NovelToon NovelToon

Istriku! Oon?

Episode 1: Kopi Tumpah, Kemeja Pun Pasrah

Selamat Membaca👇

Eric Alaric Wiguna, seorang CEO yang dingin dan berkuasa, sekaligus pemimpin klan yang berbisnis di wilayah selatan Italia, selalu menuntut kesempurnaan.

Pagi ini, tepat pukul 07.00, Eric sedang berjalan cepat di lobi kantornya yang berarsitektur modern. Dengan iPad di satu tangan dan segelas besar espresso panas di tangan lain—karena perfeksionis tidak butuh latte manis—ia mengecek laporan keamanan.

Semua berjalan terkendali dan sempurna, sampai sebuah bencana berambut cokelat gelap masuk ke dalam hidupnya.

Mini Chacha Pramesti, yang memiliki nama secerah kepribadiannya, sedang terlambat 15 menit untuk wawancara kerja di sebuah perusahaan desain sebelah gedung Eric. Panik, Mini berlari sekuat tenaga sambil membawa setumpuk map dokumen di bawah dagunya—mencoba menjaga tumpukan itu agar tidak jatuh—dan tas ransel di punggungnya. Pandangan Mini tertutup sebagian oleh kertas-kertas, membuatnya nyaris buta arah.

BRUKK!

Dunia Eric seolah melambat. Ia merasakan dampak tabrakan kecil itu, diikuti suara basah dan panas. Mini terjerembab ke lantai, dan tumpukan dokumennya bertebaran seperti salju. Namun yang paling fatal, espresso panas Eric tumpah sempurna, mencetak noda coklat gelap yang buruk rupa di kemeja putih custom made senilai puluhan juta miliknya.

Eric terdiam, matanya yang tajam dan dingin kini menatap noda di dadanya. Wajahnya, yang biasa datar dan tanpa ekspresi bahkan saat mengancam pesaing bisnis, kini memerah karena amarah yang jarang terlihat.

Mini, yang baru sadar dari posisi tersungkur, langsung panik. Dia merangkak mendekat, wajah polosnya dipenuhi rasa bersalah.

“Oh, Astaga! Aduh, Pak! Kemeja Bapak! Maaf! Maaf sekali!” Mini refleks menyambar selembar kertas yang jatuh dari mapnya—selembar CV—dan mulai menggosok noda kopi di kemeja Eric dengan sekuat tenaga.

"JANGAN!" Eric berseru, suaranya dalam dan mengandung peringatan yang berbahaya.

"Nona, apa yang Anda lakukan?!"

"Saya bersihkan, Pak! Tenang! Tinta pulpen di CV ini bagus untuk mengangkat noda!" Mini menjawab dengan keyakinan yang sungguh-sungguh, padahal kertas CV-nya justru mentransfer sedikit tinta biru ke kemeja Eric.

Eric menarik napas panjang, mencoba menahan instingnya untuk menekan tombol silent alarm. Ia dengan gerakan cepat—namun tegas—menarik kemejanya menjauh dari tangan Mini.

"Cukup. Terima kasih atas usaha Anda yang... merusak. Nama Anda?"

"Mini, Pak! Mini Chacha Pramesti!" jawab Mini sambil menyengir lebar, seolah baru saja dipuji.

Eric memejamkan mata sejenak, mengambil kartu nama dari saku celananya. Ia berikan kartu itu kepada Mini.

"Besok, datang ke alamat ini. Pukul delapan. Kita perlu membicarakan ganti rugi atas kemeja dan... waktu berharga yang Anda sia-siakan." Eric berkata datar, lalu berbalik dan berjalan menuju lift, meninggalkan Mini yang kini baru menyadari aura mencekam pria itu.

Mini tiba di rumahnya yang mungil dengan hati gundah. Ia menatap kartu nama di tangannya.

ERIC ALARIC WIGUNA. CHIEF EXECUTIVE OFFICER.

"CEO? Dan dia tadi punya mata seperti... maut. Pasti harga kemejanya bisa buat aku makan setahun!" Mini mendesah. Ia harus menyiapkan uang ganti rugi.

Mini buru-buru membuka laptopnya untuk menghitung semua uang tabungannya. Tapi, saat ia menyalakan laptop, muncul pesan masuk dari e-mail kantor pengacara yang mengurus wasiat almarhum kakeknya yang kaya raya. Matanya melebar membaca isi pesan itu.

Mini membaca kalimat penutup surat itu berulang-ulang, terkejut hingga napasnya tercekat.

