Karya novel Author yang ke 4
______________
Di tengah kerumunan keluarga Yue, seorang gadis berpakain gaun hanfu bangun dari dalam peti mayat. Bangunnya gadis 16 tahun itu membuat semua orang terkejut dan langsung menjauhi peti mayat itu. Gadis itu melihat ke sekitarnya sambil memegang kepalanya yang sakit.
'Sial, gara-gara lomba balap sepeda aku jadi tercebur di sungai. Ugh ... sakit banget kepalaku,' ringis gadis itu sambil memegang kepalanya, 'Untung aku gak mati! Tapi siapa yang nyelamatin aku?'
Gadis itu berusaha mengingat saat terakhir kali dia sadar berada di dalam dasar sungai. Saat itu dia tercebur ke sungai karena tidak bisa mengimbangi sepedanya dan akhirnya dia terjun bebas dari jembatan tinggi yang menghubungkan dari kota A ke kota B, panjang jembatan itu hampir 50 meter, dan pada saat itu dia terjun bebas dari ketinggian 20 meter ke sungai yang dalam. Kelemahan gadis ini dia tidak bisa berenang dan takut pada kedalaman air, karena trauma masa kecilnya membuatnya tidak bisa berenang.
Gadis itu melihat ke sekitarnya, dia bisa melihat ada banyak orang sedang menatapnya terkejut sekaligus sedih. Gadis itu mengerutkan keningnya sebab tidak mengenali mereka, tapi dia berpikir bahwa keluarga itulah yang menyelamatkan nyawanya.
Pria paruh baya berusia 40 tahunan bergerak maju mendekati gadis yang ada di dalam peti mati, dengan wajah sendu sekaligus senang dia memeluk gadis itu.
"Qian Yue, kamu masih hidup! Kamu masih hidup Putriku! Ayah bersyukur!" ucap pria paruh baya itu dengan suara keras, seakan melampiaskan rasa senangnya dengan suara kerasnya.
Gadis yang dipeluk itu hanya diam dan tidak merespon, namun di dalam benaknya dia bertanya, siapa itu Qian Yue?
"Maaf, siapa itu Qian Yue?" tanya gadis itu dengan suara pelan namun dapat didengar semua orang.
Pria paruh baya yang tadinya menangis di dalam pelukan gadis itu mendadak berhenti menangis, dia mengangkat wajahnya menatap wajah gadis di hadapannya.
"Putriku Qian Yue, apa yang kamu katakan?" Pria paruh baya itu bertanya balik. Raut wajahnya berubah drastis, ada rasa kecewa tergambar jelas di sana.
"Siapa kalian?" Gadis itu bertanya lagi, pertanyaan terdengar ambigu oleh semua orang.
"Astaga! Putri Qian Yue lupa ingatan!" teriak seorang wanita cantik berusia 30 tahunan, raut wajahnya dibuat seterkejut mungkin agar semua orang juga ikut terkejut mendengar suaranya. Wanita itu langsung berlari kecil ke arah gadis yang dia tuduh lupa ingatan, dengan berwajah sesedih mungkin dia memeluk gadis itu.
"Nona Pertama, maafkan kami. Gara-gara kami sekarang kamu telah hilang ingatan. Seandainya, seandainya saat itu cepat aku sadar bahwa kamu tenggelam di kolam. Aku, aku pasti menolongmu, tapi syukurlah kamu masih hidup!" isak wanita paruh baya itu.
Semua orang memasang wajah sedih, mereka juga turut menyesal saat kejadian gadis itu tenggelam tidak ada satu pun orang yang sadar. Jika saja mereka sadar, semua ini pasti tidak akan terjadi.
Gadis itu semakin mengerutkan keningnya, dia memang paham apa yang dimaksud wanita itu, tapi yang tidak dia paham ialah dia tenggelam di kolam, seingat gadis itu dia jatuh dari jembatan. Saat itu semua terasa nyata, tidak mungkin gadis itu bermimpi.
Butuh waktu cukup lama gadis itu memahami keadaannya, dan setelah tersadar langsung gadis itu. bergegas dia meminta cermin. Walau pun semua orang bingung akan permintaannya, tapi pelayan tetap memberikannya cermin. Gadis itu langsung bercermin dan menatap pantulan wajahnya, dan betapa terkejut dia ternyata wajahnya telah berubah. Jauh lebih cantik dari wajah aslinya, walau tidak dirias tapi kecantikan alami gadis itu tidak bisa dipungkiri.
'Aarrgg!! Mukaku berubah! Apa maksudnya ini? Aku pikir ini hanya dugaan konyolku saja,' jerit gadis itu dalam hatinya.
Gadis itu tersadar, ruang tempat dia berada saat ini begitu asing, dan begitu kuno. Banyak ukiran-ukuran kuno di dinding, apalagi pakaian sekeluarga besar itu sangat berbeda dengan pakaian zaman modern. Akhirnya Dia sadar ....
'Tidak salah lagi! Aku telah mati di dasar laut, dan bereinkarnasi lagi di tubuh seorang gadis bernama Qian Yue! Astaga mukjizat macam apa ini? Apa aku harus berteriak bersyukur atas kejadian langka ini!' Gadis itu menjerit frustasi, bagaimana mungkin dia mendapat kejadian aneh seperti ini saat dia tidak pernah membayangkan atau mengharapkannya, tapi dia harus bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup.
