NovelToon NovelToon

Pendekar Tiga Dunia

001: Tebing Jurang Dewa

Pagi adalah akhir dari sebuah malam yang kehadirannya ditandai kemunculan sinar keemasan. Sang surya hadir memancarkan sinarnya yang hangat, mengurai kabut-kabut dingin yang menutupi permukaan alam.

Demikian juga yang terjadi pada sebuah lembah di wilayah kekaisaran Wu. Lembah yang dikenal luas dengan nama Lembah Dewa, merupakan tempat berdirinya salah satu sekte aliran putih terbesar yaitu Sekte Lembah Dewa.

Sekte Lembah Dewa telah berdiri sejak lima ratus tahun yang lalu. Saat ini sekte tersebut memiliki luas setara kota kecil. Dengan murid berjumlah tiga ribu lebih, membuat suasana keheningan pagi perlahan berubah menjadi riuh dengan berbagai aktifitas.

Beberapa ratus siswa tampak sedang berlatih di Alun-alun Sekte didampingi para pengajar yang juga menjabat sebagai Tetua Sekte.

Tidak jauh dari alun-alun, berdiri bangunan dengan ukuran terbesar dan termegah dari ratusan bangunan lain yang ada di seluruh lembah. Bangunan tersebut adalah Aula Sekte yang merupakan tempat pertemuan bagi pengurus Sekte Lembah Dewa.

Di samping kiri aula tersebut terdapat sebuah rumah yang cukup megah walaupun dengan ukuran umumnya rumah biasa. Rumah itu merupakan kediaman Ketua Sekte sekaligus sebagai tempatnya untuk bermeditasi dan melakukan latihan tertutup.

Kurang lebih berjarak tiga ratus meter dari kediaman ketua sekte, terdapat sebuah jurang yang dalam. Lokasi jurang tersebut dihubungkan dengan jalan setapak dari Aula Sekte.

Jurang yang tidak terlihat dasarnya itu dikenal dengan nama Jurang Dewa. Di sisi yang berbeda dari Jurang Dewa terdapat tebing yang menjulang tinggi dengan bebatuan yang terjal. Tebing tersebut bernama Tebing Jurang Dewa.

Sementara itu di dalam salah satu ruangan di kediaman Ketua Sekte, tampak seorang lelaki sepuh yang sedang duduk bersila dalam meditasi yang telah dilakukannya sejak tiga hari yang lalu.

Lelaki yang seluruh rambutnya sudah memutih itu, mengenakan jubah kuning keemasan dengan Lingkaran berwarna hitam dengan gambar seekor naga berwarna putih di dalamnya.

Lelaki tersebut dikenal luas di dunia persilatan Kekaisaran Wu dengan nama Guo Jin. Guo Jin telah menjabat ketua Sekte Lembah Dewa selama lebih dari tiga puluh tahun.

Usia Guo Jin sebenarnya lebih dari seratus tahun. namun karena tenaga dalamnya yang tinggi, ia terlihat seperti lelaki berusia Enam puluhan tahun.

Guo Jin melakukan meditasi bukan karena sedang melakukan latihan tertutup, namun untuk menenangkan hatinya. Beberapa hari yang lalu dirinya mengalami kegelisahan yang tidak dia diketahui penyebabnya.

Dengan bermeditasi, Guo Jin berharap dapat menghilangkan kegelisahannya dan menemukan hal yang menjadi penyebabnya.

Namun hingga tengah hari pada hari ketiga ini, kegelisahannya belum juga sirna, bahkan semakin menjadi-jadi. Akhirnya Guo Jin pun memutuskan untuk mengakhiri meditasinya.

Saat dirinya keluar dari ruang meditasi untuk membersihkan diri, terdengar suara yang dikenalinya sebagai suara Ma Hua yang menjabat sebagai Tetua Tertinggi.

"Hormat kepada Ketua Sekte, mohon izin untuk bertemu dengan ketua." terdengar suara Ma Hua dari balik pintu depan.

