NovelToon NovelToon

Gadis Penggosip

Takdir yang malang

Suatu malam yang menggemparkan seluruh warga komplek perumahan, sebuah kejadian kebakaran. Rumah mewah itu hanya tinggal puing- puing bangunan, semua hangus terbakar si jago merah. Banyak warga berpartisipasi memadamkan api, tapi nasib malang, semua itu tidak terselamatkan, termasuk penghuni rumah mewah tersebut, yang hanya menyisakan anak mereka yang masih berumur 5 tahun.

Anak itu berada dalam gendongan tetangganya, gadis kecil itu menangis tersedu, meneriakkan nama kedua orang tuanya. Banyak orang merasa iba, bahkan tidak sedikit diantara mereka ikut menangis, tidak sanggup melihatnya, anak sekecil itu, menerima takdir yang berat.

"Ibu...Bapak....hua...Ibu....Bapak..." teriaknya dalam tangis.

" Cup..cup...sudah...jangan nangis...Neng ikut Bibi aja ya...." bujuk tetangga itu sambil mendekap dan mengelus kepalanya. airmata ikut juga mengalir, siapa yang tahan melihat penderitaan yang dialami gadis sekecil ini,. .." malang sekali nasibmu nak..." bathin tetangga itu sambil meneteskan air matanya.

"Kasihan ya..."

"Iya...kasihan sekali, masih kecil juga..."

" Nasib memang tidak bisa ditebak,...tidak di sangka kejadian ini terjadi, padahal pak Danu dan Istrinya sangat baik terhadap kita...., yah..namanya juga Nasib, mau di katakan apa?"

kerumuman warga mengerubungi gadis kecil itu sambil berkata demikian.

" Hua...hua....hua...Ibu...Bapak....Ibu....Bapak...." Nina ,nama gadis kecil itu, tangisnya semakin keras, mendengar kata kata yang orang orang katakan.

Nina berjuang untuk lepas dari dekapan Bi Yati, tetangganya, dia meronta meminta di lepaskan, .." hua...Biarkan Nina ikut sama ibu sama Bapak...hua..." dia berjuang keras untuk lepas dari dekapan. " Astagfiruallah....., jangan Neng, bahaya...jangan lari kesana, apinya masih belum padam...., " cegah Yati, dengan memegangi erat tubuh Nina, agar tidak lepas dari dekapannya.

" Eh...eh...biarkan Nina pergi....Nina mau ikut Ibu sama Bapak....Nina mau ikut mereka,...Ibu...Bapak....hua...hua..." anak itu masih meronta. warga yang melihat itu, segera membantu Yati, menghalangi Nina berlari ke tempat kejadian. " pergi kalian...pergi...lepasin..lepasin...hua...lepasin...lepasin Nina...Nina mau ikut Ibu sama Bapak Nina...lepasin...pergi....pergi...huaaaaaaaa....Bapaaaakk.....Iiibuuuu......Bapaaaakkkk....ibuuuuuukkk".

***

Seminggu setelah kejadian itu, Nina masih syok, dia tidak mau bicara, dia lebih suka menyendiri dan menangis .Anak itu terlihat kurus dan kuyu, wajar saja, karena semenjak kejadian itu dia tidak mau makan. Dia hanya minum susu dan akan makan jika benar benar merasa lapar, itu pun karena Yati pintar membujuknya. Yati memang cukup dekat dengan Nina, karena dia yang mengasuh Nina dari kecil.

Sebelumnya Yati bekerja di rumah Nina, bersih bersih rumah dan mengasuh Nina, karena kebetulan Ibu dan Bapak Nina, yaitu Danu ,dan Nirmala bekerja di sebuah kantor perusahan Pemerintah.Yati hanya bekerja di siang hari, dan pada malam hari Nina di urus oleh orangtuanya.

