Udara malam di Jakarta terasa lengket, seperti permen karet yang sudah diinjak-injak, meski kipas angin butut di pojok kamar Arief sudah berjuang sekuat tenaga memutar baling-balingnya. Pukul sebelas malam, harusnya Arief (18 tahun) sudah tidur pulas, bersiap menyambut pelajaran Kimia yang super membosankan besok pagi. Tapi, bagi cowok se-absurd dan se-gabut Arief, malam adalah waktu sakral untuk push rank.
Arief Indiyanto, pemuda dengan tinggi sekitar 175 cm, rambut agak gondrong yang selalu ia ikat asal-asalan, dan wajah yang jujur saja, lumayan ganteng (terbukti dari banyaknya notice di Instagram dan senyum-senyum malu dari cewek-cewek SMA tetangga). Saat ini ia sedang bersila di atas kasur, fokus mutlak pada layar handphone bututnya.
“Anjir! Mabar kok pada kayak lagi nahan berak semua sih lo pada? Damage masuk cuma kayak gigitan nyamuk doang!” Arief mendesis kesal ke arah headset lamanya. Matanya yang tajam menyorot layar, wajahnya kadang-kadang menampakkan ekspresi konyol seperti meme berjalan.
Di lantai bawah, terdengar suara aneh. Suara barang-barang logam yang diadu dan disusul teriakan nyaring yang khas. Itu pasti ayahnya, Budi Budiman.
Ayah Arief adalah sosok misterius. Secara finansial, mereka sangat kaya. Rumah Arief tiga lantai dengan kolam renang indoor. Mobil mewah terparkir rapi di garasi. Tapi, Budi Budiman, sang kepala keluarga, punya hobi yang benar-benar di luar nalar: berjualan keliling.
Pagi ini, Arief sempat melihat ayahnya pergi membawa gerobak dorong dengan spanduk lusuh bertuliskan, "JUAL: Anak Ayam Warna-Warni, Batu Akik Pembawa Jodoh, dan Baterai Cas buat Remote TV yang Hilang."
Arief hanya bisa menghela napas pasrah. “Palingan sekarang lagi ngitung hasil dagangan anak ayam warna-warni sama Ibu, mana teriakannya kayak lagi tawuran lagi,” gumam Arief sambil kembali fokus pada pertempurannya di dunia virtual. Ia sudah terbiasa dengan ke-absurd-an ayahnya. Sejak kecil, ayahnya memang selalu aneh. Kadang pulang pakai kostum Ultraman hanya untuk mengantar kerupuk, kadang jualan tahu bulat yang digoreng dadakan sambil joget TikTok.
Tiba-tiba, suasana kamar berubah.
Jendela kamar Arief yang menghadap ke langit-langit bergetar hebat. Ada kilatan cahaya biru menyambar, diikuti suara ledakan yang tertahan, seperti suara botol kaca yang pecah di dalam bantal.
DUUARR!
Arief kaget setengah mati, handphone nya terlempar ke bantal, dan ia spontan terduduk tegak.
“Woi! Gempa ya?!”
Ia mencari sumber suara, dan matanya terbelalak melihat atap kamarnya. Tepat di atasnya, ada lubang seukuran bola tenis yang berasap tipis. Dan dari lubang itu, ada sepotong Kristal kecil berwarna biru safir, sebesar kelereng, yang kini menancap di tengah dadanya.
Shit. Rasanya sakit, seperti dicubit pakai tang, tapi hanya sepersekian detik. Kristal itu langsung melebur ke dalam kulitnya, meninggalkan sensasi dingin yang menyebar cepat ke seluruh tubuh.
Arief panik. Ia menggaruk-garuk dadanya. Tidak ada luka, tidak ada darah, hanya rasa kaget yang belum hilang.
“Anjir, apaan tuh barusan? Kena santet online apa gimana nih?”
Ia baru saja akan bangkit untuk mengecek keadaan ayahnya di bawah, ketika sebuah suara seorang wanita muda yang terdengar manja, sedikit judes, tapi sangat akrab. tiba-tiba menggema, bukan di telinganya, melainkan langsung di kepalanya.
[*PING!* Selamat datang, User Arief Indiyanto!]~
Arief membeku. Ia menoleh ke segala arah. Kamar kosong. Ia bahkan mengecek di bawah kasur, mencari-cari apakah ada cewek iseng yang bersembunyi.
[*User, tenang dikit dong. Aku bukan hantu kuntilanak yang suka main petak umpet. Aku ada di dalam kepala kamu. Aku adalah Sistem Layar Sakti, didukung oleh Fragment Chaos Biru.]
“Fragment Chaos Biru? Sistem? Lo siapa sih? Jangan bercanda deh, ini jam segini bukan waktunya buat ngerjain orang!” Arief berteriak, suaranya pelan dan ragu. Ia menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri.
[*Duh, polos amat sih. Atau jangan-jangan... IQ kamu memang di bawah rata-rata ya? Sabar, kita cek dulu ya.]
[**Sistem Memindai...**]~
Tiba-tiba, di depan mata Arief, muncul sebuah layar hologram transparan berwarna biru muda. Layar itu melayang stabil di udara, hanya bisa dilihat oleh Arief. Tampilannya seperti interface game RPG yang sederhana, tapi dengan beberapa statistik yang aneh.
SISTEM LAYAR SAKTI V.1.0–STATUS ARIEF INDIYANTO
Parameter Status Saat Ini
Nama Arief Indiyanto (18 tahun)
Gelar Pelajar Gabut, Target Iblis Kelas D
Kekuatan Fisik (STR) 15 (Rata-rata Manusia: 10)
Kekuatan Sihir (MAG) 2 (Sangat Rendah)
Kecepatan (AGI) 13
Karisma (CHA) 25 (Lumayan)
IQ (INT) 85 (Di bawah rata-rata. Duh.)
Kultivasi Belum Terbuka
Kartu Tarot Slot 0/22
Uang Tunai Rp 4.560.000 (Sisa Jajan Bulan Ini)
Energi Keintiman 0/1000 (Level 0)
Arief memicingkan mata, membaca setiap kata. Ketika sampai di baris IQ, ia langsung nge-gas.
“Woy! Siapa bilang IQ gue 85?! Gue dapat nilai 90 di Ulangan Sejarah tau! Seenaknya aja lo bilang gue di bawah rata-rata!”
[*Kan sudah aku bilang, aku akrab. Aku jujur. Tapi jangan khawatir, itu bisa di-upgrade seiring waktu. Lagian, buat apa sih IQ tinggi kalau ujung-ujungnya cuma jadi beban pikiran? Mending Karisma kamu itu, 25! Lumayan buat modal PDKT sama cewek-cewek tobr—eh, maksudnya, cewek-cewek cantik.] Suara wanita itu terkekeh pelan di kepala Arief, terdengar seperti bisikan sensual.
Arief melongo. Sistem ini? Roasting-nya pedas banget.
“Oke, oke. Fine. Anggap aja gue lagi kesambet online. Sekarang, Sistem—atau Lo punya nama gak sih?—jelasin. Apa maksud semua ini? Kenapa ada di dada gue? Dan kenapa Lo bisa tahu saldo ATM gue?!”
[*Panggil saja aku Sist. Nama asliku terlalu rumit, nanti kamu malah pusing. Intinya, aku adalah perwujudan dari Fragment Chaos Biru yang barusan nempel di badan kamu. Kami memilih kamu, Arief Indiyanto, karena kamu punya potensi Karisma yang tinggi dan... ya, karena kamu cukup random dan enggak terlalu pinter jadi gampang dikendalikan.]
Arief mendengus, tapi kemudian tertarik dengan kata-kata "potensi Karisma".