Guo Jin mengibaskan tangannya, seketika itu pintu kediamannya pun terbuka. Tampak Ma Hua dan puluhan Tetua lain sedang berlutut di depan pintu sambil menangkupkan kedua tangannya di depan.

Wajah para tetua terlihat menyiratkan kepanikan yang tidak biasa, membuat Guo Jin mengerutkan dahinya. Kegelisahannya beberapa hari ini berubah menjadi firasat buruk.

"Ada apa Tetua Ma... Kenapa wajah kalian terlihat panik?" tanya Guo Jin saat dirinya telah berada di depan pintu rumahnya..

"Tetua ... di atas Tebing Jurang Dewa terjadi fenomena awan yang aneh, segumpal awan hitam yang disertai...."

JEDDAAAAARRR!!!!

Belum sempat Tetua Ma Hua menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba sebuah petir besar menggelegar dengan sangat keras, membuat semua penghuni Sekte Lembah Dewa terkejut bukan kepalang.

Ini adalah petir terbesar yang pernah mereka dengar selama puluhan tahun mereka hidup. Petir yang membuat jantung mereka seolah berhenti berdetak dalam sedetik.

Selang beberapa detik kemudian, terdengar suara gemuruh dari belakang bangunan seperti suara bebatuan yang bergerak. Seiring dengan suara gemuruh tersebut, Guo Jin merasakan sebuah pancaran energi yang kuat. Walau pancaran energi tersebut hanya terasa satu detik saja.

Hal ini membuat Guo Jin segera melesat dengan kecepatan penuhnya ke arah Jurang Dewa. Ilmu peringan Tubuh Guo Jin telah mencapai tahap yang tinggi, sehingga hanya dalam waktu sepuluh detik saja dirinya telah sampai di tepi Jurang Dewa yang berjarak tiga ratusan meter dari kediamannya.

Sementara itu, Tetua Ma Hua memerintahkan dua puluh orang Tetua lain untuk mengumpulkan seluruh murid di alun-alun Sekte untuk bersiaga dengan kemungkinan lain yang mungkin saja terjadi.

Setelah itu, bersama sembilan tetua lain, Tetua Ma Hua melesat kearah Jurang Dewa dengan kecepatan penuh untuk menyusul Ketua Sekte mereka .

Tak sampai satu menit, rombongan Tetua Ma Hua telah sampai di tepi Jurang Dewa dimana terlihat ketua sekte mereka sedang berdiri mematung.

Tetua Ma Hua dan lainnya tercengang dengan mata melebar melihat fenomena ganjil di hadapan mereka.

Sekumpulan awan hitam sebesar rumah, nampak sedang bergerak turun mendekati Tebing Jurang Dewa yang tingginya tiga puluhan meter.

Padahal Siang hari ini Cuaca sangat cerah, tak ada satu pun mendung kecuali awan hitam tersebut. Awan tersebut memancarkan petir-petir kecil yang berwarna keemasan dengan panjang percikkan satu hingga dua meter dari awan hitam tersebut.

Sementara itu Tebing Jurang Dewa mengalami longsor yang menyebabkan terkikisnya bagian tebing setebal tiga meter.

Hal yang membuat mereka terpana adalah batuan dan tanah yang longsor tersebut tidak jatuh ke dalam jurang, melainkan mengambang dan membentuk sebuah jembatan yang lebarnya sekitar dua meter.

Jembatan tersebut menghubungkan dataran yang mereka pijak dengan Tebing Jurang Dewa dengan panjangnya sekitar dua puluh meter.

Keganjilan lain yang terjadi adalah munculnya sebuah lubang kecil dengan diameter Lima Puluh centimeter pada dinding Tebing Jurang Dewa. Pada lubang itu terlihat semacam kabut putih yang sesekali memercikan petir petir kecil berwarna keemasan.