Roh gadis yang memasuki tubuh bernama Qian Yue ialah gadis modern bernama Lia, seorang mahasiswi di universitas hukum. Lia sudah berusia 23 tahun, tidak lama lagi masa kuliahnya di luar negeri akan berakhir, tapi tidak dia sangka saat dia turing sepeda bersama sahabatnya akan berakhir tragis untuknya.
Lia gadis yatim piatu, tidak kaya tidak juga miskin, karena dia memiliki kecerdasan di atas rata-rata dia mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Pemerintah juga menanggung uang sekolahnya dari sejak dia SMP sampai kuliahnya, tidak hanya uang sekolah namun juga uang biaya hidup tapi tidak terlalu banyak, hal itu membuat gadis itu sadar dia harus bisa berkerja untuk menambah uang makannya.
Kejadian seperti ini sudah sering Lia baca di novel mau pun di manga yang menjadi series favoritnya, time travel dan memasuki tubuh seorang putri. Tapi tidak dia sangka dia sendiri akan merasakan time travel dan masuk ke dalam tubuh putri.
'Semua ini terdengar konyol! Tapi ... aku harus bersyukur karena masih bisa hidup! Sia-sia aku sekolah tinggi kalau akhirnya mati tanpa merasakan jerih payaku sendiri, walau pun sekarang aku berada di tubuh orang lain tapi untunglah ingatanku akan kehidupanku tidak hilang. Tapi ....'
'Tapi kenapa aku tidak mendapatkan ingatan gadis ini?! Bagaimana aku mau berinteraksi jika tidak ada ingatan! Bukankah di novel-novel pemeran utama akan mendapatkan ingatan! Tapi kenapa aku berbeda!' Gadis itu menjerit keras dalam hatinya, tapi dia sadar, berteriak pada langit pun tidak akan didengar. Yang ada orang akan berpikir dia sudah tidak waras.
Saat ini Lia hanya bisa menjadi Qian Yue, agar tidak ada seorang pun yang curiga akan dirinya. Jika keluarga itu tahu Lia memasuki tubuh Putri mereka, apa yang akan dilakukan keluarga itu? Apa dia akan disembelih?! Hal itu tidak bisa dia bayangkan.
Qian Yue menghela nafas pelan, "Aku, aku tidak ingat apa-apa tentang kalian. Maafkan aku," ujar Qian Yue pelan dengan wajah sedih.
Pria paruh baya itu menatap anak gadisnya semakin sedih, "Putriku Qian Yue, tidak apa-apa. Tabib akan mengobatimu sampai kamu bisa mengingat kami semua," balas pria paruh baya itu antusias berharap putrinya cepat kembali sembuh.
Qian Yue tersenyum kecil, 'Beginikah rasanya disayang seorang Ayah?' tanya Qian Yue dalam hatinya. Tidak dia sangka tubuh gadis yang dia tempati memiliki Ayah yang begitu perhatian.
Di samping pria paruh baya itu, ada wanita paruh baya cantik, dia menggertakkan giginya kesal, di dalam hati dia mengumpat keras kenapa gadis itu masih hidup! Setelah tenggelam di dalam kolam.
"Putri Pertama, aku senang kamu masih hidup," ucap wanita itu lembut dengan senyuman manis.
Pandangan Qian Yue menatap wanita itu sedikit berada, walau pun wanita itu sedang tersenyum dan bersyukur akan hidupnya kembali Qian Yue, tapi Qian Yue sadar, saat Qian Yue asli tenggelam di kolam wanita itulah yang paling dekat dengannya. Wanita itu mengakui kesalahannya sendiri, mungkin di telinga banyak orang itu terdengar menyesalkan dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa saat dia sadar ada seseorang yang tenggelam tidak jauh dekatnya. Tapi menurut Qian Yue, itu bisa menjadi sebuah ungkapan bahwa wanita itu sedang memarahi dirinya sendiri karena tidak berhasil membunuh Qian Yue, tapi untungnya Qian Yue tidak mengingat kejadian saat itu, jadi wanita itu tidak bisa dituduh sebelum ada bukti yang kuat.
"Terimakasih kalian telah peduli padaku. Aku bersyukur memiliki orang-orang seperti kalian di dekatku, dan aku yakin saat aku tenggelam tidak ada yang sadar sebab itu tidak ada yang menolongku," ucap Qian Yue lembut.
Wanita yang di depan Qian Yue menatap Qian Yue sedikit tajam, dia paham yang diucapkan gadis itu sedang menyindir dirinya.
'Apakah anak ****** ini masih ingat kejadian saat itu? Atau dia hanya sedang pura-pura lupa ingatan?'
___________________
**A/N : Sebagian cerita telah direvisi.
Tolong jangan lupa tinggalkan like di setiap episodenya** ^-^
[Episode telah direvisi]
_____________________
Qian Yue sudah mendapat sedikit gambaran tentang pemilik tubuh yang dia tempati saat ini. Pelayan pribadinya, Hua Yun menceritakan tentang siapa itu Qian Yue?
Qian Yue Putri Pertama dari kediaman Jenderal Besar Yue, dia memiliki 2 saudara kandung yang mana 2 saudaranya seorang pria. Kakak pertama bernama Ze Yue sekaligus anak tertua dari Jenderal Yang Yue dan Qian Mie. Ze Yue saat ini menjabat sebagai Wakil Jenderal di kekaisaran Wei. Ze Yue terkenal sebagai Wakil Jenderal muda ahli perang, memiliki otak cerdas dan kepribadian berwiba. Di usianya yang muda, menjabat sebagai Wakil Jenderal adalah hal yang sangat jarang ditemukan. Atas statusnya itu, Ze Yue dianugerahi pernikahan dengan Fhu Sua, adik dari Kaisar Shu Jin.
