NovelToon NovelToon

Takdir Cinta

Permintaan Mertua

"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!" Sekar berujar dengan menggenggam tangan suaminya

"Apa yang kamu katakan sayang? Mas tidak akan pernah menduakan kamu" tegas Adrian menolak mentah-mentah

"Maass... Jangan egois mas, keluarga kamu butuh penerus. Bukankah kita harus berkorban demi kebahagiaan keluarga?"

Sekar masih berusaha untuk meyakinkan sang suami, namun Adrian keukeh mempertahankan cintanya pada satu perempuan yaitu Sekar Indraswari

Pernikahan antara Sekar dan Adrian sudah berjalan lima tahun lamanya, namun pernikahan keduanya belum juga dikaruniai seorang anak. Bagi Adrian, hal ini bukanlah masalah besar, asal Sekar bersamanya semua akan baik-baik saja

Tekanan dari keluarga sang suami membuat Sekar memilih rela dipoligami, baginya berkorban demi kebahagiaan keluarga adalah suatu kewajiban, terlebih dirinya yang memang memiliki kekurangan

Sakit hati? Tentu saja, saat sang ibu mertua memperkenalkan seorang wanita yang akan menjadi madunya, adalah sesuatu yang begitu menyakitinya

Namun, Sekar memilih untuk menekan egonya sedikit, mungkin suaminya memang tidak mengatakan apapun, namun dirinya tahu jika pria yang telah menikahinya lima tahun yang lalu itu begitu menginginkan seorang anak

Beberapa hari yang lalu...

Sekar mendapat kabar jika Nina sang ibu mertua mengajaknya bertemu disebuah restoran di tengah kota

"Maafin Sekar ya buk, Sekar telat" Sekar, wanita lemah lembut itu duduk dihadapan Nina dengan napas yang terengah karena buru-buru

"Nggak masalah nak!" Nina mempersilahkan menantunya itu untuk duduk

Nina menyayangi Sekar, namun sebagai seorang ibu, dirinya tidak ingin dinasti keluarganya berakhir karena sang putra tidak memiliki keturunan

Muhammad Adrian Baskara memiliki seorang adik perempuan yang telah menikah bernama Anindita Putri Baskara. Dita, putri bungsu keluarga Baskara itu telah memiliki seorang putri, namun hal itu tidaklah lengkap jika putra satu-satunya keluarga tidak memiliki keturunan

"Ada apa ibu ngajak Sekar ketemu?"

"Oh iya Sekar, kenalkan dia Widia! Dia anak teman ibu" Nina, wanita enam puluh lima tahun itu memperkenalkan seorang wanita cantik kepada menantunya

Sekar tersenyum ramah pada Widia, dapat Sekar lihat jika usia Widia jauh dibawanya. Wanita dihadapannya ini masih muda dan jelas sangatlah cantik

"Aku Sekar!" Wanita itu mengulurkan tangannya dan segera disambut oleh wanita bernama Widia itu

"Widia mbak"

"Sekar" mendengar namanya disebut, Sekar menoleh pada sang ibu mertua

"Iya Bu?"

"Ibu ingin kamu menerima Widia sebagai madumu" Nina berucap tanpa berpikir lebih dulu

Ucapan itu bak sebuah belati tajam yang menghantam Sekar berkali-kali, rasanya sakit sekali, membayangkan suami yang begitu dicintai menikah dengan wanita lain

"Ibu tahu, kamu dan Adrian sangat saling mencintai, tapi ibu berpikir jika keluarga Baskara haruslah memiliki seorang penerus, dan hingga saat ini kamu dan Adrian tak kunjung mendapatkan momongan"

Melihat menantunya diam saja, Nina mengutarakan segara kegelisahan hatinya. Sebagai seorang ibu, terlebih menantu tertua di keluarga suaminya, Nina juga merasa lelah dengan desakan bahwa ia harus memiliki cucu dari putranya Adrian

"Tapi aku dan mas Adrian telah membicarakan hal ini Bu, dan mas Adrian tidak keberatan!" Sekar berucap, ia ingin egois dengan tidak berbagi, terlebih itu adalah suaminya

"Ibu tahu Sekar, Adrian jelas sangat mencintai kamu. Ibu juga tidak akan melakukan hal ini jika seandainya kamu bisa memberikan penerus bagi keluarga Baskara, sudah tujuh tahun Sekar, dan ibu juga sudah semakin tua!" Tutur Nina

"Apa ibu sudah bicara dengan mas Adrian?" Sekar bertanya

Nina mengangguk "Iya, dan Adrian menolak mentah-mentah saran dari ibu untuk dia menikah lagi!"

