Tubuh Naima terasa semakin lemas saat melihat pemandangan di depannya. Dia tak mengira niatnya memberi kejutan dan pulang satu minggu menjelang pernikahannya dengan Arga, malah membuat dirinya yang terkejut dengan kenyataan yang dilihatnya. Di depannya sang calon suami sedang bersama dengan seorang wanita yang tidak dia kenal sama sekali. Bahkan terlihat mereka sedang berciu-man panas.
Wanita cantik dan sexy, berambut panjang yang duduk di sebelah Arga. Mereka berdua terlihat sangat bahagia, bahkan senyum dan tawa Arga untuk wanita itu terlihat sangat tulus. Arga terlihat sangat bahagia bersamanya. Sedangkan dengan dia, Arga memiliki seribu macam alasan untuk mengabaikan pesan dan juga panggilannya akhir-akhir ini. Tidak seperti dua tahun dulu saat mereka memulai menjalin hubungan.
Padahal selama ini Naima begitu mencintai Arga. Karena dia mengira jika Arga juga sangat mencintai dia. Sehingga tiga bulan lalu mereka memutuskan untuk menikah. Kedua orang tua juga setuju dengan keputusan mereka. Apalagi ibunya Arga begitu baik kepada Naima. Sehingga tak ada keraguan untuk menikah dengan pria yang begitu dia cintai.
Bahkan persiapan pernikahan sudah 90% Naima dan keluarganya siapkan. Naima tidak menyangka jika hati Arga pada akhirnya berpaling. Cinta Arga untunnya ternyata tidak sebesar cintanya kepada pria itu. Dengan mudah Arga berpaling darinya. Apa mungkin karena dengannya Arga tisa bisa melakukan hal itu? Karena memang Naima dari awal sudah berkomitmen dengan Arga untuk berpacaran sehat. Dan akan melakukan semuanya setelah halal. Selama ini mereka hanya berpegangan tangan saja, tak lebih dari itu. Arga juga paling hanya mencium kepalanya.
"Lebih baik kita pergi dari sini Nay, aku yakin kamu tidak akan sanggup lebih lama lagi melihat kemesraan mereka,"ujar Widya yang tau bagaimana perasaan temannya itu.
Naimah sengaja meminta ditemani oleh Widya untuk bertemu dengan Arga di kantornya. Karena dia berencana untuk memberikan kejutan kepada Arga. Namun ternyata malah dirinya lah yang diberikan kejutan oleh sang calon suami. Kejutan yang sudah membuat hatinya hancur begitupun juga dengan harapan di masa depannya. Harapan membina rumah tangga bersama Arga kini hancur berkeping-keping.
Bahkan Naima tidak sanggup untuk mengeluarkan air matanya. Saking syok dan tak percaya dengan apa yang dia lihat. Naima mengambil ponsel yang ada di tas selempangnya, kemudian dia menghubungi Arga. Tapi pria itu hanya melihat kemudian menutup lagi ponselnya. Seolah telepon darinya tidaklah penting sama sekali. Ternyata Naima tahu alasannya, dua bulan terakhir dia kesulitan berkomunikasi dengan Arga. Ternyata alasannya ada wanita lain di hati calon suaminya. Naima tersenyum getir dengan perlakuan Arga.
"Siapa sayang? Apa wanita itu lagi? Kapan kamu akan mengatakan kepada dia jika kamu sudah tidak mencintainya? Dan akan membatalkan pernikahan kalian,"tanya wanita di samping Arga yang ternyata sudah tahu jika harga akan menikah.
"Iya dia Naima, sabar sayang. Aku akan bicara padanya nanti. Sekarang aku akan fokus untuk melamarmu nanti kepada Papi. Semoga saja lamaranku di terima Papimu dan tidak mendapat penolakan. Apalagi aku hanya bekerja sebagai wakil manager di perusahaan milik kalian. Sedangkan kamu adalah anak dari pemilik perusahaan ini,"jawab Arga sambil mencubit hidung Wanita di sebelahnya dengan sangat lembut dan penuh cinta sehingga mereka pada akhirnya bercanda dan tertawa.
