NovelToon NovelToon

Cinta Ini Aku Yang Salah

Kenyataan pahit

Dibalik pintu kamar Leon. Nura melihat Leon yang masih melihat foto ayah satu-satunya, Yang kini sudah tiada. Masih mengenakan satu set pakaian hitam. Ya, ayahnya baru saja dimakamkan. Ia menangis terisak-isak. Tak percaya ayahnya meninggalkan dirinya secepat ini. Ayah yang sangat di sayanginya. Yang sangat dicintai nya.Walaupun Alex (nama ayah Leon) sudah menikah untuk yang kedua kali. Tapi Leon merasa ayahnya adalah kebanggaan baginya. Setelah ibunya meninggal. Leon merasa hanya memiliki ayah. Tempat untuknya pulang.

Nura terisak kecil. Menutup mulutnya agar suara tangisnya tak terdengar. Air mata nya mengalir terus menerus. Bahkan ia tak percaya. Semua akan seperti ini.

***

"Tolong keluarga tunggu di luar. ! Kami akan berusaha menyelamatkan pasien.!"

Ucap suster berusaha menahan Leon yang ingin menerobos masuk.

"Tapi sus... dia ayah saya!"

Teriak Leon panik.

Hatinya kacau dan otaknya seakan mati tak bisa berfikir. Ia berada di posisi yang benar-benar sangat kacau dan kalut.

"Kami tau tuan, Kami akan melakukan yang terbaik. Mohon tunggu di luar !"

Dengan cepat suster menutup pintu.

Dan lampu merah tanda operasi menyala.

Leon tertunduk lemas dan menyandarkan tubuhnya di tembok rumah sakit sampai akhirnya ia terduduk lemas diatas lantai putih yang dingin.

Nura yang sedari tadi berdiri dan menangis , berusaha mendekati Leon. Tubuhnya sudah gemetar dan air matanya masih terus mengalir. Ia sangat ketakutan.

"Le.....Leon..."

Nura memanggilnya. Berusaha memberanikan diri.

Mendengar namanya di panggil. Leon mengangkat kepalanya dan melihat kearah Nura yang berdiri di depannya.

Melihat Nura, mata Leon berubah menatapnya tajam. Bagaikan mata rajawali yang ingin menerkam mangsanya.

Melihat pandangan Leon. Nura semakin takut, tubuhnya semakin gemetar dan jantung berdetak cepat karena begitu takutnya.

Nura membalikkan badannya dan pergi sedikit menjauh.

Sampai pada akhirnya operasi selesai dan dokter pun berjalan keluar.

Dengan cepat Leon berdiri dan Nura yang duduk berlari mendekati dokter.

Di ikuti Clara ibu tiri Leon. Yang menangis dalam kepura-puraan.

"Dokter bagaimana suami saya"

Ucap Clara mendekati dokter.

"Maaf nyonya. Kami sudah melakukan yang terbaik !"

Jawab dokter

Dengan cepat Leon menarik kerah dokter yang masih mengenakan pakaian operasi lengkap itu. Amarahnya sudah tak terkontrol.

"Apa mangsut dokter!"

"Tolong jaga sikap anda. Ini rumah sakit !"

"Leon, Leon tenang !"

Clara berusaha menenangkan Leon yang brutal. (Dalam kepura-puraan)

"Untuk sementara dugaan kami, Beliau meninggal karena racun melalui minuman yang baru saja beliau konsumsi. Kami akan jelaskan setelah hasil lap keluar. Saya permisi!"

Jelas dokter dan berlalu pergi.

"Racun ?"

Batin Leon kebingungan.

Leon lantas membalikkan badannya dan menghampiri Nura yang masih berdiri mematung ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat dan tak percaya. Apakah racun dari teh yang ia suguhkan ?.

Tapi Nura tidak tau apapun.

Leon mencengkeram bahu Nura kuat hingga membuat Nura merintih menahan sakitnya cengkraman Leon.

"Racun apa yang kamu berikan pada ayahku ?"

Teriak Leon sambil mengguncangkan tubuh Nura.

"Sakit...."

Batin Nura menahan sakit. Dan terus menunduk kan kepalanya.

"Le ... Leon... aku... aku tidak tau"

"Hah......."

Teriak Leon dan mendorong tubuh Nura kuat membuat tubuh mungilnya terjatuh ke lantai.