"Lalu ibu ingin Sekar melakukan apa?" Wanita cantik itu bertanya lagi

Nina menggenggam tangan menantunya, tatapannya penuh harap dan Sekar dapat melihatnya

"Bicaralah pada Adrian nak! Bujuk dia agar mau menikahi Widia dan memiliki keturunan! Ibu lelah dengan desakan keluarga" Nina mengeluarkan air mata saat mengatakannya

"Bagaimana jika mas Adrian tetap menolak?"

"Ibu ingin kamu melihat ini!" Sebuah amplop putih diberikan Nina pada Sekar

Sekar membuka amplop tersebut dan membaca isinya. Sekar terkejut bahkan menutup mulutnya dengan sebelah tangannya

"Ibu menderita kanker? Sejak kapan?" Sekar tidak percaya atas apa yang ia baca pada kertas berlogo rumah sakit itu

"Sudah sangat lama, dan semakin hari penyakit itu kian menggerogoti tubuh ibu. Ibu tidak tahu dapat hidup berapa lama lagi" Nina terisak

"Ibu lelah saat keluarga besar ayah mertuamu menuntut penerus bagi keluarga besar, hal itu membuat kondisi ibu kian drop. Itu yang membuat ibu melakukan ini nak" ucap Nina memelas dan Sekar tidak sampai hati melihatnya

"Maafkan Sekar Bu, andai Sekar tidak memiliki kekurangan mungkin ibu tidak akan menderita seperti ini!" Lembut Sekar bertutur

"Apa mas Adrian tahu tentang penyakit ibu?" Sekar bertanya pada ibu mertuanya

Nina menggeleng "Ibu belum memberitahu pada siapapun, termasuk Dita"

"Bagaimana nak? Apa kamu bisa?"

"Sekar akan bicara dengan mas Adrian, Sekar akan membuat mas Adrian mengerti akan situasinya" Sekar berusaha tersenyum saat mengatakannya

"Terima kasih Sekar, ibu berhutang banyak pada kamu nak" Nina menggenggam tangan menantunya dengan berderai air mata

"Sekar akan melakukan apapun demi ibu" Sekar mengusap pipinya yang juga terdapat air mata

Dalam perjalanan pulang, Sekar dibuat gusar. Permintaan sang ibu mertua serta keegoisan sebagai seorang istri memenuhi kepalanya

"Apa aku bisa melihat mas Adrian bersanding dengan perempuan lain? Apa aku sanggup berbagi suami dengan perempuan lain? Apa yang harus aku lakukan ya Allah!"

Sekar terus bertanya dalam hatinya, dirinya begitu mencintai Adrian. Tapi meninggalkan pria itu juga rasanya ia tidak akan sanggup

Sekar tiba di rumah saat hari sudah sore, dirinya disambut oleh senyum manis sang suami yang ternyata telah kembali dari kantor

"Mas sudah pulang?" Sekar menghampiri Adrian, mencium punggung tangannya sebagai bakti seorang istri lalu satu kecupan lembut Adrian bubuhkan di kening wanita yang begitu ia cintai itu

"Kok ketemu ibu lama banget? Kalian bicara apa aja?" Keduanya berjalan beriringan menuju lantai atas dimana kamar mereka berada

"Maaf ya mas" Sekar menatap wajah tampan suaminya dengan rasa bersalah

"Tidak masalah sayang! Aku seneng kalau kamu deket sama ibu" Adrian memeluk tubuh sang istri dari belakang, melihat pantulan keduanya pada cermin rias

"Mas"

"Hmm?" Adrian memejamkan matanya, meresapi aroma lembut dari tubuh istrinya

"Boleh aku mengatakan sesuatu?" Ragu, Sekar bertanya

"Apa?"

"Apa kamu mencintai aku?"

Adrian mengerutkan keningnya, membalik tubuh sang istri agar menatap kearahnya "kenapa nanya gitu?"

"Cuma nanya aja!"

"Apa sesuatu yang sudah pasti jawabannya harus kamu tanyakan lagi?" Adrian merasa istrinya aneh kali ini

"Apa kamu bisa mewujudkan satu keinginanku?"

