NovelToon NovelToon

Jodoh Sepertiga Malam "ALIA"

Eps 1 Perkenalan Tokoh

Alia Fahia Ghazala, seorang hijabers cantik, muda dan berprestasi di kampusnya. Dia juga seorang gadis yang ceria, periang dan pemberani. Alia bekerja paruh waktu di sebuah laundry. Alia tinggal bersama Ayah dan adik laki-lakinya, di sebuah rumah yang sederhana. Dia kini seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama, Global University. Hijab, tidak membatasinya untuk berkreasi dan berkarya. Bahkan di kampusnya pun ada komunitas hijab dan Alia lah yang menjadi ketuanya. Meskipun, anggota mereka sangat minim tapi Alia tidak menyerah dan tetap semangat. Apalagi di jaman modern seperti ini. Banyak sekali yang menganggap jika mereka yang berhijab itu cupu dan katrok. Tapi tidak dengan Alia. Karena baginya berhijab adalah kewajiban bagi setiap kaum muslim tapi hal itu pula tidak membatasi dirinya untuk selalu berkreasi dan berprestasi. Terbukti dengan banyaknya prestasi yang telah ia raih selama sekolah. Alia selalu menjadi juara 1 mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Bahkan untuk masuk universitas, dia mendapatkan beasiswa. Bahkan beberapa kali Alia di minta untuk ikut sesi pemotretan majalah fashion islami.

Elvan Adhitama Syahreza, cowok tajir, play boy dan bad boy. Hidupnya hanya mengandalkan harta dan kekayaan yang di miliki oleh keluarganya. Bersenang-senang dengan banyak wanita dengan hanya tinggal tunjuk saja. Setelah bosan, ia akan meninggalkannya. Seorang mahasiswa bobrok yang suka seenaknya saja. Begitu di gandrungi wanita karena ketampanannya dan kekayaannya. Dia seorang mahasiswa di universitas milik keluarganya sendiri. Itulah yang membuat Elvan bersikap sesuka hati di kampusnya. Bebas keluar masuk dalam mata kuliah, meskipun sebenarnya dia sangat cerdas. Namun di balik sikap buruknya, ada sisi lain yang tidak di ketahui oleh banyak orang.

Andra Putra Fahrezi, ia adalah adik laki-laki Alia. Andra baru saja kelas dua SMA. Andra bekerja paruh waktu di sebuah cafe tanpa sepengetahuan Kakaknya. Karena ia tidak ingin Kakaknya berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Cowok imut ini, mempunyai mimpi ingin memiliki cafe sendiri. Ingin menjadi seorang wirausaha sukses adalah impiannya. Supaya ia bisa membuka lapangan pekerjaan untuk banyak orang.

Fandi Naratama, sahabat Elvan yang sama bobroknya seperti Elvan. Fandi juga satu kampus dengan Elvan. Mereka tergabung dalam geng yang tidak jelas. The Rich Man. Ya, itulah nama geng mereka yang begitu di gandrungi satu kampus. Setidaknya Fandi, masih bisa mengendalikan Elvan. Karena di antara mereka, Fandi lah yang masih memiliki sedikit sikap kalem dan tenang.

Leon Mahendra, sahabat Elva yang tergabung dalam geng Rich Man. Sama-sama memiliki kebobrokan dengan Elvan. Mereka bertiga telah bersahabat sejak kecil karena orang tua mereka sama-sama terjun dalam dunia bisnis. Namun entah bagaimana mereka bertiga mempunyai kebiasaan yang sama.

Narendra Syahputra, cowok kalem ini adalah teman Alia di kampus. Bahkan lelaki yang pertama kali menyapa Alia, saat Alia pertama kali masuk ke kampus. Namun diam-diam Rendra menaruh hati pada Alia. Rendra tidak berani mengungkapkannya karena takut jika Alia menolak. Terlebih ia takut, jika hubungan pertemanan mereka bisa berakhir hanya karena sebuah cinta.

