NovelToon NovelToon

My Doctor'S Bastard

MDB Bab 1 - Wanita Yang Harus Disembunyikan

“Maaf, nona Laura. Dari semua hasil pemeriksaan yang sudah kita lakukan hasilnya tidak berubah, Anda mengidap kanker hati stadium akhir,” jelas sang dokter dengan suaranya yang terdengar berat. “Hidup Anda hanya akan bertahan enam bulan lagi.”

Deg! Laura terhenyak. Kakinya yang tengah menginjak lantai kini seperti tak berpijak. Mendadak pikirannya kosong, dunia terasa menyempit untuknya. Dia duduk kaku dengan jemari yang gemetar di pangkuan.

Enam bulan.

Angka itu terus bergema di kepalanya, menenggelamkan segala kata lain.

Selama ini Laura tak merasakan kesakitan yang parah, hanya saja terus merasa nyeri di bagian perut dan mual yang berlebihan. Laura pikir sakit itu hanya sakit biasa, namun siapa sangka dia justru divonis kanker stadium akhir.

Laura adalah seorang nona muda dari keluarga Carter yang memiliki kehidupan sempurna, namun kini semua kesempurnaan itu seperti tak ada artinya. Sebab kematian sudah menunggu di depan mata.

"Meski begitu kita masih bisa menempuh pengobatan untuk Anda, melalui kemoterapi_"

"Tidak," jawab Laura dengan cepat, bahkan sampai memotong ucapan sang dokter. "Terima kasih, saya permisi sekarang," timpalnya seraya berdiri dan segera keluar dari ruangan tersebut.

Pergi dengan pikiran yang campur aduk, 'Tidak mungkin,' batin Laura, dadanya sesak tapi tak mampu mengeluarkan air mata.

Kematian adalah sesuatu yang tak pernah Laura bayangkan selama ini. Dan kini hanya membayangkannya saja membuat hatinya sakit sekali. 'Tidak mungkin,' batin Laura lagi. Hanya mampu menepis semua kenyataan, meskipun tak mampu mengubahnya.

'Aku tidak boleh mengatakan tentang hal ini pada siapapun, mommy Naina, Daddy Nick, dan lainnya tidak ada yang boleh tahu. Tidak boleh,' batin Laura. Akhirnya air mata itu jatuh juga, terbayang kehangatan keluarga yang akan segera dia tinggalkan.

Sang mommy memiliki hati yang sangat lembut, tak terbayang bagaimana sakitnya beliau jika mengetahui fakta menyakitkan ini.

Laura menggeleng, sumpah demi apapun dia tak ingin membuat kedua orang tuanya terluka. Bahkan andai kematian itu datang lebih cepat, Laura ingin segalanya berakhir dengan cepat, bukan penderitaan yang berlarut-larut untuk semua orang.

Laura terus melangkahkan kakinya tanpa arah di koridor rumah sakit, sesekali menghapus air mata yang jatuh tanpa kendali.

'Bagaimana dengan kak Shinee, haruskah aku memberi tahunya?' batin Laura. Shinee adalah sang kekasih yang sangat dia cintai melebihi apapun. Shinee juga merupakan direktur utama di rumah sakit ini, Wu Medical Center.

Mereka pertama kali bertemu saat Shinee mengisi seminar di kampus tempat Laura belajar. Hingga tak terasa telah satu tahun hubungan itu berjalan. Hubungan rahasia yang cintanya hanya diketahui oleh mereka berdua.

Laura yang selalu ingin membanggakan kedua orang tuanya tak ingin hubungan mereka dianggap sebagai penghalang pendidikan. Sementara Shinee hanya mampu setuju apapun keinginan Laura asal mereka tetap bersama.

Beberapa Minggu terakhir Laura merasa mual dan nyeri perut yang berlebihan. Laura kira semua itu hanyalah sakit biasa, dan Shinee yang memintanya untuk memeriksakan diri dengan salah satu dokter di rumah sakit ini.

Tapi siapa sangka hasilnya justru diluar bayangan Laura.

