Arief Indiyanto, 19 tahun, adalah definisi dari mahasiswa teknik informatika yang terlalu tampan untuk bidangnya. Dengan tinggi semampai, kulit sawo matang khas Indonesia yang terawat, sepasang mata tajam berbinar cerdas, dan senyum yang mampu membuat dosen wanita terdiam sejenak, ia lebih sering dikira sebagai model atau aktor daripada seorang programmer andal. Ia tidak peduli dengan popularitas, fokusnya hanyalah kode dan nilai-nilai sempurna di Institut Teknologi Bandung.
Malam itu, Arief sedang berada di lantai 10 perpustakaan kampus yang sunyi. Jam menunjukkan pukul 11:30 malam. Ia baru saja menyelesaikan sesi coding maraton untuk proyek kecerdasan buatan, punggungnya pegal, dan matanya perih karena menatap monitor terlalu lama. Ia menghela napas, menutup laptop, dan mulai membereskan tasnya. Jakarta yang padat terasa jauh, namun udara dingin Bandung yang menyelimuti malam itu memberinya ketenangan yang ia butuhkan.
Saat ia bangkit dari kursi dan berjalan menuju lift, ia merasakan getaran aneh. Bukan getaran gempa bumi biasa yang sering melanda Jawa, melainkan getaran yang lebih halus, lebih dalam, seolah-olah udara di sekitarnya menjadi padat dan berdenyut.
"Pegal sekali," gumamnya, mengabaikan sensasi itu dan menganggapnya hanya karena kelelahan.
Namun, saat ia mencapai ambang pintu lift, getaran itu memuncak. Cahaya biru-keemasan tiba-tiba menyembur keluar dari saku celananya. Arief terkejut. Ia merogoh saku dan menarik keluar sebuah liontin batu giok hitam, yang ia beli iseng dari seorang pedagang kaki lima di Chinatown Jakarta beberapa bulan lalu. Liontin itu kini bersinar dengan intensitas yang membutakan.
Liontin itu mulai memanas, suhunya naik drastis, dan sebelum Arief sempat melepaskannya, liontin itu mengeluarkan suara retakan tajam. Dari retakan itu, muncul kabut tebal berwarna hijau zamrud, memenuhi koridor perpustakaan dalam sekejap. Kabut itu tidak berbau, namun saat Arief menghirupnya, ia merasakan gelombang energi yang luar biasa menyapu tubuhnya. Itu bukan rasa kantuk atau dorongan kafein; itu adalah energi murni, seolah-olah setiap sel dalam tubuhnya baru saja diberi makan dengan makanan super terbaik.
"Apa-apaan ini?" Arief panik, mencoba mundur, tetapi kakinya terasa terpaku di lantai.
Kabut itu mulai berputar cepat, membentuk sebuah pusaran mini yang berpusat pada dirinya. Pusaran itu menarik kuat, bukan hanya pakaiannya, tetapi seolah-olah menarik jiwanya. Jantungnya berdebar kencang. Ia mencoba berteriak, tetapi suaranya tertelan oleh dengungan yang semakin keras dan dalam.
Detik berikutnya, seluruh pandangannya menjadi putih total. Ia merasa seperti ditarik melalui sedotan raksasa, tubuhnya diregangkan dan dikompresi berulang kali dalam kecepatan yang tak terbayangkan. Rasa sakit yang tajam muncul dan menghilang dalam sekejap mata, diikuti oleh sensasi euforia yang aneh.
Ketika penglihatannya kembali normal, Arief mendapati dirinya terbaring di atas tanah yang dingin dan lembap. Ia terengah-engah, bau lumut, tanah basah, dan aroma manis bunga-bunga asing menusuk hidungnya. Di atasnya, langit malam tampak berbeda. Bintang-bintang di sana jauh lebih besar, lebih terang, dan formasi rasi bintangnya tidak ia kenali sama sekali.
Ia bangkit, merasakan seluruh tubuhnya terasa lebih ringan, lebih kuat, dan, yang paling aneh, jernih. Kepalanya yang sebelumnya pusing karena coding kini terasa seperti kristal.
Arief melihat sekeliling. Ia berada di tengah hutan purba. Pohon-pohon di sekitarnya menjulang tinggi, dengan daun-daun yang memancarkan cahaya redup, hijau neon, dan batang-batang yang tebalnya mencapai belasan meter. Udara di sini terasa... kaya. Setiap napas yang ia ambil seperti menghirup oksigen murni yang diperkaya dengan sesuatu yang tak kasat mata, sesuatu yang membuat ia merasa bertenaga.
"Ini... bukan Bandung," bisiknya, suaranya terdengar asing di telinganya sendiri.
Ia memeriksa dirinya. Pakaian kasualnya—kaos ITB dan celana jins—masih utuh, tetapi liontin giok yang pecah itu kini telah melebur ke kulit di pergelangan tangannya, membentuk tato samar berwarna hitam dengan desain naga yang rumit.
Saat ia menyentuh tato itu, sebuah banjir informasi tiba-tiba menyerbu pikirannya. Ribuan konsep, nama, mantra, dan deskripsi dunia yang sama sekali baru membanjiri otaknya, seolah-olah ia baru saja mengunduh sebuah database ensiklopedia raksasa.
Dunia Kultivasi. Qi Surgawi. Jalur Bela Diri Abadi. Tingkatan Kultivasi: Pemurnian Tubuh, Pengumpulan Qi, Pondasi Dasar, Inti Emas...
Arief butuh beberapa menit untuk memilah dan mencerna informasi itu. Ia menyadari bahwa ia tidak lagi berada di Bumi. Ia telah ditarik ke sebuah alam yang dikenal sebagai Benua Azure Timur, sebuah dunia fantasi di mana hukum fisika digantikan oleh hukum kultivasi. Di sini, para ahli mampu menghancurkan gunung dengan tinju, terbang di atas pedang, dan hidup ribuan tahun.
Liontin giok yang menariknya ternyata adalah sisa-sisa dari Artefak Transpor Mistik, yang entah bagaimana terhubung dengan aliran Qi Surgawi yang kuat saat ia menyentuhnya, memicu portal dimensi.