Endrew Adhitama Syahreza, Kakak kandung Elvan yang bijaksana. Kakak kandung satu Ayah, beda Ibu. Jadi saat Papa Elvan menikah dengan Mama Elvan, ternyata diam-diam Papa Elvan telah menikahi wanita lain. Karena selama sepuluh tahun menikah, Mama Elvan belum juga hamil. Akhirnya Papa Elvan diam-diam menikahi wanita lain, yaitu Elisa, Mama Endrew. Dan ternyata setelah sepuluh tahun usia pernikahan mereka, Elvan lahir kedunia. Setelah Mama Elvan meninggal, Papa Elvan membawa Endrew dan Mamanya ke rumah. Tapi sebenarnya Mama Endrew sangat menyayangi Elvan seperti anak kandung sendiri. Itulah yang membuat Elvan sangat tidak suka dengan Kakaknya. Terlebih Papanya selalu membanding-bandingkan Elvan dan Kakaknya sejak kecil. Namun Endrew pun sudah berkeluarga dan memiliki seorang putri kecil berusia tujuh tahun. Endrew sendiri sebenarnya sangat menyayangi Elvan. Namun Elvan sama sekali tidak bisa akur dengan Endrew. Padahal setiap kali ada masalah, Endrew selalu berusaha ada untuk Elvan.

🌹🌹🌹

Malam itu di sebuah, klub malam. Tiga orang pria yang berstatus mahasiswa sedang asyik berdansa dengan para wanita. Iringan musik DJ membuat mereka larut dalam hingar-bingar dunia malam. Hingga akhirnya mereka bertiga merasa lelah dan duduk sambil tertawa lepas. Mereka bertiga pun sudah mulai mabuk.

" Hidup itu kayak gini, bro. Bebas, lepas, happy, iya nggak," kata Fandi dengan tawanya.

" Yoi, bener banget." Sahut Leon sembari menenggak bir dalam gelasnya.

" Bener banget kalian. Santai aja lagi, urusan kuliah gampang lah. Tinggal nyontek aja sama si cupu di kelas. Kita kasih dia uang dan dia kasih kita jawaban," sambung Elvan dengan tawa menggelegarnya.

-

Di tempat lain, di sebuah rumah sederhana. Alia sedang duduk bersama di meja makan.

" Andra, kenapa belum pulang ya?" tanya Pak Samir, Ayah Alia dan Andra.

" Iya. Andra akhir-akhir ini selalu pulang larut. Apa mungkin ujiannya belum selesai. Sampai dia harus bekerja kelompok setiap hari. Nanti Alia coba tanya sama Andra ya, Yah. Ayah makan saja dulu lalu minum obat." Mendengar ucapan Alia, Pak Samir segera makan.

" Assalamualaikum," sapa Andra dengan senyumnya.

" Waalaikumsalam," jawab Alia dan Pak Samir secara bersamaan. Andra lalu mencium punggung tangan Ayah dan Kakaknya.

" Ayah, Kakak, Andra mandi dulu ya."

" Iya, Andra. Terus kamu cepetan makan ya." Kata Ayah.

" Iya, Ayah."

Tak lama kemudian, Andra pun selesai melakukan ritual mandinya. Mereka bertiga lalu duduk bersama di meja makan. Alia membantu menuangkan nasi ke dalam piring Andra.

" Makasih ya, Kak."

" Iya, jangan lupa berdoa dulu." Mendengar ucapan Kakaknya, Andra segera menengadahkan tangannya dan berdoa dalam hati. Kemudian Andra segera memakan lauk tempe dan telur di hadapannya.

" Maafkan Kakak ya, kalau menu makan kita selalu seperti ini."

" Nggak apa-apa kok, Kak. Andra suka kok, Andra juga nggak bosan. Ini malah jadi makanan favorit Andra," kata Andra dengan mulut penuh makanan.

" Maafkan, Ayah ya. Sejak Ayah sakit-sakitan dan perusahaan tidak membutuhkan Ayah lagi, hidup kita jadi seperti ini."

" Ayah, tenang saja. Kami berdua kan sudah sama-sama dewasa. Alia selain di loundry, juga dapat sampingan lain, Yah. Jadi foto model untuk majalah islami."