Menolak

"Apa kamu bisa mewujudkan satu keinginanku?" Sekar bertanya

"Apapun untuk kamu sayang!" Tak tahan, Adrian mengecup sekilas bibir ranum wanitanya itu

"Bagaimana jika aku meminta kamu untuk menikah lagi?" Ucapan itu seketika membuat Adrian melepas pelukannya dari tubuh istrinya

"Apa maksud kamu Sekar?" Tanya Adrian tak percaya

"Mas aku hanya..."

"Apa ibu yang sudah menyuruh kamu untuk mengatakan ini?" Adrian curiga, terlebih sang ibu juga pernah mengatakan hal ini sebelumnya

"Namanya Widia, dia wanita yang cantik"

"Siapapun dia aku tidak peduli! Aku tidak pernah berpikir untuk menduakan kamu dengan alasan apapun!" Tegasnya, bahkan Sekar tak dapat berkata-kata lagi

Tersanjung? Jelas Sekar tersanjung, dicintai sebegitu besarnya oleh pria yang merupakan suaminya adalah sesuatu yang begitu diinginkan oleh setiap wanita dan dirinya mendapatkan itu dari Adrian

"Sudahlah, kamu bersih-bersih sana! Sepertinya kamu bau asem" ujar Adrian

"Masa sih?" Sekar bahkan reflek mengendusi tubuhnya sendiri, takut sang suami tidak nyaman

Adrian tertawa, istri tercintanya ini memang sangat menggemaskan terlebih wajahnya yang ditekuk dengan bibir yang mengerucut

"Kamu ngerjain aku ya?"

"Maaf, maaf! Lagian sejak kapan sih kamu bau?" Adrian kembali memeluk tubuh wanita itu

"Awas mas! Aku mau mandi!"

"Sebentar lagi sayang!" Pria itu kian mempererat pelukannya

"Hey Sekar!" Adrian tertawa saat istrinya bisa lepas dan sekarang telah berada dikamar mandi

"Aku mencintai kamu Sekar, jika dengan memiliki anak artinya aku harus kehilangan kamu maka aku tidak akan melakukan itu!" Lirih Adrian menatap nanar pintu kamar mandi yang telah tertutup

Sekar adalah cinta pertama bagi Adrian, dirinya telah jatuh cinta pada wanita itu sejak pertama kali melihatnya

Sekar adalah anak yatim-piatu yang tinggal disebuah panti asuhan, saat itu perusaahan tempat Adrian bekerja mengadakan acara amal dipanti tersebut

Disanalah Adrian melihat Sekar yang menjadi salah satu pengurus dipanti tersebut, Sekar juga menjalankan toko bunga milik ibu panti dan hal itu menjadi alasan untuk Adrian mencintai wanita itu

Bagi Adrian kebahagiaan Sekar adalah yang utama, dan ia tidak akan menggadaikan hal itu untuk kehadiran seorang anak

***

Seperti pagi sebelumnya, Sekar akan disibukan dengan suaminya yang akan berangkat kerja. Memasangkan dasi, jas serta menyiapkan tas kerja milik pria itu

"Kenapa kamu diem aja?" Adrian bertanya, karena jika tengah mengikatkan dasi seperti ini Sekar pasti selalu mengoceh

"Aku cuma kepikiran ibu mas"

"Ada apa sama ibu?" Adrian bertanya lagi, entah apa yang Sekar tahu dan dirinya tidak tahu

"Mas, aku takut jika kita tidak sempat untuk membahagiakan ibu, jangan sampai karena keegoisan kita, membuat kita menyesal mas" Sekar menatap lekat suaminya, kegiatannya kini beralih memasangkan jas pada tubuh kekar suaminya itu

"Apa yang kamu tahu, Sekar?"

"Ibu sakit keras mas" Jawaban Sekar jelas membuat Adrian terkejut, terlebih ia tidak mengetahui hal ini

"Sakit keras?"

Sekar mengangguk "Cepatlah ambil keputusan mas! Aku tidak ingin kamu menyesalinya nanti!"

