NovelToon NovelToon

Agen Rahasia Dan Anak Genius

Episode 1

Olivia baru saja selesai mandi. Masih dengan memakai bathrobe dan handuk kecil di kepalanya.

Ponselnya berbunyi pertanda pesan masuk. Olivia mengambil ponselnya lalu membacanya.

(Ada misi untukmu.)

Pesan singkat yang di kirim oleh bos nya itu hanya dibaca saja oleh Olivia. Olivia pun langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian serba hitam.

Tidak lupa topeng wajah yang selalu digunakannya untuk menjalankan misi tersebut.

Beberapa saat kemudian, Olivia pun selesai dan menyambar kunci mobil. Olivia langsung ke garasi mobil dan segera meluncur ke markas mereka.

"Huh, misi apalagi kali ini? Asal jangan membunuh orang," gumam Olivia.

Ya, jika misi untuk membunuh orang, Olivia akan menolak. Karena dia menjadi agen rahasia bukan menjadi pembunuh bayaran.

Namun rekannya yang bernama Luna malah menerima misi itu. Apapun akan dia lakukan untuk menjadi agen nomor satu.

Tapi, meskipun begitu. Luna tidak di nobatkan sebagai agen rahasia nomor satu. Malah bos nya lebih memihak kepada Olivia.

Olivia langsung keluar dari mobil setelah tiba di markas. Mobilnya pun di parkir sembarangan.

"Bos. Ada misi apalagi?" tanyanya.

"Besok malam ada pameran berlian biru langka. Jika berhasil kamu akan mendapatkan hadiah 20 miliar. Harga berlian tersebut mencapai satu triliun," kata si bos.

"Siap Bos!" Olivia pun langsung pamit pergi.

Baru saja Olivia pergi, Luna masuk ke dalam ruangan bos nya itu. Luna langsung duduk tanpa di suruh.

"Ada apa?" tanya si bos.

"Kalau Bos izinkan, aku ingin ikut misi tersebut. Jika terjadi sesuatu pada Olivia, setidaknya aku bisa membantu," kata Luna.

"Tidak perlu, aku yakin dengan kemampuan Olivia. Dia, dengan gelar teratai putih yang tidak pernah gagal," ujar si bos. Lagipula, aku sudah menempatkan beberapa orang untuk mengawal nya jika sesuatu terjadi kepadanya," tambah si bos.

Luna keluar dengan perasaan kecewa. Dia ingin menyaingi kehebatan Olivia agar dipandang oleh bos nya.

Namun si bos malah tidak memberikan kesempatan untuk Olivia. Tapi Luna tidak kehabisan akal. Dia punya rencana lain untuk menyingkirkan Olivia.

"Tunggu saja Oliv, setelah kamu tersingkir, aku yang bakal menjadi nomor satu," gumam Luna.

Sementara si bos hanya menatap Luna hingga pintu ruangannya tertutup. Kemudian si bos pun menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Jika misi ini berhasil, aku bisa menjadi orang terkaya. Setelah itu aku akan menyingkirkan Olivia. Hahaha, hahaha."

Si bos tidak menyadari jika perkataannya sudah didengar oleh Olivia di dalam mobil. Olivia tidak bodoh, dia diam-diam memasang alat penyadap di bawah meja.

Olivia hanya tersenyum tipis. "Oke, aku akan dapatkan permata biru itu."

Olivia pun menginjak pedal gas dan segera pergi dari situ. Dia akan kembali ke rumah untuk mempersiapkan diri untuk besok malam.

Tiba di rumahnya, Olivia langsung memarkirkan mobilnya di garasi. Olivia ingin membuat gaun khusus untuknya besok malam.

Selain seorang agen rahasia, Olivia juga seorang desainer. Tapi Olivia hanya mendesain pakaian untuk dirinya saja.

"Aku harus membuat gaun pesta yang cantik. Pameran berlian besok malam akan menjadi misi terakhirku. Setelah itu aku akan kabur bersama berlian itu," gumam Olivia.

Tadinya Olivia tidak punya rencana untuk kabur. Tapi setelah mendengar perkataan bos nya, pikiran Olivia berubah.

Olivia tidak tahu jika Luna punya niat yang sama dengannya. Tapi Olivia tidak terlalu mudah mempercayai seseorang. Meskipun Luna itu temannya sendiri.

"Huft, aku tampil cantik besok malam," kara Olivia berbicara sendiri.

Olivia pun mulai membuat gaun untuknya. Tidak perlu memperhatikan memperhatikan desain nya, karena semua sudah di luar kepala.