" Benarkah itu, Kak? wah Andra punya Kakak model nih?"

" Tapi ya gitu, kalau ada tawaran saja. Kalau tidak ada ya, Alia melaundry lagi. Bagi Alia, bisa memenuhi kebutuhan kita sudah cukup. Dan Andra, Kakak mohon kamu juga fokus sekolah ya. Jadilah kebanggan untuk kami. Biar pekerjaan menjadi urusan Kakak."

" Siap, Kak. Andra pasti akan rajin belajar kok." Kata Andra sembari tersenyum.

" Ayah hanya bisa mendoakan kalian, semoga anak Ayah ini suatu saat bisa menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat."

" Amin," jawab Andra dan Alia dengan kompak.

-

Elvan baru saja tiba di rumahnya dengan keadaan mabuk. Rumah yang megah dan mewah namun sepi. Hanya Elvan, tiga pembantu, satu security dan satu supir yang berada di rumah itu. Bi Minah, adalah pembantu senior. Yang sudah menemani Elvan, sejak Elvan kecil, bahkan sebelum Elvan lahir di dunia. Bi Minah juga kepercayaan dari Mamanya Elvan. Bi Minah, bertugas untuk urusan dapur. Kedua adalah Bi Marni yang bertugas mengurus kebersihan rumah. Ketiga ada Pak Jono, tukang kebun. Pak Tio sebagai supir dan Pak Danu sebagai security. Orang tua Elvan, sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri. Ia lebih sering hidup seorang diri daripada bersama kedua orang tuanya. Ia mempunyai Kakak Laki-laki namun Kakaknya sudah berkeluarga. Kakaknya tinggal di Indonesia tapi mereka berbeda rumah. Bahkan mereka juga jarang bertemu karena Kakak Elvan begitu sibuk mengurus perusahaan.

Halo semua, ini adalah karya ketiga author. Semoga kalian suka ya, perjuangan Elvin menjadi seorang pria yang baik dan tanggung jawab untuk Alia.

Eps 2 Rich Man

Sesampainya di rumah, Elvan segera membaringkan tubuhnya di kasur. Dan ia mulai tertidur.

" Kasihan Den Elvan, setiap hari begitu terus. Tuan sama Nyonya kenapa nggak khawatir ya." Kata Bi Marni yang sedang berbicara dengan Bi Minah di dapur.

" Bagi mereka bisnis nomor satu, Mar. Kita mau negur Den Elvan juga percuma. Yang ada malah tambah marah. Meskipun aku sudah lama bersama dan merawat Den Elvan tetapi sikapnya tidak pernah berubah. Selalu dingin, seenaknya sendiri, judes tapi sebenarnya dia sangat kesepian." Kata Bi Minah dengan sedih.

"Apa kita telepon Den Endrew aja, ya." Sahut Pak Jono yang ikut ngerumpi. Baru saja kalimat itu keluar dari mulut Pak Jono, Endrew datang dan membuka pintu tanpa mengetuknya. Membuat mereka semua terkejut.

"Malam, Den Endrew," sapa mereka dengan gagap.

"Malam. Elvan sudah di rumah."

"Baru saja pulang, Den. Den Elvan di kamarnya," Jawab Bi Minah. Endrew segera naik ke lantai dua menuju kamar Elvan. Ia mendapati Elvan yang lagi-lagi dalam kondisi mabuk dan terkapar tak berdaya. Endrew membenarkan posisi tidur Elvan. Endrew membantu melepaskan sepatu dan menyelimuti Elvan, seperti adiknya sendiri. Memang adik sendiri meskipun beda ibu.

"Kenapa sih, El? selalu seperti ini. Kamu nggak tahu apa, kalau aku juga sayang sama kamu. Aku tahu sulit menerima keadaan ini, El, " gumam Endrew yang merasa kasihan pada Elvan. Fakta bahwa Papanya menikah diam-diam, begitu menyakitkan hati Elvan. Terlebih, Papanya sampai memiliki anak. Pernikahan Papa Elvan dengan Mama Endrew, belum genap dua bulan sudah mendapat berita kabar kehamilan. Sementara pernikahan Papa Elvan dan Mamanya, selang sepuluh tahun, baru muncul berita kehamilan Mamanya Elvan.

