NovelToon NovelToon

Gadis Manja Milik CEO Arogan

1. Gadis Nakal

Seorang wanita dengan gaun berwarna baby pink itu berjalan tergesa menyusuri lorong hotel. Keringat sebesar biji jagung mengalir dari dahinya. Ia menggigit bibir bawahnya, merasakan sesuatu yang lain pada dirinya saat ini.

Tubuhnya terasa sangat panas, tenggorokannya kering dan ia merasakan sesuatu berdenyut di area sensitifnya. Dia juga merasakan payudaranya yang mengencang. Sungguh sesuatu yang ia rasakan begitu aneh dan sangat menyiksanya.

"Aahhhh... Ada apa denganku? Aku harus segera sampai di kamarku," ucapnya sambil menahan rasa yang mendebarkan dadanya ini.

Malam ini adalah malam pesta ulang tahun Ricardo, teman kuliah Lily. Ricardo merupakan anak dari pengusaha ternama, Handoko Bagaskara. Pesta diadakan sangat megah di hotel bintang 5. Lily merupakan tamu spesial Ricardo sehingga pria itu juga memesankan kamar khusus untuk wanita idamannya itu. Sudah lama Ricardo menaruh hati pada Lily, namun cintanya selalu bertepuk sebelah tangan.

Lily terpaksa menginap dan menerima kamar hotel yang telah dipesankan untuknya karena jarak dari hotel ke rumahnya sangat jauh. Ia tak menaruh curiga apapun pada pria yang selalu mencoba untuk mendekatinya itu.

Waktu menunjukkan pukul 12 malam saat Lily merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Saat itu ia sedang bercengkrama bersama Ricardo dan teman-teman yang lain. Ricardo begitu baik dan sopan malam ini. Tak seperti biasanya yang selalu menggombal dan genit padanya sehingga membuat wanita itu ilfil.

Ricardo juga memberikan minuman, segelas sirup berwarna merah yang begitu menyegarkan. Ia dan teman-temannya bersulang di malam spesialnya ini.

Dentuman musik mengiringi pesta yang sangat meriah, pesta dari putra bungsu Handoko Bagaskara. Tak hanya teman-teman kuliah anaknya, Tuan Handoko juga mengundang rekan-rekan bisnisnya. Para pengusaha ternama pun tak luput dari undangan pesta anak bungsunya itu. Dan tentu saja, anak sulungnya pun ikut hadir. Hanya saja ia keluar sebentar saat acara tiup lilin dan memilih kembali masuk ke kamar hotel dengan alasan lelah ingin beristirahat.

Lily pamit pada Ricardo dan teman-temannya. Ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya ini. Hawa panas yang tiba-tiba menjalar membuatnya tak nyaman. Tanpa ia sadari, Ricardo menyeringai ketika punggung wanita mulai menghilang dari keramaian pesta.

"Semuanya sudah siap, Tuan. Malam ini milik anda," bisik seorang pelayan pada Ricardo.

Pria itu tersenyum puas. Lalu bergegas untuk segera melancarkan aksinya yang sudah lama ia susun dengan matang.

Di malam ini, Ricardo sudah merencanakan niat jahatnya untuk menjebak Lily, sang pujaan hati yang selalu menolaknya itu. Diam-diam ia menaruh obat perangsang pada minuman wanita itu. Ricardo akan masuk ke dalam kamar Lily dan ia yakin malam ini akan menjadi malam panas mereka.

Sementara wanita yang tengah dalam pengaruh obat itu terlihat semakin kepayahan. matanya mulai kabur. Ia berjalan agak sempoyongan. Efek obat ini benar-benar menyiksanya. Ia tak tahan lagi dengan perasaan aneh yang semakin menjalar di sekujur tubuhnya.

"206. Ahh, ini dia kamarku," ucapnya. Belum sempat ia menempelkan cardlock, matanya menyipit karena pintu tersebut sedikit terbuka. "Eh, kok kebuka? Apa si Laura tadi lupa ya menutupnya lagi," gumamnya. Lily ingat, tadi Laura sempat memakai kamar itu untuk beristirahat sejenak karena perutnya sakit. Hingga akhirnya, Laura kembali pada keramaian pesta sekaligus pamit duluan karena tidak enak badan.

Lily yang saat ini tubuhnya terasa aneh itu pun, mencoba untuk mengabaikannya. Ia bergegas masuk, tanpa dia sadari bahwa kamar yang baru saja ia masuki itu adalah kamar nomor 205.