Lalu Kakak ke dua bernama Fang Yue, salah satu kestria terbaik di kekaisaran Wei. Melatih dirinya sejak kecil membuatnya menjadi ksatria terbaik di kekaisaran Wei, tidak hanya berbakat sebagai ahli bela diri dari sejak muda, tapi juga berbakat memainkan beberapa alat. musik seperti kecapi. Fang Yue juga sudah memiliki istri bernama Yin Hua, anak dari Menteri Pembangunan, Yin Zhougu.
Kehidupan sehari-hari Qian Yue sedikit buruk, Qian Yue yang terkenal manja dan sedikit genit pada semua Pangeran, membuat reputasinya sebagai anak dari Jenderal Besar Yue hancur di mata sebagian masyrakat. Qian Yue bersikap seperti itu karena dorongan dari Wangxia Selir satu-satunya Jenderal Besar Yue. Karena Istri sah sekaligus Ibu Qian Yue telah meninggal, membuat Qian Yue tumbuh dibawa didikan orang yang salah.
Wangxia dia adalah istri satu-satunya yang saat ini Jenderal Besar Yue miliki. Memiliki 2 anak, yaitu Yue Sua dan Lou Yue. Yue Sua merupakan putri ke dua di kediaman Jenderal Besar Yue, Putri yang satu ini memiliki paras yang cantik dan tubuh yang cukup dikatakan subur--seksi. Semua orang memanggilnya dengan sebutan 'Dewi Kecil' karena kecantikannya melebihi ibunya sendiri, umur Yue Sua tidak jauh beda Qian Yue. Namun sifat mereka sangat bertolak belakang, jika Qian Yue terkenal manja dan suka bertingkah seperti pria, maka Yue Sua sebaliknya, anggun dan beretika.
Walau pun Qian Yue tidak terlalu dapat gambaran akan adanya kekerasan yang Qian Yue dapat dari Wangxia, tapi dari cara Wangxia memperlakukan Qian Yue terlalu memanjakannya membuat Qian Yue sampai lupa diri. Membuat jalan pikir Qian Yue seolah-olah apa yang dia ingin pasti bisa dia dapatkan, bahkan Wangxia tidak mempermasalahkan jika Qian Yue dipandang buruk di mata semua orang. Justru dia membuat Qian Yue untuk tidak memperdulikan cemooh dari orang lain.
Qian Yue mengangguk paham, dari cerita yang dia dengar semua tampak jelas. Wangxia sangat menginginkan Qian Yue terlihat buruk di mata semua orang, sehingga dia tidak perlu repot-repot membuat anaknya memiliki reputasi lebih tinggi dari Qian Yue sekali pun status Yue Sua hanya anak dari seorang Selir.
'Licik sekali, walau pun tidak ada tanda kekerasan, tapi mereka ... sangat berbahaya.' Qian Yue tidak habis pikir, apakah pemilik tubuh ini terlalu bodoh atau terlalu polos? Mudah sekali dipermainkan ibu tirinya sendiri. Padahal jabatannya sebagai Putri Pertama di kediaman Jenderal Besar Yue sangat dipandang tinggi oleh semua orang.
Qian Yue memang tidak ada niat untuk membalaskan dendam pemilik tubuh ini, tapi karena dia tinggal di tubuh yang memiliki reputasi buruk di mata banyak orang. Mau tidak mau dia harus membuat reputasinya kembali membaik, sebagai Putri Pertama Jenderal Besar Yue yang terhormat.
Qian Yue tidak ingin reputasinya di kehidupan lalunya sebagai mahasiswi pintar hampir diakui banyak pemerintahan hilang begitu saja hanya karena memiliki tubuh yang berprestasi buruk. Apa kata dunia jika orang berprestasi baik memiliki reputasi buruk di mata banyak orang!?
Qian Yue beralih menatap Hua Yun, gadis manis seumuran dengannya itu sedang berdiri tidak jauh darinya. Qian Yue berandai jika gadis manis itu terlahir di keluarga bangsawan, dia pasti tidak akan berakhir menjadi pelayan. Tapi sayangnya takdir itu tidak berpihak pada Hua Yun. Qian Yue juga harus bersyukur, untunglah dia tidak masuk ke tubuh yang hidup seperti Hua Yun, jika saja itu terjadi maka makin rumit lagi keadaannya.
"Hua Yun," panggil Qian Yue, seketika gadis itu langsung melihat ke arahnya, "Aku mau mandi. Tolong siapakan air mandi untukku."
Hua Yun membungkuk, "Siap Nona Pertama." Kemudian Hua Yun berjalan meninggalkan Qian Yue. Namun sebelum dia benar-benar keluar untuk menyiapkan air, ada suara yang memanggilnya.
"Tunggu sebentar."
Hua Yun segera berbalik menatap majikannya yang sedang menatapnya, di dalam hatinya dia bertanya kenapa Qian Yue memanggilnya lagi? Apakah dia telah membuat kesalahan.
Selama ini Hua Yun tidak pernah mendapatkan perlakukan baik dari Qian Yue, karena Qian Yue lebih mendengarkan ucapan Wangxia dari pada Hua Yun. Hua Yun memang tidak pernah berharap untuk didengarkan, tapi dia melakukan semua itu agar Qian Yue tidak terjebak oleh hasutan Wangxia. Hua Yun selalu menginginkan yang terbaik untuk majikannya ini.