"heh.... ha.. ha... ha..., Tidak tau... ? Lelucon apa ini.?"

Teriak Leon dengan tertawa tak percaya. Nura tega membunuh ayah nya. Orang yang baik padanya selama ini.

Clara hanya senyum picik melihat adegan itu. Bahagia merasa semuanya begitu amat mudah.

Leon mendekati tubuh Nura. Yang masih tergeletak di lantai. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Suasana malam itu begitu mencekam baginya. Nura yang takut berusaha menjauh dari Leon. Dengan pelan menyeret pantatnya dengan kedua telapak tangan. Tatapan Leon yang 20 tahun ia kenal. Seakan hilang dan lenyap dalam satu malam. Berubah tatapan dendam dan ingin membunuh.

"Kenapa... ? Takut ?"

Ucap Leon. Matanya merah karena amarah ditemani air mata.

Nura hanya bisa menangis dan menggelengkan kepala.

"Sudah puas ??"

Nura semakin takut dan tubuhnya semakin bergetar hebat.

Bagaimana bisa Leon tidak mempercayai dirinya.

"Apa masih kurang ? Masih kurang karena aku dan Tante Clara belum mati ?"

Nura terdiam dan tak percaya. Ternyata Leon menilai dirinya seperti itu.

Leon menerkam pipi Nura kuat dengan tangan kanannya. Nura hanya bisa menahan sakit dan air mata yang bisa menemani kesedihan nya.

"Kalau kamu mau uang, Mau harta, Mau kaya Kamu tinggal bilang ! Tidak dengan cara yang serendah ini !."

Dengan cepat Leon menghempas kan lagi kepala Nura.

"Menjijikkan !"

"Salah apa ayahku padamu ? Dia sudah merawat mu sampai kamu sebesar ini. Menyekolahkan kamu memberi mu makan. Kurang apa dia pada mu. hah...?

"Le... Leon.. pe... percaya lah padaku. Aku... aku tidak melakukan seperti yang kamu pikirkan."

"Cukup ! Kamu pikir aku akan tergoda dengan tangis palsu mu ?"

"Tidak melakukan ?Tidak melakukan kamu bilang ?Lalu bagaimana bisa ayah sekarat setelah minum teh dari buatan mu ?Dan itu di depan mata kepalaku sendiri! Hah ??"

Nura terdiam dan tak tau apa yang harus ia lakukan.

"Diam .. ?"

"Kamu hanya diam kan ?. "

"Setelah ini, Jangan harap semua ini gratis. Kamu harus membayar semua ini"

Tatapan Leon yang begitu menakutkan. Air matanya terus mengalir karena rasa tak percaya akan semua ini. Dan tetap di temani amarah yang sulit dibendung. Sulit berfikir jernih.

Ayahnya di bunuh dengan orang yang dia cintai ?

Ya, Leon sudah jatuh cinta pada Nura. Ia berencana mengungkapkan nya setelah Nura berusia 25 tahun. Dan langsung ingin menikahinya.

Sampai akhirnya jenazah Alex di makamkan. Tanpa kehadiran Nura. Pasalnya di larang oleh Leon.

****

Mendengar suara Isak tangis. Leon langsung membalikkan badannya dan melihat ke arah suara.

Ia melihat Nura yang berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka.

Dan dengan cepat Leon langsung menghampirinya.

Menyadari Leon melihat dan mengejarnya. Nura langsung berlari masuk ke kamarnya. Yang bersebelahan dengan kamar Leon.

Dengan cepat Nura mengunci pintu kamarnya.

Nura sangat ketakutan. Leon begitu menyeramkan. Saat melihat dirinya. Serasa Leon ingin menyiksa dan membunuhnya.

"Ceklekkk......"

Suara pintu terbuka.

Nura semakin ketakutan. Matanya mulai berkaca-kaca kembali.

"Kamu pikir, dengan mengunci pintu. Aku tidak bisa masuk.?"

Ucap Leon sembari mengayunkan kunci cadangan yang ada di tangan kanannya.

Nura melihatnya, Dia semakin takut. Air matanya yang berkaca kini sudah berubah menjadi butir. Dan menetes di pipi lembutnya.

"Le .... Leon.... ka... kamu mau apa?

Ucap Nura ketakutan.

"Aku mau apa ???? "

Leon semakin mendekati tubuh Nura. Hingga tubuhnya tak ada tempat lagi untuk berpindah. Ya, Nura sudah terhimpit dan ada di sudut kamar.