"Hei, siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke dalam kamarku?!"

Lily yang baru saja merebahkan tubuh dengan posisi meringkuk menahan rasa yang sudah tak tertahankan itu terkejut dibuatnya. Namun ia seolah tak punya tenaga lagi untuk bangkit.

"Heh, siapa kamu? Keluar dari sini!!!" teriaknya lagi. Pria yang baru keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan handuk kecil yang melilit tubuh bagian bawahnya itu nampak terkejut tatkala melihat wanita asing yang tiba-tiba masuk lalu tidur di ranjang king size kamar VIP hotel ini.

"Ini kamarku, Tuan. Aku tak tahan. Aku ingin beristirahat. Anda siapa? Sebaiknya anda keluar sebelum aku panggil security!" ancam Lily seraya menggigit bibir bawahnya, menahan kembali gelora yang menyiksa. Rasanya tubuhnya semakin panas. Padahal AC di kamar ini dalam suhu yang cukup tinggi.

"Ini kamarku, Nona. Kamar 205," tegas pria itu tak mau kalah.

Lily terbelalak. '205? Bukankah ini kamar 206?' gumamnya.

Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Memang tak ada perbedaan dari kamar ini dan kamar tempatnya menginap. Namun ia menyadari sesuatu, ia tak menemukan paper bag yang disimpannya di samping lampu tidur. Paper bag tersebut berisi pakaian gantinya. Lily merutuki kebodohannya yang telah ceroboh masuk ke dalam kamar orang lain.

"Maaf, Tuan. Sepertinya saya salah kamar. Tapi saya tidak tahan. Saya minta sedikit waktu saja untuk seperti ini. Rasanya, Aaahhhh...."

"Ssstttttt...."

Lily malah mendesah. Hal tersebut tentu membuat pria yang terlihat kebingungan itu terkejut bukan main. Apalagi saat tubuh wanita itu meliuk di atas ranjangnya. Sial, gerakannya terlihat sangat erotis.

Beberapa kali pria itu menelan ludah menyaksikan gadis yang meringkuk di kasurnya. Sesuatu yang terbungkus handuk di bawah sana pun sepertinya ikut menegang.

"Aahhh.... Tolong! Rasanya panas sekali. Aahh... Aku tak tahan!"

Lily sudah mulai kehilangan akal sehatnya. Ia bangkit lalu membuka gaun yang dipakainya itu. Tentu saja pria di hadapannya semakin kaget.

"A–apa apaan kamu?" tanya pria itu ketika Lily berhasil membuka gaunnya dan hanya menyisakan dalaman saja.

Padahal ia baru saja selesai mandi, namun rasanya tubuhnya menjadi sangat gerah. 'Sialan, ini gara-gara melihat tubuh b*gil gadis aneh itu,' umpatnya dengan pandangan tak luput sedikit pun dari tubuh putih bak porselen di hadapannya.

'Ckkk... pasti aku lupa mengunci pintu kamar sebelum mandi,' gumamnya kesal. Meskipun marah kamarnya dimasuki wanita asing, namun ia juga pria normal yang tak bisa menahan diri dan hasratnya.

"Tolong aku..." ucap Lily menatap sayu pada pria asing yang tak dikenalnya itu.

"Kau siapa sebenarnya? Apa kau gak waras? Apa kau mau menggodaku?" tanya pria itu masih dengan tatapan tak percaya. Jakunnya naik turun menatap dari ujung kaki ke ujung kepala gadis berperawakan mungil itu.

"Maaf telah memasuki kamarmu, Tuan. Tapi aku mohon, tolong aku..." ucapnya lirih. Wanita itu memeluk tubuhnya sendiri, keringat mengalir deras seiring rasa yang menyiksa dirinya itu. Panas tapi dingin, itu yang ia rasakan saat ini.

"Tolong? Tolong bagaimana?" pria itu nampak Kebingungan.

Lily kembali mengigit bibir bawahnya. Matanya terpejam, ringisannya yang pelan dan desahan halus membuat bulu kuduk pria itu meremang. Wanita gila itu benar-benar ingin menggodaku, batinnya.

"Tubuhku panas tapi aku juga kedinginan. Bisakah anda memelukku?"

GLEK.

Entah harus senang atau kesal, namun pria yang ternyata adalah CEO ternama sebuah perusahaan yang saat ini tengah melaksanakan pesta itu masih tercengang dengan permintaan gadis itu.