[*Peran kamu sekarang adalah menjadi penjaga stabilitas semesta. Kami, para Fragment Chaos, perlu energi. Energi itu disebut Energi Keintiman. Dan cara termudah, paling nikmat, dan paling ampuh untuk mengumpulkan energi itu adalah... menjalin hubungan mesra dengan wanita-wanita kuat di berbagai dimensi.]
[*Misi kamu saat ini adalah yang paling dasar: Menaklukkan wanita-wanita di lingkungan lokal kamu sebelum lulus SMA, sambil meningkatkan kekuatan untuk menghadapi ancaman nyata, yaitu Tujuh Panglima Iblis Dosa Besar Kematian. Mereka semua cantik-cantik lho, tapi harus kamu taklukkan di ranjang—eh, maksudku, di medan perang!]~
Arief terdiam. Mulutnya menganga. Misi? Menaklukkan wanita? Dan berakhir dengan... Panglima Iblis Dosa Besar yang cantik?
“Gila. Ini beneran kayak mimpi. Jadi, gue harus nge-gombalin cewek-cewek, terus pacaran sama mereka, terus... ehem... dapat energi? Dan gue dapat hadiah?” Arief bertanya, matanya mulai berbinar. Ia sudah lupa dengan rasa sakit di dadanya.
[*Tepat! Dan jangan khawatir soal pacaran yang realistis. Kamu harus melalui proses PDKT yang benar, tidak boleh instan. Ingat, slow but sure. Hubungan yang solid menghasilkan Energi Keintiman yang stabil. Dan ya, hadiahnya itu random gacha, bisa uang tunai jutaan, item erotis unik, permen ajaib, senjata, atau Kartu Tarot yang memberi kamu kekuatan acak!]~
[*Tapi ada aturan emas, Arief. adegan ena ena, termasuk mendapatkan reward gacha, baru akan terbuka setelah Bab 25. Jadi, sekarang fokus ke PDKT yang murni dulu ya! Jangan nakal.] Sist memperingatkan dengan nada geli.
Tiba-tiba, hologram Sistem berkedip dan memunculkan pop-up besar berwarna merah.
[MISI UTAMA PERTAMA TELAH DITETAPKAN]
Misi Utama (Wajib): The First Crush
Target: Tiara Anggun, Teman sekelas Arief.
Status: Belum Terjalin
Deskripsi: Tiara Anggun (18 tahun) adalah tipikal siswi good girl dan ketua OSIS. Postur tubuhnya sedang, dengan tinggi sekitar 160 cm dan berat 55 kg. Ia sering mengenakan seragam rapi dan selalu membawa buku tebal. Rambutnya diikat kuda. Ciri Fisik Khusus: Payudaranya tidak terlalu besar, perkiraan cup B. Dia cantik dengan wajah yang cenderung galak dan disiplin. Dapatkan perhatiannya, ajak dia kencan, dan jadikan dia pacar resmi pertamamu!
Reward Keberhasilan: 50 Energi Keintiman, RP.5.000.000 Tunai, dan Item Acak (Belum Terbuka)
Arief membaca deskripsi itu dan wajahnya langsung lepek. Tiara Anggun? Ketua OSIS? Cewek paling killer dan disiplin di sekolah?
“Waduh, Sist! Yang bener aja! Tiara itu kalau lihat gue lewat aja tatapannya kayak mau ngebakar dosa-dosa gue! Dia kan cewek paling alim di sekolah, cup B, kurang tobr—eh, maksud gue, dia kan paling galak!”
[*Justru itu! Tantangan itu asyik, beb. Lagian, Karisma kamu 25, jangan disia-siakan. Coba saja. Kalau gagal, paling cuma malu doang. Kamu enggak bakal mati kok.]
[*Oh iya, aku ada berita bagus. Karena kamu sudah punya aku, kamu enggak perlu khawatir soal sekolah besok. Aku akan kasih kamu sedikit cheat biar enggak ketahuan bolos pas kamu nanti mulai berpetualang ke dunia lain.]
“Wih, mantap! Baru Bab 1 aja udah dikasih cheat bolos! Gas!”
Saat Arief sibuk berdebat dengan Sistem di kepalanya, di luar jendela kamar, ada bayangan hitam kecil yang merayap cepat. Itu adalah Cicak gemuk yang menempel di plafon. Cicak itu menggerakkan matanya yang besar, memantau setiap reaksi dan dialog Arief, sebelum akhirnya berubah menjadi seekor Kupu-kupu dan terbang menjauh, seolah tugasnya sudah selesai.
(Itu adalah Ayah Arief, Budi Budiman, yang sedang memantau, tanpa sepengetahuan Arief maupun Sist.)
Keesokan Harinya: Operasi PDKT Tiara Anggun
Pagi hari di SMA Nusa Bangsa terasa seperti adegan film komedi remaja. Arief berjalan santai di koridor, langkahnya kini terasa lebih ringan. Dia tidak lagi memikirkan PR Kimia, yang ada di otaknya hanyalah cara mendekati Tiara Anggun.
“Pagi, Bos! Tumben lu pagi-pagi udah seger? Biasanya muka lu kayak kolor basah,” sapa Doni, teman sebangku Arief, cowok chubby yang hobinya tidur di kelas.
“Pagi juga, Don. Biasalah, abis dapat hidayah semalam. Gue mau berubah. Jadi cowok good-looking yang aktif. Hari ini, gue mau ngedeketin Tiara,” kata Arief sambil menyisir rambutnya dengan tangan.
Doni langsung tersedak air liurnya. “Tiara?! Ketua OSIS? Yang kalau dia ngeliat kita telat lima menit aja bisa jadi The Punisher? Lu serius? Atau abis minum bensin?”
[*Aduh, Doni bener juga. Tiara itu target yang susah, Arief. Dia bukan tipe yang suka cowok konyol kayak kamu.] Sist menyela.
“Diem lu, Sist! Dukung aja napa!” Arief membatin sambil memelototi Sist (yang hanya ada di kepalanya).
“Gue serius, Don. Pokoknya, doain gue sukses!”
Saat itu, Arief melihat targetnya. Tiara Anggun sedang berdiri di depan mading sekolah, memarahi beberapa siswa kelas X yang seragamnya tidak rapi.
Tiara Anggun terlihat memukau dalam balutan seragam putih abu-abu yang benar-benar rapi tanpa satu pun kerutan. Postur tubuhnya yang sedang, dengan payudara yang tertahan rapi di balik kemeja, memberinya aura profesional. Wajahnya cantik, dengan mata yang tajam dan bibir tipis yang selalu mengerucut tanda ia sedang serius atau kesal. Ia persis seperti yang dideskripsikan Sist: Good girl yang galak.
Arief menarik napas panjang. “Oke, stage 1 PDKT: Menunjukkan kepedulian yang enggak penting.”
Ia berjalan menuju mading, dengan gaya sok santai, melewati kerumunan siswa yang takut.
“Tiara! Pagi!” Arief menyapa dengan senyum selebar mungkin.
Tiara menoleh, ekspresi datarnya langsung berubah menjadi raut wajah kesal. Ia memicingkan matanya.
“Arief Indiyanto. Ada apa? Kamu telat? Atau mau nge-gombal lagi? Kalau mau buat masalah, silakan menjauh. Saya sedang sibuk,” ujar Tiara, suaranya tegas dan dingin.
“Santai dong, Tiara. Pagi-pagi kok udah galak kayak gini. Aku cuma mau ngasih tahu, itu lho...” Arief berhenti, menunjuk ke arah bahu Tiara.
Tiara mengikuti arah tunjukan Arief. “Apa?!”
“Itu...” Arief mendekat sedikit, seolah ingin berbisik rahasia. “Ada... semangat! Semangat buat ngejalanin hari! Jangan cemberut terus dong, nanti cantiknya hilang lho.” Arief mengedipkan mata, cringe dengan gombalannya sendiri.