"Aku mau apa ya terserah aku , Kamu bunuh ayah ku saja terserah kamu. Kamu mau aku apakan ya terserah aku "

Leon memasukkan kembali kunci cadangan kamar Nura kedalam saku celananya.

Dengan cepat Leon mencengkeram pipi lembut Nura dan menghadap kan wajahnya pada Leon.

Dengan cepat Leon menerkam bibir lembut Nura. Dengan ganas ia mencium bibir mungil Nura.

"emmm.....em.......emmm....."

Teriak Nura sambil memukul dada Leon. Berusaha menjauhkan tubuhnya dari tubuh Leon. Namun semua itu sia-sia. Tubuh Leon begitu kuat seakan tahan pukulan.

Nura semakin menangis deras.

"Ya, pada kenyataannya aku mencintaimu Leon. Tapi bukan seperti ini. Ini bukan cinta. Ini penyiksaan bagi ku Leon."

Batin Nura semakin teriris.

Pada kenyataannya, Dia sangat mencintai Leon. Entah cinta itu kapan datang. mungkin saat masih kecil, remaja, atau bahkan akhir-akhir ini. Ia tidak berani menyatakan cintanya. Karena ia menyadari akan dirinya. Ia takut Leon tidak memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

Leon masih terus mencium ganas bibir Nura.

'Leon.... ini adalah ciuman pertama ku. Aku memang ingin melakukan nya bersamamu. Tapi ...Tapi bukan seperti ini. Bukan seperti ini Leon"

Hati Nura semakin sakit. Amat sakit. Hancur semua , Sia -sia sudah cinta nya selama ini. Dimana rasa percaya Leon yang dulu. Semuanya hilang sekejap. Kini Leon berubah menjadi serigala Liar yang haus akan mangsa.

Teman" ... bantu author kasi semangat ya. Jangan lupa like dan vote novel ini🥺🥺🥺. Terimakasih banyak

Kebahagiaan itu sudah menjadi kebencian

Leon masih terus melahap kasar Nura. Hingga ia mencium lehernya.

Sampai kedua tangannya hampir menerkam buah dada Nura.

"Leon..... hentikan!"

Teriak Nura berusaha memberontak.

Leon langsung menghentikan tindakannya.

Ia mengangkat kepalnya dan melihat wajah Nura yang sudah basah dengan air mata.

Nura sangat ketakutan. Bagaimana bisa Leon melecehkan dirinya seperti ini. Bagaimana bisa Leon memperlakukan dirinya seperti p*****r tanpa perasaan.

Leon tersenyum sinis.

"Hentikan... ?"

Ucap Leon mengejek.

Dengan cepat tangan Leon merobek gaun hitam milik Nura. Yang hampir ia kenakan untuk acara pemakaman hari ini.

Terlihat buah dada Nura yang mulus itu tersembunyi dibalik bra merah marun yang ia kenakan.

"Leon......"

Dengan cepat Nura menutup dadanya dan merosot kan tubuhnya di lantai.

Ia menangis terisak tertunduk.

Bagaimana bisa Leon berubah menjadi seperti ini. Dimana Leon yang di kenalnya. Yang punya perasaan melindungi dan lemah lembut.

Kenapa....? Apa benar-benar sebenci itukah pada dirinya. Benarkah Leon tidak mempercayai dirinya lagi.

Leon yang berdiri menunduk melihat Nura. Hatinya sakit. Kenapa semua ini terjadi padanya. Kenapa Harus gadis yang ia cintai yang menghancurkan kebahagiaan nya.

Leon keluar meninggalkan Nura yang masih terduduk.

"Brakkkk......."

Dengan keras Leon menutup pintu. Hingga membuat tubuh Nura terangkat karena terkejut.

"hiks.....hiks....hiks....."

Tangis Nura pecah setelah Leon menghilang.

"Kenapa semuanya bisa terjadi, Aku tidak melakukannya. Aku tidak mungkin membunuh Paman Alex. Leon.... kenapa...? kenapa kamu tidak percaya padaku ?"

Batin Nura yang sakit dengan semua keadaan ini.

Leon masuk ke kamarnya dan pergi ke kamar mandi menyalakan shower. Ia menyiram tubuhnya dengan air dingin.

"arghhhhhhhhh..........."

Ia memukul dinding keramik kamar mandi dengan kepalan tangannya.