Informasi yang paling penting yang ia dapatkan adalah tentang dirinya sendiri. Kabut hijau zamrud itu bukan hanya kabut; itu adalah esensi energi surgawi yang merembes dari Artefak Transpor saat pecah. Esensi itu membersihkan meridian tubuh Arief dan memberinya Akar Spiritual yang luar biasa langka dan kuat.
Akar Spiritual adalah bakat bawaan seseorang untuk menyerap dan mengolah Qi. Arief menyadari ia tidak memiliki satu Akar Spiritual tunggal, melainkan gabungan dari lima elemen: Logam, Kayu, Air, Api, dan Tanah. Ini adalah Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi, yang dianggap sebagai akar spiritual terkuat dan paling seimbang, namun paling sulit ditemui dan paling sulit untuk dikultivasi ke tingkat tertinggi karena menuntut penguasaan kelima elemen.
Sialan. Dari mahasiswa teknik jadi ahli bela diri super? Ini gila, pikir Arief, tetapi di balik kegilaan itu, ada gelombang kegembiraan yang tak terduga. Sebuah petualangan nyata, jauh dari kesibukan deadline dan bug program.
Ia mulai mencoba apa yang ia pahami dari banjir informasi itu. Ia duduk bersila di tanah, mengambil posisi meditasi yang secara naluriah ia ketahui, dan menutup mata. Ia memfokuskan pikirannya, mengikuti metode pernapasan yang baru saja ia pelajari: Teknik Pernapasan Inti Naga Awal.
Segera setelah ia bernapas, ia merasakan Qi Surgawi di udara, yang tadi hanya terasa sebagai kekayaan energi, kini mengalir deras menuju dirinya. Udara di sekitarnya menjadi sedikit terdistorsi saat energi memasuki tubuhnya melalui pori-pori dan meridian.
Di dalam dirinya, ia bisa merasakan energi itu membersihkan dan memperkuat organ-organ internal, otot, dan tulangnya. Ini adalah tingkat pertama kultivasi: Tahap Pemurnian Tubuh. Saat Qi membersihkan tubuhnya, kotoran hitam berminyak mulai keluar dari pori-porinya. Ini adalah kotoran dari diet yang buruk, polusi udara, dan kurang tidur yang terakumulasi selama 19 tahun hidupnya di Bumi.
Arief merasakan ledakan kekuatan. Ia membuka mata dan berdiri. Dengan satu pukulan tinju ke udara, ia merasakan hembusan angin yang jauh lebih kuat dari yang seharusnya dihasilkan oleh tinju seorang pemuda kurus.
"Luar biasa," gumamnya, tersenyum lebar. Senyum itu bukan lagi senyum mahasiswa tampan yang santai, melainkan senyum seseorang yang baru saja menemukan potensi tak terbatas di dalam dirinya.
Tiba-tiba, ia mendengar suara gemerisik daun dan ranting patah. Arief langsung waspada. Informasi yang ia serap memberitahunya bahwa hutan ini, Hutan Reruntuhan Abadi, adalah rumah bagi Binatang Spiritual yang berbahaya.
Dari balik semak-semak, muncul dua sosok.
Mereka adalah dua wanita muda. Keduanya mengenakan jubah putih bersih yang menyala samar, menunjukkan status mereka sebagai murid dari sekte tertentu.
Wanita pertama, yang tampak lebih tua, sekitar 22 tahun, memiliki aura dingin dan elegan. Wajahnya yang cantik dan klasik tampak tegas, memancarkan keagungan seorang ratu. Ia membawa pedang ramping di pinggangnya.
Wanita kedua, mungkin seusia Arief, 18 atau 19 tahun, memiliki wajah yang lebih lembut, mata yang besar dan ekspresif, dan rambut yang diikat ekor kuda tinggi. Ia tampak gugup, memegang kipas lipat dari sutra dengan erat.
Melihat Arief, kedua wanita itu langsung terkejut. Mereka belum pernah melihat pria berpakaian aneh (kaos dan jins) dan berpenampilan asing (kulit sawo matang) di Benua Azure Timur.
Wanita yang lebih tua melangkah maju, pedangnya sedikit terhunus. Mata dinginnya menatap Arief dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Siapa kau? Beraninya kau berkultivasi di wilayah Sekte Awan Bening tanpa izin?" Suaranya dingin dan jernih, seperti air musim semi. Bahasa yang ia gunakan adalah dialek kuno Tiongkok, tetapi Arief, berkat banjir informasi dari liontin itu, secara ajaib memahaminya dengan sempurna, bahkan ia bisa membalasnya.
Arief menanggapi dengan tenang, ia tahu panik hanya akan memperburuk keadaan. "Salam, nona-nona. Saya Arief. Saya minta maaf jika saya melanggar batas. Saya tersesat, benar-benar tersesat. Bolehkah saya bertanya, di manakah ini?"
Kedua wanita itu bertukar pandang penuh kecurigaan.
"Tersesat? Di Hutan Reruntuhan Abadi?" kata wanita yang lebih muda, suaranya sedikit gemetar. "Hutan ini diapit oleh dua sekte besar. Bagaimana mungkin seseorang bisa tersesat dan muncul di sini tanpa kultivasi yang memadai?"
Wanita yang lebih tua, yang ternyata adalah seorang Kultivator di Tahap Pondasi Dasar, tingkat yang jauh di atas Arief saat ini, menajamkan pandangannya. Ia bisa merasakan Qi di tubuh Arief, tetapi itu adalah Qi yang baru dan murni, seolah-olah Arief baru saja mulai berkultivasi.
"Jawab dengan jujur. Dari mana asalmu? Pakaianmu tidak dikenal. Dan Qi-mu... ia murni, tetapi lemah, seperti anak kecil yang baru lahir. Jangan coba-coba menguji kesabaranku," ancam wanita yang lebih tua.
Arief tahu ia tidak bisa berbohong tentang asalnya. Kultivator yang kuat memiliki cara untuk mengetahui kebohongan.