Fenomena ganjil ini, membuat para Tetua Sekte Lembah Dewa yang datang ke Jurang Lembah Dewa, dipenuhi oleh berbagai pertanyaan di benaknya. Namun tidak demikian dengan Ketua Sekte mereka.

Guo Jin menatap fenomena ganjil tersebut dengan senyum yang dihiasi sedikit kekhawatiran.

Senyumnya tercipta dari pengetahuan yang dibacanya dari Gulungan Hijau yang merupakan Gulungan Rahasia Sekte. Rahasia yang hanya di ketahui oleh mereka yang menjabat sebagai Ketua Sekte Lembah Dewa.

"Ternyata berita dari Gulungan Hijau itu benar adanya... Apakah aku berjodoh dengan Pusaka Dewa tersebut?, aku harus mengambil kesempatan ini. Tetapi jika aku tidak berjodoh, apakah aku akan mati tersambar petir itu dan jatuh ke Jurang Dewa?" Pikiran Guo Jin sedang bimbang seraya menatap Jembatan Kabut Petir yang membentang dihadapannya.

Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Guo Jin memutuskan akan mencobanya. Lalu perlahan ia mengerahkan tujuh puluh persen tenaga dan membuat perisai tenaga dalam untuk melindungi tubuhnya.

Aura tenaga dalam yang besar segera menyebar dalam radius beberapa meter dari tubuhnya. Hal ini membuat Tetua Ma Hua dan lainnya merasakan sesak pada nafas mereka.

*****

002: Sosok Leluhur

"Ketua...! apa yang akan Ketua lakukan?"

Tetua Ma Hua memberanikan bertanya dengan nafas sedikit tersengal-sengal akibat aura tenaga dalam tersebut.

Tetua Ma Hua berusia Enam Puluh tahun dan merupakan orang terkuat setelah Guo Jin, sehingga dirinya sedikit mampu bertahan terhadap tekanan aura tenaga dalam ketua sektenya.

Guo Jin pun membalikkan tubuhnya seraya tersenyum tipis sebelum menanggapi pertanyaan Tetua Ma Hua.

"Tetua Ma... aku akan melakukan sesuatu untuk memastikan Rahasia terbesar sekte kita. Seandainya terjadi hal yang buruk terhadap diriku, simpanlah Lencana Ketua ini. Lencana ini merupakan kunci untuk memasuki Ruang Rahasia Ketua Sekte. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah gulungan bersegel hijau. Kau akan mendapatkan jawabannya di sana. Ingatlah, isi gulungan tersebut adalah rahasia terbesar sekte dan hanya Ketua Sekte yang boleh mengetahuinya. Apakah kau memahaminya?"

"Ba.. baik Ketua.. Aku memahaminya."

Setelah terlepas dari rasa terkejutnya Tetua Ma Hua menjawab dengan suara sedikit bergetar, antara terharu karena kepercayaan yang diberikan kepadanya dan juga khawatir terhadap keselamatan Ketua Sektenya tersebut.

Melihat hal ini, Guo Jin pun tersenyum tipis sambil menepuk bahu Tetua Ma Hua dan menyerahkan Lencana Giok Ketua Sekte.

Sesaat kemudian tubuh Guo Jin melesat kearah Jembatan Kabut Petir.

Saat telapak kaki Guo Jin memijak lantai jembatan tersebut, terjadi ledakan yang menggelegar.

Sebuah petir yang cukup besar menyambar Guo Jin, membuat tubuhnya terpental dan melayang ke belakang. Dan baru berhenti setelah menabrak tubuh Tetua Ma Hua dan beberapa tetua lain hingga roboh.

Walau sudah menyadari adanya kemungkinan dirinya tersambar petir, namun tetap saja Guo Jin terkejut. Perisai tenaga dalam yang diciptakan, tidak mampu melindungi tubuhnya dari sambaran Petir secara penuh.

Dan hal ini membuat dirinya mengalami luka dalam yang tidak ringan. Darah segar pun tampak membasahi sudut bibirnya dengan sekujur tubuh yang terasa kebas.