Berulang kali.

Guna meredam amarahnya.

Kenapa Semua ini harus terjadi. ya... itulah yang ada di benak Leon. Ia tak tau harus bagaimana menghadapi Nura. Kenapa gadis yang ia cintai tega berbuat seperti ini.

***

Anton(ayah Nura) adalah sahabat baik Alex kala itu. Karena ingin membantu Anton. Alex mengajak nya untuk tinggal di kediamannya.

Awalnya Anton menolak, Namun dengan berkali-kali bujukan. akhirnya Anton menyetujui dengan satu syarat , Ia juga harus bekerja. Ia tidak ingin tinggal gratis di kediaman Alex.

Saat itu usia Nura masih 2 tahun. Santi ibunda tercinta meninggal saat melahirkan dirinya.

Kehadiran Nura membuat Leon senang karena ada teman dan tidak sendiri.

Di usia nya yang ke 10 Leon berjanji.

"Nura.. kamu jangan sedih. Kan masih ada aku"

Ucap Leon menenangkan Nura.

Ya, karena pada saat itu , Tepat saat usianya yang ke 7. Ayah Nura meninggal karena Kanker otak.

Tak ada yang menduga akan semua ini. Namun kebaikan hati Alex pada Nura tak berubah. Ia menganggap Nura seperti anak kandungnya. Merawat nya hingga tumbuh dewasa. membiayai semua kebutuhan nya.

Setiap hari sampai masuk kuliah. Leon dan Nura selalu bersama.

"Leon... kau harus mengajari aku. "

"Dasar bodoh..."

"Biarkan saja aku bodoh. Kan ada kamu yang pintar . aha..ha..ha"

***

Potongan canda dan tawa itu kini tiada lagi. Semuanya berubah menjadi kebencian. Semuanya berubah menjadi dendam.

Pagi Hari

Clara sudah mencari muka menyiapkan makanan untuk Leon.

Nura yang sudah rapi , ia hendak membantu Clara menyiapkan makanan.

Ia berencana akan meninggalkan rumah Leon hari ini.

Entah apa yang akan di katakan Leon.

Kalau memang ia harus di penjara pun. Ia akan pasrah dan bertanggung jawab walaupun ia tidak melakukan nya.

"Untuk apa kamu kemari ?"

Teriak Clara.

"Tan...Tante... aku... aku ingin membantu"

Jawab Nura gugup. Karena teriakan Clara yang menakutkan.

"Bantu... ? Bagaimana aku tau kalau kamu tidak akan meracuni ku dan Leon. hah ???"

"Tante...Tante. emang aku Tante mu!"

"Tan... tante aku mohon percayalah pada Nura. Nura tidak pernah meracuni siapapun."

Nura berusaha mendekati Clara. Ingin menyentuh lengannya. Seakan berusaha mencari pertolongan pada nya. Semoga Clara bisa membantunya untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya.

Namun dengan cepat disambar oleh Clara.

Ya, Bagaimana mungkin Clara membantu nya.

"Jangan sentuh aku....!"

"Mana buktinya.. Bagaimana kamu bisa membuktikan kalau kamu tidak meracuni Alex. SUAMIKU!"

Teriak Clara semakin keras. Hingga menggema di dapur.

Sungguh ekting yang amat profesional.

Selama ini, Clara berbuat baik pada Nura. Semuanya hanya kepura-puraan.

"Aku sudah lelah berbaik hati sama kamu gadis bodoh. Selama ini enak sekali hidupmu. Sekarang waktunya kamu merasakan yang namanya neraka. Wanita sialan."

Ya, itulah potongan rencana Clara untuk mencapai tujuan nya.

"Sudahlah Tante Clara.... "

Ucap Leon yang berjalan menuruni tangga.

Ya selama ini Leon memang tidak pernah memanggil Clara ibu.

Saat usianya menginjak 3 tahun , ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi. Walaupun Clara berusaha keras merebut hati Leon selama 22 tahun ini. Tetap Leon tidak mau memanggil nya dengan sebutan ibu.

"Leon......"

Batin Nura.

"Aku tahu Leon pasti sudah salah paham padaku."

Harapan Nura , Setelah semalam Leon tidur bisa berubah menjadi jernih dan mempercayai dirinya.

Namun semua itu hanya harapan. Bukan kenyataan.