"Aku mohon, Tuan. Peluk aku!" lirih Lily menatap penuh harap pada pria di hadapannya itu. Rasa malu sudah hilang dari dalam dirinya.

Melihat wajah sayu yang dipenuhi keringat itu, tentu membuat gairah kelelakiannya tergugah.

Pria itu menyeringai. Sejenak ia lupa dengan statusnya yang sebentar lagi akan segera menikah dengan tunangannya.

"Dasar gadis nakal! Kau sepertinya belum tahu siapa aku?! Hmm... Baiklah, aku akan beri pelukan yang kau inginkan. Bahkan lebih!"

**

Bersambung....

2. Masih Segel 21++

"Sssttttttt ..."

Lily terus bersuara dan mendesah manja. Ia seperti tak sadar dengan apa yang dilakukannya saat ini. Ia biarkan tubuh kekar dari pria asing itu memeluknya dengan erat.

Sentuhan lembut di area leher dan punggungnya membuat Lily semakin menggila. Ia ingin sesuatu yang lebih dari ini.

"Sepertinya kau dijebak seseorang. Kau dalam pengaruh obat, Nona," ujar pria tampan yang masih bertelanjang dada itu.

Pria itu adalah David Angkasa Bagaskara, CEO perusahaan kosmetik ternama yang saat ini ownernya sedang melangsungkan pesta ulang tahun putra bungsu mereka. Dalam kata lain, David merupakan anak sulung dari pemilik perusahaan ini.

Pria bertubuh atletis itu mencurigai sesuatu pada gadis aneh yang minta dipeluknya. Ia bukanlah orang awam, tentu hal seperti ini sudah sering ia temui. David yakin jika saat ini, wanita yang bersamanya dalam pengaruh obat.

Entah siapa pelaku dan apa motifnya? Namun CEO tampan itu menyeringai tipis, 'Siapapun yang menjebak gadis ini, sungguh malang nasibnya. Karena gadis ini malah datang padaku,' gumamnya seraya menghirup aroma harum dari rambut panjang wanita dalam pelukannya itu.

David merasa Dewi Fortuna sedang memihaknya. Ia memang sedang menginginkan bercinta malam ini. Tapi sayang, sang kekasih hati malah sibuk dengan shooting yang membuat mereka jarang bertemu.

David merupakan tunangan dari seorang aktris terkenal yang bernama Veronica Angeline. Wanita cantik blasteran Indonesia -Belanda itu akan ia nikahi tahun depan. Rencana ini sudah mereka susun matang-matang karena mereka sudah bertunangan sejak dua tahun yang lalu.

David sangat mencintai Veronica. Namun wanita itu begitu sibuk dengan karirnya sehingga CEO itu kerap kali merasa kesepian.

Dan di malam ini, David seolah lupa dengan wanita yang sangat ia cintai itu. Harum menggoda dari gadis asing yang berada dalam pelukannya membuat jantung pria itu berdebar-debar. Ia merasa desiran halus menerpa saat kulit tubuhnya menempel pada tubuh wanita yang saat ini hanya memakai pakaian dalam saja.

"Aahhhh..." Desahan itu kembali terdengar. Kali ini David tidak mau menyia-nyiakannya. 'Salah siapa datang padaku,' gumamnya.

"Aku akan menolongmu, Nona," bisik David di telinga wanita itu.

Bulu kuduk Lily meremang. Ia memejamkan mata, pasrah dengan apapun yang akan dilakukan pria itu selama bisa menghentikan rasa yang begitu menyiksa ini.

Lily yang saat ini dalam posisi duduk di atas ranjang segera direbahkan. Sementara pria itu mengukungnya.

Cup.

Sebuah kecupan mendarat di kening wanita itu. Lily masih terpejam saat kecupan itu turun ke hidung dan berakhir di bibirnya.

Bisa ia rasakan hembusan nafas yang hangat menerpa wajahnya. Bibir lembab dan hangat itu mulai mengulumnya. Pagutan bibir yang diberikan David begitu lembut, namun perlahan menjadi semakin ganas dan liar.

Lily tidak menolak. Ia membuka mulutnya. Membiarkan lidah pria itu menari-nari di dalam rongga mulutnya.

Puas melahap bibir wanita yang tak dikenalnya itu, David pun turun dan tak menyia-nyiakan gunung kembar yang masih terbalut bra dengan motif renda berwarna merah muda. Ukurannya begitu pas, tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil.