Langkah kakinya yang tanpa arah kini mulai tahu kemana harus melangkah. Laura akhirnya memutuskan untuk mendatangi ruangan sang kekasih, 'Ya, aku harus mengatakannya pada kak Shinee. Jika bukan dengannya aku tidak tahu harus berbagi pada siapa,' batin Laura lirih.

Hatinya yang remuk kini mulai Laura susun kembali satu per satu. Jika seluruh keluarganya tak ada yang boleh tahu setidaknya dia masih memiliki Shinee untuk berbagi semua kepedihan ini.

Tiba di depan ruangan Shinee, Laura melihat pintu yang sedikit terbuka. Dia hendak mengetuk namun urung saat samar-samar mendengar sang kekasih bicara.

"Berhenti membicarakan tentang Vella, aku tidak ingin membahasnya," ucap Shinee.

"Maaf Shinee , tapi untuk acara nanti malam kamu memang harus datang dengan istrimu," balas dokter Andre.

Deg! Jantung Laura makin berdenyut nyeri saat mendengar ucapan tersebut. Dokter Andre dia juga mengenalnya sebagai salah satu sahabat Shinee.

Ketika terdengar langkah kaki mendekat, Laura buru-buru berlari dan bersembunyi. Ia mengurungkan niatnya untuk menemui Shinee.

Air mata yang sudah kering kini akhirnya tumpah lagi tanpa kendali.

'Istri?' batin Laura pilu dan bodohnya selama ini Laura tak menyadari akan hal itu. Di detik berikutnya dia pun membodohi diri sendiri, Laura yang memang tak pernah mengulik terlalu dalam tentang pria tersebut.

Dan lagi Laura pulalah yang menginginkan hubungan mereka jadi rahasia, wajar saja waktu itu Shinee langsung setuju tanpa ada penolakan sedikitpun.

Sebab ternyata Laura memanglah wanita yang harus disembunyikan dari sang istri. Laura sadar dia bodoh, tapi seharusnya Shinee tak mempermainkannya sejauh ini. "Dasar badjingan," umpat Laura.

Dia hapus lagi air mata di wajahnya, bersumpah tak akan hancur sendirian setelah ini. Bahkan jika kematian itu datang Laura pastikan harga dirinya kembali, bukan sebagai pelarian Shinee seperti ini. "Dasar badjingan," umpatnya sekali lagi. "Bangkitlah Laura, jangan biarkan kematian menghalangimu."

MDB Bab 2 - Sampai Batas Waktu Yang Belum Ditentukan

Bukannya menemui Shinee, Laura akhirnya memutuskan untuk kembali ke kampusnya. Mengurus cuti selama satu semester agar bisa menjalani pengobatan di luar negeri tanpa memberi keluarganya.

Laura tak tahu apakah nanti saat kembali dia masih hidup atau sudah mati, tapi sungguh Laura tak ingin terlihat hancur di kota ini.

Hatinya terlalu hancur tiap kali mengingat hal itu, belum lagi kebenciannya pada Shinee adalah sesuatu yang sulit Laura kendalikan saat ini.

"Laura! Apa kamu gila? Kenapa tiba-tiba mengambil cuti? Ini kuliah semester terakhir kita, sebentar lagi selesai bodoh," kesal Celine, sahabat Laura sejak masa sekolah dasar. Mereka terus bersama sampai menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Ucapan Celine membuat Laura terdiam sejenak, kedua tangannya yang sejak tadi sibuk mengurus surat cuti jadi berhenti. Bahkan dengan Celine pun Laura merahasiakan hubungannya dengan Shinee.

"Aku harus mengambil cuti ini Chel," jawab Laura.

"KENAPA?!"

"Karena aku hampir mati."

"Astaga," kaget Celine, tapi kini dia masih berpikir ucapan Laura hanya lah main-main dan jawaban itu semakin membuatnya kesal. "Jangan main-main dengan keputusan dan ucapan mu itu Lau! Katakan dengan jujur kenapa tiba-tiba kamu mengambil cuti?!" tegasnya sekali lagi.