"Tenang saja sayang, aku akan meminta papi untuk menerima lamaranmu. Dia juga susah tahun kok hubungan kita. Mana mungkin dia menolak lamaran dari pria yang begitu di cintai oleh anaknya,"jawab Wanita itu percaya diri kemudian mereka kembali melanjutkan ciu-man panas yang tadi sempat terhenti.
"Nay ...," panggil Widya kembali setelah melihat Naima malah merekam adegan yang dia lihat di depannya.
"Kita pergi dari sini, aku sudah cukup mendapatkan buktinya,"jawab Naima sambil tersenyum.
Senyum yang Widya tau di paksakan padahal dalam hati menahan getir dan sakit hati tentunya.
"Aku sepertinya sudah kalah Wid, karena ternyata yang menjadi seling-kuhan Arga adalah anak pemilik perusahaan ini. Padahal selama ini aku bekerja dan membantu Arga saat dia belum mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Bahkan semua persiapan pernikahan, aku yang membiayai semuanya. Alasannya karena dia harus membayar hutang kedua orang tuanya. Sehingga tidak bisa membantu menambah uang untuk resepsi pernikahan kami. Apa aku ini sangat bodoh Wid? Atau kalau kata orang, aku ini Bucin?"ucap Naima saat mereka duduk di bangku taman yang tak jauh dari perusahaan tempat Arga bekerja.
Naima berbicara sambil tertawa hambar. kemudian air mata yang sedari tadi dia bendung akhinya tak bisa di bendung juga. Dia akhinya menangis dalam pelukan sang teman. Widya hanya bisa mengusap lembut dada Naima dan malah ikut menangis bersama dengan sahabatnya itu.
Widya tau perjuangan Naima selama berpacaran dengan Arga. Dia juga baru tau kalau Arga memiliki hubungan dengan wanita lain. Karena selama ini dia melihat dan tau kalau keduanya begitu saling menyayangi dan juga terlihat sangat cocok.
"Setidaknya kamu tau sifat Arga sebelum kamu terlanjur menikah dengan dia. Apa jadinya jika saja kamu tau kebusukan Arga setelah menikah. Yang ada kamu akan tersiksa seumur hidupmu. Selama pernikahanmu dengan dia,"ujar Widya mencoba menenangkan temannya.
"Bagaimana aku mengatakan kepada kedua orang tuaku, Wid?"tanya Naima setelah merasa dirinya sedikit lebih tenang.
"Katakan semuanya dengan jujur, karena memang kenyataannya jika Arga berse-ling-kuh darimu,"jawab Widya.
"Persiapan pernikahan aku hampir rampung Widya, aku sudah menghabiskan semua tabungan yang aku miliki untuk pesta pernikahan ini,,"ujar Naima dengan suara lirih.
Widya juga hanya bisa diam. Dia bingung menjawab apa, saudara dan keluarga besar sudah tahu dari jauh-jauh hari. begitupun dengan tetangga. Jika mendengar pernikahan gagal, maka kedua orang tua Naima akan malu.
"Aku juga harus bertemu dengan Kedua orang Tua Mas Arga. Juga dengan dia. Aku harus memastikan dan mendengar langsung pilihan dia. Walau aku tau jika jawabannya sudah pasti adalah wanita itu. Wanita yang jauh lebih cantik dariku dan juga berpakaian terbuka. Apalagi dia juga adalah anak pemilik perusahaan. Sedangkan aku? Hanya anak buruh serabutan,"ujar Naima memainkan ujung jilbab miliknya.
Hatinya sudah sangat sakit, dia juga tidak berfikir dengan tenang kali ini. Bahkan untuk bernafas saja rasanya, terasa begitu berat dan menyesakkan. Kenyataan yang membuat dia bagaikan tersambar petir di siang hari.
"Apa kedua orang tua Arga juga sudah tahu hubungan Arga dan wanita itu?"tanya Widya. Naima menatap ke arah temannya.
Dia juga memang perlu memastikan hal itu. Apa mungkin kedua orang tua Arga juga tau hubungan Arga dan wanita itu?
