyu ya."
" Ibu pasti mendoakanmu. dan selalu merestuimu." ucap bu Fatimah seraya mengelus kepala anak nya.
Singkat cerita......
👇
Aku Wahyu Diana... umurku 17 tahun, aku anak kedua dari dua bersaudara, aku memiliki seorang kakak perempuan, berumur 22 tahun, nama nya Larasati, dan aku biasa memanggil nya dengan sebutan Kak Ara.
Kak Ara sudah menikah, dan tinggal tak jauh dari rumah ini, rumah kak Ara dan rumah ibu hanya berbeda RT saja.
Ibuku 'Fatimah' nama nya... ibu seorang singgle mother, ayah kami telah di panggil sang pencipta, karena sakit yang di derita.
Saat aku berusia 10 tahun... ayah telah tiada, ibu berusaha seorang diri menghidupi kedua anak nya, dengan bekerja serabutan!!!
Aku memutus kan keluar dari sekolah. karena aku tidak tega, melihat ibu banting tulang sendiri, untuk menghidupi dirinya, dan aku anak terakhir nya.
Keputusanuku sudah bulat. aku memutuskan pergi merantau ke kota J, dan bekerja sebagai Asisten rumah tangga, di tempat mbak Lastri (tetangga desa) bekerja.
FlASHBACK SELESAI
.
.
.
Wahyu mengerjapkan mata nya ia melihat jam yang menempel di dinding kamar. jarum jam menujukan jam setengah 4 pagi.
Karena sudah terbiasa bangun pagi saat di desa. dan tidak ada kata bermalas-malasan, untuk seorang Wahyu Diana bangun dari tidur.
Wahyu merapikan ranjang tidur nya... setelah selesai, ia berjalan ke arah kamar mandi, yang berada di sebelah kamar nya, dan tak jauh dari tempat cucian baju.
Wahyu menyegarkan tubuh nya dengan mandi. setelah selesai mandi ia mengambil wudhu, dan menjalakan ibadah sholat subuh.
setelah selesai beribadah, Wahyu memulai pekerjaan nya, yang telah di ajarkan oleh mbak Lastri, ia memulai bersih-bersih rumah, mulai dari menyapu mengePel lantai, dan menyiram tanaman, setelah pekerjaan bersih-bersih selesai Wahyu memulai masak dan menyiapkan sarapan!
Bersambung......
Pagi ini Wahyu memasak sarapan pagi dengan cepat. karena Wahyu hanya membuat ayam goreng mentega dan tumis sayur pakcoy,. setelah masak selesai, Wahyu membersihkan dapur yang sedikit berantakan itu.
"Neng sudah selesai masak nya?" Tanya mbak Lastri.
"Sudah selesai mbak. aku gak bisa masak yang aneh-aneh, jadi cuma bisa bikin masakan simple" Wahyu menunjukan hasil masakan nya kepada mbak Lastri.
"Enggak apa-apa Neng. tuan sama nyonya bisa makan semua masakan, asal gak pedas"
"Iya mbak. mbak jadi pulang hari ini?"
"Iya. satu jam lagi mbak Lastri pulang."
Wahyu dan mbak Lastri mengobrol di dapur dan di sela-sela obrolan kami, ada nyonya rumah yang menghampiri.
"Wahyu!"Panggil nyonya Zhouwen.
"Iya bu. ada yang bisa saya bantu?" Wahyu berdiri berhadapan dengan nyonya Zhowen.
"Setengah jam lagi, tolong antar kan Liiu Haosan ke gereja ya, karena saya dan bapak, mau mengantarkan mbak Lastri pulang kedesa. (desa yang sama dengan desa Wahyu) Oh ya, kalau selesai ke gereja, kamu temani Liiu Haosan ke toko buku, kemungkinan saya dan bapak akan sampai rumah sore hari, apa kamu ngerti?"
"Iya bu saya mengerti, saya siap-siap terlebih dahulu."
"Wahyu. kamu panggil anak saya dengan sebutan 'Koko' saja biar gampang"
(Liiu Haosan berumur 8 tahun. anak dari tuan YongAn dan nyonya Zhouwen, dan 'koko' adalah panggilan untuk kakak laki-laki.)