"Nona, saya datang dari tempat yang sangat, sangat jauh. Sebuah dunia di luar imajinasi Anda. Saya dibawa ke sini oleh Artefak Transpor yang rusak. Saya bukan penduduk benua ini," jawab Arief, ekspresi wajahnya tulus.
Mendengar kata "Artefak Transpor", mata wanita yang lebih tua melebar sedikit. Itu adalah barang legendaris.
"Nama saya Lin Xiu. Ini adalah adik seperguruan saya, Mei Hua," kata wanita yang lebih tua, Lin Xiu, menurunkan sedikit kewaspadaannya, tetapi pedangnya tetap di genggaman. "Jika kau benar mengatakan yang sebenarnya, maka kau adalah orang luar yang sangat langka. Katakan padaku, apa yang terjadi pada Artefak Transpor itu?"
Arief menunjukkan tato naga di pergelangan tangannya. "Ini adalah sisa-sisanya. Ia melebur dan memberi saya warisan ini, termasuk metode untuk berkultivasi. Hanya itu yang saya tahu."
Lin Xiu mendekat, matanya memindai tato itu. Tiba-tiba, ia merasakan gelombang Qi yang tidak biasa dari tato itu, sebuah energi kuno yang membuatnya, seorang ahli Pondasi Dasar, merasa sedikit tertekan.
"Ini... Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi! Tidak mungkin! Itu adalah legenda!" Lin Xiu berseru kaget. Reaksinya yang terkejut membuat Mei Hua juga ikut mendekat.
Mei Hua memandang Arief dengan mata berbinar. "Kakak Lin, dia benar-benar tampan! Dan Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi? Jika dia mengkultivasikannya, dia pasti akan menjadi Dewa Abadi!"
Lin Xiu mengabaikan komentar adiknya. Kekhawatiran kini menggantikan kecurigaan di wajahnya.
"Arief, kau harus tahu, dengan bakat seperti ini, kau adalah harta karun, dan target terbesar. Sekte-sekte besar akan membunuh untuk mendapatkanmu, baik untuk membunuhmu agar tidak ada saingan, atau untuk memaksamu bergabung dengan mereka dan menjadi budak kultivasi mereka," jelas Lin Xiu dengan nada serius.
"Sekarang, dengarkan. Kami adalah murid Sekte Awan Bening. Sekte kami menjunjung tinggi keadilan dan tidak akan membunuhmu tanpa alasan. Aku akan membawamu kembali ke sekte. Master Sekte kami, Guru Tao Tian, adalah orang yang bijaksana. Dia akan memutuskan nasibmu. Ini adalah perlindungan terbaik yang bisa kau dapatkan saat ini," putusnya.
Arief mengangguk, berpikir cepat. Jika ia sendirian di hutan ini, ia pasti akan mati. Mengikuti mereka ke sekte adalah pilihan logis untuk bertahan hidup dan mencari tahu lebih banyak.
"Saya menerima tawaran Anda, Nona Lin. Tolong bimbing saya."
Lin Xiu mengangguk. "Baik. Jangan coba-coba lari atau melakukan hal bodoh. Jika kau melakukannya, aku tidak akan ragu-ragu untuk menebasmu. Ayo."
Lin Xiu kemudian mengeluarkan jimat dari sakunya dan melemparkannya ke tanah. Jimat itu berubah menjadi sebuah piringan terbang kristal. Ia naik ke atasnya dan memberi isyarat kepada Arief dan Mei Hua untuk ikut.
Arief merasa hatinya berdebar kencang saat ia naik ke atas piringan kristal yang berkilauan itu. Ia berada di dunia kultivasi, di atas Artefak terbang, menuju sekte bela diri. Ini jauh lebih liar daripada yang pernah ia bayangkan.
Piringan itu melesat cepat ke angkasa, membawa Arief dan kedua wanita kultivator cantik itu menuju puncak gunung yang berkilauan, di mana cahaya bulan memantul dari atap-atap pagoda dan bangunan giok Sekte Awan Bening.
Dunia Baru, Petualangan Baru, pikir Arief, saat angin malam menerpa wajahnya. Ia tahu, dari saat ini, hidupnya sebagai mahasiswa programmer telah berakhir, dan hidupnya sebagai kultivator di jalur Abadi baru saja dimulai. Dan entah mengapa, ia punya firasat bahwa kedua wanita di sampingnya ini hanyalah awal dari banyak pertemuan yang mengubah hidupnya.
Piringan kristal yang mereka tumpangi melaju dengan kecepatan tinggi melintasi langit malam, meninggalkan hutan gelap di bawah mereka. Arief harus berpegangan erat agar tidak terlempar, meskipun ia merasakan kekuatan barunya membuat cengkeramannya lebih kuat dari biasanya. Angin yang menerpa wajahnya terasa seperti ribuan jarum, tetapi ia menikmatinya. Sensasi terbang ini sungguh memabukkan, jauh melampaui segala wahana ekstrem yang pernah ia coba di Bumi.
Lin Xiu, berdiri di depan, tampak tenang dan anggun. Jubahnya berkibar dramatis, dan auranya yang dingin seolah menahan angin untuknya. Mei Hua, di sisi lain, sesekali melirik Arief dengan mata berbinar penasaran, senyum kecil tak pernah lepas dari bibirnya.
"Anginnya sangat kencang, bukan?" tanya Mei Hua, suaranya sedikit meninggi agar terdengar. "Ini adalah Artefak Terbang standar. Artefak yang lebih tinggi bahkan bisa melewati setengah benua dalam sehari! Apakah duniamu memiliki hal seperti ini, Arief?"
Arief tersenyum. "Kami memiliki pesawat terbang, Nona Mei Hua. Itu bisa menampung ratusan orang dan terbang mengelilingi planet kami. Tapi sensasinya tidak sepersonal dan sedekat ini dengan alam."
Mei Hua membulatkan matanya. "Seratus orang! Dunia yang aneh!"