"Ketua.."

Tiga Tetua lain yang masih berdiri, terkejut melihat kejadian tersebut, secara bersamaan lalu melesat untuk menolong Guo Jin berdiri.

"Terimakasih Tetua sekalian.."

Setelah berdiri Guo Jin menyeka darah disudut bibirnya, lalu mengeluarkan sebuah botol dari saku jubah. Diambilnya beberapa butir pil dan lalu menelannya. Setelah beberapa saat, perlahan-lahan rasa kebas di sekujur tubuhnya pun menghilang.

"Ketua... Bagaimana kondisi anda?. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Setelah kembali berdiri dan menstabilkan kondisinya, Tetua Ma Hua tak lagi bisa menahan rasa penasarannya dengan situasi yang ada dihadapan mereka.

Guo Jin hanya tersenyum masam, namun ketika hendak menjawab pertanyaan Tetua Ma Hua, sesuatu yang diluar nalar manusia pun terjadi di hadapan mereka.

Segumpal awan hitam yang kini telah berada tepat di atas jembatan yang berkabut petir itu, mengeluarkan aura besar yang sangat mengintimidasi dirinya.

Suasana pun menjadi sangat hening bahkan semilir angin yang berhembus pun tidak lagi dirasakan oleh Guo Jin.

Guo Jin mengerutkan dahi saat berbalik dan mengamati situasi di sekelilingnya, baru disadarinya bahwa Tetua Ma Hua dan lainnya terdiam mematung. Awan pun berhenti bergerak, seolah waktu sedang berhenti.

Saat mencerna situasi yang sedang ada di hadapannya, Guo Jin kembali dikejutkan dengan suara letupan kecil yang berasal dari belakangnya. Setelah membalikkan badan, Guo Jin terpana dengan apa yang dilihatnya. Membuat mata tuanya melebar dengan mulut setengah terbuka.

Di atas gumpalan awan itu muncul sebuah cahaya yang sangat terang menyilaukan mata. Selang beberapa saat, sinar tersebut perlahan-lahan meredup dan memperlihatkan sosok seorang laki-laki tua berjubah putih dengan janggutnya yang panjang hingga mencapai dadanya.

Wajahnya memancarkan aura yang berbeda dari umumnya manusia. Aura yang memaksa Guo Jin menjatuhkan kedua lututnya seraya menangkupkan kedua tangan didepan wajahnya untuk memberi hormat.

Walaupun dirinya tak mengenali sosok tersebut namun Guo Jin meyakini sosok dihadapannya ini bukanlah manusia biasa, bahkan bisa jadi seorang Dewa. Karena pemikiran ini, tubuhnya pun menjadi bergetar hebat.

"Jin'er ... Janganlah takut dengan semua fenomena yang ada hadapanmu saat ini, juga kedatanganku menemui dirimu. Tujuan kedatanganku untuk menyampaikan sesuatu hal penting yang berkaitan dengan Rahasia Sekte Lembah Dewa dan juga kedamaian dunia ini. Tenangkan dirimu dan ingatlah baik-baik apa yang akan aku sampaikan ini."

"Am..Ampuni hamba wahai Dewa, hamba....hamba belum mengerti sepenuhnya dengan semua ini."

Guo Jin menjawab dengan terbata-bata dan suara yang bergetar.

"Jin'er.. Aku bukanlah Dewa, yang kau lihat ini adalah Rohku. Aku diutus oleh Dewa naga untuk menemuimu demi menyelesaikan tugas terakhirku darinya. Dengarlah baik-baik apa yang akan aku sampaikan ini."

Sosok sepuh berjubah putih itu akhirnya mengenalkan dirinya sebagai Zhu Long, pendiri Sekte Lembah Dewa. Kedatangannya menjelaskan bahwa lubang bercahaya keemasan itu bernama Pintu Alam Kultiva. Pintu ini menghubungkan alam manusia dengan sebuah alam dari dunia lain yaitu Alam Kultiva Naga.