"...dan sesuai wasiat, Anda harus menikah dalam waktu satu bulan untuk mendapatkan warisan penuh. Pihak kakek telah menunjuk calon suami untuk Anda, dan Anda akan bertemu dengannya besok, pukul delapan pagi, di kantor pengacara."

Mini jatuh terduduk.

Kantor pengacara itu...

Mini melihat alamat di kartu nama Eric. Kemudian ia melihat alamat di surat wasiat kakeknya. Kedua alamat itu... SAMA PERSIS.

Mini menatap kartu nama Eric dengan ngeri, teringat aura dingin dan tatapan maut itu. Jangan-jangan pria yang tadi pagi kucorat-coret kemejanya, yang menuntut ganti rugi, yang aura kekuasaannya bisa membuatku gemetar—

—adalah calon suami yang dipilihkan kakekku, yang akan menjadi partner seumur hidupku?

Lanjut????

Jgn lupa like, komen dan vote ya guyssss😆

Episode 2: Janji Darah di Ruang Negosiasi

Selamat Membaca!

Pukul 07.45. Mini Chacha Pramesti, mengenakan setelan blazer beige pinjaman Bibi Titi yang terlalu ketat—membuatnya bergerak canggung—sudah berdiri di depan gedung Wiguna & Associates. Ia memegang sebuah amplop berisi uang ganti rugi hasil menjual cincin imitasi.

Eric Alaric Wiguna tiba tepat pukul 08.00. Ia melihat Mini, dan raut wajahnya menegang sedikit.

“Mini Chacha Pramesti,” panggil Eric datar. “Gaun Anda tampak lebih pas hari ini. Sayangnya, saya datang bukan untuk urusan mode.”

“Saya datang untuk ganti rugi, Pak Eric,” balas Mini, menyerahkan amplop itu.

“Ini uang muka kemeja Bapak. Saya tahu tidak cukup, tapi ini semua tabungan saya.”

Eric mengambil amplop itu tanpa minat.

“Mari masuk. Kita bahas wasiat ini segera.”

Mereka memasuki ruang rapat. Di sana, duduklah dua sosok yang memancarkan kekuasaan: Luca Wiguna (Ayah Eric) dan Nenek Alessandra Conti. Nenek Alessandra, mengenakan mantel bulu rubah palsu dan memegang tongkat dengan kepala perak, tampak menilai Mini seperti barang dagangan yang cacat.

Mini mencoba bersikap anggun. Ia menarik kursi, tetapi karena gugup, ia justru menariknya terlalu kuat, menyebabkan kursi itu bergeser dan menimbulkan suara krak yang memekakkan di ruangan sunyi itu.

Nenek Alessandra tersentak, tatapannya menyala dingin. “Gadis macam apa ini, Eric? Seperti sedang merobohkan hutan.”

Mini panik, dan refleksnya yang selalu salah muncul. Ia membungkuk terlalu cepat, kepalanya terbentur meja. “Maaf, Nyonya! Kursinya nakal!”

Eric hanya menutup mata sejenak, mengabaikan kecerobohan Mini. "Mari fokus pada wasiat, Grandma."

Pengacara Wibowo menjelaskan dengan cepat: Mini harus menikah dengan Eric dalam waktu 30 hari untuk mendapatkan warisan Kakek Pranoto, yang ternyata adalah pendiri aset logistik penting di Asia yang vital bagi operasi Klan Conti.

Luca Wiguna berdeham. “Eric, ini demi bisnis klan. Nenekmu tidak akan menerima penolakan.”

Nenek Alessandra menatap Eric. “Kau harus menikahinya. Eric, kau tahu apa yang dipertaruhkan jika kita kehilangan koneksi Pranoto.”

Eric akhirnya mengangguk berat, menelan harga dirinya. “Baik. Saya akan menikahi Mini. Tapi ini murni kontrak. Setelah aset aman, kita lihat lagi status pernikahan ini.”

Mini terkejut. Ia membuka mulut untuk memprotes, tetapi Nenek Alessandra sudah menjulurkan tangan ke arahnya.

“Selamat datang, Conti.” Ucap Nenek Alessandra, suaranya mengandung ancaman dan kebanggaan.

Mini gugup, ia menjabat tangan Nenek Alessandra. Begitu Mini menyentuh tangan tua itu, Nenek Alessandra tersentak hebat. Wajahnya yang kaku mendadak pucat. Ia menarik tangannya kembali dan memegang tongkatnya erat-erat, matanya menatap Mini dengan intensitas yang tidak wajar.