Malam sebelum kejadian naas itu terjadi, Nirmala dan Danu sibuk dengan laptopnya masih masing, karena akhir bulan, Mereka harus menyusun Laporan Keuangan. Nina yang di biarkan main sendiri , dia mulai bosan dengan mainannya. Gadis kecil itu mulai berjalan kesana kemari, berlari, kemudian mengambil benda benda yang menarik baginya.

sebuah korek api, berhasil dia ambil, dan dia mulai bermain main dengan itu, dia mulai suka saat api keluar, lalu berhasil dia padamkan. Nina mengambil lilin, bekas lilin yang terdapat di kue ulang tahunnya kemarin, rupanya dia masih menyimpannya, karena lilin itu berbentuk boneka beruang. Di nyalakannya lilin itu dengan api,lalu dia tiup kembali , itu berulang dua kali, dan kemudian sebuah panggilan dari Beta, anak Yati, berhasil membuat Nina keluar tanpa memadamkan lilin tersebut, dan selanjutnya Lilin itu membakar benda benda di dekatnya , lalu terjadilah kebakaran itu.

***

" Biarkan Nina ikut sama saya saja pak Rt,..hanya saya keluarganya saat ini yang paling dekat."

Silvia meminta Nina untuk dia asuh, dan meminta ijin pada Rt setempat.

" Iya silahkan mbk Silvi, kami tidak berhak menahan anak ini, karena anda adalah adik dari ibu kandungnya. Siang itu akhirnya Nina dibawa Silvi ke rumahnya.

***

Hari demi hari berlalu, dan sebulan tidak terasa begitu saja, Nina mulai betah hidup dengan Silvi. Anak itu kini sudah lumayan membaik kondisi, baik mental maupun fisiknya. Rumah Silvi boleh dikatakan lumayan kaya, dan dia juga mempunyai asisten rumah tangga. Silvi wanita yang cantik dan juga seksi, dia adalah wanita yang memiliki gaya hidup mewah. Dibelikannya Nina mainan juga baju baju yang bagus, kini anak itu tumbuh baik dan wajahnya mulai terlihat cantik.

" Tante......"..Nina berlari dan memeluk Silvi yang baru saja pulang, Nina sudah merasa dekat dengan Silvi, karena Kasih sayang yang Silvi berikan, seperti kasih sayang ibu terhadap anaknya sendiri. "Nina.....cup..cup" sambut Silvi lalu mengecupnya.

"Ini Tante bawakan kue untuk Nina, nanti di makan ya!,....Tante mau mandi dulu." keduanya tampak bahagia.

Waktu makan malam, Silvi yang duduk bersama Nina di ruang makan, menerima telepon, Wanita itu segera mengangkatnya, dan Dia segera pergi meninggalkan Nina sendirian, itu membuat Nina tidak bahagia, wajahnya pun cemberut.

" Bi,...kenapa tante kok tidak pulang pulang, lalu siapa yang membacakan cerita untuk Nina,.." protes Nina kepada Bibi yang adalah pembantu rumah tangga tersebut.

" Mungkin sebentar lagi pulang Ibu Silvinya.., biar Bibi saja yang bacakan cerita buat Neng ya..?"

Nina sebetulnya tidak suka, tapi apa boleh buat, dengan muka masam, Nina menurut apa yang pembantunya itu akan lakukan, hingga dia tertidur dan di tinggal sendirian didalam kamarnya.

***

Pagi hari tiba, Nina sudah rapi berpakaian seragam dan akan pergi ke Sekolah. Nina duduk seorang diri di meja makan, segelas susu ada di sampingnya, kali ini dia akan menyantap bubur ayam sebagai menu sarapan.

" Wah....Nina cantik sekali ...." kata Silvi memujinya sambil menarik kursi untuk dia duduki.

" Tante sudah pulang,..."katanya dengan mata berbinar.

Nina tadi malam tidur sendiri, dan nungguin tante, tapi tante lama,.." lanjutnya kemudian dengan wajah memelas.