Lin Xiu melirik ke belakang, pandangan dinginnya menyiratkan teguran pada Mei Hua agar berhenti berbicara. Mei Hua hanya menjulurkan lidah sedikit ke arah Arief, isyarat kekanak-kanakan yang kontras dengan pakaian kultivatornya.
Setelah sekitar setengah jam perjalanan yang memukau, di mana Arief melihat pemandangan pegunungan yang diselimuti kabut dan sungai yang berkilauan seperti benang perak, Sekte Awan Bening mulai terlihat.
Sekte itu terletak di puncak gunung tertinggi di wilayah itu, diselimuti oleh formasi perlindungan yang memancarkan cahaya biru samar. Bangunan-bangunan sekte itu sebagian besar terbuat dari batu giok putih dan marmer yang berkilauan, dengan atap genteng emas yang memantulkan cahaya bulan. Udara di sekitar puncak gunung itu terasa lebih padat dengan Qi Surgawi—sebuah bukti bahwa lokasi sekte itu dipilih dengan hati-hati.
Piringan kristal itu melewati gerbang formasi dan mendarat di alun-alun batu giok yang luas. Alun-alun itu nyaris kosong di malam hari, hanya diterangi oleh lentera-lentera yang digantung di tiang-tiang ukiran naga.
"Kita sudah sampai," kata Lin Xiu, melompat turun dengan anggun. "Ikuti aku. Kita akan langsung menghadap Master Sekte. Ingat, tunjukkan rasa hormat. Master Sekte Tian adalah orang yang baik, tetapi kekuatannya sangat besar. Satu hembusan nafasnya bisa membunuhmu."
Arief mengangguk serius. Ia sudah tahu dari banjir informasi di kepalanya bahwa Master Sekte Tian mungkin berada di Tahap Jiwa Baru Lahir, sebuah tingkatan di mana kultivator sudah bisa meninggalkan tubuh fisik dan mengendalikan energi alam secara bebas.
Lin Xiu memimpin Arief dan Mei Hua melewati lorong-lorong berliku yang dihiasi dengan kaligrafi kuno dan patung-patung dewa. Bau dupa cendana yang menenangkan memenuhi udara.
Mereka akhirnya tiba di sebuah aula besar di pusat Sekte. Di dalamnya, seorang pria paruh baya, tetapi terlihat seperti berusia 30-an, duduk di singgasana batu giok yang tinggi. Dia mengenakan jubah sutra biru tua yang disulam dengan awan perak. Wajahnya tenang, memiliki janggut tipis yang rapi, dan matanya tertutup, seolah-olah dia sedang bermeditasi. Namun, Arief merasakan tekanan keberadaan yang luar biasa darinya, seolah-olah ia sedang berdiri di hadapan gunung yang siap meletus.
"Murid Lin Xiu, Murid Mei Hua, memberi hormat kepada Master Sekte," ucap Lin Xiu dan Mei Hua serempak, membungkuk dalam-dalam.
Arief mengikuti nalurinya. Ini adalah momen yang kritis. Ia membungkuk dengan hormat yang ia anggap pantas, menyatukan kedua tangan di depan dada. "Arief, seorang pengembara yang tersesat, memberi hormat kepada Master Sekte."
Master Sekte Tian perlahan membuka matanya. Matanya bersinar seperti dua bintang di malam hari. Tatapannya tertuju pada Arief, dan Arief merasa seolah-olah jiwanya sedang di telanjangi. Ini bukan tatapan permusuhan, tetapi pemeriksaan menyeluruh yang mendalam.
"Lin Xiu, jelaskan," ujar Master Sekte Tian, suaranya dalam dan resonan, memenuhi aula tanpa perlu meninggikan volume.
Lin Xiu menjelaskan pertemuan mereka di Hutan Reruntuhan Abadi, tentang pakaian aneh Arief, dan kisah Artefak Transpor yang melebur. Ia mengakhiri dengan menunjukkan tato naga di pergelangan tangan Arief.
"Artefak Transpor... Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi," Master Sekte Tian bergumam. Ia bangkit dari singgasananya, sebuah gerakan yang terasa seperti gunung yang mulai bergerak.
"Arief," katanya, berjalan mendekati Arief. "Biarkan aku melihat."
Arief tanpa ragu mengulurkan tangan. Master Sekte Tian meletakkan jari telunjuknya dengan lembut di pergelangan tangan Arief, tepat di atas tato naga.
Saat sentuhan itu terjadi, Arief merasakan gelombang Qi yang begitu murni dan kuat mengalir ke dalam dirinya. Itu bukan serangan, melainkan pemeriksaan. Qi Surgawi itu melaju kencang melalui meridiannya, memverifikasi setiap inci dari tubuh dan jiwanya.
Master Sekte Tian menarik tangannya setelah beberapa saat. Ekspresinya kini adalah perpaduan antara keheranan dan kegembiraan yang tersembunyi.
"Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi yang sempurna. Energi awal yang murni. Dan ia memang tidak berasal dari Benua Azure Timur," putus Master Sekte Tian. "Arief, kau adalah keajaiban. Atau kutukan. Di dunia ini, keajaiban dan kutukan seringkali adalah dua sisi dari mata uang yang sama."
Arief tetap tenang. "Master Sekte, saya hanya ingin bertahan hidup. Jika ini adalah dunia baru saya, saya akan belajar dan menghormati aturannya."
Master Sekte Tian tersenyum tipis. "Sikap yang bagus. Kau datang pada waktu yang tidak terduga. Sekte Awan Bening saat ini sedang menghadapi masa sulit. Keberadaanmu bisa membawa berkah atau malapetaka."
Dia kembali ke singgasananya. "Lin Xiu, Mei Hua, kalian berdua telah melakukan tugas dengan baik. Kembalilah dan istirahat. Aku akan berbicara dengan Arief secara pribadi."
Lin Xiu menatap Arief sebentar, ekspresi peringatan di matanya, sebelum membungkuk dan meninggalkan aula bersama Mei Hua, yang memberinya lambaian kecil penuh arti di belakang punggung Lin Xiu.
