NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Majikan

bekerja

Putri Anastasya gadis polos yang begitu manis, usianya baru menginjak 19 tahun di usia yang terbilang sangat muda Putri sudah bekerja ia tidak meneruskan sekolahnya karna masalah ekonomi.

Semenjak kejadian empat belas tahun yang lalu, dimana kejadian yang menimpa dirinya masih terngiang ngiang di benaknya.

Kejadian yang menaruh luka yang mendalam, dimana di saat kedua orang tuanya meninggalkan dia sendiri.

“Bunda jangan pergi,” teriak Putri langsung duduk menutup wajah dengan kedua tangannya.

Dengan langkah cepat seorang wanita paruh baya menghampirinya lalu duduk di sisi ranjang.

“kamu mimpi buruk lagi?” tanya wanita itu. Putri hanya mengangguk, wanita tua itu mengelus rambut keponakannya dengan sangat lembut.

Semenjak kedua orang tuanya meninggal Putri tinggal bersama bibi Darni adik kandung dari Bunda. Kebetulan Bi Darni hanya tinggal sendiri suaminya sudah meninggalkannya. Entah ke mana suami bibi itu pergi Putri pun Tidak tahu, setiap menanyakan pamannya, bibi hanya mengulas senyum tanpa mau menjawab.

“segera lah mandi, bukannya kamu mau kerja? Bibi sudah buat sarapan. Kalau kamu mau berangkat kunci pintunya bibi sudah telat.” Bibi yang sudah telat bergegas ke tempat kerjanya, sedangkan Putri bergegas membersihkan diri.

Tidak membutuhkan waktu lama buat dirinya bersih - bersih kini Putri sudah rapi dengan celana jeans dan kaos yang di tutupi jaket . Rambutnya hanya di kuncir kuda. Penampilan yang sangat sederhana namun terlihat begitu cantik.

waktu sudah menunjukkan jam delapan pagi, dengan cepat Putri menutup pintu lalu menguncinya.

Sudah jam delapan, jangan sampai ia telat kalau sampai itu terjadi sudah di pastikan ia akan di pecat.

Di sinilah sekarang di Cafe anggrek, perjalanan dari rumah ke Cafe lumayan jauh untung jam kerjanya di mulai dari jam sembilan jadi Putri bisa beristirahat sejenak.

“Woi tumben udah sampai?” tanya Dewi penepuk pundak Putri pelan, lalu duduk bersebelahan dengannya.

“jalan dari jam delapan, takut telat,” Putri mengusap pundak yang tadi di tepuk oleh sahabatnya.

Putri berangkat kerja menggunakan angkutan umum beda dengan Dewi yang membawa sepeda motor, jadi Dewi tidak perlu takut ia akan telat beda dengan Putri.

“Gue udah bilang, kredit motor aja si, gaji elo lumayan cukup buat bayar cicilan,” ucap dewi dengan menaikkan kedua alis matanya.

“Kebutuhan gue sama bibi masih banyak, gak kuat bayar di cabut, malu gue.” Putri bangun dari duduknya. “ayo kerja, Mba Gina liat kena semprot kita.” sambungnya lagi meninggalkan Dewi yang masih duduk. Mba Gina belum datang pikirnya.

Dengan cekatan Putri melayani pelanggan seulas senyuman selalu ia berikan untuk pengunjung yang datang.

💜💜💜

Di perusahaan tepatnya di dalam ruangan sepasang kekasih sedang bercumbu mesra, siapa lagi kalau bukan Marvel Lee dan kekasihnya.

Marvel Lee pria tampan kaya, jangan lupa dia juga pria yang sangat sombong, tapi dengan orang yang tidak dikenalnya, bila sudah mengenal dirinya pasti sangat menyenangkan.

“Sayang kapan kamu mau lamar aku?” ucap kekasihnya duduk di pangkuan Marvel dengan memasang wajah cemberut.

“Ck, kau ini tidak sabar sekali.” Marvel mengusap lembut pipi kekasihnya.

“aku sudah tidak sabar ingin menjadi nyonya Marvel Lee,” ucapnya mengecup bibir merah milik Marvel.

Hal itu tidak di sia-siakan olehnya, Marvel segera menyambut bibir sexy kekasihnya itu, ciuman yang awalnya lembut kini sudah berubah menjadi *******.

