NovelToon NovelToon

Mommy CEO Ku Menikah Lagi

Dunia nara

Di lantai 25 sebuah gedung pencakar langit, Nara duduk di depan layar komputer besarnya. Jari-jarinya menari lincah di atas keyboard, menembus sistem keamanan digital yang bahkan para profesional pun sulit menaklukkan. Dalam dunia maya, ia dikenal sebagai “Shadow Byte”, hacker misterius yang tak seorang pun tahu identitas aslinya. Namun di dunia nyata, Nara tetap tenang, wajahnya datar dan dingin. Rambut hitam panjangnya tergerai rapi, mata cokelatnya menatap layar dengan presisi. Tiap klik dan ketukan keyboardnya menunjukkan kecerdasan yang tak tertandingi, sekaligus sikap mandiri yang sejak kecil ia pelajari dari ibunya, Viona.
Viona, seorang CEO sukses, selalu menekankan kemandirian pada Nara. Dari kecil, Nara sudah dilatih bela diri, dipersiapkan untuk menghadapi dunia yang kejam dan penuh persaingan. Sifat dingin dan datarnya bukan tanpa alasan—ini adalah pelindung diri, tameng dari dunia yang kadang terlalu keras. Pagi itu, Nara menutup laptopnya setelah menyelesaikan proyek terbaru: sistem keamanan digital untuk perusahaan multinasional. Ia berdiri, meregangkan tubuh, dan melangkah ke jendela penthouse. Lampu kota berkelap-kelip di bawahnya, namun hatinya tetap tenang. Dunia nyata selalu lebih kacau daripada dunia digitalnya—dan Nara lebih nyaman berada di zona kendali.
Suara pintu terbuka terdengar di belakangnya. Viona masuk, senyum tipis menghiasi wajahnya yang lelah namun elegan
Mommy viona
Mommy viona
Nara, ada undangan dari teman lama mommy Sepertinya kita harus datang.
Zenara Carolyn,p
Zenara Carolyn,p
Nara menoleh sebentar, ekspresinya datar. “Undangan sosial, Bu? Aku tidak tertarik.”
Mommy viona
Mommy viona
Viona menarik napas, mencoba menahan senyumnya. “Aku tahu, sayang. Tapi terkadang kita harus menghadapi dunia luar. Dan… aku ingin kamu ikut, setidaknya melihat seperti apa dunia orang dewasa.”
Nara hanya mengangguk. Tidak ada protes, tapi juga tidak ada antusiasme. Dunia luar memang bukan zona kendalinya. Setelah Viona meninggalkan ruangan, Nara kembali ke mejanya, membuka buku-buku teknik dan dokumen proyek. Rutinitasnya sederhana: bekerja, belajar, dan menjaga rahasia dunia digitalnya. Tapi di balik sifat dinginnya, ada rasa penasaran yang ia simpan—sebuah perasaan samar bahwa hidupnya akan berubah suatu hari nanti, tanpa ia bisa mengendalikannya. Nara menatap keluar jendela sekali lagi. Lampu-lampu kota berkelap-kelip, namun hatinya tetap dingin, seolah menunggu sesuatu yang besar, sesuatu yang akan menguji batas dirinya.
Meskipun tampak dingin dan datar, Nara memiliki rasa penasaran yang tersembunyi. Ada hal-hal di dunia nyata yang ia amati diam-diam—cara orang berbicara, cara mereka menunjukkan emosi, cara mereka membangun hubungan. Tapi ia jarang mengekspresikannya. Untuk Nara, lebih mudah menilai dari jauh daripada terlibat langsung.
Siang itu, Nara duduk sejenak di balkon penthouse, menatap lampu-lampu kota yang berkelap-kelip di bawahnya. Ia memikirkan dunia digitalnya, proyek-proyek yang belum selesai, dan rencana-rencana masa depan. Namun di balik kesendirian dan sikap dinginnya, ada satu perasaan samar yang mulai tumbuh: sebuah rasa bahwa kehidupannya akan berubah. Sesuatu yang tak bisa ia kendalikan, yang akan datang tanpa pemberitahuan.
Dan benar saja, perubahan itu mulai menghampiri. Ibunya, Viona, akan memulai babak baru dalam hidupnya—pernikahan dengan seorang duda yang memiliki empat anak. Kehadiran keluarga baru ini berarti Nara akan memiliki saudara tiri, dinamika rumah tangga yang rumit, dan kemungkinan konflik yang belum pernah ia hadapi. Nara menatap kota sekali lagi. Lampu-lampu berkelap-kelip, dunia tampak indah tapi penuh risiko. Dengan mata yang dingin dan penuh perhitungan, ia menyiapkan diri—siap menghadapi apapun yang akan datang. Hidupnya mungkin akan terguncang, tapi satu hal pasti: Nara tidak akan pernah kehilangan kendali.

