Toooootttt.
suara suling lokomotif sudah mulai terdengar dari kejauhan pertanda kereta api akan segera lewat di bagian sini, Umar yang berjaga menutup palang kereta api segera bersiap dan melihat apakah ada yang sedang nekat untuk tetap menerobos walau sudah terdengar peringatan bahwa kereta api akan segera melintas kawasan ini.
Kadang kala masih ada juga yang mau menyerobot dan tetap saja melintas walau sudah mendengar suara suling lokomotif dari kereta api, padahal bila sudah terlindas dengan ban kereta api maka dapat dipastikan mereka semua akan menjadi bubur dan pasti nanti akan Umar juga yang mendapat teguran karena dia di anggap tidak konsisten menjaga palang kereta api.
"Uh malam ini dingin sekali, mana gerimis pula." keluh Umar dan segera masuk di dalam pos lagi.
"Apa, gerimis pula malam ini?" Surya menatap Umar.
"Iya, tidak lebat tapi cukup membuat tubuh terasa dingin dan suasana menjadi kurang nyaman." Umar menghisap rokok yang ada di tangan sejak tadi.
Surya mengintip dari jendela karena dia sudah hafal dengan suasana yang seperti ini, mereka sudah lama kerja di sini dan jadi sudah hafal berbagai macam segala kondisi yang agak membuat tubuh merinding seketika, bila tidak yang bermental kuat maka dapat di pastikan mereka sudah undur diri sejak dahulu.
Kalau suasana sudah seperti ini maka mereka harus menjaga sikap dan juga ekstra hati-hati agar tidak ada yang menjadi tumbal, tapi kadang mereka yang sudah berhati-hati agar jangan sampai ada nyawa melayang namun tetap saja ada orang yang ngeyel sehingga mau tidak mau kecelakaan seringkali terjadi di bagian sini.
"Wes tidak akan ada apa-apa." Umar berusaha untuk tetap tenang.
"Ini malam Jumat Kliwon." Surya berbisik lirih pada temannya ini.
"Ya, aku juga baru sadar kalau ini malam Jumat Kliwon." Umar mengangguk dan kembali menatap sekitar pos.
"Nah kan!" Surya berkata agak keras karena matanya menangkap sesuatu di seberang rel.
Umar segera menoleh dan ikut melihat ke arah pandangan mata Surya saat ini, tapi dia tidak melihat apa yang tengah Surya lihat sehingga merasa agak bingung. tapi dari ekspresi Surya saja Umar sudah bisa menebak bahwa ini ada yang tidak beres, sebab temannya yang satu ini memiliki firasat kuat.
"Dia ada di seberang jalan sana!" Surya cepat memegang buku Yasin yang selalu tersedia di laci meja kerja.
"Ya Allah tolong lindungilah kami yang sedang bekerja untuk mencari sesuap nasi." Umar berdoa dengan suara lirih.
"Jangan ganggu kami di sini, Nduk! kami tidak tahu yang terjadi pada dirimu." Surya mengusap wajah berulang kali.
Namun tak lama suara gemuruh kereta api segera menghalangi pandangan surya yang tetap tidak berkedip ketika melihat seorang gadis atau wanita yang tengah berdiri di seberang rel, pakaian nya berwarna merah darah dan agak compang-camping sehingga membuat siapa saja merasa sedikit kasihan bila melihat wanita itu.
"Ya Allah!" Surya mengusap dada dengan hati yang agak lega.
"Semoga setelah kereta lewat maka dia tidak akan ada lagi di sana." Umar juga takut walau dia belum pernah melihat wujud wanita itu.
"Aku kalau melihat seperti ini secara langsung kok ya lemes." Surya memang gemetar dan wajah terlihat begitu pucat.
"Ya Allah seperti inilah mencari sesuap nasi untuk keluarga, tolong lindungi kami." Umar berdoa tulus.
"Kereta akan selesai melintas, semoga saja dia memang sudah tidak ada lagi di sana." Surya harap harap cemas dan juga tegang karena takut bila wanita itu masih berdiri di sana.
"Apa benar kabar yang beredar bahwa dia di bunuh oleh suami sendiri?" Umar malah bertanya demikian karena dia sangat penasaran.
"Kampret! ya mana aku tahu kok malah kau tanya pula denganku dengan suasana yang seperti ini." Surya jadi ingin marah karena Umar malah bertanya sekarang dan sedang di lokasi yang sama pula.