Seketika ciuman itu terlepas setelah melihat pintu sudah terbuka.

“maaf Tuan,” ujar Joe asisten Marvel menutup pintunya kembali.

“asisten mu selalu saja seperti itu,” gerutu Jeny bangun dari pangkuan Marvel.

Joe asisten Marvel sekaligus orang kepercayaannya dalam masalah pekerjaan, di luar itu Joe salah satu sahabatnya juga.

Setelah melihat pintu di buka Joe menoleh menatap tidak suka dengan Jeny.

“Biasa aja liatinnya, naksir loe sama gue!” ucap Jeny membuat Joe membuang pandangannya ke arah lain. Bukan karna Joe suka padanya namun karna sebaiknya.

Cafe Anggrek

Setelah Jeny keluar dari perusahaan Marvel, Joe masuk dengan tergesa-gesa tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Bisa enggak masuk ketuk dulu!’’ ucap Marvel menatap Joe dengan tajam. Yang di tatap hanya tersenyum tanpa dosa.

“Ulangi!”

Dengan langkah gontai Joe keluar menutup pintunya kembali, lalu mengetuknya.

“Masuk!” terdengar suara Marvel dari dalam. Joe langsung masuk setelah dipersilahkan.

“Ada apa?”

“Jeny ngapain?” tanya Joe dengan serius.

“Joe, ini masih jam kerja mau gue pecat loe,’’ sentak Marvel membuat Joe langsung berlari keluar dengan terburu-buru.

Marvel menghela napas menyandarkan punggungnya di kursi kebesaran miliknya.

Berkas - berkas yang menumpuk membuat Marvel menghela napas dengan berat. Hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan.

Di Cafe anggrek gadis cantik selalu saja tersenyum kepada semua pelanggan yang datang.

“Put, ada yang nyari loh.”

“Siapa?” tanya Putri dengan heran.

“Siapa lagi kalau bukan penggemar berat loe,” ledek Dewi seraya berjalan meninggalkan Putri untuk mengantar pesanan.

“Sialan loh,” umpat Putri setelah mengingat orang yang selalu mencarinya.

“Mau ngapain si tuh orang,” gumamnya pelan. Walau begitu Putri tetap menemuinya.

“hai?” sapa orang tersebut setelah putri sudah berada di dekatnya.

“Ada apa?”

“Aku hanya ingin kau menemani ku saja,” ujarnya dengan tersenyum.

“CK, aku ini sedang bekerja, apa kamu tidak melihat!’’ ucapnya dengan sinis.

“Hanya sebentar saja,” imbuh laki-laki itu. Manik mata Putri Melihat Dewi yang sedang membawakan nampan yang berisi tiga Jus alpukat untuk pelanggan. Dewi pun melihat ke arahnya dengan satu ke dipan mata, Dewi pun sudah mengerti.

‘’Aris!” panggil Dewi ke pada salah satu temanya.

Mendengar namanya di panggil Aris pun menghampiri Dewi. Dengan cepat Dewi membisikan sesuatu ke Aris. laki-laki itu pun mengangguk mengerti.

Dengan langkah pasti Aris mendekati Putri dengan membawa nampan yang berisi satu gelas Copy.

“Silakan,” ucap Aris meninggalkan meja tersebut.

“Hai, aku tidak memesan Copy,” teriak Tobi kepada Aris. Namun laki-laki itu tidak menghiraukannya ia terus saja berjalan.

“Minum saja ini gratis kok.”

Tobi menatap intens wajah wanita yang ia sukai sejak lama. Tanpa curiga sama sekali Tobi meneguknya. Putri yang melihat hanya tersenyum dalam diam.

Beberapa menit kemudian Tobi mulai gelisa.

“Aduh, perut aku tiba-tiba sakit,” ucapnya menahan sakit.

“Kenapa?” tanya Putri dengan wajah yang terlihat cemas.

“Perutku....” Tobi bangun dari duduknya ia berlari ke arah toilet. Putri segera menemui Dewi ia tau pasti sahabatnya yang menaruh sesuatu ke minuman itu.

Gelak tawa terdengar setelah Putri menemui Dewi.