Ketika mereka berdua pergi, kesunyian di aula menjadi menakutkan, hanya ada Master Sekte Tian dan Arief.
"Duduklah, Nak," perintah Master Sekte Tian, menunjuk ke bantal yang ada di hadapannya.
Arief duduk.
"Kau jujur. Itu bagus. Aku tidak bisa mencium bau kebohongan darimu, yang berarti kau benar-benar tidak tahu apa-apa tentang dunia ini. Sekarang, aku akan memberimu beberapa pilihan, dan kau harus memilih dengan bijak. Nasibmu tergantung pada ini."
Master Sekte Tian menjelaskan situasinya. Sekte Awan Bening adalah sekte yang relatif besar, tetapi mereka terperangkap di antara dua sekte raksasa yang serakah: Sekolah Pedang Langit Merah yang agresif dan Istana Kabut Dingin yang misterius. Jika kabar tentang Arief dan Akar Spiritual Lima Elemen Surgawinya menyebar, Sekte Awan Bening akan menjadi sasaran empuk, karena dua sekte raksasa itu akan menuntut penyerahan Arief.
"Pilihan pertama," kata Master Sekte Tian. "Aku bisa menghapus ingatanmu, memberimu beberapa uang perak, dan melemparmu ke kota terdekat. Kau akan hidup sebagai orang biasa. Aman, tetapi seluruh potensimu akan hilang."
"Pilihan kedua," lanjutnya, matanya menatap tajam. "Aku akan menerimamu sebagai murid langsungku. Aku akan menggunakan formasi sekte dan seluruh sumber daya untuk menyembunyikan bakatmu dan melatihmu. Jika kau berhasil, kau akan menjadi penyelamat Sekte Awan Bening. Jika kau gagal, seluruh sekte bisa dihancurkan bersamamu."
Arief tidak perlu berpikir lama. Kembali ke Bumi tidak mungkin. Hidup sebagai orang biasa di dunia baru yang penuh keajaiban ini terasa seperti pengkhianatan terhadap takdirnya.
Ia mengangkat kepalanya, matanya dipenuhi tekad yang baru ia sadari ia miliki. "Master Sekte, terima kasih atas belas kasihan Anda, tetapi saya memilih yang kedua. Jika takdir membawa saya ke sini dengan bakat ini, saya akan menggunakannya. Saya akan menjadi murid Sekte Awan Bening."
Master Sekte Tian tertawa. Tawa yang kuat dan berwibawa. "Bagus. Aku suka keberanianmu. Tapi ingat, menjadi muridku berarti kau harus menanggung beban yang luar biasa. Namamu akan dicatat sebagai murid yang paling berbakat, tetapi juga paling berisiko."
Dia mengambil sebuah token giok dari sabuknya dan melemparkannya kepada Arief. Token itu diukir dengan simbol awan dan naga.
"Ini adalah Token Murid Langsung. Dari saat ini, kau adalah murid terakhir dan satu-satunya yang secara pribadi akan kuajarkan. Kau tidak perlu khawatir tentang masalah sekte lain saat ini. Fokusmu hanyalah satu: Kultivasi. Dalam lima tahun, kau harus mencapai Tahap Pondasi Dasar. Itu adalah batas waktu yang kuberi. Jika kau gagal, risiko untukmu dan sekte akan terlalu besar."
Lima tahun untuk mencapai Pondasi Dasar? Arief ingat dari pengetahuan yang ia serap bahwa ini adalah permintaan yang luar biasa berat. Mayoritas kultivator membutuhkan 20 hingga 50 tahun untuk mencapai tahap itu.
"Saya akan melakukannya, Master Sekte," jawab Arief, menggenggam token itu dengan erat.
Master Sekte Tian mengangguk puas. "Mulai besok, aku akan memberimu teknik kultivasi terbaik Sekte Awan Bening: Kitab Suci Awan Naga Unggul dan Teknik Pedang Ilahi Sembilan Surga. Aku juga akan memberimu tempat tinggal yang istimewa. Ikuti aku."
Master Sekte Tian membawa Arief keluar dari aula dan menuju sebuah paviliun kecil yang terletak di tepi tebing, dikelilingi oleh air terjun mini dan hutan bambu. Qi Surgawi di sini terasa jauh lebih pekat daripada di area sekte lainnya.
"Ini adalah Paviliun Naga Tersembunyi. Tempat ini memiliki formasi perlindungan dan pengumpulan Qi terbaik di sekte ini. Tidak ada yang akan mengganggumu di sini. Hanya aku yang memiliki kunci untuk masuk," jelas Master Sekte Tian. "Di dalamnya terdapat ruang kultivasi, perpustakaan kecil, dan ruang tidur. Besok pagi, aku akan mengirim seseorang untuk membawakan Kitab Sucimu."
Saat mereka mencapai gerbang Paviliun, mereka bertemu dengan seorang wanita yang sedang berdiri di sana, seolah-olah dia sudah menunggu.
Dia adalah wanita dewasa, mungkin di akhir usia 20-an atau awal 30-an. Dia mengenakan jubah sutra ungu tua yang memeluk tubuhnya dengan indah. Wajahnya adalah lambang keanggunan klasik Tiongkok, dengan mata phoenix yang panjang dan bibir merah yang menawan. Auranya tenang, tetapi Arief bisa merasakan kekuatan tersembunyi yang jauh lebih besar daripada Lin Xiu.
"Master Sekte," sapanya dengan suara merdu, membungkuk sedikit. "Saya dengar Anda telah mengambil murid langsung baru. Dan dia berada di sini."
Matanya yang tajam beralih ke Arief. Arief merasa tatapan itu lebih menghakimi dan menuntut daripada tatapan Master Sekte Tian.
"Arief, perkenalkan," kata Master Sekte Tian. "Ini adalah murid pertamaku, Penatua Tertinggi Sekte Lu Xinyue. Dia adalah murid yang paling berbakat, dan sekarang dia bertanggung jawab untuk mengelola sebagian besar urusan sekte. Dia akan menjadi Kakak Senior Terbesarmu. Xinyue, ini Arief."
