NovelToon NovelToon

Crazy Women For The Mafia

Ep 1

“Leeeettts Partyyyyyy…” Teriak Ara dengan semangat.

Di Villa tempat Ara tinggal, kini telah berkumpul banyak orang yang tidak lain adalah teman – teman Ara. Dia mengajak teman – temannya untuk berpesta. Ini bukan yang pertama kali Ara mengajak berpesta teman – temannya di rumah, bahkan bisa dikatakan sudah terlalu sering. Tetapi hari ini adalah puncaknya, karena Ara dengan berani hampir menghabiskan seluruh uang pemberian deddynya untuk membeli barang.

Bim!

Bim!

Sebuah mobil container datang di Villa Ara untuk mengantarkan barang – barang yang telah Ara pesan hari sebelumnya.

“Li.. ada container datang?” teriak seorang teman Ara yang ikut berpesta di sana.

“BUKA SAJA! ITU BARANG UNTUK KALIAN…KALIAN BEBAS MEMILIHNYA.” Teriak Ara dari tepi kolam renang.

“Kak kau akan habis setelah ini!” komentar Rosa pelan dari atas balkon lantai 2, sambil memperhatikan kakaknya dan semua orang yang sedang party di bawah sana.

Rosa sangat prihatin dengan apa yang di lakukan oleh kakaknya.

Begitu mendengar apa yang Ara ucapkan semua teman – teman Ara langsung berhamburan ke container tersebut untuk memilih barang yang mereka suka dan mereka inginkan.

“Kau sangat baik beb..” puji Richard pacar Ara yang saat ini sedang duduk di sebelah Ara.

“Off Course” jawab Ara dengan senyum manjanya pada Richard.

“I LOVE YOU Ara..” teriak salah seorang teman Ara dari jauh yang saat ini sedang senang dengan barang yang ia dapatkan.

Ara hanya tersenyum senang. Dalam hati Ara berucap (Look dad! Sejauh apa kau akan bertahan melihat semua ini?)

Dan tidak lama sebuah suara menginterupsi mereka semua yang sedang berpesta.

“BUBAR! SEMUANYA BUBAR!” teriak Antony begitu memasuki halaman belakang rumah tempat Ara mengadakan pesta.

“ARA! IT’S ENOUGH! OVER! BESOK DEDDY AKAN MEMINDAHKANMU KE ASRAMA” Antony berteriak murka melihat kelakuan putri sulungnya yang semakin hari semakin menjadi – jadi.

“As you wish dad!” jawab Ara dengan penuh semangat.

~

Arabella Swan adalah anak pertama dari  Antony Swan. Dia mempunyai seorang adik yang bernama Rosalia Swan.

Saat ini Ara duduk di bangku kelas 12 sekolah menengah atas di sebuah sekolah Internasional yang ada di negara Itali.

Satu tahun terahir ini semenjak mommynya meninggal, Ara berubah menjadi anak yang susah diatur dan selalu berulah. Itu semua di sebabkan karena semenjak sang mommy meninggal, sang deddy berubah. Antony yang dulunya selalu ada untuk mereka, kini selalu sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan, Antony jarang pulang ke rumah. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor.

Hampir setiap minggu Antony selalu menerima surat panggilan akibat pelanggaran yang dilakukan oleh Ara. Antony benar – benar lelah dengan sikap putri sulungnya itu. Sampai pada hari ini sebagai puncaknya saat Ara berulah dengan membuat pesta yang bisa dibilang sangat gila. Dan hal itu menyebabkan Antony harus mengambil keputusan untuk mengasramakan putri sulungnya itu.

~

“Kak, apa kau tidak kasihan denganku harus tinggal di rumah ini sendiri tanpa teman!” Rosa mengeluh pada Ara yang tengah berbaring di sebelahnya.

Rosa merasa sedih mengingat keputusan yang diberikan sang deddy pada kakaknya itu. Tapi ia juga tidak bisa melakukan apa pun karena memang apa yang sudah dilakukan oleh Ara memanglah sangat keterlaluan.

“Tenanglah, kau tidak akan kesepian. Aku akan sering – sering menghubungimu!” jawab Ara.

“Sudah, tidurlah! Ini sudah malam!” tambah Ara sambil mengelus kepala sang Adik. Ara sebenarnya merasa kasihan dengan Rosa karena harus meninggalkan sang adik sendirian.