Laura menghela nafas dengan kasar, kembali meratapi dirinya sendiri di dalam hati. Namun saat ini Laura merasa dia benar-benar berada di titik terendah. Bahkan Shinee yang dia pikir bisa jadi pelindung pun ternyata menjadi salah satu penyebab kehancuran hidupnya.

Laura menatap Celine dengan lekat, dadanya sesak sekali. "Waktuku hanya tinggal enam bulan lagi, Chel."

"Waktu apa? bicara yang jelas!"

"Aku divonis kanker stadium akhir, baru tadi hasilnya keluar."

"Jangan bercanda!"

"Tidak, aku sangat serius," balas Laura yang kemudian kedua matanya terlihat merah, menahan air mata agar tidak kembali tumpah.

Celine tergugu, terlebih dia tak melihat kebohongan dari sorot mata itu. Di detik berikutnya Celine pun merasakan sesak berlebihan di dada. Terlebih saat Laura akhirnya menunjukkan hasil pemeriksaan kesehatan yang dia dapatkan beberapa jam lalu.

Tubuh Celine gemetar, dia menjatuhkan air mata lebih dulu saat ini. Berulang kali berkata tidak mungkin, tidak mungkin dan tidak mungkin.

Namun Laura mengatakan hasil ini tidak bisa berubah.

"Aku tidak ingin keluargaku tahu Chel, aku mohon rahasiakan semuanya. Aku akan pergi ke Amerika dan menjalani pengobatan di sana," jelas Laura, ini adalah keputusan yang bisa dia ambil sekarang. Laura tak tahu lagi harus apa, harus bagaimana?

"Aku ikut, aku juga akan mengambil cuti sama denganmu."

"Tidak Chel, kamu harus tetap di sini dan menyelesaikan pendidikanmu?"

"Apa kamu gila? Kamu pikir aku masih bisa belajar disaat kamu hampir mati?!"

Laura menangis lagi, inilah yang tak dia inginkan. Jika membagi lukanya, maka orang lain juga akan ikut menderita.

"Laura, dengarkan aku baik-baik," ucap Celine. "Tentang kematian tak ada yang bisa menebaknya, bahkan mungkin aku pun bisa mati lebih dulu tanpa penyakit itu. Bisa saja aku mati lebih dulu daripada kamu, jadi jangan takut," ucapnya dengan suara gemetar, air matanya bercucuran pula.

Dan isak tangis Laura makin terasa pilu, di depan gedung rektorat tersebut mereka berdua akhirnya menangis bersama. Celine memeluk tubuh Laura yang sudah lemah.

Butuh waktu cukup lama agar tangis keduanya mereda. Celine juga sudah mengambil keputusan bahwa dia akan menemani Laura, mereka akan sama-sama mengambil cuti sampai batas waktu yang belum ditentukan.

"Apa alasan yang akan kamu katakan pada mommy Naina?" tanya Celine.

"Bagaimana jika kamu yang pura-pura sakit? Aku akan menemani kamu berobat ke Amerika."

"Astaga, kenapa malah aku yang jadi tumbal?"

"Nanti aku minta mommy Nai untuk merahasiakan ini dari kedua orang tuamu."

"Hais, atur-atur sajalah."

MDB Bab 3 - Aku Ingin Kita Berpisah

Sampai malam nyaris menjelang Shinee masih belum bisa menghubungi sang kekasih, bahkan ponsel Laura tidak aktif. Sejak tadi dia bingung dan cemas, tapi tak tahu harus mengambil langkah apa selain menunggu.

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit Shinee justru teringat semua pembicaraannya dengan Andre siang tadi. Tentang pernikahannya yang seperti sudah kehilangan arah. Sebelum pertemuannya dengan Laura, pernikahan Shinee sudah terasa dingin.