Umar pun menutup mulut menyadari apa yang telah dia lakukan adalah hal yang salah, suasana lagi mencekam dan juga sudah pasti Surya sedang dilanda rasa ketakutan yang begitu besar sehingga tidak enak sekali untuk membahas arwah wanita itu di sini, takut bila nanti mendadak malah dia ikut masuk di dalam pos dan ngobrol bersama mereka.
...****************...
Digo duduk di pos dan ikut berbincang dengan para temannya yang sedang asyik bermain kartu, dia memang agak telat karena tadi ingin mencari sesuatu yang menarik sehingga bisa membuat hati gadis yang dia taksir sedikit terbuka karena sudah lama sekali perjuangan ini tapi tidak membuahkan hasil.
"Dari mana kamu kok baru datang?" Arka menatap Digo.
"Lah aku ya cari sesuatu menarik seperti katamu itu." jawab Digo sambil membuka ponsel.
"Teman sudah punya anak tapi kok masih sibuk saja mengejar cinta!" Arka mengejek temannya ini.
"Anak Arka sudah tiga tahun dan aku juga sebentar lagi akan punya anak." Udin menatap Digo.
Digo yang di ejek cuek saja karena dia tidak peduli dengan ejekan mereka semua, kalau saja gadis itu mau menerima cinta dia maka sudah pasti Digo akan segera menikah dan tidak akan untuk pacaran lebih lama. ini yang di kejar saja masih terus mengelak, jadi bagaimana pula mau segera menikah seperti yang lain.
"Jangan bilang nanti malah jatuh cinta pada Khodijah!" ejek Rizki kepada Digo.
"Gila, aku tidak mau punya menantu setua ini." Arka langsung menolak karena tidak mau.
"Tenang, masih ada anak Udin kalau Arka tidak merestui hubungan mu." Riski masih terus saja mengejek Digo.
"Masih mending aku berusaha untuk mengejar cinta gadis yang ku sukai, lihat lah diri mu itu yang sampai saat ini belum ada cocok jadi aku curiga bahwa memang kau seorang gay!" Digo ganti mengejek Rizki.
Rizki yang di ajek seperti itu langsung merah padam karena tidak terima di katakan sebagai gay, sudah jelas dia adalah pria yang normal dan naksir pada seorang wanita tapi yang di takdir malah janda kembang sehingga tidak di restui oleh orang tua dan Riski memilih untuk memendam saja perasaan ini.
"Ar, kau pernah dengar tidak soal rel kereta api yang ada di ujung desa?" Udin menatap Arka.
"Pernah, aku juga pernah ke sana untuk mencari tapi ternyata dia tidak ada." jawab Arka yang langsung paham kemana arah pembicaraan Udin.
Sebab sekarang memang menjadi topik hangat soal keberadaan arwah yang kadangkala muncul di rel kereta api untuk memberi tanda bahwa tidak lama lagi akan ada kecelakaan, Arka sudah ke sana untuk mencari tahu tapi sayang nya tidak bertemu dengan kuntilanak merah itu.
Selamat siang, tolong like dan komen nya ya.
"Paaaaaak ada yang mau bunuh diri di sana!" teriak seorang wanita.
"Di mana?!" Surya tersentak heran dan juga kaget.
"Cepat lah, Pak!" wanita itu berteriak keras karena Surya masih sibuk mencari senter.
"Alah Umar malah tidur begini, ya sudah lah aku saja yang melihat duluan di sana." Surya pun tak punya pilihan lain.
Sedangkan wanita tadi sudah menghilang entah kemana, Surya yang panik tidak peduli lagi dengan hilang nya wanita itu, karena yang penting dia bisa menyelamatkan orang yang mau bunuh diri itu, karena akan jadi teguran keras bagi mereka berdua bila sampai terjadi kecelakaan atau pun kasus bunuh diri di sini.
Surya menyorot dengan senter untuk mencari orang tersebut, tampak lah dari kejauhan seorang wanita dengan gaun merah namun tidak seperti yang kemarin malam. ini berbeda, sehingga Surya tidak ada pikiran apa apa soal wanita itu, langsung saja dia pergi dan berusaha untuk melarang bunuh diri di rel kereta api.
Dari kejauhan juga sudah terdengar suara seruling lokomotif pertanda kereta api sebentar lagi akan segera melewati rel yang sebelah sini, bila tidak segera pergi dari sana maka sudah dapat di pastikan akan menjadi daging cacah karena habis termakan oleh roda kereta api yang terbuat dari besi itu. Surya pun menjadi sangat panik, mana dia tadi belum menutup palang pintu.
"MBAK SEGERA PERGI DARI SANA!" Surya berteriak keras agar wanita itu mendengar.