Naima berdiri di depan sebuah rumah yang sudah sering dia datangi dulu bersama dengan Arga. Rumah kedua orang tua Arga. Naima cukup lama berdiri di depan rumah itu sebelum pada akhirnya memutuskan untuk melangkahkan kaki masuk ke dalam halaman rumah kedua orang tua Arga . Setelah memenangkan dirinya beberapa saat karena kejadian tadi yang membuat dia masih syok.
Naima akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah kedua orang tua Arga untuk menanyakan apakah mereka juga tahu atau tidak dengan perselingkuhan Arga juga wanita itu. Ternyata disana juga ada sebuah mobil terparkir. Apa itu adalah mobil yang di berikan perusahaan sebagai fasilitas untuk Arga yang baru naik jabatan sebelum mereka menikah? Ah jika benar bahkan dia tak pernah duduk di dalam mobil bagus seperti itu. Selama ini hanya naik motor bersama dengan Arga. Bahkan dia pulang dan pergi ke stasiun harus menggunakan ojek online.
Naima menarik napas panjang. Sebelum dia benar-benar mengetuk pintu rumah kedua orang tua Arga yang sedikit terbuka. Naima mengurungkan niatnya untuk mengetik pintu dan memilih untuk menguping. Walau dia tau jika hal ini salah.
"Ya ampun Nak Gisel, ini banyak sekali makanan dan oleh-oleh yang di bawa untuk kami semua," itu adalah suara Bu Sari, ibu dari Arga.
Tangan Naima dengan gemetar menutup mulutnya agar tidak ketahuan karena rasanya dia ingin berteriak saat itu juga.
"Iya nih kak Gisel. Makasih ya sudah memberikan aku hadiah yang mahal seperti ini. Untuk kami pakai besok malam dalam Acara lamaran Kak Gisel dan Kak Arga,"kali ini suara Alika, adik Arga yang terdengar begitu manja.
"Jadi keluarga Mas Arga sudah tau perselingkuhan itu. Dan bahkan mendukungnya hanya karena wanita yang bernama Gisel itu lebih kaya? Padahal dulu aku menganggap Bu Sari adalah wanita yang sangat baik, calon ibu mertua idaman. Tapi ternyata,"ucap Naima pelan.
"Bagaimana dengan pernikahan kamu dan Naima? Harusnya kita segera datang kepada keluarga Naima untuk membatalkan pernikahan itu. Apalagi pernikahan kalian tinggal satu Minggu lagi Arga. Jangan sampai kerena hal itu Papanya Gisel tidak menerima lamaran kamu untuk anaknya,"tanya Pak Riyadi yang di angguki oleh Gisel.
Wanita itu dari beberapa waktu lalu meminta Arga untuk segera memutuskan Naima. Tapi entah apa yang ada dalam fikiran Arga karena selalu ada alasan yang dia gunakan untuk mengulur waktu mengatakan kepada Naima.
"Aku akan menunggu Naima pulang dan berbicara langsung kepada dia. Dia mengatakan akan pulang tiga hari sebelum hari pernikahan kami,"jawab Arga.
"Aku dengar dari teman aku yang rumahnya bersebelahan dengan Mbak Naima. Kalau dia sudah datang tadi pagi,"jawab Alika.
"Masa? Teman kamu slah lihat kali? Buktinya Naima belum memberi tahu mas kalau dia sudah pulang. Kita tau sendiri, kalau Naima datang dari luar kota, dia pasti akan langsung datang ke rumah ini. Daan bercerita banyak hal mengenai pekerjaan dia!"jawab Arga yang tak percaya.
"Iya, bekerja jadi butuh pabrik saja bangga. mana dia cuma lulusan sekolah menengah Atas. Kamu dan dia sudah tidak selevel. Apalagi kamu sekarang dengan jabatan wakil manager. Kalau menikah dengan Gisel, jabatan kamu sebagai menantu keluarganya Gisel maka akan naik juga kan. Lebih baik kamu segera pastikan jika memang Naima benar-benar sudah pulang atau belum. Dan segera putuskan dia! Jangan lagi kamu tunda-tunda!"ujar Bu Sari.