"Aku tidak akan merebut apa yang kamu punya, El." Endrew lalu berjalan keluar menutup pintu kamar Elvan.

"Den Endrew, mau saya buatkan apa?"

" mAh tidak usah, Bi Minah. Saya langsung pulang saja ya. Ini sudah tengah malam, saya hanya mengecek kondisi Elvan."

"Baik, Den." Endrew pun segera pamit dan pulang.

-

Keesokan harinya, Alia tengah sibuk mempersiapkan sarapan untuk Ayah dan adiknya.

"Andra, ayo kita sarapan dulu," panggil Alia.

"Iya, Kak." Sahut Andra dari kamarnya sembari memasukkan bukunya ke dalam tas. Sementara Pak Samir sudah duduk di ruang makan.

"Andra, tolong kamu nanti kalau bisa jangan pulang malam ya. Kasihan Ayah sendirian, soalnya Kakak harus lembur. Kemarin Kakak ijin nggak masuk karena Ayah drop lagi."

"Iya, Kak. Andra usahain kok."

"Maaf ya, Nak. Kalau ayah merepotkan kalian."

"Ayah, jangan bicara seperti itu. Itu sudah jadi kewajiban kami sebagai seorang anak." Sahut Andra.

"Iya, Ayah. Apa yang di bilang Andra benar. Sudah ayo kita makan dulu. Andra, kamu pimpin doa ya.

"Siap, Kak." Jawab Andra. Mereka bertiga menengadahkan tangan dan Andra memimpin doa. Kemudian mereka sarapan pagi bersama. Seperti biasa, Andra mengantar Alia menuju halte bus untuk berangkat ke kampus. Karena jarak sekolah dan kampus Andra, berlawanan arah jadi mereka Alia menolak jika harus di antar sampai menuju kampus. Alia khawatir jika Andra akan terlambat masuk sekolah.

"Andra, kamu hati-hati ya. Jangan ngebut naik motornya."

"Iya, Kak. Aku berangkat dulu ya, Kakak hati-hati," kata Andra sembari mencium punggung tangan Kakaknya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam,"

-

Di kampus, iring-iringan mobil sport milik Elvan, Fandi dan Leon, membuat bising kampus. Namun kehadiran mereka sangat di nanti oleh para gadis. Alia yang baru saja tiba di kampus, memandang sinis kedatangan Elvan dan ke dua temannya.

"Kenapa sih, mereka selalu membuat bising suasana kampus. Harta itu titipan tapi mereka selalu mengumbarnya," gumam Alia dalam hati, sembari berjalan melewati Elvan dan teman-temannya yang baru saja turun dari mobil. Dengan langkah penuh percaya diri, Alia melewati Elvan. Namun langkahnya terhenti, saat Elvan menarik tas ransel Alia. Alia tidak tahu jika Elvan yang menariknya, hingga Alia mencoba menarik tubuhnya sendiri dan enggan menoleh. Alia berharap tasnya hanya tersangkut. Elvan lalu berdiri di samping Alia dengan masih memegang tas ransel milik Alia yang bertengger di punggungnya.

"Selama gue belum pergi dan masuk ke dalam, siapapun nggak boleh lewat di depan gue." Kata Elvan.

"Tolong lepasin tas aku," kata Alia. Elvan lalu melepaskan tangannya dari tas Alia.

"Sekarang balik sana. Ini adalah tempat penyambutan gue," ketus Elvan. Alia menghela nafas panjang dan berbalik. Namun bukan Alia namanya jika tidak melawan. Alia berbalik lagi dan mengambil langkah seribu alias lari. Dengan sekuat tenaga Alia berlari melewati Elvan dan temannya. Elvan begitu kesal karena baru kali ini ada yang berani melawan perintahnya. Elvan mengeratkan giginya dan mengepalkan tangannya tanda kesal. Sedangkan Alia terus berlari dan BRUK. Alia menabrak seseorang hingga terjatuh ke lantai.