"Jangan terlalu lelah meladeni Dia. Biarkan dia menjadi urusan saya.!"

Sesampainya di depan Nura. Mata elang Leon langsung muncul dan ingin menerkam mangsa.

Nura tertunduk takut melihat Leon. Ia meremas dress putih yang ia kenakan. Untuk menenangkan ketakutannya. Dan meredakan tubuhnya yang mulai gemetar.

Clara kesal mendengar Leon masih memanggil nya dengan panggilan Tante. Tentu saja Clara ingin Leon memanggilnya nya ibu.

"Sialan, Dia masih saja memanggilku Tante. Setelah semua drama ini. Aku harus meminta Angga cepat kembali. atau semakin lama aku mengusir kedua bocah ini"

Angga adalah putra dari Clara dengan Alex. Tak lain adik tiri Leon.

"Mulai hari ini semua pembantu dilarang bekerja. !"

Teriak Leon yang sudah duduk di atas kursi. Dengan makanan lengkap tersaji di atas meja makan.

Dirumah itu ada 2 orang ART ,1 kepala pembantu dan 1 sopir.

"Mulai detik ini semua harus dia yang mengerjakan. !"

Teriak Leon sambil menunjuk ke arah Nura.

Nura terdiam tak percaya. Sebesar itukah Leon membenci dirinya.

" Mulai sekarang semua pembantu saya pecat. Saya akan berikan pesangon 3 kali lipat dari gaji kalian. Dan akan saya tambahkan bonus."

"Tapi tuan... apa tidak tuan pikirkan lagi.!"

Bantah Bi Tutik kepala pembantu. Berusaha menghangatkan suasana.

"Maaf Bi Tutik. Saya hanya akan mempertahankan Anda. Dan itu hanya untuk mengawasi dia(menunjuk Nura) memasak dan menyiapkan minum. Aku masih ingin hidup!"

Ucap Leon.

Bi Tutik tak berani membantah lagi. Sejenak melihat ke arah Nura yang sudah tertunduk.

Tak kuasa menahan air mata yang mengalir.

Nura berusaha menyembunyikan suara tangisnya. Ia masih berdiri dengan terus meremas dress-nya kuat.

Bi Tutik tak tega melihat Nura, Yang ia anggap anak sendiri selama ini. Bi Tutik adalah pembantu kepercayaan Alex (alm) yang sudah begitu lama bekerja dengan Alex. Dan tau bagaimana kisah Leon dan Nura.

Bi Tutik tak percaya kebahagiaan itu sudah menjadi kebencian.

" Ma....."

Teriak Angga yang sudah pulang dari luar negri.

Kepulangan Angga

Setelah mendapat kabar dari ibunya. Angga baru bisa pulang 1 hari setelah ayahnya dimakamkan.

Ia melepas semua tas dan koper. Memeluk Clara ibu tercinta.

"Ma... maafkan Angga , Angga baru bisa pulang. Aku ingin ke makam Papa sekarang.!"

Angga memang tidak tau benar rencana Clara. Ia seperti Leon dan Clara yang dipermainkan dan terjebak arus.

"Angga... kamu sudah pulang. Istirahat dulu ! kamu pasti lelah. "

"Ma.... tapi bantu aku tunjukkan makam papa"

Leon lantas berdiri sembari mendorong kursi dengan betisnya.

Ia merasa kesal dengan hiruk pikuk yang Angga tunjukkan. Merasa telinganya gatal dan tak nyaman.

Ya, Leon memang sangat membenci Angga.

"Kak....."

Ucap Angga berusaha menenangkan Leon. Ia sadar kalau dirinya membuat gaduh. dan terlalu berlebihan. Ia sadar Leon membenci dirinya.

"Maafkan aku"

"Jangan pernah kamu anggap aku sebagai kakak mu. Tidak Akan Pernah!"

Leon berjalan pergi meninggalkan ruangan dan berangkat menuju kantor ayahnya.

Setelah Alex meninggal, tentu tidak semuanya berhenti. Semua harus berjalan seperti biasa. Dan Leon lah yang bertanggung jawab melanjutkan semua usaha ayahnya.

Menghidupi adik dan ibu tiri yang harus menjadi tanggung jawabnya.

Bagaimana pun, mereka juga termasuk keluarga.

Semua nya terdiam. Sampai suara mobil Leon tidak terdengar.

"Wah, siapa ini ?"