“Ada apa, Grandma?” tanya Eric, merasakan ada yang tidak beres.

Nenek Alessandra tidak menjawab Eric. Ia justru menatap Mini dengan pandangan teror dan kekaguman yang bercampur aduk.

“Darahmu…” bisik Nenek Alessandra, suaranya gemetar. “Aku tahu bau darah lama itu. Kau… darah Ksatria Valerius!”

Eric dan Luca saling pandang, ekspresi mereka langsung berubah menjadi waspada dan gelap. Valerius adalah nama keluarga kuno yang dikenal sebagai rival bebuyutan dan musuh tersumpah Klan Conti di Calabria sejak puluhan tahun lalu.

Tiba-tiba, ponsel Eric berdering. Itu adalah pesan terenkripsi dari kepala keamanan Italia. Eric membacanya, dan wajahnya langsung menjadi sekeras baja.

Ia menatap Mini, lalu Neneknya, lalu ponselnya, dan bergumam dingin.

“Tidak ada waktu lagi. Kapal pengiriman kita di pelabuhan Calabria diserang. Dan pesan yang ditinggalkan penyerang di lokasi berbunyi…” Eric menarik napas, matanya yang tajam mengunci mata Mini.

“‘Balas dendam bagi Ksatria Valerius dimulai dengan darah pengantin baru. Bawakan Mini Chacha ke Calabria. Kami menunggu.' Mini, ternyata ancaman itu bukan karena wasiat. Mereka menginginkanmu karena darahmu.”

BERSAMBUNG.

Episode 3: Penjagaan Rahasia dan Surat Ancaman Kedua

Selamat Membaca

Eric Alaric Wiguna bangkit dari kursinya, wajahnya gelap. Ekspresi Luca Wiguna dan Pengacara Wibowo sama tegangnya. Sementara itu, Mini masih berdiri linglung di tengah ruangan, memegang bahu Nenek Alessandra.

“Valerius?” Luca mendesis, menatap Mini dengan jijik. “Mereka sudah punah, Eric. Ini jebakan.”

Nenek Alessandra, meskipun pucat, kembali ke sikap Matriark-nya. Ia menarik napas dalam-dalam. “Darah itu tidak akan pernah hilang. Aku merasakan getaran kebencian Valerius saat menyentuhnya. Surat ancaman itu... otentik.” Ia menatap Eric. “Kita tidak bisa menyerahkan aset logistik Kakek Pranoto, dan kita tidak bisa membiarkan nama klan ternoda karena menolak wasiat hanya karena calon pengantinmu ini adalah keturunan musuh lama.”

Eric menatap Mini. Mini, yang kini menyadari namanya dan darahnya adalah masalah besar, malah sibuk membersihkan bekas darah dari jas Nenek Alessandra menggunakan ujung blazer ketatnya.

“Mini, hentikan,” perintah Eric tajam. “Mulai sekarang, kau bukan hanya tunangan palsu. Kau adalah target kelas satu klan pesaing.”

Mini berhenti menggosok, matanya melebar. “Musuh? Saya? Saya cuma bisa memotong kertas, Pak Eric. Bukan memotong leher.”

Eric mengabaikannya. Ia memberi perintah kepada Pengacara Wibowo dan Ayah Luca untuk mengamankan semua aset Pranoto di bawah pengawasan Wiguna secara ketat. Lalu ia menoleh ke Mini. “Kita ke rumah. Sekarang.”

Di mobil limusin hitam antipeluru milik Eric, Mini merasa seperti tikus yang terperangkap dalam kotak logam mewah. Ia duduk di seberang Eric, yang sibuk berbicara dengan pengawalnya, Marco, dalam bahasa Italia yang cepat dan penuh perintah.

“Marco, pastikan pengiriman di Calabria dialihkan. Tingkatkan keamanan di semua basis Wiguna. Dan yang paling penting: tidak ada satu pun berita tentang pertunangan ini yang bocor. Terutama di Italia,” ujar Eric, nadanya mengancam.

Mini memberanikan diri. “Pak Eric, kenapa mereka mau saya? Saya tidak punya apa-apa. Kalau mereka mau wasiat kakek, kenapa tidak langsung bunuh saya saja?”

Eric menghela napas, menatap Mini. “Klan Valerius selalu menjunjung tinggi kehormatan di atas segalanya, bahkan dalam balas dendam. Mereka tidak akan membunuhmu tanpa memberimu kesempatan ‘bertarung’—atau setidaknya menjadikanmu umpan yang sempurna.”