"Sepertinya aku harus lembur," katanya lagi.

Dengan keahlian yang dimilikinya, Olivia pun memulai memotong kain satin mengikuti ukuran tubuhnya. Kemudian menjahitnya dengan mesin jahit.

"Tiba-tiba aku merasa lapar," gumamnya.

Olivia berjalan ke kulkas dan mengambil apa saja yang bisa dimakan langsung. Hanya ada roti dan buah, serta susu kotak.

Olivia pun mulai makan. Dia tidak sempat masak, jadi makan apa saja yang ada. Setelah selesai makan Olivia pun melanjutkan menjahit kain miliknya.

"Hoam...." Olivia menguap. Dari sore hingga tengah malam dia mengerjakan gaunnya. Hingga akhirnya gaun tersebut pun selesai.

Olivia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal. Olivia memukul-mukul pundaknya dengan pelan.

"Aku akan segera tidur, agar besok malam tidak kelihatan pucat," gumamnya.

Olivia menggantung gaunnya menggunakan hanger. Kemudian menyimpannya di dalam lemari.

Padahal gaunnya cukup banyak, tapi begitulah Olivia. Dia harus menggunakan gaun yang berbeda saat menjalankan misinya.

Olivia pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Baru beberapa detik, Olivia sudah terlelap saking mengantuk.

Keesokan harinya Olivia terbangun karena hari sudah siang. Dan juga suara ponselnya mengganggu tidurnya.

"Hmm ada apa?" tanyanya tanpa melihat nama pemanggil.

"Kita ketemu di kafe, aku tunggu."

"Baiklah, aku akan datang 20 menit lagi."

"Lima belas menit. Titik nggak pakai koma."

"Iya-iya, aku siap-siap sekarang."

Olivia pun menutup teleponnya secara sepihak. Kemudian melempar telepon ke tempat tidur.

Olivia bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Mandinya pun secara instan. Kemudian berganti pakaian dengan pakaian santai.

Tidak perlu dandan karena menurutnya bukan pertemuan penting. Hanya ketemu Luna tidak perlu cantik-cantik.

Kali ini Olivia mengambil helm, jaket dan kunci motor. Bukan tanpa alasan, dia hanya ingin menghindari kemacetan.

"Punya teman kebangetan. Masa hanya diberi waktu lima belas menit," gerutunya.

Kemudian Olivia pun tancap gas menuju tempat biasa mereka bertemu. Luna memang terlihat baik kepada Olivia. Namun siapa sangka jika Luna bermuka dua.

Olivia tiba kurang dari tiga puluh detik dari waktu yang ditetapkan. Luna tersenyum manis. Merasa senang karena Olivia begitu penurut kepadanya.

"Ada apa?" tanyanya lalu duduk berhadapan dengan Luna.

"Pesan minuman dulu," jawab Luna.

Olivia pun memesan makanan dan minuman. Kebetulan dia belum sarapan sama sekali. Padahal waktu sudah mendekati jam makan siang.

"Katakan."

"Mmm, malam ini aku ingin ikut kamu. Boleh?"

"Kalau mau ikut ya ikut saja. Ngapain minta izin ke aku?"

Luna tersenyum manis. Selalu begitu kalau berhadapan dengan Olivia. Olivia bicara ketus pun Luna tetap tersenyum.

Tapi jangan salah, saat di belakang Olivia, sikapnya berubah drastis. Hanya Olivia tidak menyadari itu.

Pesanan Olivia sampai. Olivia pun mulai makan karena perutnya memang lapar. Semalam dia hanya makan roti sama minum susu dan satu buah apel.

"Lapar ya?" tanya Luna.

"Hm," jawab Olivia karena mulutnya sedang mengunyah makanan.

Olivia pun dengan cepat menghabiskan makanan dan minumannya. Kemudian Olivia bangkit untuk membayar pesanannya itu.

Mungkin karena kurang fokus, Olivia malah menabrak seorang pria. Dengan cepat pria itu menangkap tangan Olivia.

"Hati-hati," ucap pria itu.

"Terima kasih," ucap Olivia. Olivia tidak terlalu memperhatikan pria itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Olivia segera pergi ke kasir.

Sedangkan pria itu juga tidak terlalu perduli, karena dia juga buru-buru pergi. Tanpa berkenalan atau apa, keduanya berlalu begitu saja.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Cerita baru lagi teman-teman. Aku harap kali ini kalian suka dengan ceritanya.