Alam Kultiva Naga adalah alam kecil yang diciptakan sendiri oleh Dewa Naga. Tujuan diciptakan alam ini adalah untuk melatih manusia yang kelak akan menjadi seorang pendekar tingkat tinggi. Dan setelah menjalani masa latihan itu, Pendekar terpilih tersebut akan mengemban tanggung jawab di Tiga Dunia.

Dengan munculnya Pintu Alam Kultiva di dunia ini, merupakan pertanda bahwa Dewa Naga akan memilih lagi seorang pendekar dari alam manusia.

Setelah dirinya yang terpilih 500 tahun lalu, Dewa Naga belum pernah memilih lagi pendekar dari alam manusia. Zhu Long menjelaskan juga bahwa pendekar pilihan ini akan menggantikan dirinya yang telah gagal dan tewas di alam dunia lain.

Karena kegagalan itulah, Dewa Naga menghukum Zhu Long. Saat Roh Zhu Long terbang melayang ke alam keabadian Dewa Naga datang memohon kepada Sang Maha Agung.

Dewa Naga memohon agar kepindahan roh Zhu Long ditunda sementara waktu, tujuannya untuk menjalani hukuman darinya. Hukuman itu adalah mencari dan melatih pendekar untuk menggantikan tugas Zhu Long.

Sesaat sebelum munculnya Pintu Alam Kultiva, Zhu Long telah diberitahu oleh Dewa Naga bahwa sosok pengganti dirinya telah lahir beberapa tahun lalu dan sosok ini sepertinya berhubungan erat dengan Sekte Lembah Dewa yang didirikan olehnya lima ratus tahun lalu.

Zhu Long juga menjelaskan bahwa manusia yang terpilih untuk berlatih di Alam Kultiva Naga adalah seseorang yang bisa melewati Jembatan Kabut Petir tanpa tersambar Petirnya.

Untuk itulah Zhu Long memerintahkan kepada Guo Jin untuk membawa anak-anak berusia lima hingga tujuh tahun ke tepi Jurang Lembah Dewa.

Anak tersebut haruslah keturunan murid Sekte Lembah Dewa. Hal itu bertujuan untuk melakukan semacam tes kepada anak anak tersebut, yaitu dengan melewati Jembatan Kabut Petir.

Apabila ada seorang anak bisa melewati Jembatan Kabut Petir tanpa tersambar Petirnya, maka anak itulah yang dapat memasuki Alam Kultiva Naga.

****

Salam Noveltoon

Hai Reader Setia Noveltoon...

Mohon Dukungan Like, Vote dan Ratingnya untuk Pendekar Tiga Dunia ya..

Oh iya Pendekar Tiga Dunia akan Update 1 Chapter setiap hari pada pukul 19:00 WIB.

Kritik dan saran yang membangun, sangat dinanti oleh Author agar Novel pertama ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Terimakasih.

003: Jembatan Kabut Petir

"Jin'er...Apakah kau bersedia memenuhi permintaan egois ku ini?"

Zhu Long melakukan hal ini karena dirinya pun tidak mengetahui siapa anak terpilih tersebut, karena Dewa Naga masih merahasiakannya.

"Tentu saja Leluhur... Sebuah kewajiban bagi hamba untuk melaksanakan semua perintah Leluhur."

Selama ini Guo Jin yang hanya mengetahui nama pendiri Sekte Lembah Dewa, tak menyangka akan bertemu leluhurnya meski dalam Wujud Rohnya saja.

Sebuah kebahagian besar dirasakan Guo Jin dengan mendapat perintah langsung dari Sang Leluhur Sektenya tersebut.

"Jin'er...Apakah ada ada sesuatu yang ingin kau tanyakan."tanya Zhu Long saat menatap Wajah Guo Jin yang terlihat menyimpan sebuah kekhawatiran.