Ucap Angga pada Nura yang masih tertunduk diam ketakutan. Dan berjalan mendekati Nura.

"Angga....!"

Teriak Clara dan menyeret Angga agar menjauh dari Nura.

"Dia itu yang membunuh ayah kamu. Kamu jangan dekat-dekat dengan pembunuh. Nanti kamu bisa-bisa dibunuh juga olehnya"

"Ma...."

"mama ini jangan asal bicara"

"Tapi memang itu kenyatannya"

"Heh... kamu.... mentang-mentang Leon tidak lapor polisi. Dan masih mengijinkan kamu tinggal di rumah ini. Kamu......! jangan senang dulu ya"

Ucap Clara sembari mendorong kepala Nura dengan telunjuknya keras.

"Ma....."

Usaha Angga meredamkan amarah.

"Sudah..sudah... mama ke kamar saja ya. Angga juga mau beres-beres"

Ucap Angga sembari mendorong ibunya agar menjauh dari Nura.

Angga melihat Nura yang masih menunduk.

Walaupun tak tau apa permasalahan nya. Ia merasa tak tega melihat Nura yang hanya diam dan menangis.

Berusaha tidak terpuruk dalam kesedihan. Nura mulai bekerja seperti yang di perintahkan Leon. Ia mulai ke dapur dan membantu Bi Tutik.

"Bi........."

Nura memanggil lembut.

"eh.... Nona Nura... Kenapa Nona kesini. Nona istirahat dulu saja.!"

Bi Tutik yang masih sibuk mencuci piring. Langsung melepas pekerjaan nya begitu melihat Nura.

Nura hanya diam dan semakin mendekat Bi Tutik.

"Bi... maafkan Nura ya...."

"Semua ini gara-gara Nura"

Tak terasa air matanya mengalir lagi.

Bi Tutik yang tak tega kemudian memeluk Nura lembut. Menenangkan Nura dengan menepuk pundaknya. Agar Nura terasa nyaman dan tak terus bersedih.

"Nona... semua ini sudah takdir. Dan tidak ada yang bisa merubah. "

"Tapi Bi, Memang aku yang memberikan teh itu pada paman"

"Iya Bibi tau, Tapi apa Nona menaruh racun"

"Ti.....tidak bi. Mana mungkin Nura berani. Paman Alex sudah baik sama Nura. Nura tidak mungkin meracuni paman."

"Iya ... iya... Bibi percaya. Sekarang Nona istirahat dulu saja ya"

"Bibi percaya ? bibi percaya pada Nura ? "

Nura sangat bahagia ketika ada orang yang percaya padanya.

Bi Tutik hanya bisa mengangguk kan kepalanya.

Ia juga tidak tau berbuat apa.

Pasalnya pada malam itu. Para pelayan telah sibuk melakukan pekerjaan nya masing-masing(Menyelesaikan pekerjaan terakhir, karena kedua pelayan itu sudah dipecat oleh Leon).

Sampai lelah berdebat, Akhirnya Bi Tutik mengalah dan membiarkan Nura membantunya.

Hingga tiba sore hari, Tugas Nura menyapu halaman. Meski Bi Tutik melarangnya tetap saja akhirnya ia mengalah membiarkan Nura bekerja.

"Nura...."

"Hah....."

Tubuhnya terangkat karena terkejut mendengar suara di balik telinganya.

"Angga....kau mengangetkan ku"

Ucap Nura sembari menepuk jantungnya yang berdetak kencang.

Nura memang sudah kenal dengan Angga. Angga lebih muda 2 tahun darinya. Namun postur Angga yang sudah mulai gagah berotot, Membuat nya lebih tinggi dari Nura.

Angga tersenyum kecil melihat tingkah lucu Nura. Tak menyangka setelah 3 tahun tidak bertemu Nura semakin cantik dan mempesona.

"Nura.. kenapa kamu disini.?"

"Ak... aku... ?"

"Aku masih bekerja"

Dengan cepat Angga merampas sapu yang ada di tangan Nura.

Dan berlari meninggalkan Nura. Ingin bercanda dengannya.

"Angga....."

Teriak Nura. Ia terus mengejar Angga yang menggodanya.

"Ambil ini kalo bisa !"

Teriak Angga yang masih berlari. Menggoda Nura.

"Angga kembalikan..!"

Sampai tiba di suasana yang membuat Nura tertawa geli.

"Aku capek...hah..... hah.... hah...."