Tapi wanita itu justru tidak mendengar apa yang di katakan oleh Surya sehingga tetap santai di sana, ada rasa panik dan juga cemas karena ini memang tanggung jawab bagi penjaga pos seperti Surya dan juga Umar, sudah menjadi tanggung jawab dia untuk mengurus segala sesuatu yang mendadak seperti ini.
"Tolong jangan bunuh diri di sini." Surya kembali berteriak keras agar dapat di dengar.
"Dengarkan ucapan saya, tolong segera menyingkir dari rel kereta api." Surya sampai serak akibat berteriak.
Toootttt.
"Ya allah!" Surya panik bukan main karena suara kereta api semakin dekat dan getaran nya juga sangat terasa.
"Kenapa kereta nya sangat dekat seperti ini, bukan kah harus nya masih setengah jam lagi?!" Surya baru sadar akan hal itu.
"Huhuhuuuuu tolong jangan lakukan itu padaku." rintih wanita yang sedang menangis.
"Mbak! kamu di mana sekarang?" Surya sangat panik.
"Tolong aku, aku tidak mau mati seperti ini." suara wanita kembali terdengar.
"UMAAAAAAR, KAU DENGARKAN SUARA KU SEKARANG!" Surya sangat panik dan juga ketakutan sekarang karena merasa keadaan terasa sangat tidak beres.
"Sakiiiiit, tolong lah ini sakit sekali rasa nya!" isak suara itu.
Surya bingung harus bagaimana dan dia juga sedang mencari keberadaan wanita yang sedang minta tolong ini, udah dicari kemanapun tapi tetap saja tidak kelihatan wujud nya saat ini. tadi masih sempat terlihat namun sekarang sudah tidak ada lagi sehingga pria ini menjadi bingung untuk mencari wanita tersebut, mana perasaan juga sudah mulai di hantui dengan rasa takut.
Rasa ingin kabur saja dan segera kembali di pos untuk minta tolong pada Umar yang sedang tertidur lelap di sana, tapi Surya merasa takut karena nanti bisa saja orang ini sudah terlebih dahulu terkena lintasan kereta api yang terdengar sudah semakin dekat saja.
"Jadi aku harus bagaimana ini sekarang?!" Surya panik dan juga kebingungan di tengah rel kereta api.
"Sakiiiit, kenapa kau tega membuang aku seperti ini?" suara itu kembali merintih dan sembari bertanya.
"Mbaaaaak! bisa kau dengar suaraku saat ini, tolong katakan kau ada di bagian mana?" Surya kembali berteriak keras.
"Huhuhuuuuuu... kau sungguh tega pada diri ku, kenapa kau seperti ini dan melupakan kenangan manis di antara kita berdua!" Isak suara wanita yang semakin menjadi.
"Tidak, ini pasti ada yang tidak beres karena aku tidak melihat lagi wanita itu ada di bagian mana!" Surya sekarang mulai menyadari dan rasa ingin lari saja dari sini.
Namun ketika dia sudah sadar bahwa ini semua hanyalah tipu daya setan yang mempunyai rel kereta api, Surya ingin segera pergi dan berlari namun nyatanya kaki ini malah tersangkut sehingga tidak bisa untuk melangkah pergi dari rel kereta api yang tengah berguncang karena kereta api akan segera melintas di bagian sini.
"Tidak, kenapa malah kaki ini yang tidak bisa untuk di pakai lari?!" Surya sangat kaget dan juga ketakutan.
"Ihihiiiiii....
"La Ilaha illallah!" pria ini begitu terkejut setelah menyadari bahwa suara yang menangis sejak tadi adalah kuntilanak merah.
Kuntilanak itu terbang menuju pohon yang ada di sekitar sana dan dia terus tertawa seolah begitu girang melihat surya yang akan celaka terlindas dengan kereta api, bila tadi hanya kereta api bohongan yang terdengar di telinga Surya. maka kali ini memang kereta sungguhan, membuat pria ini ketakutan dan dia yakin bahwa sebentar lagi tubuhnya akan terlindas oleh kereta api.
"Ya Allah, kenapa justru aku yang terjebak dengan kereta api ini?!" Surya begitu panik dan berusaha melepaskan kaki yang terjepit.
Ttoooootttt.
"Jangan, ku mohon jangan mendekat dulu ke arah sini." Surya terus melambai-lambai agar bisa selamat.