Shinee yang sudah sangat menginginkan anak tapi Vella selalu tidak menyetujuinya. Vella adalah seorang pramugari senior di salah satu penerbangan, baginya sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memiliki anak. Vella masih ingin menikmati karirnya seraya berkeliling dunia.

Sampai akhirnya Kekosongan kecil di dalam hati Shinee terisi oleh Laura, wanita yang kini justru menguasai hatinya secara penuh.

"Aku harus mengakhiri semuanya sebelum Laura mengetahui," gumam Shinee lirih, mengambil keputusan yang baginya akan baik untuk semua orang. Bahkan Shinee merasa dia terlalu lama mengambil keputusan ini, harusnya sejak awal dia mengakhiri pernikahannya dengan Vella karena sudah tak sejalan.

Biasanya Shinee akan pulang ke apartemen di dekat rumah sakit, tapi malam ini dia putuskan untuk pulang ke rumah. Terlebih salah satu pelayan mengatakan bahwa malam ini Vella akan kembali dari penerbangannya.

Tiba di tempat tujuan Shinee kembali melihat ponselnya menunggu kabar dari Laura, tapi kabar yang dia tunggu-tunggu tak kunjung datang juga.

"Tuan," ucap pelayan yang menyambut kepulangan Shinee.

"Dimana Vella?"

"Nyonya Vella berada di dalam kamarnya."

"Apa dia sudah lama berada di rumah?"

"Tidak Tuan, beliau juga baru saja kembali."

Shinee tidak bertanya lagi dan segera menuju kamar utama di rumah ini. Masuk ke dalam sana dan tak melihat siapapun ada di dalamnya. Suara gemericik air di dalam kamar mandi membuat Shinee yakin bahwa Vella berada di dalam sana.

Telah memutuskan untuk mengakhiri semuanya kini Shinee bahkan merasa tak nyaman berada di dalam kamar yang sama, hingga Shinee memutuskan untuk menunggu di ruang kerjanya saja.

Tapi kemudian langkahnya terjeda ketika mendengar suara ponsel bergetar di atas meja rias. Berpikir mungkin itu adalah hal penting jadi Shinee mendekatinya, menatap layar ponsel Vella yang masih menyala.

'Aku belum puas, Sayang. Nanti ku jemput ya.' tulis pesan tersebut atas nama Pilot Hansen.

Deg! Shinee cukup terkejut saat membaca hal tersebut, karena merasa ada sesuatu yang tak beres Shinee segera membuka pesan tersebut dan melihat semua riwayat percakapan keduanya.

Dan setelah sekian lama akhirnya Shinee tahu bahwa diluar sana Vella pun memiliki hubungan dengan pria lain, bahkan berbuat lebih jauh dari yang sewajarnya.

"Shinee," panggil Vella yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, mendadak tak suka ketika melihat Shinee memegang ponselnya.

"Apa yang kamu lakukan? Berikan ponselnya padaku," pinta Vella, suara terdengar jelas jika menahan geram. Vella mendekat dan masih menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya.

Dari interaksi kecil ini Shinee tahu bahwa pernikahan mereka memang sudah tak layak untuk dipertahankan. Baik dia ataupun Vella sudah tidak ada yang setia.

"Aku ingin kita bicara, ku tunggu di ruang kerja ku," ucap Shinee setelah dia menyerahkan ponsel tersebut pada sang istri. Tak ada lagi rasa cemburu yang Shinee rasakan, dia hanya menyayangkan waktu yang telah terbuang sia-sia diantara mereka berdua.

Dan Vella langsung berpikir bahwa Shinee telah membaca pesan singkatnya dengan Hansen. "Ada apa? Katakan disini saja, setelah ini aku harus pergi lagi," balas Vella.

Shinee tak langsung menjawab, dia lebih dulu menarik nafas dalam-dalam. Shinee tak ingin ada perselisihan diantara perpisahan mereka, biarlah semuanya berakhir tanpa mengungkapkan apapun. Shinee tak akan bicara apa-apa tentang hubungan Vella dan pilot itu, juga tak akan menyebut nama Laura. "Aku ingin kita berpisah."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!