David menikmatinya. Ia membuka pengait bra itu lalu mulai memainkan tangannya di area sensitif wanita yang berada di bawahnya. Ia remas lalu ia kulum bagai seorang bayi yang kehausan.

Apa yang David lakukan membuat Lily semakin menggelinjang nikmat. Ia mendesah lalu menggigit bibir bawahnya, menahan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Aahhh, Tuan. Aku tidak tahan!" teriak Lily saat pria itu tengah memainkan jari-jarinya pada area sensitifnya.

David menyeringai lalu membuka kain segitiga penutup milik wanita itu. Ia tersenyum lebar melihat wanita itu terlihat memohon karena sudah tak tahan. Sementara lidahnya dengan lihai menari-nari disana. Dikecup dan dihisap dengan gemas.

"Aaahhh... Tuan, Aku sudah tak tahan," ucap Lily bersamaan dengan paha yang bergetar.

David tersenyum lebar. Ia tak ingin membuang waktu, David segera menanggalkan handuk putih yang melilit tubuh bagian bawahnya.

"Jagoanku hanya milik Veronika seorang. Tapi untuk sekarang, sepertinya dia ingin main ke tempat lain. Wahai Nona nakal, kau akan menikmatinya dan berterima kasih padaku setelah ini," ucap David sebelum ia memasukkan pusaka kebanggaannya itu.

Bless...

"Arrggghhh...!" Lily menjerit kencang saat David memasukkan miliknya itu dengan hentakan kasar. David mengira jika wanita seperti ini adalah wanita nakal yang haus akan belaian. Ia tak menyangka jika ternyata ini adalah pengalaman pertama untuk wanita itu.

Sejenak David bergeming saking terkejutnya. Ia menganga Ketika menyadari sesuatu.

"Astaga... Kau masih perawan," ucapnya tak percaya.

Lily meringis, kedua tangannya meremas sprei putih saksi darah perawannya terenggut malam ini.

Meskipun kaget, namun David tidak ingin mengakhirinya. Ia terlanjur berhasrat pada wanita itu. Pusaka yang masih menancap gagah pun seolah tak rela keluar dari sarang yang baru dimasukinya ini.

"Maafkan aku, Nona. Aku akan melakukannya dengan pelan," bisik David dengan lemah lembut.

Pria itu memaju mundurkan tubuhnya dengan pelan. Desahan mereka saling bersahutan. Dan rasa sakit juga perih yang awalnya begitu menyiksa kini mulai tertutup kenikmatan.

David mengerang merasakan ia hampir mencapai puncak. Hingga akhirnya lenguhan panjang mengakhiri aktivitas intim itu.

Lily mulai tersadar lalu ia menangis setelahnya. Ia tertunduk seraya menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang.

Melihat itu, David menjadi iba. Meskipun Ini semua bukan murni kesalahannya Karena wanita itu datang sendiri dengan memancing-mancing hasrat kelelakiannya.

"Maafkan aku, Nona. Aku gak tahu kalau kamu masih ..."

"Aku kotor, aku wanita kotor," lirih wanita itu sambil terus menangis menyesali apa yang telah terjadi.

Bulir bening membasahi wajahnya. Ia benar-benar menyesal dan merasa bodoh, mengapa baru menyadari ini setelah semuanya terjadi?

"Ada apa denganku? Mengapa aku sampai seperti ini. Aku sangat hina. Aku sudah tidak suci lagi. Bunda, ayah... Maafkan aku..." Ia berbicara sendiri sambil terus tergugu pilu.

Pria itu terus memandangnya iba. Ia tak menyangka jika wanita yang baru ia renggut kesuciannya ini adalah gadis baik-baik. Dirinya semakin yakin jika wanita itu dijebak seseorang.

Tapi David tetaplah David. Sang CEO yang memiliki watak dingin dan arogan. Ia tak ingin sampai wanita itu menyalahkannya. Wanita itu duluan yang datang padanya.

Dengan tatapan angkuh, ia pun berbicara, "Kau dijebak, Nona. Carilah pelakunya! Aku yakin orang itu masih orang dekatmu. Ingat ya, ini salahmu. Aku akan membayar berapa pun yang kau mau, tapi aku tidak akan bertanggung jaw..."

Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, pintu tiba-tiba terbuka lebar. Dan....

"SUPRISE!!!"

David terkejut, begitu pula dengan banyak orang yang ada di ambang pintu itu.