[*Ya ampun, Arief. Gombalan kamu se-kuno umur Ayah kamu. Itu mah gombalan tahun 90-an!]~ Sist langsung roasting di kepala Arief.
Arief pura-pura batuk, mengabaikan Sist.
Wajah Tiara langsung merah padam. Bukan karena malu, tapi karena marah. “Arief! Cukup! Itu bukan gombalan, itu namanya mengganggu kinerja OSIS!”
“Ya ampun, galak amat sih. Padahal aku cuma mau bilang, kalau kamu butuh bantuan buat nempel mading atau ngurusin acara, bilang aja. Aku siap sedia 24 jam!” Arief mencoba jurus gentleman.
Tiara melipat tangan di dada. “Kamu? Membantu? Terakhir kali kamu disuruh bantu bawa kursi, kamu malah nge-troll dengan cosplay jadi tukang bakso! Tidak, terima kasih.”
“Ya elaaah, itu kan dulu. Aku udah tobat! Sekarang serius nih. Aku beneran mau bantu kamu.”
Arief sadar, jurus PDKT standar tidak akan mempan untuk Tiara. Ia harus mencari cara yang lebih gila dan tidak terduga.
“Oke, gini deh. Kalau kamu enggak mau aku bantu, aku tantang kamu.”
Tiara mengangkat alisnya. “Tantangan apa lagi?”
“Kalau aku berhasil ngasih damage sama anak-anak yang seragamnya kurang rapi dan bikin mereka kapok lebih dari yang kamu lakukan, kamu harus mau kencan sama aku hari Minggu ini. Gimana?” Arief menantang dengan senyum nakal.
Tiara tertawa sinis. “Hah! Kamu? Kamu mau ngapain? Nge-lucu sampai mereka pingsan? Oke, deal. Tapi kalau kamu gagal, kamu harus membersihkan toilet sekolah selama seminggu penuh tanpa protes!”
[*Gila! Taruhan kamu berat banget! Bersihin toilet seminggu?! IQ 85 kamu beneran enggak bisa diajak kompromi ya!]~ Sist panik.
“Gue terima tantangan lo, Tiara!” Arief menyeringai, mengabaikan Sist.
Arief melangkah maju, menghadap tiga siswa kelas X yang sedang diomeli Tiara. Wajah mereka masih cengengesan.
“Hai, bro! Seragamnya rapiin dong,” Arief berkata dengan suara ramah.
Anak-anak kelas X itu malah tertawa meremehkan. “Halah, kakak kelas cuma modal omong doang!”
Arief menghela napas. Oke, Sist. Bantuan mode Absurd, diaktifkan.
Tiba-tiba, Arief berjongkok, mengeluarkan selembar uang Rp 2.000 dari sakunya, dan mulai berteriak kencang, meniru suara pedagang keliling khas ayahnya.
“Anak ayam! Anak ayam warna-warni! Warna-warni nih! Beli satu, gratis roasting sampai nangis! Anak ayamnya lucu-lucu kayak oppa Korea yang baru putus cinta! Ayo! Dibeli, dibeli!”
Seketika, seluruh koridor hening. Siswa-siswi, guru-guru, dan bahkan Tiara, menatap Arief dengan tatapan 'Apa-apaan nih cowok?'.
Tiga siswa kelas X yang tadinya meremehkan, kini menatap Arief dengan wajah cringe tingkat dewa.
“Kak, lu... serius nih?” tanya salah satu dari mereka, menahan tawa dan malu.
“Serius dong! Kalau kalian enggak mau rapiin seragam, nanti aku kasih anak ayam warna-warni ini, terus kalian jogetin di tengah lapangan! Ayo, mau anak ayam warna pink atau biru? Biar seragam kalian kelihatan serasi sama pets baru kalian!” Arief memasang wajah konyol maksimal.
Salah satu siswa kelas X itu, yang paling bandel, langsung menyerah. Ia buru-buru merapikan seragamnya, wajahnya merah padam karena malu.
“Ampun, Kak! Ampun! Gue janji besok seragam rapi! Jangan malu-maluin gue gini dong!” katanya sambil berlari menjauh, diikuti oleh dua temannya.
Arief berdiri tegak, menyeringai penuh kemenangan. Ia menoleh ke arah Tiara.
Tiara masih terdiam, matanya sedikit melebar. Ia tahu, Arief tidak hanya mengusir mereka, tapi Arief telah menghancurkan reputasi sosial mereka dengan cara yang paling absurd. Itu lebih efektif daripada omelan berjam-jam.
“Mereka sudah lari. Berarti aku menang, kan?” Arief berbisik, mendekat sedikit.
Tiara menelan ludah, berusaha kembali ke mode galaknya. “I-itu curang! Kamu... kamu gila!”
“Gila? Nope. Itu namanya Karisma 25 yang digabungkan dengan IQ 85,” Arief mengedipkan mata.
“Jadi, hari Minggu ini, jam tujuh malam. Kita kencan. Mau nonton, atau mau lihat Ayahku cosplay jadi transformer jualan sosis?”
Tiara menghela napas, ia tampak frustrasi, tapi sebuah senyum tipis yang sangat singkat muncul di bibirnya.
“Baiklah, Arief. Saya pegang janji kamu. Kencan. Tapi kalau kamu buat onar, saya tidak akan segan-segan mengikat kamu di tiang bendera!”
MISI UTAMA PERTAMA : The First Crush–Update
Status: Tahap PDKT Berhasil!
Kemajuan: Kencan Resmi Ditetapkan (Minggu Malam)
[*Yesss! Good job, Arief! IQ 85 kamu ternyata bisa menghasilkan hal-hal yang gila, ya!]~ Sist berteriak gembira.
[*Ingat, PDKT harus realistis. Kencan pertama itu krusial. Jangan langsung minta hal aneh-aneh. Kami para cewek suka yang prosesnya natural.]
Arief tersenyum puas. “Gampang itu, Sist. Kalau cuma kencan doang mah, modal Karisma 25 aja cukup. Sekarang, gue lapar nih. Ada reward buat ngisi perut gak?”
[*Sayangnya, reward uang tunai baru bisa dicairkan setelah misi utama selesai. Tapi, karena kamu berhasil mendapatkan janji kencan dari The Ice Queen sekolah, aku kasih hadiah kecil.]
REWARD PENDUKUNG: Diberikan 1x Permen Energi Instan (Rasa Stroberi).
Arief merasakan sesuatu muncul di saku celananya. Sebuah permen lolipop rasa stroberi.
“Wih, lumayan. Cuma permen. Tapi makasih, Sist.”
Arief membuka bungkus permen itu dan memasukkannya ke mulut. Rasa manis stroberi langsung meledak di lidahnya. Bersamaan dengan itu, ia merasakan energi hangat mengalir ke seluruh tubuhnya. Kelelahan karena push rank semalam langsung hilang.
Di Luar Pagar Sekolah
Ayah Arief, Budi Budiman, sedang berdiri di balik pohon besar sambil memakai topi jerami dan membawa gerobak bertuliskan: "JUAL: Casing HP Anti Santet dan Boneka Santet Bikin Cie-Cie."
Ia melihat Arief dan Tiara berinteraksi dari jauh.
Budi Budiman tersenyum misterius. “Bagus, Arief. Langkah pertamamu di dunia Arcana sudah dimulai. Karisma The Fool memang enggak pernah gagal. Tapi, PDKT yang natural itu perlu pengorbanan... kayak Ayah yang harus cosplay jadi tukang jualan casing HP agar enggak ketahuan kamu lagi ngapain.”
Budi Budiman kemudian mengeluarkan handphone bututnya dan menelepon seseorang.