Oh iya, seperti biasa aku update tidak menentu ya, karena kesibukan di dunia nyata, ada kalanya aku kehabisan ide. Harap dimaklumi ya.

Episode 2

Olivia kembali ke mejanya setelah selesai membayar pesanannya. Olivia duduk di tempatnya semula.

"Ada lagi yang ingin kamu katakan?" tanya Olivia.

"Tidak ada, aku cuma mau bilang jika aku ingin ikut kamu ke pameran berlian itu," jawab Luna.

"Kirain masalah penting apa? Sampai mengajak ketemuan segala," ujar Olivia. "Kalau tidak ada lagi aku cabut," sambungnya.

Olivia segera bangkit dari duduknya tanpa menunggu jawaban dari Luna. Dia pun segera pergi dari situ. Ternyata Luna menyusul nya dari belakang.

Olivia langsung tancap gas, motornya pun melaju di jalan raya. Sementara Luna mengikuti motor Olivia dari belakang.

Olivia tiba di rumahnya dan disusul oleh Luna. Olivia pun meminta Luna untuk masuk. Karena mereka teman satu tim, jadi Olivia tidak menaruh curiga.

"Apa rencanamu?" tanya Luna setelah mereka berada di dalam rumah.

"Seperti biasa, setelah misi selesai aku akan menerima bayaran," jawab Olivia.

Olivia cukup teliti untuk tidak membeberkan rencananya. Olivia tidak ingin orang lain tahu rencananya. Itu sebabnya dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya.

"Mau minum ambil sendiri. Lagian kamu sudah terbiasa di sini," kata Olivia.

Luna mengangguk. Dia memang sudah terbiasa di rumah Olivia. Hanya satu tempat yang tidak pernah dimasukinya, yaitu kamar Olivia.

Kamar Olivia selalu terkunci, sehingga Luna tidak bisa masuk sembarangan. Sementara bagian lain dari rumah Olivia sudah di ketahui oleh Luna.

"Liv, aku pinjam gaun mu," kata Luna.

Tanpa berkata, Olivia langsung mengambil beberapa gaun miliknya. Dan semua sudah dia pakai sebelumnya.

"Nih, pilih saja yang menurutmu cocok," kata Olivia.

"Tidak ada yang cocok, mending aku beli sendiri," kata Luna.

Olivia hanya tersenyum tipis. Luna tidak mau karena dari beberapa gaun sudah pernah dipakai oleh Olivia.

Luna maunya gaun baru yang belum dipakai sama sekali. Olivia sengaja memberikan gaun-gaun itu.

"Ya sudah, ini aku simpan kembali. Kalau kamu ingin beli sendiri, datang ke butik ini," kata Olivia sambil menyerahkan alamat butik tersebut.

Luna pun melihat alamat tersebut. Hanya sekali baca dia sudah tahu alamat itu. Luna pun segera pergi dari situ.

"Luna, Luna. Aku tahu kamu mau enaknya saja," gumam Olivia setelah Luna pergi.

Walaupun mereka teman, tapi adakalanya Olivia merasa tidak senang dengan sikap Luna.

Malam pun tiba ...

Olivia sudah bersiap-siap untuk pergi ke tempat pameran berlian. Di dalam tas kecil miliknya sudah tersedia peralatan yang nantinya dibutuhkan.

Tidak lupa senjata, seperti pisau dan pistol yang dia simpan di pahanya. Olivia terlihat anggun, namun siapa sangka dia gadis beracun.

Olivia pun keluar dari rumahnya, namun baru saja dia keluar, sebuah mobil datang. Olivia tidak terlalu perduli, karena dia tahu pemilik mobil itu.

Olivia masuk ke garasi, pintu garasi terbuka dan tertutup secara otomatis. Jadi Olivia tidak perlu repot-repot lagi untuk membuka atau menutupnya.

Tanpa menyapa Luna, Olivia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Luna pun menyusul dengan kecepatan tinggi juga.

Jadi, mereka seperti sedang kejar-kejaran di jalan. Hingga mereka pun tiba di sebuah gedung tempat pameran berlian itu.

"Ternyata pemeriksaannya cukup ketat," batin Olivia.

Olivia yang membawa pistol dan juga pisau pun terpaksa menyimpannya di mobil. Jika tidak. Bisa-bisa dia tertangkap sebelum menyelesaikan misinya.

"Apa boleh buat," gumamnya.

Olivia akhirnya tidak membawa senjata saat masuk ke dalam. Olivia menghela nafas karena dia lolos dari pemeriksaan.