"Iya Bu, lagi pula aku memang tidak terlalu cinta kepada Naima. Hanya kasihan saja sama dia yang selalu mengejar-ngejar aku,"bohong Arga agar membuat hati Gisel senang.
Dan benar saja hal itu membuat Gisel tersenyum bahagia. Setelahnya mereka kembali mengobrol dengan pembicaraan yang begitu menyakitkan hati Naima. Dia benar-benar Tidka menyangka dengan semua yang dia lihat dan dengar sendiri. Ternyata selama ini mereka tak sebaik yang Naima kira.
"Astaghfirullah, sakit dan sesak sekali ya Allah. Aku tidak mengira jika ternyata mereka semua seperti ini. Aku bersyukur karena memang engkau membukakan sifat asli mereka kepada hamba sebelum terlanjur menikah. Tapi tetap saja rasanya sakit. Dua tahun pengorbanan aku untuk mereka ternyata sia-sia dan kalah dari anak perempuan pemilik perusahaan itu,"ujar Naima yang sudah berlari dari depan rumah orang tua Arga.
Dia duduk di bangku taman yang tak jauh dari sana. kembali menangis meluapkan rasa sakit dan sesak di dalam hatinya. Kenyataan pahit yang dia terima rasanya membuat dunia dia terasa gelap. Bayangan akan berumah tangga dengan pria yang baik dan menyayangi dia hilang dan hancur sudah bersama dengan kenyataan pahit yang dia terima.
Setelah beberapa saat menangis dan melupakan rasa sedihnya, Naima berjalan kembali pulang ke rumahnya. Kini dia harus mempersiapkan diri untuk mengatakan semua kepada kedua orang tuanya. Pasti mereka juga akan merasakan kecewa dan hancur seperti yang dia rasakan. Tapi ini adalah kenyataan hidup yang harus mereka terima dan jalani.
Ponsel Naima berbunyi. Ternyata Arga menghubunginya. Tapi Naima merasa malas untuk menerima panggilan dari pria itu. Dia mengabaikan penggilan Arga. Seperti yang selalu Arga lakukan kepadanya. Biasanya dia akan selalu senang saat Arga menghubunginya terlebih dahulu walau tak jauh-jauh dari membicarakan keluh kesah masalah uang. yang ujung-ujungnya minta di kirim dulu dan dengan dalih gajian di ganti. Tapi sampai sekarang tidak ada sepeserpun uang di ganti oleh Arga.
Pesan berderet masuk ke ponsel Naima. Pesan dari Arga yang menanyakan apakah benar dia sudah pulang atau belum. Sepertinya Arga memang penasaran dengan info yang di katakan oleh adiknya. Jika Naima sudah pulang. Naima tak pula membalas pesan Arga. Padahal sebelumnya juga Naima.
Naima hanya tersenyum hambar melihat deretan pesan dari Arga yang seolah tak sabar mendapat balasan dari dia. Setelah tak mendapat balasan pesan kemudian muncul lagi panggilan dari Arga. Naima biarkan begitu saja sampai panggilan mati sendiri. Dan setelahnya tak ada lagi pesan atau penggilan yang masuk. Mungkin karena Arga kembali bersama dengan wanita itu. Atau mungkin mengantarkan wanita bernama Gisel. Entahlah dia tak peduli lagi. karena yang ada sekarang padanya adalah rasa benci dan marah kepada Arga.
"Bismillah, kuatkan hati kelurga hamba untuk menerima kenyataan yang akan hamba katakan ini ya Allah, walau kenyataan ini pedih. Tapi harus aku katakan, tak ada pilihan jika memang aku harus membatalkan pernikahan dan semua uang tabunganku tak bisa kembali. Malu jadi bahan gunjingan tetangga tak masalah, daripada haru tersiksa bersama dengan pria seperti Arga. Pria yang tidak setia.