"Tapi aku tidak ingin kehilangan kamu sayang" Adrian menarik pinggang sang istri hingga membuat tubuh keduanya kian menempel

"Kamu tidak akan kehilangan aku mas, aku berjanji" ucap Sekar dengan sangat yakin

"Jika kamu pergi, aku tidak tahu dapat bertahan hidup atau tidak Sekar!" Adrian bersungguh-sungguh, apa jadinya ia tanpa Sekar disisinya

"Aku akan tetap disini mas! Aku janji" Sekar menggenggam tangan suaminya

"Aku akan pikirkan hal ini lagi!" Adrian putus asa, terlebih mengetahui jika sang ibu tengah menderita sakit yang Sekar pun tidak memberi tahukan dengan jelas

"Terima kasih mas!" Sekar tersenyum, entah itu senyum bahagia atau senyuman yang menyimpan banyak luka

Keduanya keluar kamar serta melakukan sarapan, keluarga kecil itu begitu bahagia terlepas dari besarnya cobaan yang tengah menghimpit keduanya

"Lilis suka iri liat mas sama mbak!" Pekerja dirumah mereka memang sangat dekat mengingat Adrian serta Sekar yang memperlakukan pekerja dengan sangat baik

"Kamu aja yang nggak mau Lis!" Sekar berucap pada Lilis, wanita yang usianya lebih muda setahun itu

"Memangnya ada yang mau sama Lilis, mbak?" Tanya Wanita itu sembari menata beberapa menu lagi diatas meja

"Bagaimana dengan Fasco? Dia lumayan!"

"Namanya Faisal mbak, ngapain mbak Sekar ngikutin gilanya Faisal yang mau dipanggil Fasco!" Lilis mendengus mendengar ucapan majikannya itu

"Ya sama aja! Gimana?"

"Nggak ah mbak! Si Faisal juga suka godain Ningsih si penjual jamu itu!" Lilis dan Faisal adalah asisten rumah tangga dikediaman Adrian, keduanya memang masih muda, berbeda dengan beberapa pekerja yang biasanya telah berusia lanjut

Setelah sarapan Adrian akan meninggalkan rumah dengan mobil miliknya, suami Sekar itu bekerja disebuah perusahaan besar di kota ini dengan jabatan sebagai Manager

***

Di perusahaan ini Adrian dikenal sangat berkompeten, pekerjaannya selalu selesai dengan sangat baik, itulah mengapa ia begitu dihormati

"Ada apa Yan? Kamu terlihat banyak pikiran?" Seorang teman bertanya

"Istriku Gas, istriku memintaku untuk menikah lagi" jawab Adrian, keduanya tengah menikmati makan siang di kantin perusahaan

"Terus apa yang bikin kamu berpikir? Semua suami menunggu istrinya meminta hal itu" sahabatnya bernama Bagas itu sedikit bercanda

"Aku begitu mencintai Sekar, rasanya nggak mungkin untuk aku menduakan dia" Adrian tertunduk lesu, permintaan Sekar jelas begitu mempengaruhinya

"Aku salut padamu Adrian, rasanya nggak mungkin ada suami seperti kamu ini!" Bagas memuji cinta yang dimiliki Adrian pada istrinya

"Aku ada saran, gimana kalau kamu dan Sekar melakukan program bayi tabung?" Bagas memberikan saran, Adrian mengangkat wajahnya menatap sahabatnya itu

"Bayi tabung?"

"Iya, kalian belum pernah coba kan?" Adrian mengangguk

Selama ini memang keduanya tidak mencoba metode apapun, bagi Adrian Sekar adalah segalanya sehingga dengan adanya Sekar saja, dirinya sudah sangat bersyukur dan selama ini juga tak ada pembicaraan mengenai anak dan sebagainya

***

Adrian pulang kantor saat hari masih sore, seperti biasa, Sekar akan berdiri didepan rumah untuk menyambutnya. Hal itu membuat rasa lelah seharian bekerja seperti menguap hilang entah kemana

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" Sekar mencium punggung tangan suaminya lalu Adrian menghadiahkan satu kecupan mesra di keningnya

Sekar mengambil alih tas milik sang suami lalu keduanya berjalan beriringan masuk kedalam rumah. Sesampainya di kamar, Sekar bergegas membantu sang suami melepas pakaian lalu Adrian kekamar mandi untuk membersihkan diri

Setelah makan malam, seperti biasa, sepasang suami istri ini akan memilih untuk beristirahat dikamar mereka sembari berpelukan

"Mau aku pijit mas?" Sekar menawarkan diri saat melihat pria tampan itu tengah memijat tengkuknya yang mungkin terasa sakit