"Khusus untukmu jangan bersikap begitu formal, bersikaplah seakan kita berdua adalah saudara. Paham?" ucap Qian Yue dengan senyuman kecil.
Hua Yun sedikit terkejut dan langsung menolak secara halus, "Tapi Nona, saya tidak pantas menjadi saudari Nona. Saya hanyalah pelayan." Hua Yun membungkuk, benar-benar menolak.
"Hanya kita berdua saja yang tahu, kau tidak perlu khawatir," balas Qian Yue lagi, senyumanannya masih belum pudar.
Hua Yun menatap Qian Yue lirih, dia tidak berani menolak tapi tidak juga berani menerima? Bagaimana jika ada orang lain mendengarnya? Bisa-bisa nyawanya dan nyawa keluarga terancam hukuman mati karena menganggap Putri terhormat dari Jenderal Besar sebagai saudarinya. Sebagai pelayan yang memiliki status rendah menganggap majikannya sebagai saudarinya, bukankah itu sama saja halnya mencari mati?
Tapi walau pun begitu Hua Yun tidak bisa menolak perintah, "Ba-baik Nona," jawab Hua Yun ragu.
Qian Yue melebarkan senyumannya mendengar jawaban Hua Yun, walau gadis itu masih tampak tidak ingin mengiyakan perintahnya tapi dia tidak berani membantah. Berarti pelayannya itu lebih memilih kesetiannya daripada nyawanya.
Hal yang saat ini Qian Yue akan lakukan ialah memiliki seseorang yang bisa dipercaya, seperti Hua Yun contohnya. Mengetahui tentang dirinya begitu buruk dia harus bisa memiliki banyak sekutu dan mengembalikan lagi nama baiknya. Pelayan pribadinya inilah yang menjadi target pertamanya.
"Bagus, sekarang kau bisa pergi."
***
Suara benda jatuh terdengar keras dari kediaman Wangxia. Beberapa pelayan yang berjaga di sekitar kediaman itu hanya bisa diam sambil menunduk seolah tidak mendengar apa yang baru saja mereka dengar, tidak satu pun dari mereka berani bersuara. Mereka tahu wanita penghuni kediaman itu sangatlah pemarah, mereka juga tahu seberapa kejamnya wanita itu jika sedang marah. Jadi jangan sampai membuat wanita itu bertambah marah lagi.
Hal seperti ini sudah biasa mereka dengar, biasanya Wangxia akan mengobrak-abrik isi kediamannya kalau suasana hatinya sedang tidak baik. Anggaplah dia memiliki penyakit paranoid.
"Anak jalang itu! Kenapa dia masih hidup! Sudah susah payah aku membuatnya tenggelam, tapi kenapa dia masih hidup! Kenapa dia sama saja seperti Ibunya si jalang itu, cuman tahunya merepotkan!" teriak Wangxia keras sambil melempar guci yang ada di meja.
Suara pecahan guci yang baru saja dilempar bergema keras, 2 orang gadis yang menyaksikan kemarahan Wangxia secara langsung hanya bisa diam dan menunduk, 2 gadis itu tak lain Nona ke dua Yue Sua, Ha Young pelayan pribadi Yue Sua. Setelah cukup lama 2 gadis itu diam menunduk menyaksikan kemarahan Wangxia. Yue Sua memberanikan dirinya mengangkat kepalanya.
Yue Sua menatap Ibunya ngeri, memiliki Ibu yang begitu paranoid sangat mengerikan daripada berhadapan dengan macan. Dengan perlahan Yue Sua mendekati Ibunya, walau pun rasa hati begitu takut mendekati Wangxia, tapi dia tidak bisa membiarkan Ibunya terus-terusan menggila, bisa-bisa semua barang di dalam kediaman Ibunya pecah karena kemarahan Ibunya sendiri.
"Ibu jangan berteriak lagi, bagaimana jika ada yang mendengarnya. Ibu bisa mendapat masalah nanti. Dan juga lihat barangmu Ibu, sudah banyak pecah karena kemarahanmu." Yue Sua memegang bahu ibunya, walau pun dia takut tapi dia harus bisa membuat ibunya kembali tenang.
Wangxia mendengus kesal, dengan mimik wajah marah dia menatap anaknya. Wangxia menepis kasar tangan Yue Sua, diikuti dengan bentakan keras.
"Diam kau dasar anak tidak berguna! Kalau bukan aku yang membantumu memiliki reputasi seperti sekarang, apa kau pikir kau bisa hidup tenang!? Apa kau tidak dengar anak jalang itu berani menyinggungku?!" Mata Wangxia melotot menatap Yue Sua.
Yue Sua meringis pelan merasakan panas tangannya akibat tepisan kasar dari Wangxia, hal seperti ini sudah sering dia dapatkan. Ibunya ini jika sudah marah pasti akan sering memukul, jadi bukan masalah besar lagi jika Yue Sua mendapat satu atau dua pukulan.
"Aku tahu Ibu, tapi tenanglah sedikit. Marah pun tidak akan bisa menyelesaikan semuanya. Kita hanya perlu membunuh si jalang Qian Yue itu lagi bukan? Bukankah dia lupa ingatan, seharusnya dia lebih mudah diperdaya," balas Yue Sua sedikit keras berharap Ibunya itu bisa cepat tenang kembali.