"Kamu tidak bawa senjata?" tanya Luna.

"Kamu tidak lihat? Penjagaan sangat ketat," jawab Olivia.

Tapi Olivia tidak menyerah, dia tetap yakin akan berhasil dengan misi ini. Saat di dalam, Olivia mengamati sekitar untuk mencari celah. Kemudian dia pun ke toilet.

Olivia mengunci kamar kecil di toilet dan duduk di kloset. Olivia mengeluarkan ponselnya. Lalu mengutak-atik ponselnya.

Pertama-tama, Olivia meretas cctv. Olivia memanipulasi cctv untuk mengalihkan perhatian.

Setelah selesai, Olivia pun mulai beraksi. Topeng untuk menutupi wajahnya, dan gaunnya pun dibuka dan berganti dengan pakaian ketat berwarna hitam.

Olivia menyelinap masuk ke dalam ruangan tempat berlian itu disimpan sebelum nantinya di pamerkan.

Keadaan terlihat aman, namun saat Olivia hendak mengambil berlian itu, alarm pun berbunyi pertanda bahaya.

Para penjaga pun bergegas dengan senjata di tangan pergi ke ruangan itu. Dua orang yang menjaga pintu masuk ke dalam ruangan itu sudah tergeletak pingsan karena tadi dipukul oleh Olivia.

Saat penjaga masuk, mereka semua heboh karena berlian itu sudah tidak ada. Mereka pun berpencar untuk mencari pelakunya.

Olivia sudah keluar dengan cara menyusup. Dia ingin mengamankan berlian tersebut terlebih dahulu. Baru setelah itu Olivia kembali ke toilet dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Disaat mereka sedang sibuk mencari pelakunya, Olivia bersikap biasa saja. Dan semua pengunjung pun diperiksa. Namun mereka tidak mendapatkan apa-apa.

Bahkan saat cctv diperiksa. Mereka juga tidak menemukan kejanggalan. Namun Luna tahu jika Olivia sudah berhasil.

"Tuan, sepertinya kita terlambat," kata Jerry sang asisten.

"Hmm, aku tahu siapa pelakunya. Dia pasti teratai putih," ujar Dewa.

Dewa yang juga seorang agen rahasia yang menjalankan misi untuk mencuri berlian itu harus kalah dari teratai putih.

"Aku yakin dia, karena dia selalu bergerak cepat," gumam Dewa.

Sementara Olivia sudah sudah keluar dari gedung itu. Dia kembali ke mobil dan akan segera kembali ke rumah.

Masalah berlian itu dia tidak perlu khawatir. Olivia yakin, jika berlian itu sudah dia simpan dengan aman.

"Halo, sekarang saatnya," kata Luna saat menghubungi seseorang. Kemudian Luna tersenyum miring. Dia ingin mendapatkan berlian itu dan sekaligus menyingkirkan Olivia.

"Sekali dayung, dua pulau terlampaui," katanya. Kemudian menjalankan mobilnya dan segera pergi dari situ.

Sementara Olivia yang tidak curiga pun dengan santai menjalankan mobilnya. Namun beberapa saat kemudian, dia merasa ada yang mengikutinya.

"Siapa mereka? Apa jangan-jangan aku sudah ketahuan?" batin Olivia.

Olivia pun melajukan mobilnya untuk mengetes mobil di belakangnya. Dan benar saja, mobil di belakangnya juga melaju mengejarnya.

Olivia pun akhirnya di kepung oleh mobil yang mengejarnya. Tidak ada pilihan lain, Olivia harus melawan mereka.

"Siapa kalian? Dan mau apa kalian?" tanya Olivia.

"Bos kami menginginkan mu mati. Tapi sebelum itu, serahkan berlian itu," kata salah satu dari mereka.

"Kalian salah orang, aku tidak memiliki berlian itu," kata Olivia.

"Jangan menyangkal nona, kami sudah tahu semuanya," kata pria itu.

"Apa jangan-jangan mereka suruhan Brian?" batin Olivia.

"Ayo Nona, atau kami akan bertindak lebih jauh," kata pria itu.

"Siapa bos kalian?" tanya Olivia.

Mereka malah tertawa dan tidak ingin memberitahu. Mereka semua mendekat ke arah Olivia.

Olivia pun bersiap-siap untuk melawan mereka. Biar bagaimanapun, dia harus bisa meloloskan diri. Tapi sekarang tidak ada cara lain selain melawan mereka terlebih dahulu.