" Iya...soalnya tante kerja..., " Jawab Silvi,

" Nina berani kan tidur sendiri jika nanti malam Tante tinggal kerja lagi." sahut Silvi.

"Kok malam malam Tante kerja,....kalo malam itu waktunya istirahat...Ibu bilang begitu sama Nina kok..." anak kecil itu menasehatinya. Seperti seorang Ibu yang menasehati anaknya. Silvi merasa lucu medengar dan melihat Nina dengan ocehannya, tidak tahan, tangannya bergerak mencubit pipi gemuk Nina.

" Iya....." "ih...gemes Tante Silvinya .."

" Nina sudah selesai makan, biar tante anter kesekolah." kata Silvi kemudian.

" Hem...." anak itu tersenyum riang ,dan Dia terlihat lebih bersemangat.

***

" Dah sampai jumpa....belajar yang rajin ya...patuh dan ingat apa yang Ibu Guru bilang,...ummah...da..da.."

pamit Silvi saat melepas Nina masuk sekolah.

Silvi akan baru saja meninggalkan sekolah Nina, ketika tiba tiba, mobilnya di hentikan dan pintu kacanya diketuk dengan kasar.

Silvi terkejut, dan dia segera membuka kaca itu,

" Keluar kamu Wanita tak beradap ..." sebuah kata kata makian dia dapatkan dari seorang Wanita yang tidak dia kenal.

" Kamu siapa....?" tanya nya dengan wajah marah dan penasaran.

Trauma dan sendirian

Hari sudah malam, Nina terus saja memandangi pintu, menunggu Silvia pulang. wajahnya sudah terlihat sangat mengantuk, tapi dia hanya ingin tidur dan di bacakan cerita oleh tantenya itu.

" Neng,sudah malam, apa tidak sebaiknya tidur saja, besokkan Neng sekolah." bujuk Bibi, pembantu rumah tangga Silvi.

" tidak Bi, Nina masih mau menunggu tante Silvi dulu,.." jawab gadis itu dengan nada setengah mengantuk.Gadis kecil itu terus menerus menguap, sesekali matanya terpejam lalu dia paksakan terjaga. Bibi hanya mendiamkannya saja, menunggu di sebelahnya dengan setia, menunggu Silvi dan juga Nina yang akan segera terlelap segera. Sampai akhirnya Nina tertidur di atas sofa lalu di pindahkan ke tempat tidur oleh Bibi.

pukul satu malam, Silvia membuka pintu, badannya sempoyongan, dan bau alkohol. Silvia berteriak mamanggil Pembantunya, " Bi...Bi..ijah..." teriaknya. " iya..bu...." Bibi itu segera berlari membantu Silvia, memapah badannya dan membantu berjalan menuju kamar.

" Nina...sudah tidur Bi...? " tanya Silvi..

" Iya bu...." jawab Bibi itu.

" Baguslah..., apa dia tadi nungguin aku pulang Bi...?" lanjut Silvi. " em...i..iya Bu..." jawab Bibi dengan gugup.

"kasihan anak itu .."guman Silvi. tubuhnya terhuyung hampir terjatuh saat berjalan, " ehh..." pekiknya. untunglah Bibi itu setia memeganginya, sehingga Silvia terhindar dari dari sakit jika saja dirinya jatuh dan membentur kerasnya keramik lantai . " Terima kasih Bi...," ucapnya selanjutnya pada pembantunya. " Tolong besok saya bangunkan lebih awal ya Bi.., saya mau anterin Nina kesekolah." pinta Silvi pada pembantunya sebelum menutup pintu kamar.