Perlahan amarah Wangxia mulai meredah, sorotan matanya yang tajam menatap Yue Sua. Yang dikatakan Sue Yue memang benar, jika dia hanya marah tidak akan menyelesaikan masalahnya, dia harus tenang dan berpikir ulang lagi. Dengan nafas menggebuh-gebuh Wangxia berbicara, "Benar juga. Ternyata otakmu masih bisa berfungsi."
Yue Sua tersenyum tipis, di dalam hatinya dia memuji kepintarannya, 'Tentu saja aku pintar. Ibu saja yang tidak sadar.'
"Lalu rencana apa yang akan Ibu buat agar bisa melenyapkan si jalang Qian Yue itu?" tanya Yue Sua. Selama ini Yue Sua tahu selalu Wangxia yang memiliki rencana jika ingin mengurus sesuatu, sedangkan Yue Sua hanya ikut berperan dalam menjalankan rencana.
Wangxia terdiam sejenak memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan. Rencana kali ini harus lebih baik dari sebelumnya, kalau bisa rencananya kali ini harus berhasil jangan sampai gagal lagi.
Wangxia mendekati meja riasnya, di atas mejanya itu ada kertas putih bertuliskan 2 kata singkat, 'Pangeran Mahkota'.
"Dua hari lagi keluarga kita akan pergi ke kerajaan, merayakan kemenangan Jenderal Besar Yue atas peperangan di perbatasan Liu-Wei," jelas Wangxia bersamaan dengan itu seringai jahat mulai terlihat, "Dan pada saat itu, para bangsawan pasti akan berdatangan. Buatlah rencana untuk mempermalukan Qian Yue di sana, di hadapan Kaisar dan Permaisuri."
Yue Sua masih terlihat bingung, namun sesaat otaknya itu mulai berjalan kembali, "Apakah maksud Ibu, mempermalukan Qian Yue di acara pesta besar itu?"
Wangxia semakin menyeringai, "Ya, tentu saja. Buatlah si jal*ang kecil itu sangat malu. Tapi pastikan kau melakukannya tanpa membuat orang lain curiga bahwa kau sengaja mempermalukan, Qian Yue."
Yue Sua membalas senyuman Wangxia dengan senyuman licik, mengerti rencana apa yang Ibunya maksud, "Ah ... tentu Ibu. Aku tidak akan mengecawakanmu."
_______________
**A/N : aotor yang mendengar rencana Wangxia rasanye nyanyi, ibu tiri ... hanya cinta ... kepada status ayah saja! -_-
[Like, komen dan berikan hadiah ya ^-^] Jika ada kesalahan penulisan silakan komen**.
[Episode telah direvisi]
_______________________
Qian Yue mengikat rambutnya seadanya, tidak perlu diberikan hiasan kepala yang membuatnya kepalanya berat. Di belakangnya ada Hua Yun menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan, sejak tadi, sejak Qian Yue selesai mandi dan berkemas diri, Hua Yun selalu memaksa Qian Yue untuk tidak perlu merias diri sendiri, karena sudah menjadi tugas Hua Yun merias bahkan memakaikan baju untuk Qian Yue. Tapi Qian Yue selalu menolak, dengan jawaban yang sama--aku bisa melakukannya sendiri.
Qian Yue tersenyum tipis melihat hasil riasannya, tidak berlebihan dan tidak pula jelek. Hanya bibir tipisnya diberi sedikit warna lipstik merah muda, sedangkan yang lain tidak diberikan apa-apa selain bedak wajah saja. Riasan Qian Yue benar-benar natural, dengan bibir merah muda dan baju hanfu merah menjadikan dirinya tampak elegan.
Qian Yue akui, Yue Sua memanglah sangat cantik, memiliki bibir mungil merah muda, warna mata kecoklatan seperti Wangxia, rambut lurus sepinggang dan bentuk tubuh yang ideal. Tidak salah jika Yue Sua memiliki julukan 'Dewi Kecil'.
"Lebih bagus dari yang aku duga," gumam Qian Yue takjub melihat wajahnya dari pantulan cermin.
"Nona ... biarkan saya saja yang merias Nona. Saya sebagai pelayan sudah seharusnya merias Nona secantik mungkin." Terdengar suara lirihan seorang wanita, yang tak lain ialah Hua Yun. Hua Yun menatap Qian Yue yang membelakanginya dengan wajah memelas.
Qian Yue beranjak berdiri kemudian berjalan mendekati Hua Yun, "Aku punya tangan dan kaki, lalu apa gunanya jika tidak dipergunakan dengan baik? Tenanglah Hua Yun, aku bisa merias diriku sendiri. Tugasmu hanya menuruti apa yang aku katakan, paham?" Qian Yue menekan pundak Hua Yun membuat gadis itu tertunduk tidak berani menatap majikannya.
"Ba-baik Nona," jawab Hua Yun. Sebenarnya Hua Yun senang melihat Qian Yue sudah mulai mandiri tidak seperti dulu, selalu manja, apapun yang Qian Yue mau harus diberikan, bahkan tak segan Hua Yun sampai harus melakukan banyak kelakuan berbeda dari pelayan biasanya. Tapi di sisi lain melihat perubahan Qian Yue begitu drastis juga membuat Hua Yun cemas, dia takut ingatan majikannya ini tidak akan kembali lagi.