"Iya bu."
Wahyu bersiap-siap mengantarkan Liiu Haosan ke gereja.
Walaupun Wahyu tidak pernah ke gereja. tetapi hari ini Wahyu ke gereja untuk mengantarkan anak majikan nya untuk Misa, di karenakan hari ini, hari minggu, dan umat katolik berbondong bondong pergi ke Gereja untuk Misa!
Wahyu melihat jam yang menempel di dinding kamar jarum jam menunjukan pukul setengah 7 pagi, Wahyu mengambil tas slempang kecil dan memasukkan dompet, serta hape milik nya.
Wahyu keluar dari kamar menuju teras rumah, ia melihat ada bapak paruh baya yang sedang membersihkan mobil.
"Selamat pagi pak"sapa Wahyu
"Pagi neng. Neng yang gantiin mbak Lastri kerja di rumah ini?" Tanya bapak itu.
"Iya pak. nama saya Wahyu" Wahyu mengulurkan tangan.
"Nama bapak. Pardi, bapak supir pribadi Ko Liiu" jawab nya.
"Oh iya. senang berkenalan dengan bapak."
Wahyu kembali masuk kedalam rumah, menghampiri Nyonya Zhouwen yang berada di ruang tamu.
"Bu. maaf mau tanya, koko sudah siap atau belum ya?" tanya Wahyu pada nyonya Zhouwen.
"Liiu masih di atas. kamu tolong samperin ke kamarnya ya." jawab nyonya Zhouwen.
Wahyu menaiki anak tangga. menuju kamar Liiu Haosan,
sesampainya di depan kamar anak majikannya itu, Wahyu mengetuk pintu.
Tok........tok.........tok
Ceklek... (Pintu di buka dari dalam)
"Siapa?"
"Saya Wahyu asisten rumah tangga yang baru di rumah ini. saya di utus nyonya untuk mengantarkan Ko Liiu ke gereja, apa Ko Liiu sudah siap?" Wahyu memperkenal kan diri, karena sejak semalam tiba di rumah ini, Wahyu tidak bertemu dengan Liiu Haosan anak majikan nya.
"Oh masuk lah ke kamarku, tolong bantu bersiap"jawab Liiu Haosan.
Wahyu Diana. mengekori Liiu Haosan, memasuki kamar nya. kamar yang sangat bagus, banyak lampion - lampion kecil menggantung di kamar nya, Wahyu membantu mengambilkan sepatu, lalu memasukan barang - barang penting, dan buku tebal yang telah di siap kan sebelum nya.
"Sudah selesai Ko. apa kita berangkat sekarang?." tanya Wahyu pada Liiu Haosan.
"Iya. tolong bawakan tas ku" titah Liiu Haosan.
Wahyu mengekori Liiu Haosan, menuruni anak tangga, sesampai nya di anak tangga terakhir, Liiu Haosan berucap.
"Mbak tolong ambilkan roti dan susu kotak di meja makan, aku sarapan di mobil" Ucap Liiu Haosan
"Iya Ko. tunggu sebentar" jawab Wahyu.
Wahyu menuju meja makan, mengambil roti dan susu kotak, permintaan Liiu Haosan, di saat Wahyu memasukan roti dan susu kotak ke dalam tas bekal, Nyonya Zhouwen dan tuan YongAn menghampiri Wahyu Diana.
"Wahyu" panggil nyonya Zhouwen.
"Iya bu."
"Ini debit card. kamu pegang ya, dan pinnya tanggal lahir Liiu Haosan, nanti Liiu mau ke toko buku, dan kalau mau membeli makanan di restaurant, atau apapun kamu bayar pakai debit card ini ya, dan ini ada uang, sewaktu waktu di butuhkan." nyonya Zhouwen memberikan debit card dan uang nominal 50 ribu tiga lembar.