“Halo, Magician? Ya, dia sudah mulai. Tiara Anggun, good girl SMA. Basic banget. Tolong pantau dia dari jarak jauh, jangan sampai dia overpower di awal. Aku mau dia belajar PDKT yang benar. Dan oh ya, jangan pernah biarkan dia menyentuhmu lebih dari ujung jari. Kamu tahu aturannya.”
Di seberang telepon, suara wanita anggun menjawab singkat, “Siap, Leader Arcana.”
Budi Budiman tersenyum, lalu kembali berteriak. “Ayo dibeli, casing HP anti baper! Dijamin enggak bakal nge-ghosting!”
Arief, yang baru saja selesai makan permen, melirik ke luar gerbang.
“Loh, itu Ayah? Jualan casing HP di depan gerbang sekolah? Ya ampun, mau ditaruh di mana muka gue?!”
[*Wajar, Arief. Ayah kamu itu kan random akut. Tapi btw, casing HP anti santet itu unik juga lho. Mau beli?]~
“Enggak! Fokus! Kencan! Gue harus cari tahu gimana caranya bikin kencan pertama ini jadi epic!”
Setelah insiden 'Anak Ayam Warna-Warni' di depan mading, reputasi Arief di SMA Nusa Bangsa terbagi menjadi dua: ia adalah pahlawan absurd yang berhasil membuat tiga anak kelas X kapok, sekaligus orang paling gila yang berani menantang Ketua OSIS Tiara Anggun untuk kencan.
Jumat sore, dua hari sebelum kencan, Arief sedang santai di kafe langganannya, sebuah warung kopi pinggir jalan yang unik, yang disebut 'Kopi Segitiga Bermuda' karena kalau sudah masuk, pasti lupa waktu dan lupa tugas. Ia ditemani Doni, temannya yang selalu membawa aura mager (malas gerak) kemana-mana.
“Gila, Rief. Lo beneran mau kencan sama Tiara? Dia kan kayak robot yang diprogram buat nge-judge semua hal yang enggak rapi. Lo yakin enggak bakal disuruh baca UU Tata Tertib Sekolah pas lagi makan bakso?” Doni menyesap es kopinya dengan wajah khawatir.
Arief tersenyum sok bijak, sambil mengaduk-aduk es tehnya. “Ngapain takut, Don? Ini kan tantangan. Lagi pula, gue punya Sist sekarang.”
[*Jangan bawa-bawa nama aku di depan human lain, Arief! Nanti aku dikira hantu penunggu warung kopi. Lagian, jangan sok pede! Karisma 25 itu belum cukup buat ngebikin Tiara klepek-klepek kayak ikan kecap di wajan!]~ Sist langsung protes di kepala Arief.
“Diem, Sist. Gue lagi konsultasi sama teman dunia nyata,” Arief membatin sambil pura-pura batuk.
“Konsultasi apa, Rief? Lo ngomong sendiri?” tanya Doni curiga.
“Enggak, enggak! Gue lagi latihan dialog buat kencan nanti. Jadi, menurut lo, Don, topik apa yang harus gue bawa biar kencan ini berhasil?”
Doni berpikir keras. “Tiara? Hmm. Dia kan sukanya hal-hal yang serius, berbobot. Coba deh bahas reformasi birokrasi sekolah, atau peran generasi Z dalam isu lingkungan hidup. Dijamin, dia bakal excited!”
Arief menggeleng. “Halah, itu mah kencan sama Bapak DPR, bukan sama cewek SMA. Enggak deh. Gue harus cari topik yang spesial, yang ngasih vibes romantis tapi tetap absurd.”
[*Doni bener, Arief. Kamu harus tampil beda. Tapi bukan 'beda' yang absurd ala cosplay kuli bangunan di bioskop. Kamu harus tampil matang, elegan, dan sedikit misterius.]~ Sist memberi masukan yang lumayan berguna.
“Misterius? Gimana caranya?”
[*Gampang! Jangan cerita terlalu banyak tentang diri kamu. Biarkan dia penasaran. Dan yang paling penting: tanyakan tentang hobinya. Semua cewek suka kalau hobinya diperhatikan. Coba selidiki apa hobinya yang paling tersembunyi.]
Arief mengangguk. Masukan Sist kali ini cukup logis. Ia mengeluarkan handphone-nya dan mulai stalking akun Instagram Tiara.
[INSTAGRAM TIARA ANGGUN: Locked Account.]
Arief mendengus frustrasi. “Sist! Akunnya digembok! Dia anti-sosial media apa gimana sih? Gimana gue mau stalking hobinya kalau kayak gini?”
[*Tunggu sebentar. Aku bisa bantu.]
Sistem Layar Sakti: Mode Infiltrasi Akun Sosial Media (LEVEL1) diaktifkan!
[*Berkat Fragment Chaos, aku bisa mengakses data publik Tiara yang tersembunyi. Ternyata, dia punya akun alternatif. Akun itu isinya... wah!]~
Di layar hologram Arief, tiba-tiba muncul feed Instagram dengan username aneh: @bunga_senja_penyuka_drama.
Isinya bukan tentang tata tertib sekolah. Foto-fotonya adalah tangkapan layar adegan-adegan drama Korea romantis dengan caption puitis nan bucin (budak cinta). Ada juga foto-foto kucing domestik yang ia pakaikan baju rajut.
Arief dan Doni (yang mengintip layar Arief) melongo.
“Tiara?! Ketua OSIS yang galak itu bucin drama Korea dan suka ngajak kucing fashion show?” Doni terkejut sampai kopinya tumpah sedikit.
[*Tuh kan! Dia cuma pakai topeng Ketua OSIS. Aslinya dia bucin akut dan penyayang hewan. Sekarang kamu sudah tahu rahasianya. Tugas kamu: Bahas drama Korea favorit dia dan puji kucingnya!]~ Sist memberi instruksi.
“Gila, Sist. Lo keren abis! Thanks!”
Arief menyimpan informasi itu di otaknya. Ini adalah kunci keberhasilan kencan pertamanya.
Sabtu Malam: Konsultasi Mendadak dengan The Fool
Arief sedang mencoba-coba pakaian untuk kencan besok. Ia mengeluarkan semua bajunya, dan hasilnya: kaos band metal bolong-bolong, kemeja batik Ayah yang kebesaran, dan hoodie yang baunya sudah seperti lemari pakaian tak terpakai selama tiga tahun.
“Sist, gimana nih? Gue enggak punya baju yang proper buat kencan!” Arief frustrasi.
[*Ya ampun, Arief. Kamu kaya raya lho! Ayah kamu punya mobil sport tiga biji, tapi kamu enggak punya baju bagus? Dasar Gen Z miskin gaya!]~
“Gue kan enggak peduli sama fashion, Sist! Gimana dong?”
Tiba-tiba, pintu kamar Arief diketuk pelan. Masuklah Ayahnya, Budi Budiman.
Budi Budiman, dalam balutan kaus oblong bergambar Captain America dan celana pendek cargo (padahal di luar dingin), membawa sebuah tas kertas cokelat.
“Rief, Ngapain lu? Kok kamar lu kayak kapal pecah gini?” Budi Budiman bertanya, matanya lincah mengamati tumpukan pakaian Arief.
“Mau kencan, Yah. Sama Tiara. Ketua OSIS. Tapi enggak ada baju yang bagus. Semua baju gue bikin dia ilfeel,” jawab Arief jujur.
Budi Budiman tersenyum misterius. Senyum yang biasanya muncul kalau ia mau jualan barang aneh.
“Kencan? Sama Tiara Anggun? Wih, anak The Fool memang enggak pernah mengecewakan. Dengarkan Ayah, Rief. Kencan itu bukan soal baju mahal, tapi soal power!”
Arief mengerutkan kening. “Power apa, Yah? Power ranger?”
Budi Budiman menaruh tas kertas itu di kasur. “Ayah kan tadi jualan online barang-barang vintage. Salah satunya ini. Ayah kasih kamu.”