Episode 3

Olivia sedikit menjauh dari mobilnya untuk memberi jarak agar dia lebih leluasa. Mereka yang berjumlah delapan orang pun maju secara bersamaan.

"Bos meminta kita untuk tidak membunuhnya," kata salah satu dari mereka.

Olivia semakin yakin, jika itu adalah suruhan bos mereka. Tapi Olivia tidak mengenali orang-orang itu.

Sementara anak buah bosnya semuanya Olivia kenal. Sementara orang yang ditugaskan untuk menjaga Olivia sudah disuruh kembali oleh Luna.

"Siapa kalian sebenarnya?" tanya Olivia lagi.

"Itu tidak penting Nona, kami hanya menjalankan perintah untuk menghancurkan mu," jawab salah satu dari mereka.

"Serang...!"

Mereka pun maju dan mengepung Olivia. Olivia pun menendang salah satu dari mereka sebagai perlawanan.

Salah satu dari mereka pun jatuh ke jalan aspal. Kemudian yang lainnya pun kembali menyerang.

Namun dengan cepat Olivia mengeluarkan pistolnya dan menodongkan nya kepada salah satu dari mereka.

"Maju lagi, maka peluru ini akan menembus kepala kalian!"

Mereka pun berhenti dan saling pandang. Mereka kemudian mengangguk bersamaan. Mereka tetap maju untuk menyerang Olivia.

Dor ... dor ... dor tiga tembakan pun melesat ke arah mereka. Namun Olivia hanya menembak kakinya. Olivia tidak pernah membunuh, jadi hanya menembak kakinya saja.

"Maju lagi, maka peluru ini akan benar membunuh kalian!"

Mereka jadi ragu untuk maju. Namun pandangan Olivia tertuju pada lampu mobil yang datang dan berhenti tidak jauh dari mereka.

Olivia tersenyum dan berpikir pemilik mobil itu akan membantunya. Karena yang datang adalah Luna.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Luna.

"Tidak," jawab Olivia.

Luna tersenyum manis seperti biasa. Jadi Olivia tidak curiga jika Luna memiliki niat jahat selama ini.

"Berikan berlian itu kepadaku," kata Luna.

"Maksudmu apa? Berlian itu tidak ada padaku. Aku gagal dalam misi kali ini," ujar Olivia berbohong.

Tidak mungkin dia mengatakan tentang berlian itu. Walaupun Luna temannya, karena dalam misi, tidak ada istilah teman.

"Jangan bohong, kamu pasti sudah mendapatkannya, kan? Kamu sembunyikan di mana?" tanya Luna.

Olivia memicingkan matanya, dia mulai curiga dengan Luna. Olivia tersenyum tipis lalu bertanya.

"Jadi, orang-orang ini suruhan mu? Benarkan?"

"Ya, ya, ya. Aku sudah bersusah payah untuk misi ini agar menjadi milikku. Tapi bos memang pilih kasih dengan meminta mu menjalankan misinya. Sekarang, kita lihat siapa yang lebih hebat!"

"Hah, hahaha. Aku pikir selama ini aku cerdik, namun aku salah," kata Olivia mentertawakan dirinya sendiri.

Olivia pun langsung menodongkan pistol ke arah Luna. Luna tidak bergeming sama sekali. Bahkan dia langsung menendang tangan Olivia sehingga pistolnya terlepas.

Olivia pun ikut menendang Luna. Luna menghindar. Sehingga tendangan Olivia tidak mengenai sasaran.

Olivia dan Luna pun kini bertarung. Sebagai seorang agen rahasia, mereka sama-sama tangguh dalam bertarung.

Belum ada satupun yang terluka. Hingga Luna dengan cepat menaburkan serbuk putih dari genggamannya.

Olivia tidak sempat menghindar. Sehingga serbuk putih itu terhirup olehnya. Olivia pun menjadi pusing.

"Sial, dia membius ku," batin Olivia.

Olivia semakin pusing. Dan untuk menyelamatkan diri, Olivia mengeluarkan kapsul dan melemparnya.

Sehingga saat kapsul itu menyentuh aspal. Kapsul itu mengeluarkan asap pekat. Dan kesempatan itu Olivia gunakan untuk meloloskan diri.

Saat asap itu menghilang, Olivia juga sudah tidak berada di situ. Luna hanya tersenyum, dia tahu Olivia tidak akan bisa lari jauh.

"Periksa mobilnya dan ambil berlian itu!" perintah Luna.