"Iya bu"
Wahyu dan Liiu Haosan keluar rumah, dan di sambut oleh pak Pardi, Wahyu dan Liiu Haosan memasuki kursi penumpang dan duduk disana, ia membuka tas bekal, yang berisikan Roti dan susu untuk Liiu Haosan.
"Ko. ini sarapan dulu." Wahyu menyerahkan roti dan susu, kepada Liiu Haosan.
"Iya mbak terimakasih. Maaf gak aku kasih, soal nya ini non hahal. kata mama agama nya mbak Wahyu, Islam" ucap Liiu Haosan.
"Iya Ko. ko Liiu sarapan dulu." jawab Wahyu.
Setengah jam berlalu. mobil yang di kendarai pak Pardi, sudah sampai di halaman parkir Gereja katolik di kota J tersebut.
"Mbak. Ayo masuk" Ucap Liiu Haosan sambil menarik tangan Wahyu Diana
"Tapi Ko" jawab Wahyu ragu-ragu.
"Enggak apa-apa mbak. mbak ikut masuk aja, nanti duduk nya di dekat ku" ucap Liiu Haosan
Wahyu pun ikut masuk kedalam Gereja. bersama Liiu Haosan.
sesampai nya di dalam Gereja, Wahyu melihat kursi berbaris rapi dan sudah banyak umat katolik di dalam gereja tersebut.
Wahyu memperhatikan Liiu Haosan. yang sedang melakukan gerakan tangan, jari tengah kanan menunjuk pada dahi, lalu turun ke dada, dan menujuk bahu kiri dan kanan.
Dan setelah Wahyu perhatikan ternyata itu seperti tanda salib.
Wahyu tersenyum melihat Liiu Haosan. melakuka gerakan itu. karena Wahyu baru pertama kali melihatnya dan masih belum mengerti.
"Mbak ayo duduk di sebelah sana." ucap Liiu Haosan, menarik tangan Wahyu dan mengajak Wahyu duduk di kursi yang berbaris rapi.
"Iya Ko." Wahyu duduk bersebelahan dengan Liiu Haosan. dan memangku tas milik Liiu Haosan tersebut.
"Mbak. tolong keluarkan Al kitab yang di dalam tas."
"Al kitab?"
"Iya. buku tebal yang kamu masukan tadi"
"Oh iya ko." Wahyu mengeluarkan Al kitab, dari tas dan ia berikan kepada Liiu Haosan.
Tidak lama. suara lantunan lagi rohani yang begitu merdu menggema di dalam gedung Gereja, Wahyu hanya duduk, dengan tenang karena takut menggangu.
Wahyu Diana memperhatikan Liiu Haosan, berdoa dengan khusyuk.
Dan tidak lama. ada petugas kolekte datang mengahampiri.
"Mbak. berikan aku uang" Ucap Liiu Haosan.
Wahyu mengambil uang. dan ia serahkan kepada Liiu Haosan, dan pada saat itu juga Wahyu melihat Liiu Haosan memasukan uang tersebut ke dalam kantong yang di bawa oleh petugas kolekte.
"Mbak tunggu disini ya, akuu mau terima komuni." ucap Liiu Haosan.
"Iya Ko Liiu."
Orang-orang berdiri berbaris rapi memanjang dan menerima komuni yang di berikan oleh prodiakon, setelah mendapat komuni, orang-orang tersebut kembali ke kursi tempat duduk nya.
Bersambung....
Misa di Gereja telah selesai. Wahyu dan Liiu Haosan, keluar dari Gereja melangkahkan kaki menuju pak Pardi di halaman parkir gereja katolik tersebut.
"Mbak. aku mau bertemu dengan temanku, mbak tunggu disini saja ya. di situ ada kursi, mbak Wahyu sama pak Pardi duduk tunggu di situ ya" ucap Liiu Haosan dan menunjukan kursi yang ada di pos security.
"Tapi Ko. apa gak sebaik nya mbak temenin?." ucap Wahyu khawatir, karena nyonya Zhouwen dan tuan YongAn sudah mempercayakan Wahyu untuk menjaga Liiu Haosan.