"Aduh, maaf ya," kata Alia sambil memegang pinggangnya.

"Al, kamu nggak apa-apa? kenapa kamu lari-lari sih?" terlihat sosok lelaki tampan dan kalem di hadapan Alia.

"Rendra," ucap Alia sambil mendongakkan kepalanya. Rendra lalu mengulurkan tangannya pada Alia dan Alia pun menerima uluran tangan Rendra.

"Terima kasih ya, Ren." Ucap Alia sambil mengibaskan tangannya pada bajunya yang kotor.

"Ya udah ayo kita bicara di perpus. Ini kamu minum dulu. Jangan lupa minumnya sambil duduk ya," kata Rendra yang berusaha mengingatkan sembari menyodorkan air mineral pada Alia. Alia menurut lalu segera meminum air dari Rendra.

"Udah, ayo kita ke perpus. Lagian aku juga mau cari referensi tugas." Kata Alia. Rendra dan Alia lalu berjalan menuju perpustakaan. Alia dan Rendra kini sudah ada di perpustakaan.

"Oh ya, Al kamu kenapa? tadi sampai lari-lari."

"Tadi itu ada gerombolan cowok-cowok kaya yang berhenti di depan kampus. Terus aku lewat gitu aja dan mereka suruh aku balik, buat nunggu mereka lewat dulu. Ya, intinya itu adalah jalan untuk penyambutan mereka lah. Dan aku yang di anggap lancang karena nyelonong begitu saja." Cerita Alia sambil membuka halaman buku yang ia pegang satu persatu.

"Oh gitu jadi kamu lari gitu aja?"

"Iya, aku lari. Itu kan jalan umum," jawab Alia terkekeh.

"Kamu ini berani juga ternyata sama mereka."

"Ya baru semester akhir ini, aku terlibat sedikit sama mereka. Entahlah aku tidak sampai pikir, kenapa mereka selama kuliah bisa bertahan dengan gaya seperti itu."

"Maklum saja, Al. Mereka kan anak orang kaya semua. Apalagi leader mereka, Elvan. Anak dari pemilik kampus ini."

"Hah? yang benar kamu, Ren?" kata Alia yang tampak terkejut.

"Iya, Al."

"Aku benar-benar baru tahu kalau salah satu dari mereka anak pemilik kampus."

"Kamu kemana aja, Al selama kuliah di sini. Semua orang sudah tahu."

"Ya, bagaimana lagi Ren. Aku hanya fokus untuk belajar, belajar dan belajar. Apalagi dengan komunitas hijab ku di kampus. Aku sedih bagaimana setelah aku lulus nanti. Apakah komunitas hijab ku ini masih ada apa di hapuskan. Sedangkan kamu tahu sendiri, yang bergabung di komunitas ku ini masih sedikit."

"Semoga bisa bertambah, Al. Berjuang di jalan Allah memang tidak mudah tapi sudah jelas akan menjadi berkah."

"Prinsip itulah, Ren yang selalu aku pegang. Sampai aku bisa bertahan dengan komunitas ku ini. Sampai aku mau menerima tawaran majalah fashion edisi hijab. Itu semua aku lakukan untuk membuka pikiran mereka, bahwa berhijab tidak menghalangi mereka untuk berkarir."

"Pemahaman mereka masih belum sejauh itu, Al. Apalagi tergerus oleh jaman yang semakin modern."

"Terima kasih ya, Ren. Selalu ada ketenangan ketika aku bercerita sama kamu."

"Sama-sama, Al." Mereka berdua saling melempar senyum namun tetap menjaga pandangan.

Gimana episode kedua? seru nggak? semoga kalian suka ya? ini hanya sebuah novel yang mana author tidak ada maksud untuk menggurui ya 🙏😘

EPS 3 Taruhan

Di kantin kampus, Elvan, Leon dan Fandi berkumpul. Seperti biasa, kehadiran mereka selalu menjadi pusat perhatian.