Mereka pun memeriksa mobil Olivia. Namun mereka tidak menemukan yang mereka cari. Karena gagal, Luna pun meminta anak buahnya untuk kembali.

"Di mana kamu menyembunyikan berlian itu, Olivia?" gumam Luna.

Luna mengepalkan tangannya kuat. Usahanya gagal karena tidak menemukan berlian berharga itu.

Siapapun yang mendapatkan berlian itu dan menjualnya, maka dia akan langsung menjadi orang yang kaya raya.

Sementara Olivia sedang berjalan terhuyung-huyung menahan rasa pusing dan rasa panas di tubuhnya.

Kemudian ada sebuah mobil berhenti di dekatnya. Olivia malah kabur dan masuk ke dalam semak-semak.

Melihat situasi itu, pemilik mobil pun mengejarnya. Karena kondisi Olivia sudah lemah. Pria itu pun berhasil mengejarnya.

"Bantu aku, panas, tolong," ucap Olivia pelan. "Aku tidak akan meminta pertanggung jawaban mu," tambahnya.

Dewa berpikir sejenak. Dia tidak kenal perempuan ini. Tapi sepertinya perempuan ini sangat menderita.

Dan cara satu-satunya hanya dengan berhubungan badan untuk menghilangkan efek obat tersebut.

"Kamu di jebak. Aku tidak ingin kamu nantinya menyesal," kata Dewa.

"Bantu aku, aku sudah tidak kuat." Olivia langsung menerkam Dewa. Pria yang tidak dikenalnya sama sekali. Tapi itu juga di luar kendali Olivia.

Olivia dengan ganas menciumi leher Dewa. Sebagai seorang pria normal, Dewa pun akhirnya luluh juga.

Akhirnya sesuatu yang tidak di sangka-sangka pun terjadi. Dewa sedikit kaget karena mendapati jika perempuan itu masih suci.

Karena sudah terlanjur melakukannya, mereka pun mengulanginya hingga beberapa kali.

Karena terlalu capek, mereka pun tertidur di tempat itu. Mereka tidak perduli walau ada nyamuk atau binatang berbisa menghampiri mereka.

Beberapa jam kemudian Olivia terbangun dan melihat ada seorang pria disampingnya. Olivia cukup kaget karena mereka sudah melakukan hubungan suami istri.

"Aku tidak begitu mengingat kejadiannya. Sebelum pria bangun, sebaiknya aku segera pergi," batin Olivia.

Hari masih gelap, Olivia pun segera pergi dari situ. Dia berjalan kembali ke mobilnya yang cukup jauh.

Olivia merasa beruntung karena mobilnya masih berada di situ. Olivia pun kembali ke rumahnya.

Sementara Dewa yang baru saja terbangun mendapati perempuan itu sudah tidak ada. Lalu dia pun segera kembali mobil dan akan kembali ke rumahnya.

Hari sudah terang saat Dewa tiba di rumahnya. Orang tuanya heran melihat penampilan Dewa yang masih berantakan.

"Apa yang terjadi padamu Nak? Semalam kamu tidak pulang?" tanya mamanya Dewa.

"Tidak ada apa-apa Ma, semalam aku dari pesta dan mabuk," jawab Dewa asal. Padahal dia tidak minum minuman beralkohol semalam.

"Aku istirahat dulu Ma," kata Dewa lagi.

Adelia hanya mengangguk. Namun dia masih heran karena yang dia tahu, Dewa tidak pernah minum minuman memabukkan.

Dewa masuk ke kamarnya dan langsung membuka pakaiannya. Dewa langsung ke kamar mandi.

Dewa mengguyur tubuhnya dengan air. Ingatannya kembali pada kejadian semalam. Dewa tidak tahu harus senang atau sedih.

Tapi yang jelas, kejadian semalam adalah pengalaman pertamanya. Entah kenapa Dewa juga tidak bisa menolak saat Olivia memaksanya.

Kemudian Dewa tersenyum. "Semalam cewek itu juga yang pertama kalinya. Tapi tunggu, aku seperti pernah melihatnya, tapi di mana?" gumam Dewa.

Dewa mencoba mengingat-ingat di mana dia dia bertemu cewek itu? Namun Dewa akhirnya teringat.

"Semalam cewek itu juga hadir di pameran berlian. Dan juga aku pernah bertemu dia di kafe," batin Dewa.

Dewa akan mencaritahu tentang cewek itu. Cewek yang memaksanya sehingga dia kehilangan keperjakaan nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!