"Gak usah mbak aku sendiri aja. di sebelah geraja ini, ada sekolahku itu sekolah nya dan temanku pasti sudah menunggu di situ. mbak bisa ngawasin aku dari sini, tanya aja sama pak Pardi" Liiu Haosan menujukan sekolah Katolik, tempat ia bersekolah dan memang sekolah itu berdekatan dengan Gereja.
"Ya sudah Ko. hati-hati ya jangan lama-lama katanya mau ke toko buku" ucap Wahyu Diana.
"Iya mbak" ucap Liiu Haosan lalu melangkahkan kaki nya menuju sekolahan itu.
Wahyu Diana duduk di kursi panjang di pos security, dan di sebelahnya ada pak Pardi juga duduk sambil memainkan hp di tangan nya.
"Pak" panggil Wahyu.
"Iya neng. kenapa?" jawab pak Pardi dengan tangan yang masih sibuk main Hp.
"Itu Ko Liiu enggak apa - apa sendirian temuin teman nya?" tanya Wahyu.
"Sudah biasa neng gak apa-apa, lagian itu teman nya Ko Liiu bawa susternya yang ngejagain" jawab pak Pardi.
"Ya sudah pak. saya ke minimarket depan ya pak, mau beli minum. Pak Pardi bisa minum kopi kan?" tanya Wahyu sambil berdiri dari kursi panjang yang di pos security itu.
"Kalau bapak bisa neng minum kopi atau apapun, asal geratis." jawab pak Pardi sambil terkekeh.
Wahyu melangkah kan kaki nya pergi dari pos security. tiba- tiba saat jalan, mata nya tidak sengaja melihat silau berwarna biru. Wahyu mendekati silau itu, di saat ia mendekat dan melihat, dan itu sebuah benda, Wahyu duduk berjongkok mengambil benda tersebut.
Benda itu seperti kalung. tapi ada bulat bulat kecil seperti mutiara dan salib kecil.
"Ini kalung atau apa ya?" gumam Wahyu sambil membolak-balikan benda tersebut.
Wahyu berdiri dan masih tetap di tempat ia menemukan benda tersebut, dan seseorang tiba-tiba menepuk pundak Wahyu Diana.
Wahyu mengangkat kepala nya yang sedari tadi menunduk melihat benda yang ia pegang, tatapan mata nya melihat orang berkemeja warnah biru tua, berdiri di hadapan nya.
"Kakak yang menepuk pundak saya? ada apa ya?" tanya Wahyu pada orang berkemeja biru tua tersebut.
"Iya mbak maaf saya nepuk pundak mbak, itu Rosario milik saya." jawab nya
"Rosario?" Wahyu yang tidak mengerti pun hanya melongo.
"Iya yang mbak pegang itu, Rosario punya saya." ucap nya sambil menujuk benda yang ia maksud.
"Oh ini. maaf kak tadi saya gak sengaja melihat ini, ada di bawah sini jadi saya ambil." jawab Wahyu sambil memberikan benda yang bernama Rosario tersebut.
"Iya. tadi Rosario punya saya jatuh saya gak sadar tapi akhirnya ketemu, terimakasih ya mbak sudah temuin Rosario punya saya." Ucap nya.
"Iya kak sama-sama saya permisi." jawab Wahyu. dan saat melangkahkan kaki, orang berkemeja biru tua itu memanggil.
"Mbak" panggil nya.
"Iya kak." Wahyu berhenti dan melihat ke belakang. lalu orang berkemeja biru tua itu menghampiri Wahyu Diana.
"Aku Abraham." ucap nya mengulurkan tangan.
"Wahyu." jawab Wahyu Diana. sambil menerima uluran tangan Abraham.
"Terimakasih ya mbak Wahyu." Ucap Abraham lalu tersenyum.
"Iya kak sama-sama saya permisi" jawab Wahyu. dan kembali melangkah kan kaki nya menuju minimarket.
Wahyu masuk ke dalam minimarket. ia membeli kopi kemasan botol, teh kotak dan air mineral.