Tapi sejauh ini memang tidak pernah ada orang yang selamat bila sudah terjebak di atas rel kereta api seperti ini, sungguh Surya sangat menyesal karena percaya dengan ucapan wanita aneh yang tadi datang menemui dirinya dan mengatakan bahwa ada wanita yang ingin bunuh diri. pasti dia adalah salah satu iblis yang ingin menggoda, lalu sekarang justru surya yang terjebak dengan permainan setan.
"SURYAAAAA!"
Dari kejauhan Umar berteriak karena dia pun ikut kaget melihat surya yang malah berdiri di tengah rel kereta api, Umar terbangun karena dia mendengarkan monitor dan menyadari bahwa Surya sudah tidak ada di pos itu lagi. oleh sebab itu dia segera keluar dan mencari teman nya, malah Umar memperhatikan surya yang berdiri panik di tengah rel kereta api.
"Bantu aku, cepat bantu aku karena kereta akan segera lewat!" Surya begitu panik dan berharap Umar segera sampai.
"Kau ini kenapa kok bisa sampai berdiri di sini?!" Umar juga panik dan ingin marah.
"Tolong dulu aku, nanti akan ku jelaskan apa yang sudah terjadi." ucap Surya yang masih berusaha melepaskan diri.
Umar berusaha keras agar kaki temannya ini lepas dari rel kereta api itu, dari kejauhan sudah terlihat sorot lampu dan juga suara kereta api yang semakin mendekat sehingga mereka berdua panik, untungnya di saat genting kaki Surya bisa terlepas sehingga keduanya langsung berlari dan seketika itu juga kereta menyambar lewat dengan angin yang masih menerpa wajah dan tubuh mereka berdua.
Selamat tengah malam Besti.
"Apa yang kau lakukan di sana itu, Sur?!" Umar berteriak marah setelah ketenangan di jiwa mereka.
"Aku...aku juga bingung ini." Surya mengusap wajah nya kasar dan begitu lega karena baru saja lepas dari maut.
"Lain kali kau jangan bengong kalau memang lagi jaga sendirian, kita sudah lama kerja di sini jadi mustahil kau tidak tau peraturan nya." Umar ada kesal dan juga lega melihat Surya.
Surya masih melongo karena dia sangat setelah menyadari apa yang terjadi pada dirinya ini, andai saja tadi ditelisik terlebih dahulu wanita yang meminta tolong karena mengatakan ada seseorang yang ingin bunuh diri di atas rel kereta api. tapi saat itu Surya langsung pergi begitu saja dan berteriak keras, andai saja tidak di tolong oleh Umar maka dapat di pastikan Surya yang akan menjadi korban.
Untung Allah masih memberikan nyawa panjang sehingga dia bisa selamat dan terlepas dari marabahaya yang baru saja datang mengintai, bila tidak ditolong oleh Umar maka dapat dipastikan tubuh Surya akan hancur lebur terlindas oleh kereta api yang sedang lewat di rel kereta ini. Surya masih bingung atas apa yang sudah terjadi pada dia dan kenapa bisa di temui dengan arwah seorang wanita, entah itu arwah atau bukan tapi yang jelas memang mengajak Surya bicara.
Sebagai orang awam tentu saja mereka tidak tahu dan cara membedakan antara arwah dan juga iblis, hanya saja Surya sangat yakin bahwa sebelumnya dia memang melihat wanita bergaun merah yang ada di seberang rel kereta api. biasanya memang itu pertanda bila ada orang yang akan meninggal kecelakaan atau tersambar kereta api, tapi sedikitpun Surya tidak menyangka kalau orang itu adalah dia sendiri.
Memang sebelumnya Surya sama sekali tidak pernah melihat akan keberadaan wanita bergaun merah itu, walau sudah banyak gosip yang beredar bahwa setiap orang yang akan meninggal maka bisa melihat keberadaan wanita bergaun merah atau lebih tepat mendapat julukan kuntilanak merah.
"Cepat kembali ke pos saja!" Umar segera menarik tangan Surya.
"Ya Allah terima kasih aku masih di beri nyawa panjang." Surya sangat lega.
"Maka nya lain kali jangan bengong saja lah kau itu, biasa nya juga kita tidak pernah begini." Umar masih merutuk karena dia baru saja akan kehilangan teman.
"Apa ini ada hubungan nya ya dengan wanita bergaun merah itu?" Surya bertanya pelan.
"Sudah, jangan di bahas lagi soal dia." Umar agak takut dan menatap sekitar.
"Ku rasa memang iya, sebab beberapa orang mengatakan kalau yang meninggal maka akan melihat kuntilanak merah." gumam Surya.
"Jadi kau melihat kuntilanak merah?" Umar bertanya dengan suara pelan.