"AAHHHHH....!!!" teriak seorang wanita berpakaian glamor yang sedang memegang buket bunga.

BRUUKKK.

Wanita itu langsung pingsan. Sementara beberapa orang yang bersamanya malah sibuk memotret apa yang baru saja mereka lihat, sebuah pemandangan yang akan menjadi berita besar dan menghebohkan jagad maya.

**

Bersambung...

3. Skandal

Veronica Angeline, aktris papan atas itu akan membuat kejutan untuk sang tunangan.

Malam ini merupakan malam dimana hari jadian mereka, bertepatan dengan ulang tahun anak bungsu dari Handoko Bagaskara. David dan Ricardo merupakan kakak beradik, penerus dari perusahaan Moonlight company.

Ia sengaja membuat sang tunangan kesal dengan mengatakan bahwa malam ini ia tidak bisa menemuinya karena sibuk shooting. Diam-diam, Veronica membuat rencana dengan membawa wartawan juga untuk memberikan kejutan di hari bahagianya ini. Ia ingin hubungan romantis mereka bisa diberitakan di acara gosip agar namanya semakin melejit dan menjadi perhatian publik.

Namun rencana tinggal rencana. Ternyata malah dirinya yang diberi kejutan oleh sang tunangan.

Veronica tidak menyangka jika ia malah menyaksikan langsung David bersama wanita lain di kamar hotel itu. Mereka berdua tertangkap basah tanpa busana di atas ranjang.

Hal tersebut membuat Veronica shock hingga ia tak sadarkan diri. Sementara para wartawan yang bersamanya, tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil gambar ini.

David kelabakan untuk menutup dirinya dan wanita yang telah tidur bersamanya itu. Ia panik dengan keadaan yang tak disangkanya. Belum lagi Veronica yang pingsan di ambang pintu.

"PERGI KALIAN!! PERGI!!!" teriak David setelah ia membalut tubuhnya dengan selimut. Sementara Lily, wanita itu sudah melarikan diri ke kamar mandi.

Lily yang kaget langsung berlari, namun sebelum itu, wajahnya sudah tertangkap kamera para wartawan. Wanita itu hanya mampu menangis ketakutan. Sudah mahkotanya direnggut, kini masa depannya pun hancur mengingat beberapa orang yang ia yakini adalah paparazi itu. Meskipun ia bukan selebritis, namun sudah dipastikan ia akan viral setelah ini.

"Ya Tuhan, mengapa ini terjadi padaku? Aku takut, aku takut," ucap wanita itu seraya menangis pilu. Rasa sakit berlipat ia rasakan saat ini. Sakit dihatinya juga di area sensitifnya yang telah dibobol pria itu.

Jam menunjukkan pukul empat dini hari ketika Lily sudah tidak mendengar keributan di dalam kamar itu. Ia keluar dari kamar mandi, berjalan perlahan menuju kasur yang masih berantakan sehabis kejadian memalukan yang ia lakukan dengan pria yang tak dikenalnya itu.

Tak ada siapa-siapa di dalam kamar ini. Lily yang belum sempat memakai pakaiannya saat berlari ke kamar mandi itu segera memunguti pakaiannya lalu memakainya asal.

Lily tak memperdulikan keberadaan pria itu dan orang-orang yang menangkap basah dirinya beberapa jam yang lalu. Ia ingin segera keluar dari sini meskipun dirinya sangat lelah. Tubuh dan hatinya terasa hancur, entah harus menyalahkan siapa? Tapi yang pasti ia benar-benar merasa kotor dan hina. Lily merutuk pada diri sendiri, andaikan ia tidak usah datang ke pesta ulang tahun Ricardo, pasti semua ini tidak akan terjadi.

Wanita itu berjalan lunglai, ia melewati kamar 206, kamar yang seharunya ia masuki bukan kamar 205 yang menjadi petaka baginya ini.

Lily memilih untuk segera pergi, enggan untuk menginap meskipun rasa kantuk dan lelah ini begitu menyiksa diri. Ia ingin pulang dan memeluk kedua orang tuanya. Lily, si gadis manja ini merasa hancur sehancur-hancurnya.

Jam menunjukkan pukul enam pagi saat ia sampai di kediaman orang tuanya. Lily berkendara dalam keadaan kacau dan kecepatan tinggi. Pikiran kalut juga air mata membuat pandangannya kabur hingga ia hampir saja menabrak kendaraan lain yang mulai berlalu lalang di pagi buta.