“Gila loe berdua kejam banget,” ucap Aris ke pada kedua rekannya.

“Ingat, loe juga ikut andil,” sargas Dewi.

“Itu karna loe yang Suruh,” Elak Aris.

“Alah bilang aja loe juga senang kerjai tuh orang.”

“Sudah-sudah, Makasih ya kalian mau bantu gue,” ucap Putri seraya memeluk Dewi.

“Gue enggak di peluk, kan gue juga bantu loe,” ucap Aris merentangkan tangannya. Bukannya dapat pelukan namun mendapat jitaakan dari Dewi.

“Aw, sakit goblok,” sentak Aris mengusap kepalanya.

Putri hanya tertawa melihat tingkah dua temannya itu sedangkan Tobi sudah meninggalkan Cafe Anggrek dengan tergesa gesa karena perutnya terasa begitu sakit.

“Kerja-kerja Mba Gina datang.” Aris meninggalkan dua wanita tersebut Putri pun Mulai mengerjakan sesuatu kembali.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Saatnya kembali ke rumah melepas lelah.

“Ayo,” ajak Dewi menyerahkan satu helm.

“Gue naik angkot aja lah,” tolak Putri. Ia enggak mau terus menerus merepotkan sahabatnya walau pun Dewi berkata tidak apa-apa namun ia merasa tidak enak hati.

“Masih kaku aja loe, kaya kanebo kering, buru.” Mau gak mau Putri pun ikut dengannya. Angin malam begitu dingin hingga terasa menembus ke tulang-tulang di dalam tubuh. Dengan kecepatan sedang Dewi mengendarai sepeda motornya hingga berhenti di tepi jalan yang banyak orang berjualan salah satunya tukang mie ayam.

keputusan

Matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Namun dua gadis cantik Masih tertidur pulas dengan satu selimut yang sama menutupi tubuh mereka.

Hari ini Dewi dan Putri dapat sip siang jadi mereka bisa tidur sampai jam sepuluh siang, sedangkan Bi Darni sudah berangkat dari jam 7 pagi.

Bi Darni yang dari semalam merasa tidak enak badan kini tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan.

“Bruk,” seketika itu juga Bi Darni jatuh pingsan, beberapa orang yang melihat dan mengenali Bi Darni dengan segera membawanya pulang.

Putri yang masih terlelap di kagetkan dengan suara ketukan pintu yang begitu keras dan suara ribut di luar

Dengan segera putri bangun menuju kamar mandi membasuh wajahnya sejenak.

Dengan cepat ia berjalan keluar dan membuka pintu.

Setelah pintu di buka ia di kagetkan dengan tubuh Bi Darni yang di gotong beberapa orang.

“Bang Udin, Bibi kenapa?” tanyanya kepada mang Udin tetangga samping rumah.

setelah bibi di baringkan di sofa panjang. Putri dengan sigap mengoleskan minyak angin di bagian - bagian tubuh Bibi, Dewi yang mendengar suara ribut – ribut di luar segera bangun.

“Abang liat, Bi Darni sudah pingsan di pinggir jalan Neng,” jawab bang Udin, sebagian orang sudah keluar kini tinggal Bang Udin sendiri.

Dewi yang sudah membersihkan wajahnya segera melihat, berjalan menghampiri Putri yang sedang berlutut di kaki Bi Darni sambil membalurkan minyak angin.

“Bibi kenapa Put?” kecemasan tergambar di wajah Dewi.

“gue juga enggak tau, kata Bang Udin, Bibi pingsan di jalan.”

“Bawa ke dokter aja Put.” Saran dewi.

“Tapi Wi.”

Dewi menatap lekat wajah sahabatnya itu.

“Kita akan cari sama – sama, sekarang yang terpenting kesehatan Bibi,” ucap Dewi yang tau jelas kekhawatiran Putri masalah biaya.

Dengan di bantu Bang Udin Bibi di bawa masuk ke dalam mobil yang sudah di pesan dewi melalui aplikasi Online menuju rumah sakit terdekat, setibanya di sana Bibi langsung di bawa ke ruangan dengan segera di tangani dokter.

“gue takut Bibi kenapa napa,” lirih Putri.

“gue yakin Bibi akan baik - baik aja,” ucap Dewi meyakinkan Putri padahal dalam hatinya merasakan hal yang sama.