Arief membungkuk hormat. "Salam, Kakak Senior Tertinggi Lu Xinyue."
Lu Xinyue hanya menatapnya tanpa senyum. "Salam, Arief. Aku dengar kau memiliki Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi. Itu adalah bakat yang memukau. Namun, bakat tanpa usaha adalah racun. Sekte ini telah memberimu kesempatan. Aku harap kau tidak menghancurkannya dengan potensi yang sia-sia."
Nada suaranya dingin, namun Arief mendeteksi ada sedikit kekhawatiran yang tersembunyi di baliknya. Kekhawatiran akan beban yang akan ia bawa pada sekte ini.
"Saya mengerti kekhawatiran Kakak Senior. Saya berjanji, saya akan bekerja keras. Saya tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan Master Sekte," jawab Arief dengan nada tegas.
Lu Xinyue mengangguk singkat. "Baiklah. Aku akan memberimu buku-buku dasar tentang Sejarah Benua, formasi, dan ramuan. Pelajari itu malam ini. Master Sekte akan mengajarimu teknik kultivasi besok. Jangan membuat masalah, dan jangan membuatku kecewa."
Dia menyerahkan sebuah kantong kecil yang terasa ringan. Arief tahu ini adalah Cincin Tata Ruang yang dijelaskan dalam informasi yang ia dapatkan—artefak penyimpanan dimensi.
"Terima kasih, Kakak Senior," kata Arief.
Lu Xinyue melirik Master Sekte Tian. "Master Sekte, saya permisi. Masih ada urusan yang harus saya selesaikan sebelum fajar."
Dia membungkuk sekali lagi dan menghilang dalam sekejap mata, seolah-olah dia tidak pernah ada di sana. Arief terkesan. Kekuatan wanita ini pasti jauh melampaui Lin Xiu.
"Jangan ambil hati kata-kata Xinyue," kata Master Sekte Tian, melihat ekspresi Arief. "Dia hanya khawatir. Dia telah mengorbankan banyak hal untuk sekte ini. Dia adalah murid terbaikku, dan dia membawa beban yang jauh lebih berat darimu."
"Sekarang, masuklah. Istirahatlah. Gunakan malam ini untuk mulai berkultivasi dengan Teknik Pernapasan Inti Naga Awal yang kau pelajari tadi. Rasakan Qi Surgawi. Besok adalah awal dari hidup barumu."
Arief membungkuk dalam. "Saya mengerti, Master Sekte. Terima kasih atas rahmat Anda."
Master Sekte Tian tersenyum. "Kau adalah naga yang baru terbangun, Arief. Aku ingin melihatmu mengaum."
Setelah Master Sekte Tian pergi, Arief memasuki Paviliun Naga Tersembunyi. Tempat itu luar biasa. Furnitur kayu wangi, bantal sutra, dan yang paling penting, aliran Qi Surgawi yang memabukkan.
Ia membuka Cincin Tata Ruang yang diberikan Lu Xinyue. Di dalamnya terdapat tumpukan buku, pil ramuan, dan beberapa botol cairan.
Arief tersenyum. Ia tidak lagi berada di kampus yang dingin di Bandung. Ia berada di dunia di mana ia harus menjadi lebih kuat untuk bertahan hidup. Dengan keindahan dan bahaya yang mengintai di setiap sudut, dan janji kultivasi abadi di depan mata, ia menarik napas dalam-dalam, duduk bersila, dan mulai berkultivasi.
Lima tahun untuk mencapai Pondasi Dasar. Aku harus berhasil, tekad Arief.
Di luar paviliun, bulan bersinar terang, dan di langit, tato naga di pergelangan tangannya memancarkan cahaya hitam yang samar, siap untuk menyerap energi yang tak terbatas.
Malam pertama Arief di Paviliun Naga Tersembunyi adalah malam yang transformatif. Setelah mandi untuk membersihkan kotoran yang dikeluarkan dari tubuhnya saat ia memasuki Tahap Pemurnian Tubuh, ia mengenakan jubah latihan katun sederhana yang ia temukan di lemari. Ia duduk bersila di ruang kultivasi, sebuah ruangan yang memiliki formasi pengumpul Qi yang tersembunyi.
Dia membuka pikirannya dan mulai mempraktikkan Teknik Pernapasan Inti Naga Awal, metode kultivasi dasar yang entah bagaimana tertanam di benaknya dari warisan gioknya. Qi Surgawi di udara, yang sudah pekat, kini berkumpul ke arahnya dengan kecepatan yang mengerikan, jauh melebihi apa yang dapat diserap oleh kultivator biasa di tahap awal.
Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi adalah alasan di balik kecepatan ini. Sementara Akar Spiritual tunggal hanya dapat menyerap Qi dari satu elemen, akar lima elemen Arief menyerap semua elemen sekaligus dan menyatukannya menjadi Qi murni, tidak berbentuk, dan sangat kuat di dalam Dantian-nya (pusat energi di perut bagian bawah).
Waktu terasa kabur. Ia berkultivasi tanpa henti selama delapan jam. Saat matahari mulai terbit, Arief merasakan batas-batas tahapnya saat ini. Ia telah mencapai Pemurnian Tubuh Tahap Kesembilan, puncak dari tahap awal. Tubuhnya kini sekeras baja, tetapi lentur seperti sutra. Pikirannya jernih, dan ia bahkan bisa mendengar suara tetesan embun dari dedaunan di luar paviliun.
Ketika ia membuka mata, seberkas cahaya emas menyinari ruangan. Ia mengeluarkan napas perlahan. Rasa kekuatan yang membanjiri dirinya sangatlah nyata dan memabukkan. Jika sebelumnya ia hanya seorang mahasiswa biasa, sekarang ia adalah seorang prajurit super yang baru lahir.
Pagi itu, Lin Xiu, wanita dingin dan anggun yang membawanya ke sekte, tiba di Paviliun Naga Tersembunyi. Ia membawa gulungan sutra dan dua botol porselen.