Wahyu menyerahkan minuman tersebut ke meja kasir dan membayar nya, selesai Wahyu membayar, ia pun pergi dari minimarket dan kembali ke pos security. dari kejauhan Liiu Haosan sudah kembali.
Wahyu sedikit berlari. dan di tangan nya membawa kantong kresek berlabel minimarket.
"Ko sudah ketemu sama teman nya?" tanya Wahyu kepada Liiu Haosan, dan menyerahkan kopi kemasan botol kepada pak Pardi.
"Ko mau minum apa?" tanya Wahyu lagi. sambil menunjukan teh kotak dan satu botol air mineral.
"Sudah mbak. aku pilih air mineral saja." jawab Liiu Haosan.
Saat Wahyu membuka kan tutup botol air mineral untuk Liiu Haosan, ada mobil berhenti di dekat nya, mobil itu membuka kaca pintu di kursi sebelah pengemudi, dan saat Wahyu melihat, ternyata yang mengemudikan mobil itu, laki - laki berkemeja biru tua yang bernama Abraham
"Mari mbak Wahyu, saya duluan." ucap Abraham sambil melambaikan tangan.
Wahyu hanya mengangguk tersenyum, sebagai tanda jawaban.
Pak Pardi berjalan ke arah mobil yang terparkir, Wahyu dan Liiu Haosan mengikuti nya dari belakang.
Pak Pardi masuk ke dalam mobil. Wahyu dan Liiu Haosan juga masuk ke dalam mobil, dan duduk di kursi penumpang.
Pak Pardi menyalakan mobil. dan mengendarai mobil tersebut.
"Ko. mau ke toko buku yang di dalam mall, atau yang mana? " tanya Pak Pardi kepada Liiu Haosan.
"Yang di dalam mall aja pak. ke mall yang gak terlalu jauh ya." jawab Liiu Haosan.
"Iya ko." jawab pak Pardi.
"Mbak kenal sama orang tadi?" tanya Liiu Haosan
"Kenal. tapi baru tadi" jawab Wahyu lalu tersenyum
"Kok bisa kenal mbak?" Liiu Haosan penasaran, dan pak Pardi yang menyetir mobil tetap fokus ke jalan.
"Iya soal nya tadi mbak temuin Rosario punya kakak itu." jawab Wahyu.
"Oh. Mbak pernah ke mall gak?" tanya Liiu Haosan.
Wahyu terkekeh mendengar ucapan Liiu Haosan
"pernah. tapi mall nya gak besar." jawab Wahyu.
"Di desa nya mbak berarti ada mall?" tanya Liiu Haosan lalu meneguk air mineral.
"Bukan di desa nya. tapi di kota nya." jawab Wahyu.
"Oh" jawab Liiu Haosan.
20 menit kemudian mobil yang di kendarai pak Pardi masuk ke dalam area parkir mall. Wahyu dan Liiu Haosan keluar dari mobil.
"Pak tunggu di tempat biasa nya ya." ucap Liiu Haosan kepada pak Pardi
"Iya ko." jawab pak Pardi.
Wahyu Diana dan Liiu Haosan masuk ke dalam mall yang sangat besar, meskipun Wahyu dari desa tapi ia tidak katrok atau pun norak, karena dulu saat sekolah libur, Larasati selalu mengajak Wahyu ke mall, walau pun cuma ke toko buku yang di dalam mall, dan membeli makanan terus pulang.
"Mbak. Ayo ke toko buku yang di lantai tiga." ajak Liiu Haosan sambil menarik tangan Wahyu Diana.
"Mau naik ekskalator atau lift ko." tanya Wahyu.
"Naik lift aja mbak." jawab Liiu Haosan.
Wahyu dan Liiu Haosan. masuk ke dalam lift, di dalam lift sudah ada mbak-mbak yang tugas nya menekan tombol lift.
"Ke lantai tiga ya mbak" ucap Wahyu pada mbak di dalam lift tersebut, mbak nya pun mengangguk dan tersenyum.
Lift berhenti di lantai tiga. Wahyu dan Liiu Haosan keluar dari lift, dan masuk kedalam toko buku yang ada di dalam mall tersebut.
Bersambung.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!