" Siapa sih gadis tadi?" tanya Elvan.

" Kalau dari penampilannya, dia sepertinya itu anak komunitas hijabers deh." Sahut Leon.

" Emang komunitas itu ada di kampus kita yang keren ini, hah?" sambung Elvan dengan nada sinis.

" Elo kemana aja, El. Bokap elo aja pemilik kampus, masak iya elo nggak tahu." Ledek Fandi.

" Ya, secara kan mahasiswi yang berpakaian seperti gadis itu cuma segelintir aja. Nggak seheboh komunitas modelingnya si Sandra." Jawab Elvan.

" Ya kalau komunitasnya si Sandra kan, semua cowok juga pada ngiler. Secara kan dia seksi, cantik dan amazing." Puji Leon dengan menggerakkan tangannya membentuk lekukan tubuh.

" Oh iya, elo juga kenapa nggak pacarin si Sandra sih. Tahun ini adalah semester terakhir kita," kata Leon.

" Sandra? ogah. Gue cuma macarin cewek karena gue lagi iseng aja dan dia nggak asik di ajak iseng. " Kata Elvan sinis.

" Le, dia itu bosan sama cewek seperti Sandra. Dia kan cuma iseng buat sehari dua hari aja. Elo lihat aja si Sandra, begitu terobsesinya sama Elvan. Sedangkan Elvan mana respect sama cewek kayak Sandra."

" Benar juga sih, Fan. Tapi emang elo nggak ke goda sama sekali dengan Sandra?" selidik Leon.

" No." Singkat Elvan.

" Tuh benar kan, selera Elvan udah berubah." Sahut Fandi.

" Kenapa sih kalian maksa gitu. Cewek kayak Sandra itu udah banyak kali. Kalau kalian mau, buat kalian aja." Ketus Elvan.

" Nah, gue ada ide. Gimana kalau kita taruhan?" celetuk Leon.

" Taruhan apa?" tanya Fandi penasaran.

" Gimana kalau kita bertiga taruhan, siapa yang bisa taklukin hati cewek hijabers itu. Hadiahnya mobil gue, mobil keluaran terbaru gue tadi," celetuk Leon.

" Cewek tadi? hah? yakin? nggak salah?" kata Elvan dengan tawanya.

" Memangnya nggak ada cewek lain, Le?" tanya Fandi pada Leon.

" Hei, kalian sadar nggak sih. Di antara cewek yang kita deketin, mana ada sih yang kayak cewek hijabers itu. Gue juga penasaran cewek kayak gitu gimana sih? beneran tertutup atau cuma kedok?" seloroh Leon dengan tawanya. Elvan dan Fandi diam sejenak untuk mencerna ucapan Leon. Tapi memang benar, diantara banyak wanita, belum pernah ada wanita seperti Alia, yang mereka dekati.

" Boleh juga, sih. Kalau gue yang menang, mobil elo buat gue kan?" kata Fandi.

" Yes, of course. Karena laki-laki yang di pegang ucapannya," kata Leon.

" Halah, kayak benar aja hidup, Lo. Tapi kalau misal yang menang elo, gimana?"

" Ya, mobil kalian berdua buat gue lah." Ceplos Leon.

" Brengsek, enak di elo lah kalau misal elo yang menang." Timpal Fandi sembari tertawa.

" El, elo gimana? dari tadi diam aja." Kata Leon. Elvan mendengus heran dengan ide konyol dua sahabatnya itu.

" Kalian aja dulu deh coba deketin dia. Kalau kalian nggak sanggup, baru giliran gue." Sahut Elvan dengan ekspresi datarnya.

" Dan nanti kalau elo yang menang, mobil kita berdua buat elo," sahut Fandi dengan antusias.

" Ya, terserah kalian ajalah." Kata Elvan sembari berlalu meninggalkan dua sahabatnya.

" Eh, eh, elo serius emang mau deketin si cewek hijabers itu?" tanya Fandi.

" Ya nggak lah, mana berani gue. Yang ada tiap hari gue budek di ceramahin," jawab Leon terkekeh.