"Master Sekte memintaku untuk membawakan ini," katanya tanpa basa-basi. Ekspresinya masih formal, tetapi kali ini, ada sedikit kejutan yang tersembunyi di matanya. Lin Xiu adalah kultivator Pondasi Dasar dan bisa melihat kemajuan Qi pada orang lain. Dalam semalam, Arief telah menyelesaikan Tahap Pemurnian Tubuh. Ini adalah kecepatan yang belum pernah ia lihat dalam seluruh hidupnya berkultivasi.
"Terima kasih, Kakak Senior Lin," jawab Arief, membungkuk.
Lin Xiu menyerahkan gulungan itu. "Ini adalah Kitab Suci Awan Naga Unggul, teknik kultivasi inti Sekte Awan Bening. Ia sangat cocok untuk akar spiritual berelemen ganda atau seimbang. Master Sekte percaya ia akan beresonansi sempurna dengan Lima Elemen Surgawimu. Dua botol ini adalah Pil Qi Pemurnian. Gunakan untuk menstabilkan dan memadatkan Qi di Dantian-mu setelah kau mencapai Tahap Pengumpulan Qi."
"Aku juga diperintahkan untuk mengajarimu dasar-dasar Sekte dan Formasi Dasar, karena Master Sekte akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajarimu secara pribadi. Kau muridnya, jadi aku tidak akan menyentuh teknik kultivasimu."
Arief mengangguk. "Saya menghargai bantuan Anda."
Lin Xiu memimpin Arief keluar ke halaman paviliun yang sejuk. Di bawah sinar matahari pagi yang hangat, Lin Xiu memulai pelajaran.
"Di sekte ini, hanya ada satu hukum: Kuat adalah yang benar. Tapi kita juga menjunjung tinggi moralitas. Sebagai murid Master Sekte, kau harus menjadi contoh. Sekte Awan Bening terbagi menjadi Murid Luar, Murid Dalam, Murid Inti, dan Murid Langsung. Kau sudah berada di puncak. Jangan pernah berpikir untuk meremehkan murid lain, tetapi juga jangan biarkan mereka meremehkanmu," jelasnya dengan nada otoritatif.
Dia kemudian melanjutkan ke Formasi Pertahanan Dasar. Arief mendapati bahwa otaknya, yang sudah terbiasa memecahkan masalah algoritma yang rumit, menyerap pengetahuan tentang simbol-simbol formasi dan pola energi dengan kecepatan yang luar biasa. Ia adalah seorang programmer jenius, dan formasi kultivasi hanyalah sebuah coding energi yang lebih kuno dan mistis.
"Kau belajar terlalu cepat," kata Lin Xiu, tampak sedikit kesal karena Arief menguasai formasi dasar dalam waktu kurang dari satu jam. "Aku telah menghabiskan tiga bulan untuk memahami pola dasar ini."
Arief tersenyum tulus. "Mungkin saya memiliki bakat tersembunyi untuk logika kuno, Kakak Senior. Di dunia asal saya, kami menyebutnya 'debugging'."
Lin Xiu hanya mendengus, tetapi matanya menunjukkan rasa hormat yang baru.
Setelah sesi Lin Xiu berakhir, Master Sekte Tian tiba. Dia tidak membuang waktu.
"Arief, kau telah mencapai puncak Pemurnian Tubuh. Luar biasa. Sekarang, kita masuk ke Tahap Pengumpulan Qi," kata Master Sekte Tian, membawa Arief ke ruang kultivasi.
"Kitab Suci Awan Naga Unggul memiliki sembilan volume. Volume pertama adalah tentang bagaimana mengumpulkan Qi Surgawi dan memadatkan Inti Qi di Dantian. Karena Akar Spiritualmu, aku tidak akan mengajarimu cara mengumpulkan Qi, itu akan terjadi secara otomatis. Aku akan mengajarimu cara mengendalikan dan memadatkan Qi-mu, mengubahnya dari kabut menjadi cairan giok."
Selama seminggu penuh, Arief menjalani pelatihan kultivasi yang intensif dengan Master Sekte Tian. Ia tidak diizinkan meninggalkan paviliun. Master Sekte Tian menuangkan sejumlah besar sumber daya kepadanya: ramuan berharga, pil-pil energi langka, dan instruksi real-time mengenai setiap meridian dan titik akupunktur.
Pada hari kelima, Arief merasakan Inti Qi-nya yang seperti kabut tiba-tiba mulai memadatkan diri. Energi Lima Elemen di dalamnya berputar dengan harmonis. Energi itu mulai mengkristal dan berubah menjadi cairan, sebuah cairan yang memancarkan kilau giok hijau yang samar.
Tahap Pengumpulan Qi Tingkat Pertama: Inti Qi Cair Giok.
Kecepatan ini melanggar semua akal sehat. Mayoritas Murid Inti membutuhkan setidaknya dua tahun untuk mencapai tahap ini. Arief hanya butuh enam hari.
Master Sekte Tian, meskipun selalu tenang, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Kekuatan Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi memang melampaui legenda! Qi-mu memiliki aura giok yang murni. Ini adalah tanda takdir yang hebat."
Setelah mencapai tahap pertama Pengumpulan Qi, Master Sekte Tian memutuskan untuk memberinya jeda.
"Istirahatlah hari ini, Arief. Kau telah mencapai batasmu untuk sementara waktu. Kulturasi membutuhkan keseimbangan antara kemajuan dan stabilitas. Aku harus pergi menghadiri pertemuan antar sekte. Kau tidak boleh meninggalkan sekte," perintah Master Sekte Tian, sebelum terbang dengan pedangnya, menghilang ke cakrawala.
Arief merasa bosan. Selama enam hari ia hanya berkultivasi. Ia memutuskan untuk menjelajahi sekte, tetap berada di area yang dekat dengan Paviliun Naga Tersembunyi. Ia mengambil Kitab Suci Awan Naga Unggul, berencana membacanya di tempat yang lebih santai.