Qian Yue mengerutkan keningnya dengan pandangan tak suka, dia tidak suka melihat Hua Yun begitu takut padanya, hampir setiap Qian Yue menatap pelayannya itu, maka Hua Yun akan langsung menunduk.
Sebegitu menyeramkannya kah wajah Qian Yue?
"Angkat wajahmu, Hua Yun. Jangan pernah menunduk kalau aku berbicara padamu, itu tidak baik," tegas Qian Yue sedikit membentak membuat Hua Yun sedikit terkejut.
Hua Yun langsung mengangkat wajahnya, memberanikan diri menatap gadis cantik natural di depannya. Hua Yun bisa melihat iris mata hijau dan wajah putih mulus milik Qian Yue, benar-benar cantik alami. Walau tak secantik saudarinya Yue Sua.
Hua Yun langsung menggelengkan kepalanya saat dia membandingkan kecantikan Qian Yue dan Yue Sua. 'Apa yang aku pikirkan! Nona bahkan lebih cantik dari pada Nona ke dua!" bantah Hua Yun dalam hatinya.
Qian Yue mengerutkan lagi keningnya, melihat Hua Yun menggelengkan kepala membuat Qian Yue berpikir, bahwa gadis itu baru saja memikirkan tentang dirinya.
Qian Yue menurunkan tangannya dari bahu Hua Yun, kemudian dia berjalan menuju jendela, "Hua Yun, apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Qian Yue dengan suara pelan, tangannya sibuk membelai bunga yang ada di jendela.
Hua Yun langsung mengangkat wajahnya menatap Qian sedikit terkejut, "Ti-tidak ada Nona. Wajah Nona terlalu cantik sampai membuat saya merasa terpukau. Wajah Nona sangat mirip dengan almarhumah Nyonya Besar."
Semua orang memang berpikir demikian, bahkan Jenderal Yang Yue pun sama. Melihat wajah Qian Yue mengingatkan dirinya akan janjinya pada sosok Istri sahnya Qian Mie yang sudah meninggal 6 tahun yang lalu. Jadi wajar saja ketika anak gadisnya meninggal, Yang Yue merasa terpukul berat sebab tak bisa menjaga anak gadisnya sesuai permintaan terakhir istrinya tersayangnya.
Qian Yue menatap pemandangan di luar dari balik jendela, dengan perlahan Qian Yue menarik nafas dalam lalu menghembuskannya.
"Apakah malam ini ada hal penting Hua Yun? Jika tidak ada aku ingin bertemu dengan Ayah," tanya Qian Yue mengalihkan topik sambil beralih menatap Hua Yun yang tidak jauh darinya.
"Sepertinya tidak ada Nona. Saya bisa memberitahukan Tuan Jenderal besar jika Nona ingin bertemu dengan Tuan Jenderal besar," balas Hua Yun.
Qian Yue terdiam sejenak kemudian dia mendekati Hua Yun, "Tidak perlu, biar aku sendiri yang mengatakan pada, Ayah."
"Baik Nona."
***
Tak terasa malam pun tiba, remang-remang rembulan menyinari indah menerpa hamparan bumi, awan bergerak lamban menuju ke arah angin berhembus. Suasana malam ini begitu tenang dan nyaman. Di bawa kenyamanan rembulan, sebuah bangunan besar berdiri kokoh, semua orang menjuluki rumah itu sebagai kediaman Jenderal Besar Yue. Jenderal yang terkenal telah berhasil memukul mundur kekaisaran Liu dari perbatasan.
Di dalam kediaman itu, sepasang keluarga berjumlahkan 8 orang sedang duduk. Mereka semua telah selesai menyantap makanan di meja.
"Ayah, apakah Ayah ada waktu setelah makan nanti?" tanya Qian Yue lembut sambil melihat ke arah Yang Yue. Iris mata hijaunya itu menatap lekat sang Ayahnya yang sedikit terkejut mendengar panggilan untuknya.
Yang Yue menatap Qian Yue nanar, sudah lama dia tidak mendengar putrinya itu memanggil dengan sebutan 'Ayah'. Semenjak terjadi pertengkaran kecil antara Qian Yue dan Yang Yue, gadisnya itu selalu memanggilnya Jenderal Besar, sebagai bentuk rasa gadis itu tidak lagi menganggapnya sebagai Ayahnya.
Kejadian itu terjadi ketika Qian Yue meminta diajarkan berlatih pedang, namun Yang Yue melarang keras anak gadisnya berlatih ilmu bela diri. Bukannya karena apa, Yang Yue hanya menghindari rumor-rumor yang akan menyerang anaknya. Tapi, karena saat itu Qian Yue sangat keras kepala, Yang Yue pun memberikannya teguran keras. Sejak saat itu, kerenggangan di antara Qian Yue dan Yang Yue terjadi.
Melihat Yang Yue hanya terdiam, Qian Yue mengerutkan keningnya, "Ada apa Ayah? Kenapa Ayah diam? Apakah Ayah tidak punya waktu?" ucap Qian Yue lagi dengan wajah polosnya.
Di sisi lain, Wangxia dan lainnya terkejut saat Qian Yue memanggil Yang Yue dengan sebutan 'Ayah'. Mereka selama ini tahu, pertengkaran kecil antara ayah dan anak itu berlangsung cukup lama. Membuat kerenggangan di antara keluarga, tapi tidak disangka, gadis itu dengan polosnya memanggil Yang Yue dengan sebutan 'Ayah' panggil yang sudah lama lenyap dari mulut Qian Yue sejak terjadi pertengakaran itu.