 Ara adalah anak yang humble dan selalu patuh dengan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Bahkan sampai saat ini ia pun masih sama, hanya saja untuk saat ini Ara tidak terlalu memperlihatkannya. Ia lebih cenderung bersikap bandel untuk mendapatkan perhatian dari Antony kembali. Jadi jika di katakan Ara bersikap kekanak – kanakan jawabannya adalah ya.

~

Keesokan harinya, Ara sudah mulai bersiap mengemas barang – barangnya yang perlu ia bawa ke Asrama.

“Ra kau tidak mau membawa sepatu dan tas brandedmu ini?” tanya Relly teman Ara yang ikut membantu mengemas barang bawaan Ara.

“Tidak, Aku malas” sahut Ara dengan nada yang malas pula.

“Buat aku ya Ra?” ucap Relly sambil menenteng tas dan sepatu brended bermerek Gucci.

“Ambil aja!” jawab Ara dengan nada entengnya.

“Yang ini juga ya Ra? Ini sepertinya tidak cocok deh buat kamu.” Relly mulai menjilat Ara untuk mendapatkan barang – barang Ara.

“Terserah!” Ara tidak begitu menggubris apa yang diucapkan temannya kerana pada dasarnya, Ara bukanlah orang yang pelit.

“Dasar parasit!” timpal Rosa dengan raut wajah tidak suka.

Relly yang mendengar ucapan dari Rosa hanya membuang wajah dan bersikap seolah – olah tidak mendengar apa – apa.

Rosa sebenarnya tidak mempermasalahkan sikap dermawan sang kakak. Tetapi ia sangat tidak suka dengan sikap satu orang teman kakaknya itu yang sering kali memanfaatkan sang kakak, yaitu Relly.

“Ra ada telpon dari Richard” ucap Relly saat melihat ada notif paggilan di HP Ara.

Dengan semangat Ara segera menerima panggilan tersebut. “Hay beb, ada apa?” tanya Ara.

“Apa kau sedang sibuk? Aku sangat rindu padamu beb!” jawab Richard dari ujung panggilan

“Beb aku minta maaf, sepertinya kita tidak bisa bertemu untuk waktu dekat ini..” jawab Ara sendu

“Kenapa sayang? Apa kau sudah bosan padaku? Atau aku membuat kesalahan dengan mu?” tanya Richard

“Bukan! Bukan begitu, tapi sore ini deddy akan mengantarku ke asrama di tempat antah berantah.” Jahut Ara sendu.

“What! Kenapa secepat itu? Padahal aku sangat rindu padamu beb!” Richard mengeluh karena Ara tidak bisa keluar untuk bertemu dengannya.

(Dasar buaya… menjijikkan!)Gerutu Rosa dalam hati mendengar percakapan sang kakak dengan pacarnya.

“Itu sudah keputusan deddy beb! Am sorry beb…” Sesal Ara. “Tapi aku berjanji, aku akan sering – sering menghubungimu! Nah, berhubung di sini ada Relly juga, selama aku pergi kau aku titipkan ke Relly ya beb. Jangan macam – macam selama aku pergi!” karena terlalu cemasnya, Ara sampai menitipkan sang pacar pada teman baiknya itu.

“Yang benar saja Ra…? Richard itu pacarmu, dia bukan barang!” Protes Relly

“Heey… jangan salah paham! Maksudku, titip buat diawasin bukan yang lain… enak aja!” Ara membenarkan maksud dari ucapannya tadi.

“Kau tidak perlu khawatir beb! Di sini aku tidak akan macam – macam, ditambah sampai aku kau titipkan segala pada temanmu!” Richard meyakinkan Ara bahwa ia akan setia padanya.

“Iya – iya aku tahu… ya sudah beb, sepertinya deddy sudah datang. Aku berangkat dulu, see you.. Love you beb.. “ Ara berpamitan pada Richard setelah mengetahui kedatangan sang deddy.

“Love you more beb! I will miss you much” sahut Richard sebelum panggilan tertutup.

“Kalau begitu, aku pulang dulu Ra… sampai jumpa lagi saat nanti kau pulang. Aku akan sangat merindukanmu!” Relly juga ikut berpamitan untuk pulang setelah mengetahui sang sahabat akan segera berangkat.