"Benar Leluhur.. Apakah tidak berbahaya seorang bocah tanpa tenaga dalam untuk melewati Jembatan Kabut Petir itu?. Karena hamba tersambar petir dan mengalami luka saat menapaki jembatan tersebut."

Memahami kekhawatiran Guo Jin tersebut, Zhu Long tertawa kecil sebelum menjelaskan lebih lanjut perihal Jembatan Kabut Petir.

Bagi seorang bocah kecil yang belum memiliki tenaga dalam, tidak akan tersambar oleh petir saat menapaki Jembatan tersebut, melainkan hanya terdorong mundur atau terpental beberapa meter saja tanpa mengalami luka.

Hal ini berlaku bagi mereka yang tidak terpilih, namun bagi bocah yang terpilih untuk berlatih di Alam Kultiva Naga, hal itu tidak berlaku. Bahkan anak kecil tersebut akan mendapat berkah dari Dewa Naga.

Kabut yang mengeluarkan petir di jembatan tersebut sebenarnya merupakan kumpulan energi alam yang dipadatkan oleh Dewa Naga. Karena besarnya energi tersebut maka timbullah percikan Petir Keemasan di sekitar jembatan.

"Jin'er.. waktu ku tak lama lagi di alam manusia ini. Lakukanlah tes itu besok pagi hingga menjelang tengah hari, jangan lebih dari waktu itu karena akan berbahaya melakukannya setelah matahari tergelincir ke barat."

"Baik Leluhur.. hamba akan melakukan semua perintah Leluhur sebaik mungkin." jawab Guo Jin antusias.

"Terimakasih Jin'er...Aku akan menunggu anak yang terpilih itu di Alam Kultiva Naga, selamat tinggal Jin'er." Zhu Long menjentikan jarinya. Perlahan tubuhnya memudar lalu menghilang dari pandangan Guo Jin.

Seiring dengan hal itu, waktu yang seolah berhenti kembali bergerak seperti semula.

Tetua Ma Hua dan Tetua lainnya akhirnya dapat menggerakkan kembali tubuhnya dan mereka terkejut menemukan Ketua Sekte mereka sedang dalam posisi berlutut.

Tetua Ma Hua dan sembilan tetua lainnya, tidak menyaksikan apa yang terjadi saat kemunculan Zhu Long hingga kepergiannya dari hadapan Guo Jin.

Hal itu membuat Tetua Ma dan Tetua yang lain menjadi heran dengan posisi Ketua Sekte mereka yang sedang berlutut menghadap Jembatan yang berkabut dan mengeluarkan petir tersebut.

Menyadari situasi sudah kembali normal, Guo Jin bangkit dan menghampiri rombongan Tetua Ma Hua dan Lainya.

Guo Jin Lalu menjelaskan apa yang baru saja dia alami, tentang kemunculan Zhu Long yang merupakan sosok pendiri Sekte Lembah Dewa.

Guo Jin juga memberi tahu tugas yang harus dia lakukan bersama seluruh tetua Sekte, Namun Guo Jin masih merahasiakan tujuan utama dari tugas tersebut.

Mereka pun kembali ke Aula Sekte untuk membahas lebih lanjut tentang hal-hal yang harus mereka lakukan keesokan harinya.

**

Sementara itu di siang hari pada hari yang sama saat terjadinya fenomena aneh di Tebing Jurang Dewa.

Di sebuah rumah makan terbaik di sebuah desa yang berjarak puluhan kilometer dari Lembah Dewa, tampak seorang pria tampan berjubah kuning keemasan bersama seorang wanita cantik dan anak kecil sedang menyantap sajian yang di hidangkan dengan lahap.

Awalnya anak kecil tersebut menjadi pusat perhatian para pengunjung rumah makan tersebut. Hal ini karena keanehan pada penampilannya yang berbeda dari anak-anak lain.