Ze Yue selaku anak tertua, mengulum senyum tipis. Dia juga turut senang melihat adik perempuannya itu sudah memanggil Yang Yue dengan sebutan 'Ayah' lagi setelah lama adiknya tidak pernah memanggil Yang Yue dengan sebutan itu. Walau pun adiknya ini tengah lupa ingatan, tapi sepertinya tidak terlalu buruk daripada sebelumnya.
Sebenarnya Qian Yue sudah tahu, bahwa pemilik tubuh ini pernah bertengkar dengan Ayahnya sendiri hingga kerenggangan antara anak dan Ayah terjadi. Qian Yue tidak habis pikir kenapa bisa pemilik tubuh sebelumnya ini terlalu bodoh, sampai membuat dirinya sendiri menjauh dari Ayahnya yang seharusnya bisa melindunginya dari Wangxia. Semua kelakuan buruk ini, pasti karena hasutan Wangxia!
Qian Yue tidak bisa memaafkan Wangxia, betapa rendah dan murahannya wanita itu. Berniat menghancurkan hubungan anak dan Ayah agar lebih mudah memperburuk Qian Yue! Wangxia sungguh kejam, ibu ke dua macam dia itu? Bukankah seharusnya dia menciptakan kebahagian baru di tengah keluarga ini, tapi kenapa dia malah memperburuknya? Sebenarnya apa yang Wangxia inginkan dari kediaman Jenderal Yang Yue ini?
Yang Yue segera tersadar saat Qian Yue bertanya lagi, "Ah ... tidak. Ayah hanya sedang teringat akan sesuatu saja," balas Yang Yue sambil tersenyum hangat.
Qian Yue paham, pria paruh baya itu tidak ingin mengungkit masalah tentang pertengkaran dirinya dan Qian Yue. Demi menghidari hal-hal yang tak diinginkan. Qian Yue bisa paham itu.
Qian Yue membalas senyuman Yang Yue, "Benarkah? Sebaiknya Ayah jangan banyak berpikir, tidak baik untuk kesehatan Ayah."
Lagi-lagi orang tercengang mendengarnya, untuk ke dua kalinya Qian Yue mengeluarkan kalimat yang membuat semua orang terdiam. Gadis yang selama ini begitu dingin pada Ayahnya sekarang mengkhawatirkan Ayahnya? Itu patut dipertimbangkan, sepertinya Qian Yue ini lebih baik lupa ingatan dari pada kembali seperti dulu.
Yang Yue semakin melebarkan senyumannya, "Tentu saja, terimakasih atas perhatianmu Putriku."
Fang Yue sendiri sampai tersedak mendengar ucapan adiknya, "Uhuk ... uhuk! Sepertinya Adikku Qian'er memang lebih baik lupa ingatan saja dari pada mengingatkannya," ujar Fang Yue bercanda.
Semua mata tertuju pada Fang Yue dengan ekspresi yang sama, namun berbeda untuk Wangxia dan Yue Sua. Mereka tampak tidak suka mendengar kalimat yang sejak tadi Qian Yue keluarkan.
"Fang Yue, apa yang kamu katakan? Tidak baik mengingatkan masa lalu itu pada adikmu," sahut Wangxia dengan wajah sedih yang dibuat-buat. Seolah-olah dia turut membantu Yang Yue menyembunyikan kebenaran buruk Qian Yue yang tidak sebaiknya diingat. Namun kenyataanya, dia sengaja memancing Qian Yue untuk bertanya.
Tapi Wangxia salah, gadis yang sekarang bukanlah Qian Yue yang asli, melainkan gadis dari abad 21 seorang mahasiswi hukum.
Qian Yue tertawa dalam hati, ternyata dugaannya benar, Wangxia memang bukan wanita baik. Bukan wanita yang menginginkan perdamaian di keluarga Yue ini. Melainkan kehancuran dan pertengkaran, dan hebatnya wanita ini sungguh pintar berdalih membuat siapa saja akan sulit mengalahkannya. Tapi berbeda dengan Qian Yue, seorang mahasiswi yang ingin menjadi jaksa di pemerintahan. Mau bermain silat lidah dengannya, akan Qian Yue temani sampai akhir.
"Wangxia, A Fang tidak berniat menyinggung masa lalu Qian'er, seharusnya kau tahu dia sedang bercanda," timpal suara wanita dengan nada sedikit marah, suara itu milik Yin Hua.
Mata kecoklatan terang menatap Yin Hua tajam, namun dalam sekejap saja mata itu langsung nanar memperlihatkan wajah sedihnya. Siapa lagi kalau bukan Yue Sua.
"Kakak Ipar Yin, Ibuku pasti kasihan pada Ayah, makanya dia berkata seperti itu. Kita semua pasti tahu-"
"Yue Sua! Apa yang kamu katakan!" Terdengar suara bentakan keras menyela Yue Sua membuat semua orang terkejut mendengarnya, "Suamiku maafkan aku, aku tahu aku salah. Salahku tidak tahu bahwa Fang Yue sedang bercanda. Aku, aku terlalu mengkhawatirkanmu, maafkan aku, Fang Yue. Aku siap menerima hukuman." Wangxia memasang wajah bersalah, tak terasa air matanya mengalir melewati pipi mulusnya membuat wajah bersalahnya itu tampak nyata.
Terkejut semua orang melihat air mata Wangxia keluar.
Drama yang benar-benar menakjubkan!