***

pagi akhirnya tiba, Sivia sudah duduk di meja makan untuk menunggu Nina yang sedang berganti seragam sekolah yang di bantu pembantunya, Bi Ijah. Tak lama kemudian, Nina keluar dengan rambut yang di kucir rapi kebelakang menyerupai ekor kuda , wajahnya ceria, anak itu terlihat menggemaskan. Rupanya perpaduan wajah dari Danu dan Nirmala adalah yang terbaik, anak itu semakin hari semakin tumbuh dan semakin cantik. Silvia jadi iri memikirkan hal itu, andai saja dia bisa hamil dengan Gunawan, pasti anak mereka akan cantik seperti Nina, tapi apa boleh buat, Dia sudah salah mengambil keputusan. Keputusannya yang bersedia di nikahi hanya nikah Siri, adalah hal yang paling bodoh, hanya karena dia memikirkan kekayaan dari suami Siri nya itu, sebelumnya dia tidak memikirkan statusnya yang sangat lemah jika istri pertama mengetahuinya. Tapi...semua sudah terlanjur, dan kini dia harus berjuang keras mencari uang untuk hidupnya dan mengurus Nina.

Club malam itulah satu satunya penghasilannya kini, club yang dia bangun dengan keringatnya sendiri dengan bekerja sebagai pemandu lagu, dan kini bisa memiliki tempat itu. Kini mulai sekarang dia harus bekerja keras, melayani pengunjung dengan sepenuh hati, walaupun setiap hari dia harus pulang dengan bau minuman keras dan juga kondisi mabuk.

" Tante......" teriak Nina saat dia melihatnya, gadis kecil itu sangat gembira melihatnya, dia bergegas menghampiri lalu membopongnya.

" Ponakan tante sudah wangi dan cantik....ummah..." katanya memuji Nina gadis kecil yang menggemaskan itu.

"he..he..." gadis itu tertawa senang karen rasa geli yang dirasakan ketika Sivi mencium lehernya.

" Rambutnya juga sudah wangi....." kata Silvi selanjutnya ketika mencium tengkuk leher dan rambut Nina yang sepanjang bahu.

" ahaha..ihihiii..hehehe..., Tante Nina geli...ahahaha..." teriak Nina dengan nada bayi. Silvi melepaskan Nina ketika sudah puas menggelitiki anak itu, ini sangat menyenangkan, setidaknya dia bisa melupakan sejenak permasalahan yang semakin hari semakin ruwet.

Tangan silvi memperbaiki penampilan Nina kembali yang tadinya acak acakan karena perbuatannya, ada kebahagian saat menyentuh wajah kecil itu," gadis kecil yang manis dan juga menggemaskan, kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang cantik.." kagumnya mengagumi Nina.

senyumnya menjadi senyum pahit, ketika mengenang kakaknya atau ibu Nina yang sudah almarhum." kasihan kamu Nak,...sudah tidak punya orangtua..." bathinnya sedih mengenang hal itu.

" oh iya tante, kemarin ibu guru menitipkan surat buat Tante,.." gadis kecil itu berkata sambil membuka tas dan mengambil kertas yang berisi pemberitahuan orang tua untuk menghadiri pertemuan orang tua .

Silvi menerimanya lalu membacanya,..." ini...acaranya hari ini sayang?" tanyanya pada Nina.

" kata bu guru sih.. hari ini tante,..." Nina menjawab.

" aduhh....kalo hari ini tante tidak bisa hadir sayang,.. tante ada urusan penting hari ini." ucap Silvi dengan ekpresi menyesal. kemudian Silvi melihat anak kecil di sampingnya, memperhatikan wajahnya, gadis kecil itu hendak menangis karena sedih.

" Sayang ...Nina ...maafkan tante ya....tapi lainkali tante janji akan hadir bila ada acara di sekolah nanti..." bujuk Silvi berusaha membuat Nina tidak meneteskan airmatanya.

wajah Nina sudah sangat merah, kelihatannya sebentar lagi akan banjir dengan airmatanya. Silvi segera meraih dan mendekap Nina, lalu mengelus kepalanya dan kemudian mendudukkan Nina di pangkuannya.

" Sudah....ponakan tante kan hebat, dia tidak akan pernah menangis kalo cuma hal seperti ini,. lagipula tante nanti akan datang kalo urusan tante sudah selesai .." Silvi masih berusaha membuat Nina tidak kecewa dan sedih.