Ayahnya mengeluarkan sebuah jaket denim lusuh berwarna biru tua, yang di bagian punggungnya dijahit bordiran gambar naga Tiongkok yang tampak keren tapi aneh.
“Ini jaket apa, Yah? Bau apek gini.”
“Ini namanya Jaket Naga Pemberani. Ayah dapat dari lelang di Dimensi X-2. Konon, jaket ini dipakai sama cultivator yang berhasil menaklukkan 100 demonic beasts dan 50 demonic women. Tenang, ini sudah Ayah laundry tiga kali. Pakai ini. Dijamin Karisma kamu naik 10 poin!” Ayahnya mengedipkan mata, penuh rahasia.
[*Jaket Naga Pemberani? Itu jaket yang bau sangit! Karisma Arief malah bisa turun ke nol kalau pakai itu!]~ Sist menjerit di kepala Arief.
Arief menatap jaket itu dengan ragu. Jaketnya memang keren, vintage dan tampak punya cerita, tapi... bau.
“Yah, beneran nih?”
“Beneran! Selain itu, Ayah kasih nasihat penting soal PDKT Tiara. Ayah kan lebih dulu hidup. Ayah tau seluk-beluk hati wanita.”
Budi Budiman duduk di tepi kasur, menatap serius ke mata Arief.
“Tiara itu tipe cewek yang suka diperhatikan, Rief. Tapi enggak suka yang lebay. Kamu harus menemukan hal yang dia sembunyikan. Sesuatu yang konyol tapi dia sayangi. Kamu harus buat dia berpikir, ‘Wah, kok dia tahu ya?’ Itu kunci!”
Arief tercengang. Nasihat Ayahnya—terutama yang terakhir—persis seperti data yang diberikan Sist tentang hobi Tiara (Drama Korea dan Kucing fashion show). Kok Ayah bisa tahu?
“Udah ya, Rief. Semoga sukses kencannya. Kalau kamu berhasil, Ayah traktir kamu snack aneh yang Ayah dapat dari portal dimensi sebelah.” Budi Budiman menepuk bahu Arief, lalu keluar kamar sambil bersenandung lagu dangdut.
[*Aku curiga, Arief. Ayah kamu itu... punya link ke Fragment Chaos yang lain. Atau jangan-jangan, dia Demigod yang lagi cosplay jadi bapak-bapak gabut?]~ Sist berbisik curiga.
“Gak mungkin, Sist. Ayah gue kan The Fool. Suka jualan barang aneh. Itu buktinya,” Arief membatin sambil menunjuk jaket bau naga itu.
Arief memutuskan untuk mengabaikan jaket itu (demi menjaga Karisma tetap 25) dan memilih kemeja polos berwarna abu-abu yang paling tidak kusut. Namun, ia mencatat nasihat ayahnya yang aneh tapi akurat itu.
Minggu Malam: Kencan Pertama yang Absurd
Arief tiba di lobi bioskop mall dengan perasaan campur aduk. Ia mengenakan kemeja abu-abu, celana jeans, dan rambutnya disisir lebih rapi dari biasanya.
Tiara Anggun sudah menunggunya.
Ketika Tiara muncul, Arief hampir menelan ludahnya sendiri.
Tiara Anggun malam ini tidak mengenakan seragam sekolah. Ia tampil berbeda 180 derajat. Ia mengenakan dress selutut berwarna navy yang anggun, rambutnya yang diikat kuda di sekolah kini tergerai indah dengan sedikit ikal di ujungnya. Posturnya yang sedang (sekitar 160 cm, 55 kg) terlihat lebih feminin dalam balutan dress ini. Payudara cup B-nya tidak terlalu menonjol, tapi proporsional dengan tubuhnya yang ramping. Wajahnya yang biasanya galak kini terlihat sedikit... gugup.
“Hai, Tiara. Kamu... cantik banget,” Arief memuji tanpa basa-basi, dan pujian itu tulus.
Wajah Tiara langsung merona merah muda. Dia terlihat canggung, tidak seperti Ketua OSIS yang galak.
“Ehm. Terima kasih, Arief. Kamu juga... lumayan rapi malam ini,” jawabnya, menghindari kontak mata.
[*Aww, dia malu! Karisma 25 kamu bekerja!]~ Sist bersorak.
“Jadi, kita mau nonton apa, Tiara? Aku sudah booking film action terbaru, isinya full perkelahian brutal dan ledakan keren.”
Tiara menggeleng pelan. “Enggak. Aku sudah pesan tiket. Kita nonton... film romantis Korea yang baru keluar. Tentang dua sejoli yang terpisah karena salah paham di masa lalu.”
Arief nyaris tertawa keras. Tepat seperti data yang diberikan Sist! Tiara memang bucin akut!
“Wih, serius? Film Korea? Boleh dong. Kamu tahu enggak? Aku juga suka banget drama yang temanya bucin begini. Apalagi kalau ada adegan cium-ciuman di tengah hujan salju, itu epic banget!” Arief langsung memainkan kartu rahasianya.
Mata Tiara langsung berbinar. Ia menoleh cepat ke arah Arief, raut wajah galaknya hilang sama sekali.
“Kamu? Suka drama Korea? Aku kira kamu sukanya film action dan game!” Tiara terdengar senang.
“Ya ampun, enggak dong! Aku kan juga manusia. Kan seru lho kalau kita bisa ngebahas plot twist di drakor favorit kita sambil makan popcorn,” Arief membalas dengan senyum tulus.
Mereka pun masuk ke studio. Sepanjang film, yang isinya adalah tangisan, adegan pelukan yang so sweet, dan kesalahpahaman yang berlarut-larut, Arief dan Tiara terus berbisik, berdebat tentang plot cerita dan karakter mana yang harusnya jadian.
Arief tidak menyangka, ternyata Tiara versi non-OSIS itu sangat asik dan jauh lebih konyol dari yang ia kira.
Selesai Nonton Film
Mereka memutuskan untuk mampir ke kafe yang sama tempat Arief konsultasi dengan Doni. Arief sengaja mengajak Tiara ke tempat yang sederhana dan jauh dari kesan mewah.
“Tiara, makasih ya. Gue enggak nyangka, lo seru banget lho kalau ngomongin drama Korea,” kata Arief sambil menyodorkan segelas kopi susu hangat.
Tiara tersenyum—senyum yang benar-benar lepas dan hangat, bukan senyum sinis Ketua OSIS.
“Kamu juga, Rief. Aku kira kamu itu cuma bisa nge-troll dan nge-gombal enggak jelas. Ternyata kamu care juga ya sama hal-hal yang soft kayak gini.”
[*Saatnya Jurus Pamungkas, Arief! Puji Kucingnya!]~ Sist memberi instruksi.
Arief menarik napas. “By the way, aku boleh tanya hal pribadi enggak?”
“Tanya aja,” jawab Tiara, menatap mata Arief.
“Itu, kucing kamu... yang sering lo pakein baju rajut di story pribadi lo... namanya siapa?”
Seketika, wajah Tiara Anggun berubah total.
Wajahnya yang tadinya malu-malu kini memancarkan rasa terkejut dan sedikit ketakutan. Ia menatap Arief seolah Arief adalah peramal.
“Kucing? Baju rajut? Kamu... kamu tahu dari mana?!” Suara Tiara tercekat.
“Hahaha. Rahasia dong!” Arief tertawa renyah, menikmati kebingungan Tiara. “Aku kan punya mata elang. Pokoknya aku tahu. Kucing kamu itu lucu banget, apalagi pas kamu pakein topi elf natal. Dia pasti kesayangan kamu banget, ya?”
Tiara menurunkan pandangannya. Ada nada lembut dalam suaranya saat menjawab, “Namanya Si Mochi. Dia satu-satunya teman yang enggak pernah nge-judge aku, tahu.”