(Lebih tepatnya, merindukan barang kakak yang mana lagi yang akan kau minta) ucap Rosa dalam hati sambil menatap sinis pada Relly.

“Ok! See you next time Rel!” jawab Ara sambil memeluk Relly.

“Kak!” ucap Rosa setelah Relly meninggalkan kediaman Swan.

“Hmmm..” sahut Ara yang masih mengemas beberapa barang tambahan lainnya.

“Sebenarnya kau tahu kan jika Relly itu hanya memanfaatkanmu?” Rosa bertanya untuk memastikan kebenaran pada Ara.

“Aku tau. Biarlah Sa, lagian kakak juga sudah lama tidak pernah memakai barang itu lagi!” jawab Ara yang masih berkutat dengan kopernya.

“Terserah kau saja lah!” ucap Rosa pasrah.

Ara yang mendengar ucapan sang adik tersenyum menanggapi.

“Kau sudah siap? Kita berangkat sekarang!” ucap Antony dari depan pintu kamar putrinya.

Ep 2

“Sebenarnya kau tahu kan jika Relly itu hanya memanfaatkanmu?” Rosa bertanya untuk memastikan kebenaran pada Ara.

“Aku tau. Biarlah Sa, lagian kakak juga sudah lama tidak pernah memakai barang itu lagi!” jawab Ara yang masih berkutat dengan kopernya.

“Terserah kau saja lah!” ucap Rosa pasrah.

Ara yang mendengar ucapan sang adik tersenyum menanggapi.

“Kau sudah siap? Kita berangkat sekarang!” ucap Antony dari depan pintu kamar putrinya.

***

“Baiklah!” jawab Ara tanpa melawan kata – kata dari sang deddy.

“Kak, give me a hug!” pinta Rosa saat Ara sudah sampai di pintu mobil sang deddy.

Ara pun lantas memberika pelukan kepada sang adik.

Antony yang melihat momen itu menjadi tidak tega. Tetapi setelah ia pikir kembali, ia memang harus melakukan ini untuk mendisiplinkan putri sulungnya itu.

Ara kemudian melepaskan pelukan adiknya. “Aku pasti akan sering mengirim kabar!” ucap Ara.

“Cepatlah seperti dulu, supaya aku tidak sendirian!” balas Rosa. Mekipun kaliLeonid itu terdengar sedikit pedas ditelinga, tetapi itu adalah ungkapan sayang yang diberikan oleh Rosa.

Ara yang mendengar ucapan sang adik hanya bisa tersenyum. Ia tidak marah sama sekali dengan ucapan Rosa karena ia tahu, itu adalah ungkapan sayang yang diberikan Rosa padanya.

~

Selama di perjalanan, baik Ara ataupun Antony tidak ada yang memulai pembicaraan. Sampai saat mobil yang mereka kendarai memasuki kawasan pegunungan di kota X, Antony mulai membuka suara.

“Deddy melakukan ini demi kabaikanmu sayang!” ucap Antony

“I know!” jawab Ara dengan nada cuek dan tanpa melihat ke arah sang deddy yang berbicara. Ia sibuk mengamati jalan yang ia lalui saat ini.

(Ini dimana? Kenapa tempatnya terpencil ditengah hutan seperti ini!) batin Ara. Sebenarnya Ara mengamati sekitar untuk mencari peluang untuknya kabur nanti.

“Jangan pernah bermimpi untuk kabur Ra! Di asramamu nanti semua diawasi dengan ketat.” Antony bisa menebak apa yang dipikirkan putrinya. Karena ini sudah  bukan yang pertama kalinya Ara harus transfer sekolah karena Ara selalu membuat ulah.

Ara yang mendengar ucapan sang deddy lantas merubah haluan duduknya menghadap ke arah depan dan langsung memejamkan Matanya.

Antony hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ulah putrinya yang benar – benar membuatnya sakit kepala.

~

Di lain tempat kini sedang berkumpul lima orang lelaki yang memiliki good looking, good money dan good power dengan satu orang sebagai leadernya yang terkenal dengan julukannya ‘Devil Hand atau Ace’.

Mereka berlima adalah Max atau yang sering mereka sebut dengan ‘Devil Hand atau Ace’ sang leader, Alexi asisten Max, Leonid sang hacker, Kevin sang eksekutor dan tangan kanan Max, serta Dylan yang memiliki tugas sebagai pengintai.