" Benarkah...." sontak anak kecil itu memeluk leher Silvi.. tentu saja wanita cantik itu terkejut, tapi dia senang, Ninanya sudah tidak sedih lagi. Dilihatnya wajah Nina sudah berbinar,...Silvi menjadi lega...lalu mengulurkan tangannya mengelelus punggung Nina.

" He em...." Silvi sebetulnya sedikit ragu jika dia bisa menghadiri rapat pertemuan orang tua dan guru itu. Silvia mulai berpikir memikirkan apa yang terbaik, agar Nina tidak kecewa dengannya.

***

" Bye...sayang..belajar yang rajin ya...ingat patuh pada ibu guru..." pamit Silvi ketika sampai dan menurukan Nina di sekolahnya.

" Iya Tante..., bye..." kata anak itu dengan riang.

silvi memasuki mobil dan mulai maju...tanpa Silvi ketahui, gadis itu sedikit berlari sambil meneriakkan sesuatu.." Tante...jangan lupa nanti datang yaaaa......Nina akan tunggu tante ...bye...bye tante....."

Silvi pulang kerumah untuk berkemas, hari ini dia akan bertemu Gunawan dan pergi ke club melayani pelanggan. Silvi sedih teringat wajah Nina yang berbinar ketika tadi dia membujuknya, tiba tiba saja dia menemukan ide, segera kemudian mencari Bi Ijah di dapur.

" Bi...Bibi...." teriaknya sambil berjalan ke dapur

Bi ijah yang sedang mencuci piring mendengar itu lalu segera mencuci tangannya dan berjalan dengan tergesa gesa memenuhi panggilan majikannya.

" Bi...saya mau minta tolong pada Bibi, tolong hadiri pertemuan di sekolahnya Nina ya,..." perintah Silvi pada Ijah.

" lho...kok saya bu,. . bibi kan tidak tahu apa apa soal sekolah, bibi kan tidak pernah sekolah." Bibi itu sedikit takut menolak perintah majikannnya.

" Tidak apa apa Bi, ini hanya pertemuan biasa, nanti bibi cuma mendengarkan musyawarah gurunya, dan untuk urusan biaya atau apa apa, beritahukan saja, saya yang mengurusi semuanya , gitu tok kok bi...ya...." kata Silvia menjelaskan.

"ee...iya deh bu,..." Ijah terpaksa tidak bisa berbuat apa apa, selain patuh apa yang Silvia perintahkan.

" oh iya bi,...tolong bujuk Nina agar tidak sedih ya,..bilang saya akan datang, tapi nanti setelah urusan saya selesai gitu..."

Trauma dan sendirian bagian 2

Nina berdiri belakang pintu gerbang sekolah, dia sangat menantikan kehadiran Silvi sejak tadi. Hampir satu jam dia berdiri disana, mengamati setiap mobil yang berhenti di depan sekolahnya itu, lagi lagi dia hanya mengerutkan bibirnya, matanya sudah mulai berkaca kaca. Nina sudah mulai putus asa dan kecewa, " Tante tidak datang.." Katanya dalam hati, isakan tangis sudah mulai terdengar pelan, kalo saja Bibi Ijah tidak memanggilnya.

" Neng Nina...." gadis kecil yang menutupi wajahnya dengan telapak tangan mungil miliknya, seketika membuka telapak tangan yang menutupi wajah miliknya. Rupanya Nina sudah menangis, wajahnya penuh dengan air mata.

" Bibi...." panggilnya lalu segera memeluk Bi Ijah.

" Tante tidak datang..hiks...Tante bohong sama Nina..hua...hua..." Tangisnya pecah.

" Cup...cup...cup..." Bi Ijah tidak berani berkata apa apa, dia takut jika dia berbohong, maka Nina akan semakin sedih.