Sekujur tubuh anak kecil itu dipenuhi semacam tato yang menyerupai sisik ular yang berwarna hitam dengan sedikit corak kuning. Sisik itu seukuran ibu jari lelaki dewasa. Hanya pada bagian mata, hidung dan mulutnya saja yang tidak terdapat tato sisik ular tersebut.

Namun Anak lelaki itu dan kedua orang yang bersamanya, terlihat sudah terbiasa dengan tatapan heran para pengunjung rumah makan.

Saat sedang asik menyantap makanan mereka, tiba-tiba selarik sinar kuning keemasan yang entah darimana asalnya, menerpa tubuh anak kecil tersebut.

Tubuh kecil yang dibalut jubah kuning keemasan itupun terpental beberapa meter dan jatuh ke lantai.

"Chan'er..!!" teriak sang perempuan cantik seraya melompat kearah anak laki-laki yang tak lain adalah puteranya.

Dari gerakan lompatannya itu, seluruh pengunjung rumah makan tersebut menyadari bahwa perempuan tersebut seorang pendekar.

Lelaki tampan itu bertindak yang sama dengan perempuan cantik yang tak lain adalah isterinya.

Perempuan cantik itu segera memeluk tubuh puteranya yang dalam keadaan tak sadarkan diri. Sementara sang suami segera memeriksa kondisinya, dan tak lama kemudian menyalurkan tenaga dalam untuk menstabilkan kondisinya.

Selang beberapa saat, sang anak lelaki itu pun tersadar.

"Ayah... Ibu.."

"Chan'er.. syukurlah kau sudah sadar nak." Perempuan cantik itu pun kembali memeluk putera semata wayangnya itu.

"Zhi Gege..apa yang terjadi dengan putera kita? Cahaya apa yang barusan menerpa tubuhnya? Bagaimana kondisinya sekarang?" cecar wanita cantik itu kepada sang suami. Terlihat kekhawatiran yang besar dirasakan oleh perempuan itu

Mendengar rentetan pertanyaan dari sang isteri, lelaki tampan itu hanya tersenyum masam. Karena dia juga tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi.

"Hua'er aku pun tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, namun melihat kondisi Chan'er yang baik baik saja, sepertinya tidak terjadi hal yang serius. Sebaiknya kita segera melanjutkan perjalanan dan meningkatkan kewaspadaan kita."

"Berapa hari lagi kita akan sampai Zhi Gege?" Balas sang isteri.

"Jika tidak ada halangan yang berarti, dua hari lagi kita akan sampai Hua'er."

"Adduuh....Ayah... perutku sakit!!"

Sesaat setelah menjawab pertanyaan sang isteri, tiba-tiba putera mereka berteriak kesakitan dengan memegangi bagian perutnya.

Lelaki tampan itu dengan sigap membuka jubah putranya. Saat semua kain jubah tersingkap, mata lelaki tersebut terbelalak saat melihat ke arahku pusar sang anak. Sang isteri pun tak kalah terkejutnya.

Sementara pengunjung rumah makan mulai berdiri untuk melihat lebih jauh apa yang terjadi pada anak kecil itu. Bahkan beberapa orang mulai mendekat dan mengerumuni mereka bertiga.

Tak berbeda dengan kedua orang tua si anak, para pengunjung rumah makan yang sudah mendekat, matanya pun terbelalak melihat apa yang terjadi pada Anak kecil yang masih terbaring di pangkuan sang Ibu.

Para pengunjung yang rata-rata sudah berusia diatas dua puluh tahun itu, sangat heran dengan apa yang mereka lihat. Selama hidupnya, belum pernah melihat seperti apa yang terlihat di hadapannya saat ini.

****

Salam Noveltoon

Hai Reader Setia Noveltoon...

Mohon Dukungan Like, Vote dan Ratingnya untuk Pendekar Tiga Dunia ya..

Oh iya Pendekar Tiga Dunia akan Update 1 Chapter setiap hari pada pukul 19:00 WIB.

Kritik dan saran yang membangun, sangat dinanti oleh Author agar Novel pertama ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Terimakasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!