" Lah terus gue gimana? gue juga mana berani deketin cewek model gitu. Bisa panas telinga gue di bacain ayat kursi," sahut Fandi.

" Bodoh banget sih, kita itu ngerjain si Elvan. Kita ini ngasih tantangan buat dia, kira-kira dia berani nggak. Secara elo tahu kan Elvan kayak gimana?" kata Leon.

" Jadi maksud elo, kita jerumusin si Elvan gitu?" tanya Fandi.

" Bukan jerumusin sih, kita uji ke playboy-an dia. Jadi, nanti kita pura-pura aja nyerah. Dia juga nggak akan tahu kita ini bener dekatin tuh cewek apa nggak." Sambung Leon.

" Hahaha gila juga ide, Lo. Boleh lah sekali-kali ngerjain si Elvan. Coba dia berani apa nggak deketin cewek kayak gitu. Kalau deketin cewek seksi, udah makanan dia. Bukan cuma makanan dia sih, semua cewek yang lihatin dia juga bakal terpesona sama Elvan. Tapi cewek itu kayaknya beda."

" Nah, itu poin utama gue. Sekalian ngetes, cewek model kayak gitu terpengaruh nggak sama ketampanan, karisma dan kekayaan Elvan apa nggak," timpal Leon.

" Oke,lah. Gue setuju," sahut Fandi sembari adu tos dengan Leon.

-

Alia baru saja keluar dari masjid bersama kedua temannya, Rani dan Diana.

" Eh, itu si Rendra mana?" tanya Rani.

" Udah pulang, lagian kan jam kuliah udah selesai. Rendra kan juga punya kepentingan lain," sahut Alia sembari tersenyum.

" Kayaknya si Rendra suka sama kamu deh," sahut Diana.

" Udah kalian jangan gosip. Mending sekarang kita pulang. Kayaknya Andra udah nunggu di depan."

" Al, Andra boleh dong buat aku," sahut Rani.

" Rani, istighfar ih."

" Hehehe habis gimana, si Andra ganteng. Nggak apa-apa kan pacaran sama brondong," celetuk Rani.

" Husss, malu ah sama hijab kita. Jangan pacaran, langsung nikah aja," sahut Alia mengingatkan.

" Hehehe iya, maaf. Kalau aku udah ada yang sreg, maunya juga gitu, Al. Tapi belum ada," kata Rani.

" Berdoa, Ran. Coba bangun di sepertiga malam, siapa tahu ada petunjuk siapa jodoh kamu." Kata Alia.

" Eh, eh, eh, ngomongin jodoh. Tuh di hadapan kita ada cowok-cowok keren," sahut Diana yang melihat Elvan dan kedua temannya, berjalan berpapasan melewati mereka. Elvan, Leon dan Fandi, hanya melirik ke arah Alia dan teman-temannya. Sementara Alia memilih pura-pura tidak melihat Elvan.

" Oh itu Rich Man, gengnya cowok tajir dan keren." Sahut Rani.

" Aku kuliah di sini, baru ngeh kalau ada mereka," sahut Alia.

" Ah, keterlaluan kamu Al. Mereka kan terkenal banget di kalangan para mahasiswi," sahut Diana.

" Mereka ganteng banget ya," kata Rani dengan kagum.

" Percuma ganteng kalau nggak ada akhlak," sahut Alia.

" Jutek amat, Al. Ada masalah sama mereka?" tanya Diana.

" Ah, nggak kok. Udah nanti kita lama-lama nggak sampai halaman depan kampus." Sahut Alia.

" Ya udah aku sama Rani ke parkiran dulu ya ambil mobil."

" Al, nggak sekalian pulang sama kita." kata Rani.

" Kan Andra udah jemput, lain kali ya. Kalian hati-hati ya."

" Ya udah, Al. Kamu juga hati-hati ya. Assalamualaikum," pamit Diana.

" Waalaikumsalam, kalian juga hati-hati ya." Alia, Rani dan Diana pun berpisah. Alia segera berjalan menuju gerbang depan kampus, sementara Rani dan Diana pergi ke tempat parkir

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!