" Sudah Neng, jangan nangis lagi,...Bibi di suruh Bu Silvi datang buat hadiri pertemuan ini,..." Kata Ijah, mencoba membujuk Nina agar berhenti menangis.

" Kata Bu Silvi, dia nanti akan datang, setelah urusannya selesai,...cup...cup...jangan nangis lagi ya..." lanjut nya lagi.

Nina yang masih terisak, hanya bisa menuruti kata Bi Ijah, dan sedikit demi sedikit, tangisnya sudah akan berhenti.

" Mari masuk saja , nanti Bibi bisa ketinggalan informasi penting buat disampaikan ke Bu Silvi."

***

Nina tertidur di pangkuan Bi Ijah, gadis kecil itu terlelap dengan wajah sedih. Bi Ijah merasa kasihan , anak sekecil ini sudah hidup sendirian, dan juga merasa kesepian karena akhir akhir ini Silvi jarang pulang ke rumah.

Tadi setelah pulang dari sekolah, Nina terus menanyakan Silvi kepada Bi Ijah, Bi ijah hanya bisa memberi omong kosong, supaya Nina tidak kecewa. Wanita paruh baya itu merasa iba dan menangisi nasib malang anak ini.

" Neng ...kasihan banget kamu Nak,.. sekecil ini harus berjuang untuk tabah." katanya, sembari mengelus kepala Nina.

Bi ijah membopong Nina yang tertidur, meletakkannya ditempat tidur Nina. Sudah pukul 1 malam, tapi majikannya belum juga pulang, Bi ijah bermaksud menunggu Silvi, sampai akhirnya dia ketiduran di sofa ruang tamu.

Suara adzan subuh membuat Bi Ijah terbangun, dia pun segera tersadar, semalaman dia tidur di ruang tamu, di lihatnya kunci pintu masih menempel, itu berarti semalam Bu Silvi tidak pulang. " Aduh...Bu Silvi tidak pulang, apa yang harus saya katakan pada Neng Nina, hhmmm...pasti dia akan sedih sekali." bicaranya sendiri, menggerutukan keadaan.

Hari ini adalah hari minggu, Bi Ijah sengaja tidak membangunkan Nina, karena libur, dan juga dia tidak mau membuat Nina sedih, kalo tahu Tante nya tidak pulang.

Nina bangun pukul 8 lebih 15 menit, yang di lihatnya pertama kali adalah kamar Tantenya. Gadis itu segera kecewa, karena mendapati Silvi tidak ada di kamarnya. wajahnya langsung cemberut, dan dia menghampiri Ijah yang sedang mencuci baju.

" Bi....tante Silvi kok gak ada di kamar..?" tanyanya dengan nada ingin menangis.

Ijah bingung harus menjawab apa, "apa yang harus aku katakan..." teriak bathinnya.

" Eee...Neng sudah bangun, ...emm...mandi dulu ya..Bibi sudah siapkan air hangatnya." Ijah mencoba membelokkan pertanyaan Nina.

" Tante Silvi mana....Tante Silvi gak pulang lagi kan Bi, hiks...hiks.." Nina menangis terisak.

Ijah hanya bisa diam, ijah tidak tahan melihat anak itu menangis. Di peluknya Nina, lalu mengendongnya...anak kecil ini masih saja menangis.

" cup..cup...." kata Ijah mencoba menenangkan Nina.

" hik..hik...Tante Silvi jahaaattt ....hua...hua...Tante Silvi tinggalin Nina....hua..hua....Nina tidak mau tinggal sendiri....." ucapnya dalam tangisan.

" cup...cup....Neng kan sudah sama Bibi, Jadi Neng Nina tidak tinggal sendiri....."

" hua...hua... huuuaaaa....." Tangis Nina semakin menjadi keras.

" Nina mau sama Tante Silvi....Nina mau ikut Tante....hua...hua....."

" cup...cup....Iya....nanti Neng sama Tante Silvi..., tapi sekarang Neng sama Bibi dulu nungguin Tante Silvi pulang ya...."