"Yang kemarin itu, kan aku ada bilang padamu." sahut Surya pelan nyaris berbisik.
"Hahhh untung lah aku terbangun dan bisa menolong kau, maka nya lain kali kalau memang aku ketiduran maka kau baca apa saja biar tidak bengong." nasihat Umar.
Surya mengangguk paham karena memang saat itu dia bengong akibat memikirkan kuntilanak merah yang sempat dia lihat, mungkin saja karena sedang dipikirkan maka kuntilanak itu menampakkan diri di hadapan Surya lalu akan membuat nyawa Surya melayang terlindas oleh kereta api yang akan segera lewat di rel ini, mungkin selama ini orang yang banyak meninggal bisa melihat penampakan kuntilanak.
"Sudah lah, banyak istigfar saja kau itu." Umar menepuk pundak teman nya.
"Itu manusia atau bukan, Mar?" Surya menunjuk orang yang sedang berjalan.
"Orang kayak nya, tunggu biar aku sorot dulu." Umar segera berdiri untuk melihat.
"Rombongan kok itu, peringati saja agar jangan terlalu dekat dengan rel." Surya menyorot dengan senter.
Yang sedang berjalan adalah rombongan Arka karena mereka ingin melihat apa memang benar bahwa rel kereta api ini ada sesuatu, jadi sekitar empat orang ingin meneliti apa yang sudah terjadi di rel kereta api ini karena kabar angin sangat cepat berhembus.
"Jangan dekat dekat dengan rel kereta ya!" teriak Umar memberikan peringatan.
"Siap, Pak!" Arka memberikan hormat pada Umar.
"Rombongan para anak muda, kalau tidak salah anak nya Mas Arya." Surya agak buram juga melihat.
"Sudah biarkan saja kalau anak Mas Arya, dia tidak akan dapat ganguan." ujar Umar pula yang memang kenal Arka.
Yang tinggal di desa ini maka sudah pasti akan kenal siapa duda karatan itu, karena namanya yang sangat tenar dan juga sekarang begitu dikagumi karena sudah berusia tapi tetap saja berwajah muda dan bila orang yang tidak tahu maka akan mengatakan Arya masih berusia sekitar dua puluh tahun.
"Ka, kita sudah berjalan sangat panjang tapi tidak dapat apa yang kau cari kan?" Digo menatap Arka.
"Ya sabar dong, kita kan sambil patroli jadi ya tidak masalah berjalan ke sana kemari." Arka berkata santai.
"Kaki ku ini sudah lemas dan tidak sanggup kalau terus berjalan seperti ini." Digo mengeluh karena dia memang jarang olahraga.
"Kalau kau lemah seperti ini maka tidak akan pernah ku restui hubunganmu dengan Kiara." ancam Arka.
"Lah kok ya main ancam lah." Digo jadi merutuk kesal.
"Iya, Ka! jangan mau kalau sama cowok lemah begitu, nanti Kiara terus mengeluh karena batin tidak terpenuhi." ejek Riski pula.
Digo ingin menjitak kepala Riski karena sudah di katai seperti itu oleh temannya ini, padahal memang kalau lemah maka sudah pasti nanti tidak akan bisa memuaskan nafsu istri. kadang sebagian para pria mengabaikan soal itu dan beranggapan bahwa istri akan sangat puas, padahal nyatanya banyak istri yang merasa kurang puas.
"Kenapa kau melirik aku seperti itu?!" Digo berteriak pada Udin.
Udin menggeleng sambil tersenyum karena dia memang jarang melontarkan ucapan yang mengejek teman, tapi hanya lewat tatapan saja dan itu sudah membuat Digo sangat kesal pada semua yang ada di sini, sekarang memang Digo yang menjadi sasaran empuk bagi semua teman karena sudah lama dan masih terus berusaha untuk mendapatkan hati Kiara.
"Kawasan nya memang terasa sangat angker ya?" Arka menatap sepanjang rel.
"Kalau masuk gerbong sana apa kah kita bisa kesambar saat kereta lewat?" tanya Riski.
"Enggak lah, kan ada pinggiran nya juga." jawab Arka.
"Jangan bilang kau mau mengajak masuk gerbong ya!" Digo sudah punya firasat itu.
Semua saling pandang dan kemudian mengangguk, hanya Digo yang mengeluh karena dia merasa kesal untuk di ajak masuk gerbong itu, ada rasa takut juga karena ini memang rel kereta api yang begitu angker sehingga tidak bisa sembarangan saja.
Selamat pagi, sayaaaaaaang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!