Arief merasa terharu. Ia melihat celah. Ini adalah kelemahan Tiara yang sebenarnya.
“Si Mochi... nama yang lucu. Gue ngerti, Tiara. Semua orang butuh tempat buat jadi diri sendiri. Di sekolah, lo itu harus jadi The Ice Queen yang galak, Ketua OSIS yang disiplin. Tapi, gue tahu, di balik itu, lo itu cewek yang bucin, penyayang, dan nge-gemesin. Dan gue... gue suka sama dua-duanya.” Arief berbicara dengan nada yang paling tulus yang ia punya.
Tiara terdiam. Ia menggenggam erat cangkir kopinya. Guard-nya benar-benar turun.
“Gue enggak akan ngeremehin hobi lo. Malah gue mau, kalau nanti kita sering ketemu, lo bisa jadi diri lo sendiri di depan gue. Enggak usah jadi Tiara Ketua OSIS. Jadilah Tiara si Bucin Mochi.”
Wajah Tiara Anggun memerah hebat. Matanya berkaca-kaca. Ia merasa sangat tersentuh. Selama ini, tidak ada satu pun orang di sekolah yang berhasil melihat sisi rapuhnya itu.
“Arief... kamu...” Tiara tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
[*Excellent! Ini namanya Karisma Natural. Jangan terlalu menekan, Arief. Biarkan dia nyaman. Kamu sudah 90% berhasil!]~ Sist memuji.
Tiba-tiba, Tiara mengulurkan tangan ke seberang meja, dan memegang tangan Arief. Kontak fisik pertama mereka.
“Arief, terima kasih. Terima kasih sudah mau melihat aku yang ini,” Tiara berbisik.
Arief merasakan tangannya hangat. Ia tersenyum.
“Sama-sama, Tiara. Jadi, kencan kita berhasil kan?”
Tiara mengangguk, senyumnya kini benar-benar murni.
“Ya. Berhasil. Kamu enggak perlu bersihin toilet sekolah. Dan... aku janji, mulai sekarang, aku akan lebih terbuka sama kamu.”
Arief merasa euforia kemenangan. Misi PDKT pertamanya berhasil 100%.
MISI UTAMA PERTAMA : The First Crush–COMPLETE!
Status: BERHASIL!
Deskripsi: Tiara Anggun kini menjadi Pacar Resmi Pertama Arief Indiyanto.
Reward Keberhasilan: 50 Energi Keintiman, $5.000.000 Tunai, dan Item Acak (Belum Terbuka)
Sebuah notifikasi pop-up besar berwarna emas muncul di depan Arief.
[*Yessss! Misi berhasil! Selamat, Arief! Kamu enggak cuma berhasil kencan, tapi kamu berhasil menaklukkan hati The Ice Queen! Sekarang, saatnya mencairkan reward!]~ Sist berteriak kegirangan.
Arief tersenyum puas. Ia dan Tiara masih berpegangan tangan di bawah meja.
“Tiara, udah malam nih. Mau aku antar pulang?”
“Boleh,” jawab Tiara, suaranya sangat lembut.
Arief berdiri, membayar kopi, dan mengantar Tiara ke rumahnya yang tidak terlalu jauh. Di sepanjang perjalanan, mereka mengobrol santai, tidak ada lagi ketegangan.
“Aku harus pulang, Arief. Sampai ketemu besok di sekolah ya.”
Arief menatap Tiara. Ia ingin menciumnya. Tapi ia ingat nasihat Sist. Slow but sure.
Arief hanya mengangguk. “Sampai ketemu, beb. Jangan lupa kasih makan Mochi ya.”
Tiara tersenyum malu. “Aku janji. Bye.”
Setelah Tiara masuk ke gerbang, Arief berbalik, berjalan pulang, dan langsung memanggil Sistem.
“Sist! Cairkan reward yang uang tunai! Rp 5 Juta itu lumayan buat modal gacha nanti!”
[*Siap! Uang tunai sudah ditransfer ke dompet digital kamu. Cek sekarang!]~
Arief membuka dompet digitalnya. Saldo bertambah Rp 5.000.000. Wajahnya bersinar-sinar.
[*Dan... sekarang waktunya Reward Item Acak! Karena Energi Keintiman kamu belum cukup untuk membuka Gacha kekuatan, aku akan kasih kamu item support yang berguna.]
REWARD ITEM ACAK: Diberikan 1x Teknik Kultivasi Level 1: \[Pernapasan Naga Langit.]
[Deskripsi: Teknik meditasi dasar yang diambil dari dimensi kultivasi Timur. Meningkatkan statistik MAG (Kekuatan Sihir) Arief sebesar +5 poin per minggu jika dilakukan secara konsisten. Teknik ini juga bisa mempercepat pemulihan stamina pasca pertempuran atau kegiatan intens. Penggunaan: Lakukan meditasi 30 menit setiap malam. ]
Arief membaca deskripsi itu. MAG-nya yang tadinya hanya 2, sekarang akan naik perlahan!
“Wih, mantap! Teknik kultivasi! Gue bisa jadi cultivator keren kayak di film-film wuxia itu dong!” Arief bersemangat.
[*Tentu saja! Tapi ingat, baru level 1. Efeknya lambat, tapi pasti. Mulai sekarang, kamu harus rajin meditasi dan fokus PDKT. Karena semakin banyak Energi Keintiman, semakin cepat upgrade kekuatan kamu.]~
Arief kembali ke rumahnya dengan perasaan gembira. Ia sudah punya pacar, dapat uang, dan dapat teknik kultivasi. Kehidupan pelajar gabutnya baru saja berubah menjadi petualangan ecchi-fantasy yang absurd.
Saat Arief masuk ke kamar, ayahnya sedang duduk di kursi meja belajar Arief, membaca buku tebal berbahasa Sansekerta kuno. Di sampingnya, ada setumpuk anak ayam warna-warni yang tertidur pulas.
“Ayah?! Kok di sini?!” Arief terkejut.
Budi Budiman menutup bukunya. “Ayah cuma mau nanya. Kencan gimana? Jaket Naga Pemberani itu kamu pakai enggak?”
“Enggak, Yah. Enggak gue pakai. Baunya apek banget. Tapi nasihat Ayah soal hal konyol yang dia sayangi itu beneran manjur! Thanks, Yah.”
Budi Budiman tersenyum misterius. “Bagus. Berarti Karisma alami kamu sudah cukup. Tapi ingat, Rief. Kekuatan terbesar Arcana itu adalah kemampuan untuk berubah menjadi hal-hal absurd di momen krusial. Jangan lupakan itu.”
Ayah Arief kemudian beranjak, mematikan lampu kamar, dan menutup pintu.
Arief melihat ke plafon. Ia tidak melihat cicak. Tapi ia tahu, di dimensi lain, ayahnya adalah sosok yang jauh lebih penting daripada tukang jualan anak ayam warna-warni.
Arief tersenyum. Ia mengambil posisi meditasi dan mulai mencoba teknik Pernapasan Naga Langit.
Sistem Memindai Energi Keintiman. Target Berikutnya Belum Ditetapkan. Lanjutkan PDKT dengan Target Saat Ini dan Tingkatkan Energi Keintiman.
Senin pagi di SMA Nusa Bangsa terasa berbeda bagi Arief Indiyanto. Bukan karena ia bangun lebih pagi (ia tetap kesiangan), melainkan karena kini ia memiliki status baru: Pacar Resmi Ketua OSIS.
Arief berjalan santai di koridor menuju kelasnya. Di saat yang sama, Tiara Anggun, dengan seragam OSIS lengkap dan wajahnya yang kembali ke mode The Ice Queen, sedang mengatur barisan di gerbang utama, mengawasi keterlambatan.