“elu jaga di sini, gue mau ke ATM bentar,” Putri hendak melangkah dengan cepat Dewi melarangnya.

“kita tunggu Bibi sadar dulu,” Putri pun mengangguk dua wanita itu duduk menunggu dokter keluar dengan pikiran yang cemas.

“Neng, Putri, Abang pulang terlebih dahulu, bila butuh bantuan hubungi aja Abang langsung, kamu punya nomor Abang kan?”

Putri mengangguk. Makasih atas bantuannya Bang.’’

“Tidak perlu seperti itu, kita ini tetangga, sudah seharusnya saling membantu.”

Pintu ruangan terbuka seseorang muncul dari dalam sana, dengan cepat Putri dan Dewi menghampirinya.

“Bagai mana ke adaan Bibi Dok?” tanya Putri dengan raut wajah yang begitu cemas.

“Bibi anda terkena gejala tipus, sepertinya beliau sangat kelelahan, penyakit tipus berawal dari terlalu ke lelah, ”ucap Dokter menjelaskan.

“Apa sudah boleh masuk Dok?” tanya Dewi.

Dokter itu pun mengangguk dengan segera Putri dan Dewi masuk ke ruangan di mana ada Bibi yang sedang berbaring lemah, sedangkan bang Udin sudah kembali kerumanya.

Bi Darni yang sudah sadar dari pingsannya ingin segera bangun dan duduk dengan segera Putri membantunya.

“Put, Bibi sakit apa?”

“Bibi terlalu lelah. Mulai sekarang Bibi tidak usah bekerja lagi.”

“Mana mungkin Bibi berhenti.”

“Kenapa Tidak mungkin Bi?” tanya Dewi dengan wajah yang bingung.

“Karna sudah tanda tangan surat perjanjian.” Putri mengerutkan alisnya.” perjanjian!”

“Aneh sekali hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga aja pake surat perjanjian segala,” celetuk Dewi.

“Isi surat itu, Bila sudah Bekerja tidak boleh mengundurkan diri sebelum masa kontraknya abis,” Bibi menjelaskan semuanya ke pada Putri tentang ia bekerja dan berapa bayaran yang di terima setiap bulan nya dan apa yang harus ia terima bila melanggar perjanjian tersebut.

“What! Bibi digaji sebulan 10 juta, kalau gitu si gue juga mau,” celetuk Dewi.

“Emang elo mau jadi babu bertahun-tahun,” geram putri. Dewi menggeleng dengan cepat.

“Bibi istirahat biar cepat sembuh, tidak usah memikirkan pekerjaan,” ucap Putri menarik selimut menutupi tubuh Bibi.

Dengan cepat wanita setengah baya tersebut sudah terlelap. Putri menghampiri Dewi yang sedang duduk di sofa.

“Wi, gue minta tolong, sampaikan ke Mba Gina, gue ijin cuti 2 minggu,” Dewi mengerutkan alisnya.

“elo mau ke mana?”

“selama Bibi sakit, gue yang akan menggantikannya kerja.”

“What! Jadi babu serius loh?” sentak Dewi yang terkejut.

“Menurut loh!”

“ini si gila.” Seloroh Dewi.

“Yang terpenting saat ini bagi gue kesehatan Bibi, gue enggak punya Siapa-siapa lagi selain dia, gue gak mau terjadi apa-apa sama dirinya,” seloroh Putri seraya menyandarkan tubuhnya.” Lagi pula menjadi babu bukan hal yang memalukan bagi gue,” sambungnya lagi.

“terserah loe aja gue mendukung apapun yang menjadi keputusan loe.”

“Loe memang yang terbaik,” ucap Putri seraya memeluk Dewi. Wanita itu hanya memutar bola matanya malas.

Jam berdetak dengan sangat cepat membuat Dewi mau tidak mau meninggalkan Putri. kalau saja ia tidak membutuhkan pekerjaan ia lebih memilih menemani sahabatnya. Sebelum pergi ke Cafe, Dewi menuju rumah Putri terlebih dahulu mengambil sepeda motornya.

Semalem setelah mengantar Putri pulang ia memutuskan nginap di rumah Putri karna sudah terlalu larut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!