Aku Arga Wijaya, umurku 28tahun. Satu Minggu lagi aku akan menikah dengan Naima. Wanita yang sudah dua tahun menjadi kekasihku. Dia adalah wanita yang sangat baik. Bahkan dia juga Aya g selama ini membantu keuanganku. Di saat aku kehabisan uang, karena sebagian dari gajiku di berikan kepada ibu.
Aku berhasil bekerja di perusahaan besar PT Angkasa group. Dan baru tiga bulan lalu aku naik jabatan menjadi Wakil Manager. Semua karena kemampuan dan juga kerja kerasku. Sehingga aku cepat naik jabatan dalam satu setengah tahun bekerja disana. Tiga bulan lalu, putri pemilik perusahaan datang ke kantor. Dan tak sengaja bertabrakan denganku. Dia bernama Gisel, wanita yang sangat cantik dan berbeda jauh dengan Naima.
Kami dekat dan aku melupakan Naima. Wanita yang awalnya ingin aku jadikan sebagai istri dan ibu dari anak-anakku kelak. Karena aku yakin jika Naima tak akan banyak protes. Karena dia adalah tipe wanita penurut. Apalagi dia sangat bucin padaku. Hingga semua biaya untuk pernikahan kami juga dia yang menanggungnya. Alasan yang aku buat adalah karena aku masih memiliki hutang di bank dan yang lainnya. Naima percaya.
Semakin hari aku semakin melupakan Naima, karena pesona dan gairah berbeda aku rasakan saat bersama Gisel yang ternyata sedikit nakal juga. Tidak seperti Naima yang kolot. walau memang kamu sepakat untuk Tek lebih dari sekedar pegangan tangan dan cium kening. Dan akan melakukan hal lebih jika sudah menikah. Tapi lama-kelamaan aku bosan, aku pria dewasa.
"Kemana kamu Naima? Kenapa telepon dan pesan aku kamu abaikan? Apa kamu marah? Atau kamu sedang balas dendam karena aku akhir-akhir ini mengabaikan kamu!"kesalku saat mencoba menghubungi Naima tidak mendapatkan jawaban juga.
Aku pura-pura masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Padahal sebenarnya aku penasaran dengan informasi yang di berikan oleh Alika, adikku. Dia mengatakan jika Naima sudah pulang sedari pagi. Tapi anehnya kenapa dia tidak menemuiku atau datang ke rumah? Biasanya dia akan datang ke rumah.
"Angkat Naima! Kamu kemana hah?"saat aku kembali menghubungi Naima. Tapi tidak ada jawaban. Bahkan pesan berderet yang aku kirimkan juga tidak di baca apalagi di balas. Tidka seperti biasanya. Dia akan dengan cepat membalas dan menerima panggilanku. Sebucin itu memang Naima padaku.
"Apa mungkin Naima tau hubungan aku dengan Gisel? Tidak. Aku tidak ingin Naima tau akan hal itu. Aku juga tak mau kehilangan Naima, tapi aku juga tak mau melepaskan Gisel. Karena Gisel akan membuat aku naik jabatan kembali dengan cepat selain karena kemampuanku! Pak Angkasa pasti akan memberikan aku jabatan yang tinggi setelah aku menikah dengan Gisel. Aku akan menikah secara siri dengan Naima. Dan menikah resmi dengan Gisel! Naima tetap menjadi istri pertama. Aku harus segera membicarakan semuanya kepada Naima. Dia pasti mengerti!"
"Arga! Apa kamu sudah selesai? Gisel sudah menunggumu dari tadi! Jangan membuat dia kesal atau marah Arga! ingat tujuanmu! Tujuan kita,"tanya Bu Sari yang masuk ke dalam kamar anak laki-lakinya.
"Bu, aku mencoba menghubungi Naima, tapi dia tidak membalas pesanku ataupun menerima panggilan aku! apa mungkin Naima tau kalau aku punya pacar lagi?"ujar Arga.