pertemuan di rapat

Pagi itu, suasana ruang rapat gedung tinggi terasa tegang. Cahaya matahari menembus kaca besar, memantul di meja kayu panjang yang dipenuhi kursi elegan. Di ujung meja, Viona duduk rapi, menyesuaikan blazer hitamnya, wajah tetap tenang tapi terlihat fokus. Di sisi lain, duduk empat anak dari calon suami Viona. Tiga kakak tiri laki-laki—Reyhan, Arka, dan Daffa—duduk formal, mata mereka menatap tamu baru yang hadir. Jecelyn , bungsu, CEO muda yang dingin, duduk di sisi lain meja dengan laptop terbuka, menatap layar sesekali, tapi matanya tak lepas dari Nara.
 Daddy Arga
Daddy Arga
Baiklah, rapat hari ini kita mulai dengan perkenalan keluarga baru,” suara ayah dari empat anak itu terdengar. “Viona, ini adalah anak-anakku. Dan… Nara, ini anak ibumu.”
Nara menatap sekeliling meja dengan ekspresi dingin dan datar. Tangannya bersandar di meja, tubuh tegak. Ia menilai setiap detail: posisi duduk, bahasa tubuh kakak tiri laki-laki, dan cara Alya memandangnya.
Reyhan Arga Pratama
Reyhan Arga Pratama
( Reyhan, yang paling tua, maju sedikit dengan tatapan tajam. ) Jadi ini adik baru kita? Nara, ya?” Suaranya dingin tapi tegas.
Zenara Carolyn,p
Zenara Carolyn,p
Nara mengangguk pelan, matanya tidak berkedip dari Reyhan. “Ya. Dan kalian siapa?” Suaranya datar, menantang, membuat suasana rapat semakin tegang.
Daffa terkekeh pelan, menyeringai, seolah ingin menguji kesabaran adik tirinya. Arka tetap diam, menilai situasi dengan serius, sementara jecelyn menutup laptopnya perlahan, menatap Nara dengan mata yang sulit ditebak. Meski di luar dingin, sorot matanya menyiratkan perhatian dan rasa ingin melindungi Nara.
Mommy viona
Mommy viona
( Viona menarik napas, menahan sedikit gugup. Ia tahu ini akan menjadi awal yang sulit. ) Anak-anak, Nara baru saja pindah bersama ibu. Kita harus mencoba menyesuaikan diri perlahan-lahan.
Nara tetap diam, tetapi matanya terus menilai setiap gerak-gerik kakak tirinya. Dalam hatinya, ia sudah menyiapkan diri. Dunia nyata memang kompleks, tapi ini hanyalah tantangan lain yang harus ia taklukkan.
Seiring rapat berlangsung, ketegangan tetap terasa di udara. Nara tetap fokus, dingin, dan misterius—seolah mengatakan kepada semua orang di ruangan itu bahwa ia bukan anak biasa. Bahkan kakak-kakaknya pun belum tentu bisa memahami siapa sebenarnya Nara.
Dan di balik sikap dingin itu, satu hal pasti: kehidupan Nara akan berubah mulai hari ini. Kehadiran keluarga baru, dinamika rumah tangga, dan intrik yang belum terlihat akan segera mengetuk pintu dunianya yang selama ini tertata rapi.