Ia berjalan santai menuruni jalan setapak batu, melewati hutan bambu yang sejuk, sampai ia menemukan sebuah kolam teratai yang tersembunyi. Air kolam itu jernih kehijauan, memantulkan cahaya matahari, dan teratai raksasa berwarna merah muda dan putih bermekaran di atasnya. Qi Surgawi di sini terasa sangat segar.
Arief duduk di sebuah bangku batu di tepi kolam, membuka gulungan Kitab Suci, dan mulai membaca.
Ia begitu tenggelam dalam teknik kultivasi tingkat lanjut ketika ia mendengar suara percikan air.
Arief mengangkat kepalanya, dan jantungnya langsung berdebar kencang.
Di tengah kolam, berdiri seorang wanita. Air kolam hanya mencapai lututnya, tetapi dia tidak mengenakan jubah. Ia hanya mengenakan kain sutra tipis dan basah yang menutupi bagian atas dan bawah tubuhnya, menonjolkan lekuk tubuhnya yang indah dan anggun. Rambut hitamnya yang panjang dan basah tergerai di punggungnya.
Wanita itu adalah Lu Xinyue, Kakak Senior Tertinggi Arief.
Ia sedang memetik teratai giok yang berharga, ramuan langka yang hanya tumbuh di kolam ini. Wajahnya yang cantik dan elegan tampak tenang dan tanpa cela. Ketika ia berbalik, matanya yang seperti mata phoenix terbelalak kaget melihat Arief.
Lu Xinyue langsung bereaksi. Energi yang menakutkan, seperti badai es yang tiba-tiba, menyembur keluar dari dirinya.
"Siapa di sana?! Berani sekali kau mengintip saat aku sedang mandi!" teriak Lu Xinyue, suaranya mengandung Qi yang cukup kuat untuk mengguncang daun-daun bambu di sekitarnya.
Arief segera bangkit, tangannya diangkat sebagai tanda menyerah. "Tunggu! Kakak Senior Lu! Saya Arief! Saya tidak bermaksud mengintip! Saya sedang membaca di sini. Saya bersumpah, saya tidak tahu ini adalah tempat mandi Anda!"
Lu Xinyue sudah siap menyerang. Matanya memancarkan cahaya ungu. Sebuah pedang Qi muncul di tangannya, siap untuk dilemparkan. Dia adalah seorang ahli Tahap Jiwa Baru Lahir Awal, dan kemarahannya cukup untuk membuat Arief gemetar.
"Arief? Murid baru yang tidak tahu malu! Jauhkan matamu dariku!" Lu Xinyue sangat marah. Sebagai kultivator wanita terkemuka di Sekte Awan Bening, kesuciannya adalah yang terpenting.
Arief tahu dia dalam masalah besar. Ia harus menenangkan wanita ini.
"Kakak Senior, tolong dengarkan! Saya datang dari dunia di mana pria dan wanita lebih terbuka! Saya tidak mengerti kepekaan di sini! Saya benar-benar tersesat! Saya hanya melihat kolam yang indah dan ingin membaca di sini! Saya akan segera pergi!" Arief menjelaskan dengan panik, tetapi ia tetap berdiri tegak, tidak menunjukkan rasa takut yang berlebihan.
Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Saya sangat, sangat minta maaf. Saya bersedia menerima hukuman apa pun yang Anda berikan, tetapi mohon, percayalah bahwa ini adalah ketidaksengajaan."
Lu Xinyue melihat ketulusan di mata Arief. Dia melihat penyesalan, bukan nafsu. Selain itu, Arief adalah murid langsung Master Sekte Tian. Dia tidak bisa begitu saja membunuhnya.
Dia melipat tangannya, dan pedang Qi-nya menghilang. Namun, kemarahannya belum surut.
"Kau benar-benar keterlaluan! Kau beruntung Master Sekte adalah Gurumu, jika tidak, aku akan mencabut matamu sekarang juga! Pergi! Jangan pernah mendekati kolam ini lagi tanpa seizinku!"
Lu Xinyue dengan cepat mengambil jubahnya yang ada di bebatuan dan memakainya.
Arief, lega, membungkuk sekali lagi. "Saya akan pergi segera. Saya minta maaf lagi, Kakak Senior."
Ia berbalik dengan cepat dan berlari kembali ke Paviliun Naga Tersembunyi.
Lu Xinyue menghela napas, menenangkan Qi-nya. Kejadian ini membuatnya marah, tetapi ia juga merasa sedikit terganggu. Arief memang tampan, dengan penampilan asing yang eksotis. Dan, yang paling penting, di tengah kemarahannya tadi, ia sempat melihat ekspresi Arief yang bertekad. Arief tidak melarikan diri, dia berdiri di sana dan menerima kemarahannya. Itu adalah kejantanan.
Lupakan itu, Lu Xinyue. Dia hanyalah murid baru yang ceroboh, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri, tetapi gambar sosok Arief yang terkejut namun jujur itu tetap melekat di benaknya.
Sementara itu, Arief kembali ke paviliunnya, jantungnya masih berdebar. Dia baru saja menghadapi kultivator wanita tercantik dan terkuat di sekte itu, dan dia nyaris saja terbunuh karena ketidaksengajaan yang memalukan.
"Sial. Aku hampir mati. Dunia ini memang gila," gumamnya, sambil menarik napas dalam-dalam.
Namun, di balik rasa takutnya, ada sedikit kegembiraan. Dia telah melihat Lu Xinyue. Kecantikannya seolah melampaui keindahan wanita mana pun yang pernah ia lihat di Bumi. Dan dia adalah wanita pertama yang ia temui di dunia kultivasi ini yang membuatnya merasa takut sekaligus tertarik.
Baiklah. Hukuman sudah diterima. Sekarang, kembali berkultivasi, pikir Arief, mengambil kembali Kitab Suci Awan Naga Unggul. Ia tahu, untuk mengendalikan takdirnya di dunia yang kejam ini, ia harus menjadi lebih kuat, jauh lebih kuat, sehingga tak ada kultivator mana pun, bahkan Lu Xinyue yang marah, yang bisa mengancamnya dengan mudah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!