Lily baru saja turun dari mobil jazz pemberian orang tuanya. Di perumahan cluster inilah dia tinggal. Orang tuanya bukan orang kaya, namun berkecukupan. Sang ayah bekerja di sebuah pabrik dengan jabatan menager. Sedangkan sang ibu, ia merupakan pegawai negeri sipil yang bekerja sebagai guru di sebuah sekolah dasar negeri.

Sosok keibuan yang ia panggil bunda itu belum mau resign, katanya dengan bekerja ia jadi punya kegiatan dan banyak teman. Lagipula dengan bertemu anak-anak muridnya, bisa mengobati rasa sepi di hati jika Lily sedang sibuk. Maklum saja Lily sedang sibuk-sibuknya membuat skripsi. Terkadang ia harus menginap di rumah temannya, atau bahkan pulang larut dari kampusnya untuk menyelesaikan tugas kuliah.

Keluarga mereka sangat harmonis. Meskipun kedua orang tuanya bekerja, namun Lily tidak pernah kekurangan kasih sayang. Ia selalu dimanja dan menjadi Lily kecil kedua orang tuanya.

"Masuk!"

Lily terkejut tatkala mendengar suara sentakan dari sang ayah. Ia belum pernah dibentak seperti ini? Apa karena dirinya pulang pagi? Atau karena Lily terlihat sangat kacau. Pakaiannya sudah acak-acakan, begitupun rambutnya yang kusut karena sebelum sampat disisir sebelum pergi dari hotel.

"Cepat masuk!!!" Bentak ayahnya lagi.

Lily yang ketakutan melihat ayahnya yang tidak biasanya seperti itu, akhirnya berlari kecil masuk ke dalam rumah. Perasaannya mulai tidak enak.

Lily sampai di ruang tamu, pintu rumah langsung ditutup rapat oleh ayahnya.

Gadis manja kesayangan ayah bundanya itu terbelalak saat melihat sang bunda yang tengah menangis sambil memeluk bantal sofa. Ia kebingungan. Sebenarnya ada apa ini?

"Habis ngapain kamu?" tanya Rama, ayah kandung Lily yang memiliki wajah tampan itu. Pria berkacamata itu menatap sang putri semata wayangnya dengan tajam.

"A–aku... anu, Yah, aku...."

"Jawab jujur! Habis ngapain kamu!!!" bentak Rama dengan nada yang semakin tinggi. Ia menggoyangkan bahu anaknya, hal tersebut membuat Lily tersentak.

"Lihat bundamu. Lihatlah!!! Apa dosa kami hingga kau mencoreng wajah ayah dan bunda dengan kelakuanmu, Lily!!" Sentak Rama yang lagi-lagi membuat Lily takut sekaligus kebingungan. Firasatnya mulai tak enak. Apakah kedua orang tuanya tahu bahwa dirinya sudah...

"A–apa maksud ayah? Lily gak ngerti, " ucap Lily memberanikan diri bertanya.

Rama langsung menyambar ponsel yang tergeletak di atas meja. Ia segera arahkan ponsel yang sudah menyala itu dan ia tampakkan dengan jelas sebuah berita yang menghebohkan jagat maya.

Sementara itu, Cantika yang tak lain adalah ibunda Lily semakin tergugu, menangis pilu dan membenamkan wajahnya di bantal. Ia menjerit kencang saat wajahnya ia benamkan sebagai pelampiasan emosi dalam hatinya. Ia bahkan tak mampu menatap wajah sang putri, anak tersayang yang kini sudah mencoreng mereka.

[David Angkasa Bagaskara ,CEO muda yang merupakan tunangan dari Veronica Angeline tertangkap basah sedang melakukan perbuatan asusila bersama seorang gadis di sebuah kamar hotel. Mereka ditemukan dalam keadaan tak berbusana].

DEGH.

Lily mematung. Rasanya tubuhnya tak mampu ia gerakkan setelah membaca caption dari berita yang tengah viral itu. Dalam berita itu, nampak juga potret dirinya dan David meskipun bagian tubuh di blur, tapi bagian wajah nampak jelas. Seperti sengaja agar orang lain mengenalinya.

Tubuh Lily bergetar hebat. Keringat dingin mengalir dari dahinya. Lidahnya kelu, matanya berembun menatap ayah dan bundanya sebelum akhirnya, pandangannya menjadi gelap.

**

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!