Arief mendekat, sengaja berjalan dengan gaya cool yang dibuat-buat.
“Pagi, beb!” sapa Arief, setengah berbisik dan setengah menggoda, saat melewati Tiara.
Tiara tersentak, wajahnya langsung menoleh ke kanan-kiri memastikan tidak ada yang mendengar. Ia kemudian memelototi Arief, tapi ada sedikit senyum yang tertahan di sudut bibirnya.
“Arief! Jangan panggil saya seperti itu di lingkungan sekolah! Nanti dicap tidak profesional! Cepat masuk ke kelas!” Tiara berbisik tajam, tapi suaranya jauh lebih lembut dari biasanya.
[*Aww, dia blushing! Karisma kamu naik 1 poin, Arief! Lihat! Dia panik, tapi senang!]~ Sist bersorak.
“Santai dong, beb. Kan cuma kita berdua yang tahu. Lagian, kamu kalau galak gini malah ngegemesin kayak chipmunk lagi marah,” Arief membalas dengan seringai.
Tiara mendesah pelan. “Pergi! Nanti aku dituduh Nepotisme Asmara!”
Arief tertawa dan berjalan masuk ke kelas, hatinya berbunga-bunga. PDKT sukses, pacar cantik.
Doni, yang sudah duduk di bangku mereka, langsung menyambut Arief dengan tatapan penasaran. “Wih, Rief! Gimana kencan? Tiara enggak nge-hukum lu buat ngafal Pasal 3 Ayat 4 tentang Kebersihan Toilet, kan?”
“Halah, lo kira gue kencan sama guru BK? Enggak lah! Kencan sukses besar! Tiara itu aslinya bucin drama Korea, Don! Bucin akut! Enggak nyangka gue!” Arief berbisik semangat.
Doni melongo. “Gila. Terus gimana? Udah jadian?”
“Udah dong! Official! Mulai sekarang, gue bakal jadi cowok paling cool di sekolah!”
Saat Arief sibuk memamerkan kesuksesannya, Sistem di kepalanya langsung menyela.
[*Hei, Arief! Jangan terlalu puas diri! Tiara itu baru langkah awal. Fokus kamu itu Energi Keintiman. Kamu harus memperkuat hubungan kalian, Arief. Ingat, Bab 25 masih jauh!]~
“Iya, iya, Sist. Gue tau. Gimana cara ningkatin hubungan kita nih?”
[*Gampang. Cewek suka perhatian kecil. Coba kirim dia pesan romantis tengah malam, atau bawakan dia makanan kesukaan Si Mochi! Itu pasti akan dapat boost Karisma dan Energi Keintiman!]
Arief mencatat ide itu. Membelikan makanan kucing. Sebuah tindakan romantis yang hanya akan dipahami oleh Tiara Anggun.
Latihan Kultivasi dan Perkelahian Ringan
Malam harinya, Arief memutuskan untuk mencoba Teknik Kultivasi yang diberikan Sist: Pernapasan Naga Langit.
Ia duduk di teras belakang rumahnya yang sepi, menghadap kolam renang indoor. Sesuai instruksi, ia menutup mata dan mencoba mengatur napasnya.
[*Fokus, Arief. Rasakan energi di sekitarmu. Jangan pikirkan game atau roasting-an aku.]
Arief berusaha keras. Ia mengatur napasnya, mencoba merasakan Ki atau Chi yang dideskripsikan Sist. Setelah lima menit, ia mulai merasa pusing dan matanya berair.
“Sist, gagal deh! Pusing banget! Gue kayak lagi nahan napas pas lagi berenang!”
[*Ya ampun, kamu ini kan baru Level 1! Wajar! Coba lagi! Bayangkan kamu adalah seekor naga yang sedang terbang di langit! Rasakan kekuatan!]~
Arief menarik napas lagi. Ia membayangkan dirinya menjadi naga. Tiba-tiba, ia merasakan hawa panas di perutnya. Bukan Ki, tapi... lapar.
“Aduh, Sist. Gue laper! Enggak jadi naga deh. Gue jadi mie instan aja!”
[*Arief!]~
Namun, di tengah keluhannya, Arief tidak menyadari bahwa ia telah berhasil menyelesaikan satu putaran Pernapasan Naga Langit. Energi hangat mengalir perlahan, dan status MAG-nya mengalami sedikit peningkatan mikro.
MAG:2.1(Peningkatan mikro 0.1 dari sesi latihan). Latihan berhasil!
Tiba-tiba, fokus Arief terpecah. Di pojok kolam renang, ada bayangan hitam yang bergerak cepat.
“Siapa di situ?!” Arief berteriak, langsung sigap.
Bayangan itu adalah sosok humanoid yang kurus, tampak seperti hantu yang terbuat dari asap. Itu adalah Shadow Drone — semacam minion dari Panglima Iblis Dosa Besar yang disebutkan Sist. Minion ini biasanya bertugas mengintimidasi target yang akan menjadi kekasih Arief.
[*Waduh! Itu Lesser Shadow! Kelas D! Kekuatannya setara dengan kuli panggul yang belum sarapan! Jangan takut, Arief! Lawan dia! Ini pertarungan pertama kamu!]~ Sist panik tapi juga antusias.
“Shadow? Gila! Gue harus ngapain? Gue enggak punya senjata!”
[*Pakai saja apa yang ada! Karisma kamu enggak mempan buat Shadow! Sekarang, kekuatan fisik kamu 15! Lebih kuat dari manusia biasa! Hajar dia!]~
Lesser Shadow itu mengeluarkan suara mendesis pelan dan melompat ke arah Arief, tangannya yang seperti cakar siap menerkam.
Arief spontan menghindar. Dengan tubuh yang sedikit lebih cepat dari manusia biasa (AGI 13), ia berhasil menggeser tubuhnya. Lesser Shadow itu menabrak dinding.
“Oke, lo mau main kasar? Gue jabanin!”
Arief mengingat pelajaran bela diri yang dulu pernah ia ikuti saat SD (dan langsung berhenti karena bosan). Ia mengarahkan tinjunya ke kepala Shadow.
BUAGH!
Tinju Arief terasa berat dan menghantam keras! Lesser Shadow itu mundur beberapa langkah, asap hitamnya berguncang. Ternyata, kekuatan fisiknya benar-benar meningkat!
“Wih, mantap! Tinju gue sakit juga!”
[*Fokus, Arief! Dia mau menyerang lagi! Hajar di bagian core-nya! Di tengah dadanya!]~
Lesser Shadow itu kembali menyerang. Kali ini, ia mengeluarkan semacam kabut hitam yang menyelimuti area sekitar. Kabut itu berbau busuk.
Arief menggunakan kecepatan AGI-nya, berlari memutari kolam, menghindari kabut. Ia mengambil sebuah gayung plastik bekas di dekat kolam.
“Rasakan ini! Jurus Gayung Maut!”
Arief melempar gayung itu sekuat tenaga ke arah core Shadow. Gayung plastik itu terbang dengan kecepatan lumayan, menghantam tepat di tengah dada Lesser Shadow.
Lesser Shadow itu berteriak nyaring, suaranya seperti seribu nyamuk yang kesakitan. Tubuhnya langsung buyar menjadi asap hitam dan hilang.
Kalahkan ∗LesserShadow∗ Kelas D. Dapatkan 10 Poin EXP.
Arief terengah-engah, memegang tinjunya yang sedikit pegal.
“Sist! Gue menang! Gue menang ngelawan setan pakai gayung!”
[*Bagus! Itu pertarungan yang epic! Meskipun sedikit konyol. EXP kamu naik, tapi jangan senang dulu. EXP ini enggak ngaruh ke level kamu. Hanya sebagai catatan untuk aku.] Sist menjelaskan. [*Ingat, Shadow itu muncul karena kamu mulai mengumpulkan Energi Keintiman. Mereka akan mencoba mengganggu target kamu. Kamu harus lindungi Tiara!]~
Arief mengangguk serius. “Siap! Gue bakal lindungin The Ice Queen!”