"Wangxia, hapus air matamu. Tidakkah kau tahu peraturan saat di meja makan tidak ada yang boleh bersedih, itu sama saja kau menangisi berkah hari ini, apakah kau ingin merusak makam malam bahagia kita dengan air matamu itu?" Terdengar suara sahutan lumayan keras membuat semua orang seketika melihat ke sumber suara itu. Mereka mendapat gadis yang sejak tadi memilih diam menyimak keadaan kini bersuara. Suara itu milik Qian Yue.
Qian Yue dengan tenang menatap tajam ke arah Wangxia. Membuat siapa Wangxia berhenti menangis, dia langsung menundukkan kepalanya. Membuat dirinya merasa bersalah di mata semua orang.
"Kakak, apa maksudmu berkata seperti itu. Ibu tidak berniat merusak makan malam, tapi Ibu hanya ingin membantu Ayah," sahut Yue Sua.
Qian Yue beralih menatap Yue Sua tajam, "Yue Sua siapa yang memintamu berbicara?" tegas Qian Yue keras, "Kesalahan Wangxia tidak hanya itu, kau tahu apa status Wangxia di kediaman ini? Dia hanya seorang Selir, tapi dengan beraninya dia memanggil Kakakku hanya dengan nama. Status Selir tidak jauh lebih rendah dari pelayan. Sebagai kediaman Jenderal besar, seharusnya peraturan dijalankan dengan baik."
Terbelalak semua mata mendengar ucapan Qian Yue, seakan tidak percaya Qian Yue secara terang-terangan merendahkan Wangxia. Bukankah selama ini Qian Yue sangat menyukai Wangxia? Tapi kenapa sekarang justru terlihat membencinya.
Namun sekejap wajah tegas Qian Yue berubah menjadi wajah lembut dengan senyuman hangat, "Tapi jika memang Wangxia berniat membantu Ayah, aku juga turut senang. Karena tidak mungkin Wangxia menabur pertengkaran di keluarga ini bukan? Ah ... maafkan aku terlalu tegas. Aku hanya sedikit membenarkan peraturan yang ada. Bukankah begitu Ayah?" Qian Yue beralih menatap Yang Yue yang tercengang mendengar ucapan anaknya.
Melihat Qian Yue menatapnya, Yang Yue langsung tersadar, "Benar. Sebagai selir tidak seharusnya kamu memanggil mereka hanya dengan nama. Keluarga kita sangat menjunjung tinggi peraturan, dan seharusnya kau tahu itu. Sebagai hukuman untuk mengingatkan peraturan yang ada, Wangxia menerima hukuman tiga puluh pukulan papan."
Qian Yue membulatkan matanya menatap Yang Yue terkejut, namun sebenarnya dia hanya berekspresi bohong belaka. Sekadar mencari muka agar dia tidak dipersalahkan karena membuat Wangxia tersudutkan. Atau lebih tepatnya turut sedih mendengar hukuman Wangxia.
"Ayah, niat Wangxia sangat baik. Dia hanya tidak ingin aku mengingat kenangan lamaku, mungkin kenangan itu terlalu buruk sampai Wangxia tidak tega membuatku mengingatnya. Bisakah Ayah ringankan hukumannya?" ujar Qian Yue memelas, membuat wajah sang Ayah ikut memelas tak tega melihat wajah anaknya.
"Baiklah, Wangxia hanya akan dikurung selama seminggu di kediamannya, tidak boleh keluar sampai masa waktu hukuman selesai."
Wangxia dan Yue Sua terkejut mendengarnya, walau pun hukuman telah diringankan, tapi hukuman ini berefek besar bagian rencananya. Jika dia dikurung, lalu bagaimana dengan rencananya? Yue Sua mungkin bisa menjalankannya, namun otak gadis yang satu itu tidak sebaik otak Wangxia.
Di sisi lain, Ze Yue, Fang Yue, dan dua gadis di dekat mereka hanya memilih diam meski sempat terkejut akan sikap Shua Xie. Namun meresa lega juga saat Wangxia mendapat teguran keras karena telah mengabaikan begitu lama peraturan kediaman Jenderal Besar Yue.
Selama ini Wangxia sering memanggil nama mereka hanya dengan nama mereka saja, membuat Ze Yue dan Fang Yue geram, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Di rumah ini yang menjadi kepala keluarga ialah Yang Yue, jadi semua peraturan dialah yang terapkan. Lagi pun kesibukan saat peperangan di perbatasan juga membuat mereka tidak waktu untuk mengurusi Wangxia.
Qian Yue menatap ke arah Wangsia sambil memaparkan senyuman, "Wangxia aku telah membantumu meringankan hukuman. Lain kali jangan ceroboh lagi ya, ups ... maksudku jangan lupa. Wangxia tidak mungkin akan lupa lagi kan?" Ucapan Qian Yue begitu lembut, namun dalam artian Wangxia dia telah diberi peringatan untuk tidak mencari masalah lagi. Entah kenapa dengan otak Qian Yue itu, tiba-tiba berubah membuat Wangxia merasa geram.
'Dasar anak ******! Beraninya dia mengancamku!' pekik Wangxia dalam hatinya.
Wangxia tersenyum membalas senyuman Qian Yue, "Terima kasih, Nona Pertama mau membela saya. Saya terlalu bodoh, untunglah Nona Pertama mengingatkan saya."
___________________
A/N : Like, komen dan berikan hadiah ya ^-^ Jika ada kesalahan penulisan silakan komen
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!