"Nggak usah sayang, mending kamu peluk aja!" Adrian menepuk sisi tempat tidur karena sang istri baru saja selesai dengan ritual malamnya

Berdebat

"Nggak usah sayang, mending kamu peluk aja!" Adrian menepuk sisi tempat tidur karena sang istri baru saja selesai dengan ritual malamnya

Sekar duduk, keduanya bersandar pada headboard dengan kaki yang berselonjor, Sekar bersandar pada dada bidang suaminya sementara Adrian mengusap rambut panjang milik sang istri sembari mencium aroma lembut dari rambut indah tersebut

"Sayang"

"Hmmm" Sekar memejamkan matanya, meresapi kehangatan dalam pelukan pria yang begitu ia cintai mengingat entah kapan semuanya akan terbagi atau bahkan berakhir

"Temanku Bagas ngasih saran, gimana kalau kita menjalankan program bayi tabung?" Adrian memulai pembicaraan

"Bayi tabung?" Sekar mendongak menatap wajah tampan suaminya

Adrian mengangguk "Kita belum pernah coba kan? Kita akan melakukannya secepatnya agar ibu tidak lagi mendesak! Bagaimana?"

Sekar berpikir lagi, apa yang dikatakan oleh suaminya benar juga, keduanya memang belum mencoba metode bayi tabung. Jika ini berhasil mereka akan mendapatkan keturunan tanpa Adrian harus menikah lagi

"Aku mau mencobanya mas, kita bisa usaha dulu kan?"

"Kamu serius?" Adrian mendorong pelan tubuh istrinya, menatap lekat wajah cantik yang selalu membuatnya jatuh cinta

Sekar mengangguk "Kita sudah berdoa, selanjutnya adalah ikhtiar kan?"

Adrian bahagia mendengarnya, ia kembali membawa wanita itu dalam pelukannya bahkan kali ini lebih erat

"Kalau begitu kita coba yang alami dulu!" Ucapan Adrian yang ambigu membuat Sekar mengerutkan keningnya

"Maksudnya?"

"Yaa itu"

Adrian bahkan telah melepas kaus polos yang ia kenakan "Kamu mau apa mas?"

"Yaa mencoba yang alami!"

"Dasar mesum!" Keduanya terkekeh

Dengan suasana kamar yang telah temaram, sepasang suami istri itu saling memberi kehangatan, bukan hanya cinta, namun beberapa harapan dilangitkan saat melakukan penyatuan ini, berharap semoga saja tuhan berbaik hati dengan selalu membuat mereka bersama tanpa adanya gangguan dari pihak lain

***

Entah ada angin apa, hingga Nina datang mengunjungi kediaman anak serta menantunya pagi ini

Adrian dan Sekar yang baru saja keluar kamar merasa bingung akan kedatangan Nina yang tidak seperti biasanya terlebih wanita paruh baya itu datang bersama seorang wanita muda nan cantik

"Ibu, ibu kesini?" Sekar menghampiri sang mertua lebih dulu lalu keduanya saling berpelukan

"Apa ibu nggak boleh, menengok anak serta menantu ibu sendiri?" Ucapan Nina hanya bercanda

"Nggak gitu Bu, ya tumben aja gitu" Sekar lalu membawa pandangannya pada wanita cantik disamping ibu mertuanya "Widia"

"Mbak Sekar!" Keduanya saling menyapa, Widia menatap kearah pria tampan yang akan segera menjadi suaminya itu, selama ini ia hanya melihat Adrian lewat foto yang diberikan sang ibu maupun Nina

"Oh iya Adrian, kenalkan ini Widia. Dia anaknya teman arisan ibu! Widia dia Adrian anak lelaki ibu yang ingin ibu kenalkan kepada kamu!" Nina tersenyum saat mengatakannya

"Saya Widia, Mas!" Wanita cantik itu menyodorkan tangannya namun Adrian enggan untuk menyambutnya, alhasil Widia kembali menarik tangannya dengan rasa kecewa

"Duduk dulu Bu, Widia! Biar aku buatkan teh" Sekar hendak berlalu namun tangannya ditarik oleh sang suami hingga membuatnya duduk disamping pria itu

"Biar Lilis saja yang buatkan tehnya!" Ucap Adrian, dan Sekar mengangguk patuh

"Bagaimana Sekar, kamu sudah bicara sama Adrian?" Sekar tahu maksud dari ucapan ibu mertuanya hingga ia langsung mengangguk

"Baguslah, lalu apa keputusan kamu Adrian?" Nina beralih menatap putra kesayangannya

"Adrian menolak!"