Eric menyandarkan punggung, raut wajahnya menunjukkan ia sedang memecahkan masalah serumit kalkulus. “Klan Conti percaya kau adalah darah Valerius yang tersisa. Mereka ingin membunuhmu di Calabria, di jantung wilayah klan kami, sebagai pesan.”

Mini mencengkeram tas tangannya. “Jadi... saya harus menjadi umpan yang cantik, begitu?”

Eric tidak menjawab. Ia hanya mengambil teleponnya dan memutar nomor. “Elara? Batalkan semua janji fitting malam ini. Aku butuh jasamu untuk ‘mengenakan’ Mini.”

Setibanya di penthouse mewah Eric, Mini langsung diserahkan kepada Elara Wiguna, adik Eric yang cerdas dan pemberontak. Elara menatap Mini dengan mata berbinar seperti baru menemukan mainan baru.

“Mini! Calon kakak iparku! Kau jauh lebih ceroboh dari yang Kak Eric deskripsikan! Itu bagus, itu artinya kau bisa mengacaukannya,” sambut Elara ceria, menyeret Mini ke ruang ganti bak butik mewah.

Saat Elara sibuk memilihkan pakaian baru untuk Mini, ponsel Mini berdering. Nomor tak dikenal. Mini ragu, tapi mengangkatnya.

“Halo?”

Suara di seberang telepon itu adalah suara wanita, lembut, seperti nyanyian. Tapi di bawah kelembutan itu, ada nada yang sangat dingin.

“Mini Chacha Pramesti. Kau pikir kau aman di balik benteng baja Wiguna? Ksatria Valerius adalah martir. Kami akan mengklaimmu.”

“Siapa ini?” Mini berbisik, panik melirik ke arah pintu.

“Kami adalah darah yang mengalir dari tempat yang sama denganmu, Mini. Tapi kami lebih setia pada kehormatan. Katakan pada Eric Alaric Wiguna. Tiga hari. Dia punya waktu tiga hari untuk membawa cincin tunangan. Cincin yang bukan hanya simbol janji konyol. Cincin itu adalah seguro.”

Tangan Mini gemetar. “Seguro? Apa maksudmu?”

*“Seguro dalam bahasa kami, manis. Penebusan. Cincin itu akan menunjukkan bahwa Eric berani menantang takdirmu. Jika tidak, ia akan kehilangan lebih dari sekadar warisan kakekmu.”

Telepon terputus.

Mini menjatuhkan ponselnya, wajahnya pucat. Ia menoleh ke arah pintu ruang ganti yang baru saja dibuka oleh Eric.

Eric menatapnya tajam.

“Kenapa kau pucat?” tuntut Eric.

“Penebusan…” Mini terengah-engah, memungut ponselnya.

"Mereka menelepon, Eric. Mereka bilang kau harus memberikan cincin tunangan dalam tiga hari. Cincin itu adalah Seguro—penebusan. Jika tidak..."

Eric melangkah maju, sorot matanya berubah gelap. Ia merebut ponsel Mini dan mengecek log panggilan. Kosong. Nomor itu sudah lenyap.

“Jika tidak, apa?” tanya Eric, suaranya pelan dan mengancam.

Mini menatap Eric, air mata hampir jatuh, tetapi ia menahannya.

Ia menelan ludah dan mengucapkan ancaman terakhir dari penelepon itu.

“Jika tidak… mereka akan menyerahkan rekaman itu ke polisi interpol. Rekaman yang menunjukkan transaksi ilegal klanmu di pelabuhan Calabria, dan yang paling parah, rekaman itu akan menampilkan wajah nenekmu, Matriark Alessandra Conti, sebagai dalang utama.”

Eric membeku.

Itu bukan ancaman pembunuhan biasa. Itu adalah ancaman yang bisa meruntuhkan seluruh klan.

“Dia yang meneleponmu?” Eric mencengkeram lengan Mini.

“Iya!”

Eric melepaskan Mini, berjalan ke jendela, dan menatap gemerlap lampu kota dengan mata penuh perhitungan. Dia tidak takut mati, tapi dia takut klan yang dia jaga hancur.

Dia melihat Mini, gadis ceroboh yang baru saja merusak kemejanya, yang ternyata adalah kunci kehancuran klannya, atau mungkin, satu-satunya jalan keluar.

"Tiga hari," desis Eric.

"Aku akan mendapatkan cincin itu. Dan kau, Mini Chacha Pramesti, kau akan menjadi pengantinku. Dan tidak ada yang boleh tahu isi surat ancaman kedua ini."

BERSAMBUNG.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!