Ketegangan dan dinamika baru

Setelah rapat selesai, Nara berdiri dari kursinya dengan langkah tenang. Tubuhnya tegak, wajahnya tetap datar, namun matanya menilai setiap gerakan kakak tiri yang duduk di seberangnya.
Reyhan Arga Pratama
Reyhan Arga Pratama
Reyhan menyeringai tipis, berjalan mendekat. “Jadi, kau Nara, ya? Adik baru kita. Jangan harap aku akan mudah menerimamu begitu saja,” katanya dengan nada dingin tapi menantang.
Zenara Carolyn,p
Zenara Carolyn,p
Nara menatapnya lurus, tak tergoyahkan. “Aku tidak meminta untuk diterima. Aku hanya ada di sini karena ibu,” jawabnya datar, suaranya tenang tapi penuh kendali.
Daffa Arga Pratama
Daffa Arga Pratama
Daffa muncul dari sisi lain meja, mengerling jahil. “Hah, dingin banget. Aku suka ini. Sepertinya aku bisa bersenang-senang membuatmu kesal,” katanya sambil tersenyum nakal.
Arka Arga Pratama
Arka Arga Pratama
(Arka hanya menggeleng, menatap kedua kakaknya dengan ekspresi sedikit kesal, lalu menoleh ke Nara. ) Jangan terlalu mempedulikan mereka. Kita akan lihat bagaimana kau menyesuaikan diri, ( katanya pelan, lebih sebagai mediator daripada penguji.
Di sisi lain, jecelyn menutup laptopnya perlahan, matanya mengikuti Nara. Di luar, ia tampak dingin dan profesional, tapi dalam hati, ia merasa ada sesuatu yang unik pada Nara—ketenangan dan ketegasan yang jarang dimiliki orang seusianya. Tanpa berkata sepatah kata pun, jecelyn memutuskan diam-diam akan memperhatikan Nara, dan mungkin suatu saat membantunya jika diperlukan.
Setelah rapat, Nara berdiri di dekat jendela, menatap kota di bawah mereka. Lampu-lampu kota berkelap-kelip, tetapi hatinya tetap tenang. Dunia ini memang berisik, penuh orang yang ingin menguasai, menilai, dan mengatur. Tapi Nara sudah terbiasa dengan itu. Ia hanya menunggu, menilai, dan bersiap menghadapi siapa pun yang mencoba mengganggunya.
Reyhan Arga Pratama
Reyhan Arga Pratama
Reyhan melangkah lebih dekat lagi, menatap Nara. “Kau memang berbeda dari yang kukira. Tapi jangan harap kau bisa menaklukkan kami hanya dengan sikap dinginmu,” ujarnya, suaranya setengah ancaman, setengah penasaran.
Zenara Carolyn,p
Zenara Carolyn,p
Nara menatapnya sebentar, lalu berbalik meninggalkan ruang rapat. “Aku tidak perlu menaklukkan kalian. Aku hanya akan menjalani hidupku,” ucapnya, suaranya dingin namun tegas.
Jecelyn Arga Pratama
Jecelyn Arga Pratama
Di lorong, jecelyn menyusul langkah Nara pelan-pelan. “Nara,” panggilnya lembut. Nara menoleh, menatap jecelyn dengan ekspresi datar.
Jecelyn Arga Pratama
Jecelyn Arga Pratama
Kau tidak harus menghadapi semuanya sendiri,” kata jecelyn singkat, matanya menatap serius. “Aku tahu bagaimana rasanya merasa berbeda.”
Nara menatap jecelyn sebentar, lalu menunduk sedikit. Tidak ada kata yang terucap, tapi matanya menandakan bahwa ia menerima perhatian itu—walau tidak mengekspresikannya. Jecelyn tersenyum tipis, lalu melangkah pergi, meninggalkan Nara berdiri sendiri di lorong.
Saat malam tiba, Nara duduk di kamar barunya, menatap layar laptop. Dunia digitalnya menunggu, namun hatinya mulai menyadari satu hal: keluarga barunya akan menjadi tantangan terbesar, bukan hanya soal hubungan atau persaingan, tetapi juga soal memahami dan menerima orang-orang baru—terutama kakak tiri yang berbeda-beda sifatnya.
Dan tanpa Nara sadari, dari semua kakak tirinya, ada satu yang akan menjadi sekutu paling tak terduga—jecelyn CEO muda yang dingin di luar, tapi paling peduli padanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!