Kebutuhan Energi Keintiman dan Target Kedua
Selasa siang, Arief sedang makan di kantin. Tiara duduk di depannya. Meskipun mereka pacaran, Tiara masih menjaga jarak di sekolah, takut dicap 'tidak disiplin'.
“Rief, kamu harus belajar serius. Jangan cuma main game. Nilai Fisika kamu itu jelek banget, tahu,” Tiara mengomel, tapi sambil memakan suapan bakso dari tangan Arief.
“Iya, iya. Nanti aku belajar. Tapi, habis pulang sekolah, kita Video Call ya? Aku mau lihat Si Mochi pakai baju baru,” Arief membalas dengan gombalan khas mereka.
Wajah Tiara langsung cerah. “Boleh! Aku sudah siapin baju maid kecil buat dia!”
[*Energi Keintiman +3! Interaksi romantis yang sukses!]~ Sist memberi notifikasi.
Arief tersenyum. Ia menikmati PDKT yang natural ini. Namun, Sist tiba-tiba muncul dengan nada serius.
[*Arief, kita punya masalah. Energi Keintiman kamu naik lambat banget. Kalau cuma dari Tiara, kita butuh waktu bertahun-tahun untuk mencapai target 400 bab. Kita butuh target baru!]~
“Target baru? Siapa dong?”
[*Berdasarkan pemindaian lingkungan sekitar kamu, ada satu sosok wanita dengan potensi Energi Keintiman yang super tinggi. Dia memancarkan aura Karisma dan kekuatan spiritual yang luar biasa.]
Tiba-tiba, pintu kantin terbuka. Seorang wanita muda masuk, membawa aura sejuk dan ketenangan yang luar biasa.
Wanita itu adalah Ustadzah Sofia, guru agama Islam di SMA Nusa Bangsa, yang mengajar Fiqih dan Akhlak.
Ustadzah Sofia (24 tahun) memiliki tinggi sekitar 165 cm, dengan postur tubuh yang proporsional. Ia selalu mengenakan hijab syar'i yang panjang menutupi dada dan pakaian longgar yang sopan. Wajahnya sangat cantik, dengan mata yang teduh dan senyum yang menyejukkan. Meskipun tertutup, Sistem mendeteksi bahwa ia memiliki ukuran dada yang sangat besar (perkiraan cup F atau double D), yang tidak bisa disembunyikan meski tertutup pakaian longgar. Dia adalah tipe wanita Solehot (Saleh dan Hot) yang menjadi idaman para remaja.
Ia masuk ke kantin, senyumnya menyapa semua orang. Siswa-siswi laki-laki langsung tenggelam dalam diam, mengagumi keanggunan sang Ustadzah.
[*Jantung Arief berdetak lebih cepat. Karisma Arief bereaksi! Inilah Target Kedua kamu, Arief!]~
MISI UTAMA KEDUA TELAH DITETAPKAN
Misi Utama (Wajib): The Solehot Challenge
Target: Ustadzah Sofia, Guru Agama Islam.
Status: Belum Terjalin (Bahkan Belum Berkenalan Secara Formal)
Deskripsi: Ustadzah Sofia adalah wanita dengan Karisma Spiritual tertinggi di lingkunganmu. Dapatkan perhatiannya, tunjukkan kalau kamu adalah pemuda yang baik (walaupun absurd), dan jadikan dia kekasihmu! Misi ini jauh lebih sulit karena statusnya. Kamu harus mendekatinya dengan cara yang bersih dan tidak konyol (di awal)!
Reward Keberhasilan: 100 Energi Keintiman, RP. 10.000.000 Tunai, dan Item Acak (Belum Terbuka)
Arief terkesiap. Tiara yang duduk di depannya bahkan tidak menyadari betapa fokusnya Arief memandangi Ustadzah Sofia.
“Sist! Gila lo! Ustadzah Sofia?! Dia itu guru agama! Kalau gue ngegombal dia, gue bisa langsung dilempar pakai sajadah sampai ke dimensi lain!” Arief membatin panik.
[*Justru itu! Tantangan! Kamu harus tunjukkan sisi alim kamu! Coba deh, sok-sok tanya dia soal hukum pacaran atau cara berbakti sama orang tua. Itu pasti menarik perhatian dia!]~ Sist menyarankan.
“Hukum pacaran? Gue yang nanya? Yang baru jadian dua hari sama Ketua OSIS?”
“Rief? Kamu kenapa? Kok bengong liatin Ustadzah Sofia terus? Naksir ya?” Tiara menyenggol lengan Arief, nadanya sedikit cemburu.
Arief langsung salah tingkah. “Eh! Enggak, enggak! Aku cuma... aku cuma lagi mikir! Gimana caranya biar gue bisa jadi siswa yang lebih soleh! Biar lo bangga sama gue!”
Tiara tersenyum manis. “Tumben amat. Bagus dong kalau kamu mau berubah. Emang kamu mau tanya apa?”
Arief melihat Tiara, lalu melihat Ustadzah Sofia yang sedang mengambil makanan di meja. Ini harus dilakukan dengan hati-hati.
“Aku mau tanya... hukum mencintai dua wanita dalam satu waktu itu gimana hukumnya?” Arief bertanya, suaranya sangat pelan, setengah becanda.
Tiara langsung memukul lengan Arief. “Ngapain nanya itu?! Kamu enggak boleh gitu! Aku kan pacar kamu!”
“Haha, becanda dong, beb! Gue kan cuma cinta sama lo!” Arief memeluk Tiara sekilas di bawah meja (lagi-lagi untuk boost Energi Keintiman).
Tapi, Arief tahu, misi baru ini adalah level yang benar-benar berbeda. Mendekati Ketua OSIS dengan jurus absurd bisa dimaafkan, tapi mendekati Ustadzah dengan cara konyol bisa mengundang azab.
Ia harus menjadi siswa yang lebih religius, rapi, dan cerdas di mata Ustadzah Sofia. Itu adalah satu-satunya jalan untuk misi ini.
Di Luar Sekolah, Gerobak Absurd The Fool
Ayah Arief, Budi Budiman, sedang duduk di bawah pohon mangga, di luar pagar sekolah. Kali ini ia berjualan Kain Kafan Anti Ghosting dan Jimat Penglaris Dagangan Online.
Ia melihat Ustadzah Sofia keluar dari gerbang, membawa tasbih di tangannya. Budi Budiman tersenyum penuh arti.
“Wah, target kedua sudah muncul. The Solehot. Potensi energi spiritual yang luar biasa. Anak The Fool harus kerja keras nih,” gumam Budi Budiman.
Ia mengeluarkan sebuah boneka plastik kecil yang mirip Arief, lalu mulai menggerak-gerakkan boneka itu seolah sedang melakukan meditasi, menirukan gerakan Arief tadi malam.
“Hahaha. Pernapasan Naga Langit itu harus dipantau. Jangan sampai dia meditasi sambil tidur. Udah gitu, tadi sok-sokan jadi pahlawan pakai gayung. Absurd memang. Tapi itulah power dari Chaos Fragment,” bisik Budi Budiman, lalu kembali berteriak.
“Ayo dibeli, kain kafan anti ghosting! Dijamin pacar enggak bakal hilang tanpa kabar!”
Ayah Arief, sang Leader Arcana yang cosplay menjadi pedagang aneh, kembali memantau putranya dalam keheningan, sambil menikmati penjualan jimat penglaris dagangan online-nya yang laris manis.
Arief harus segera merencanakan strateginya. Misi PDKT dengan Ustadzah Sofia dimulai besok.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!