"Halah! Sudah kamu jangan fikirkan lagi wanita itu! sudah ada Gisel yang memiliki segalanya. Kita sudah tidak butuh uang receh dari Naima. Gisel bisa memberikan kita lebih banyak! Dan ingat kamu juga akan naik jabatan dengan cepat kalau menikah dengan Gisel!"jawab Bu Sari.
"Tapi tetap saja ma, aku juga mencintai Naima. Dia adalah wanita yang sangat baik Bu,"ujar Arga.
"Halah cinta, cinta! wanita udik yang malah akan membuat kamu malu saat acara gathering kantor. Berbeda dengan Gisel, dia anak pemilik perusahaan besar! sudah cepat ganti baju kamu dan segera antarkan Gisel pulang!"ujar Bu Sari.
"Apa aku benar-benar harus meninggalkan dan merelakan Naima? Rasanya aku belum bisa melepaskan dia. Aku juga mencintai Naima,"
Gisel sedikit kesal dan marah karena aku agak lama di dalam kamar. Dia memang kekanakan dan egois. Aku harus selalu membujuk dia, bahkan masalah sepele saja akan membuat dia marah. Kalau saja dia bukan anak orang kaya, aku enggan sekali untuk merayu dia seperti ini. Bahkan selama dua tahun berpacaran dengan Naima, wanita itu tak pernah sesering ini merajuk.
"Maafkan aku sayang, aku tadi beneran sakit perut,"bujukku kepada Gisel saat kami di mobil bahkan aku sambil mencium tangannya sedari tadi.
"aku tidak percaya! Lain kali aku harus ikut kamu ke kamar!"jawabnya.
"Astaga! Mau ngapain kamu masuk ke dalam kamar aku sayang? jangan nakal ya!"ujarku sambil menoel hidung mancung Gisel. Sedangkan dia malah terkekeh.
"Bukannya itu Naima? Dari mana Naima malam-malam begini? Kenapa dia keluyuran malam dan tidak izin padaku? Biasanya kalau akan pergi kemanapun dia akan selalu izin padaku. Apa dia habis dari rumah? Kalau dari rumah artinya dia melihat Gisel juga disana? Tidak mungkin!" batinku saat tak sengaja melihat ojek online yang di tumpangi oleh Naima bersisian dengan mobil yang ku kendarai di lampu merah.
"Sayang! Kamu dengar nggak sih aku ngomong?"Teriakan Gisel menyadarkan aku dari lamunanku.
"iya sayang, sebentar ini lampunya sudah hijau,"jawabku sedangkan Gisel kembali marah.
Rasanya lelah sekali baru menjalani hubungan dua bulan tapi seperti ini. Bahkan saat aku mengantar dia sampai halaman depan, Gisel sampai membanting pintu mobil dengan sangat kencang. Bagaiman kalau sampai rusak. Mana ini adalah mobil inventaris yang di berikan perusahaan.
"Sayang, jangan marah begitu dong! Maafkan aku ya sayang,"ujarku menarik tangan Gisel dan membawa dalam pelukanku.
Dan setelahnya dia pasti kan merengek dan menangis. Aku tau yang dia inginkan. Dia selalu ingin beradu bi-bir jika sudah merajuk begini. Benar saja saat aku memancingnya, dia malah yang lebih bersemangat. Membuat aku sedikit kewalahan. Apa jadinya kalau kami sudah menikah? sepertinya dia yang akan lebih bersemangat setiap harinya.
"Besok malam aku akan datang melamar kamu kepada Papamu. Tunggu aku sayang, semoga Papamu memberikan izinnya,"bisikku setelah melepaskan pa-gu-tan kami.
"Baiklah, aku akan mengatakannya kepada Papa,"jawab Gisel.
Sedangkan aku pamit pulang. Selama perjalanan, aku teringat kepada Naima, apalagi saat ku lihat tadi, wajahnya terlihat sedih. Saat aku akan ke rumahnya, ku lihat jam yang melingkar sudah sangat malam. Sehingga aku mengurungkan niatku dan besok aku akan mencoba bertemu dengan Naima sebelum aku melamar Gisel. Semoga Naima mau jika menikah siri denganku. Aku yakin dia mau. Karena dia sangat bucin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!