" Tidak mau....pokoknya Nina mau sama tante Silvi..."

***

Sudah dua hari Silvi tidak pulang ke rumah...gadis kecil itu sangat sedih. Setiap kali Silvi menelponnya ,Nina malah menangis...Nina tidak mau bicara sama Silvi...

Di hari Rabu, Nina pergi menghadiri pesta ulang tahun tetangga rumahnya. Nina memakai baju baru yang Silvi belikan seminggu yang lalu. untunglah Silvi hari ini tidak berangkat bekerja, karena tidak enak badan. kemarin Bi Ijah sudah cerita semua ke Silvi , dan Silvi jadi tidak tega jika meninggalkan Nina sendirian . Maka dari itu,Silvi hanya akan pergi ke club miliknya, setelah Nina tidur.

Silvi mendandani Nina supaya penampilannya terlihat rajin dan menawan,Silvi juga menemani Nina.

Pesta akan segera di mulai, dan lilin akan mulai dinyalakan. Nina memandang ketakukan pada lilin berbentuk " Tayo" di hadapannya.Begitu api menyala, Nina menjerit sambil menutup kedua telinganya.

Orang tua dan anak anak yang menghadiri pesta terkejut, lalu segera pandangan mereka tertuju pada " Nina", termasuk juga Silvi yang menunggu sambil berbincang bincang dengan orang tua dari murid dan Tuan tumahnya.

" Api....api....hua...hua.....Bapak ....Ibu....maafin Nina..." teriakan Nina, kedua tangannya menutup kedua telinganya, matanya terpejam, dan keringat dingin keluar dari seluruh tubuhnya, Nina kemudian tak sadarkan diri , terjatuh ke lantai .

***

Nina berada dalam ruangan gelap, dia terbangun dengan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya, Nina melihat kedua orang tuanya menunggunya di sampingnya.

" Bapak?, Ibu?," sapanya pada mereka. Keduanya tersenyum lembut, lalu mengulurkan tangan, mengelus kepala Nina. Nina merasa senang dan juga sedih, kedua matanya berkaca kaca, kemudian Nina memeluk mereka berdua, air mata menetes membasahi pipi, mulut mungilnya mengucapkan apa yang dia rasakan saat ini.

" Ibu ..Bapak....Nina kangen ...Nina mau bersama Ibu dan Bapak...., Nina tidak mau di tinggal sendirian lagi...., Nina mau ikut Ibu dan Bapak saja. ...boleh ya...?". Nina merasakan kehangatan yang selama ini tidak dia rasakan lagi, air mata terus menetes . Kehangatan itu tiba tiba menghilang secara bertahap, Nina melepaskan pelukannya, dilihatnya wajah kedua orang tuanya sedih, berlahan lahan, mereka bergerak menjauh.Seketika rasa takut dan sedih hadir mengisi hatinya, Nina takut kehilangan mereka,. mulut kecilnya berteriak memanggil mereka kembali..".Ibu....Bapak.....jangan pergi....,jangan tinggalin Nina...,ibu...bapak...berhenti...,ibu...bapak...jangan pergi lagi. tungguin Nina...ibu...bapak...,"didalam mimpinya Nina akan menyusul mereka, tapi kakinya sulit untuk di gerakkan. Dia pun berusaha keras mengangkat kakinya, dilihatnya kembali kedua orang tuanya semakin menjauh ..Nina panik ,sedih dan takut. Dia mulai gelisah, nafasnya menjadi cepat karena perasaan yang dia rasakan.

" Tunggu...jangan pergi...tunggu...tungguin Nina"

Guman Nina dalam tidurnya.

" Nina...Nina....Nina bangun...Nina...ini tante Silvi...Nina.." Silvi mencoba membangunkan Nina.

Nina akhirnya sadar dan bangun dari tidurnya.

" Tanteee.......,"teriaknya kemudian, dan langsung memeluk Silvi di sampingnya.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!