Ucap Nura yang terengah-engah berusaha menstabilkan nafasnya.

"Wah.... masak begitu saja sudah nyerah."

"Awas kamu ya!"

"Bukkkkkk....."

Sampai akhirnya Nura menabrak tubuh kekar gagah. Pelan ia melihat keatas memastikan siapa pemilik tubuh indah yang tak asing itu.

"Le....le....Leon?"

Dengan cepat Nura melangkah mundur menjauhi Leon. Ia mulai takut , meremas-remas tangannya. Berusaha menenangkan dirinya. Menundukkan kepala agar tak melihat tatapan menyeramkan.

"Bagus...... Bagus....."

"Kak.... kau mau apa ?"

Ucap Angga khawatir pada Nura. Nampak Nura begitu ketakutan berdiri di hadapan Leon

"Diam.....! ini bukan urusan kamu"

Bantah Leon.

Dengan cepat Leon menarik tangan Nura. Nura kesulitan mengikuti langkah Leon yang begitu cepat. Berusaha melepaskan cengkraman tangan Leon yang kuat. Karena menyakiti pergelangan tangannya.

"Le....Leon. Sakit"

"Sakit.....?"

Ia berhenti di ruang tamu dan menatap tajam mata Nura.

"Itu bukan urusan ku"

Ia berjalan kembali menarik paksa tubuh Nura. Dan membawanya ke atas di kamar Nura.

Tak ada yang berani ikut campur melihat perlakuan Leon pada Nura. Bi Tutik dan Clara hanya menjadi penonton setia. Apalagi Clara yang bangga dengan drama ini.

Dengan kasar ia melempar tubuh Nura di atas tempat tidur. Dan mengunci pintu.

Amarah Leon melihat Nura dekat dengan Angga entah kenapa membuatnya murka dan benci.

"Le... Leon.....Leon... kamu mau apa?"

Mata Nura sudah mulai berkaca-kaca ketakutan. Tubuhnya mulai gemetar.

Leon semakin mendekat, membuat Nura bertambah takut dan berusaha menghindar dari serigala kejam itu.

"Leon, Leon... Telinga ku panas mendengar nya. Mulai sekarang kamu panggil aku tuan...Tuan Muda"

"Le....Leon.... kenapa kamu jadi seperti ini"

"Aku sudah bilang panggil aku tuan muda"

Leon semakin teriak kuat.

Leon semakin mendekati tubuh Nura dan membungkukkan badannya. Agar lebih dekat dengan wajah Nura.

"Dok..dok...dok....dok...."

"Kak..... kak....."

Teriak Angga berusaha menenangkan Leon.

"Tante Clara , Urus anak mu!"

Teriak Leon.

"Maaf Leon... "

Jawab Clara yang sudah menyimak pertunjukan itu. Sudah mencegah Angga agar tidak ikut campur. Tapi Angga berhasil lolos.

"Angga .... kau dengar teriakan kakak mu. Ayo cepat turun"

Sampai perdebatan itu dimenangkan oleh Clara dan Angga turun meninggalkan mereka.

Ya, memang rumah itu 2 lantai. Berisi 3 kamar tidur luas, 1 kamar tamu dan dan 2 kamar milik Nura dan Leon. Beserta 1 ruang kerja milik Alex yang kini di gantikan Leon.

"Kenapa....?"

"Pangeran mu pergi ?"

Ucap Leon karena melihat Nura memandang ke arah pintu.

"Le... Leon... ah tidak... Tu...Tuan muda.. Ak.. aku tidak membunuh Paman Alex. Aku.. aku mohon percayalah padaku."

"Saat ini aku tidak mau membicarakan itu."

Teriak Alex .

"Bagaimana kamu masih bisa berbahagia di atas penderita an orang lain. Bagaimana bisa kamu masih tertawa. Bagaimana bisa kamu masih sempat bermain bahagia. Bagaimana bisa kamu tidak punya rasa bersalah. hah...?"

"Ayahku baru meninggal kemarin"

Teriak Alex membuat Nura semakin ketakutan. Air matanya sudah pecah dan tak sanggup tertahan.

Ia menggigit bibir bawahnya kuat dan Menggelengkan kepalanya. Meremas kuat sprei yang di genggaman nya.

Leon sangat kesal melihat Nura yang bisa bahagia dengan Angga. Entah itu cemburu atau memang rasa kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!