Nina terkejut, apa Sekar tidak berhasil membujuk suaminya? Kalau begitu dirinya harus turun tangan

"Jangan hanya mengandalkan cinta, Adrian. Kamu jelas tahu jika keluarga kita butuh seorang penerus. Keluarga kita itu keluarga yang sangat besar, berbeda dengan Sekar yang hanya tinggal dan besar dipanti asuhan!"

Sekar menatap sendu ibu mertuanya, entah apa maksud dari ucapan Nina, yang jelas itu terdengar menyakitkan ditelinga Sekar

"Apa maksud ibu? Aku mencintai Sekar, dan Adrian tidak akan pernah menduakan cinta Sekar. Adrian tidak peduli dengan keluarga besar atau apapun itu" tegas Adrian

Widia yang mendengar perdebatan itu kian jatuh hati pada calon suaminya itu, Adrian adalah pria sempurna. Sudahlah tampan, mapan dan setia pula

"Kamu jangan gegabah Adrian! Apa kamu tidak mengerti apa yang keluarga besar kita inginkan? Kamu itu egois Adrian!" Kesal Nina, ia pikir jika Sekar turut bicara pada Adrian maka putranya itu akan setuju tanpa berpikir lagi mengingat bagaimana besarnya cinta Adrian pada istrinya itu

"Adrian punya jalan keluar untuk masalah itu tanpa harus menduakan Sekar!"

"Apa?"

"Kami akan menjalankan program bayi tabung! Secepatnya aku dan Sekar akan bertemu dokter untuk melakukan pemeriksaan!"

Sial, jika mereka melakukan program itu, maka pupus sudah harapan Nina untuk menjalin hubungan dengan keluarga Widia yang dikenal sebagai keluarga pengusaha

Sebenarnya tujuan utama Nina menjodohkan putranya dengan Widia adalah keinginannya untuk berbesan dengan keluarga wanita itu, terlebih Widia adalah seorang model terkenal. Berbeda dengan Sekar yang hanya seorang anak yatim-piatu. Selain cantik, entah apa yang bisa Nina banggakan dari menantunya itu

"Bukankah itu perlu waktu Adrian? Keluarga sudah mendesak! Dan lagi, program bayi tabung itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, Adrian" Ucap Nina lagi

"Adrian tidak peduli Bu, lagi pula sejak kapan ibu memikirkan tentang uang?"

"Bagaimana jika itu gagal? Bukankah metode seperti itu tidak selalu berhasil?" Nina masih dengan pendiriannya untuk menikahkan Adrian dan Widia

"Adrian tidak akan pernah berpikir seperti itu, namun jika hal buruk terjadi pun Adrian tidak akan menikah lagi!"

Sekar menatap sendu sang suami, Adrian membelanya, bahkan tak peduli jika harus berdebat dengan ibunya sendiri. Ia merasa menjadi istri yang gagal karena sudah membuat seorang anak menentang keinginan ibunya

"Jangan sampai kamu menyesali ini Adrian!"

"Jika ibu sudah tidak memiliki kepentingan lagi, silahkan pergi dan bawa wanita itu!" Adrian menunjuk kearah Widia

"Kamu mengusir ibu?"

"Jika keberadaan ibu hanya membuat istriku sedih maka sebaiknya ibu pergi saja!" Tegas Adrian, tangannya sejak tadi tak lepas menggenggam tangan sang istri, ia tahu jika Sekar terluka akan ucapan Nina sang ibu

"Jangan sampai kamu menyesali ini nantinya Adrian!" Nina pergi bersama Widia, segudang rasa kecewa ia bawa serta. Widia seperti kehilangan harapan untuk memiliki suami sempurna seperti Adrian

"Terus gimana tan? Apa aku gagal jadi menantu Tante?" Keduanya kini telah berada didalam mobil milik Widia yang tengah melaju

"Kamu tenang saja Widia! Tante akan pikirkan cara lain agar Adrian tidak dapat menolak permintaan Tante!" Sebuah senyum menyeringai Nina perlihatkan di wajah keriputnya

Setelah kepergian Nina serta Widia, Sekar menatap suaminya dengan mata yang telah mengembun. Ada rasa haru saat pria yang begitu ia cintai itu membelanya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!