Mereka semua adalah sahabat Max sedari Max berada di Sekolah Menengah Pertama. Mereka berempat selalu mengikuti apapun yang dikatakan oleh Max. Pada awalnya mereka hanyalah berteman biasa. Namun seiring waktu yang mereka jalani, Max selalu menjadi tameng untuk mereka berempat dikala mereka dalam kesulitan. Dan dari situlah mereka kemudian menempatkan Max sebagai Leader mereka. Dari awalnya yang hanya sebuah geng kecil kini telah meluas menjadi sebuah geng mafia yang sangat besar dan terkuat hampir di daratan benua Eropa.

“ Aku sudah menemukan dimana pecundang itu membawa kabur barang kita Ace” ucap Leonid pada Ace.

“Good! Bereskan besok pagi Vin” Ace berucap dengan menatap ke arah Kevin lalu menyesap wiski yang ada ditangannya.

“Ok!” jawab Kevin. Kevin adalah tipe orang yang irit bicara sama seperti Max.

Tanpa Max harus menjelaskan panjang lebar, Kevin sudah tahu apa yang harus ia lakukan dan apa yang diinginkan oleh Max.

“Kau akan kamana Ace?” tanya Leonid saat melihat Max berdiri dan akan meninggalkan mereka.

“Pulang!” jawab Max.

“Kau tidak asyik Ace, padahal kami sudah memesan perempuan untuk menghibur kita malam ini!” sahut Leonid saat mendengar Max berucap akan pulang.

“Aku tidak minat!” jawab Max.

“Memangnya Ace seperti kau Leon yang maniak selangkangan!” sahut Dylan menertawakan kepikunan sahabatnya itu.

Max memanglah seorang cassanova\, tetapi ia selalu bermain aman dan tidak mau tebar benih pada sembarang perempuan. Dan Max juga tidak pernah mau menggunakan perempuan yang sama. Ia hanya selalu meminta perempuan yang ia bayar untuk melakukan servise  berupa BJ atau dengan tangan. Ia tidak pernah mengizinkan perempuan yang ia bayar untuk memasukkan jun**rnya ke dalam perempuan tersebut. Jangankan memasukkan\, bahkan bibir dan tubuh Max semuanya masih virgin. Kecuali jun**rnya karena memang meminta untuk di service.

Semua teman Max mengetahui itu. Dan mereka tidak pernah memprotes apa yang dilakukan oleh Max. Jangankan untuk protes, hanya sekedar bertanya saja mereka tidak berani apa lagi mau protes. Terkadang mereka hanya heran saja dengan tingkah temannya itu. Dalam benak mereka yang tertanam adalah (apakah itu saja sudah cukup memuaskan!). Tetapi terkadang terbesit di benak mereka untuk mempertanyakan kenormalan sahabatnya itu.

Tok!

Tok!

“Duduklah dibelakang Max! Aku saja yang menyetir!” ucap Alexi begitu kaca jendela mobil di turunkan oleh Max.

“Baiklah!” jawab Max. Kemudian ia keluar dari mobil dan berpindah di kursi belakang.

Kini Max diantar menuju ke Mansion pribadi Max oleh Alexi.

“Apa jadwalku besok Lex?” tanya Max pada Alexi.

“Tidak ada. Bukankah kemarin kau memintaku untuk mengosongkan jadwalmu selama sepekan ini! Memangnya ada apa?” Jawab Alexi.

“Hanya memastikan saja. Besok kita berangkat ke Villa jam 8 pagi!” balas Max.

“Siap!” jawab Alexi.

~

 Setelah menempuh belasan kilometer kawasan hutan, akhirnya mobil yang membawa Ara telah memasuki halaman Asrama tempat Ara akan berasrama.

Hal pertama yang Ara perhatikan begitu ia sampai adalah bangunan asrama yang terlihat tua karena bernuansa gaya Eropa lama yang memiliki sebuah kastil mirip yang ada pada film Harry Potter. Di samping itu, Asrama tempat Ara akan menyelesaikan masa sekolahnya juga di kelilingi oleh hutan. Hal itu menjadikan peluang Ara untuk kabur menjadi lebih kecil lagi.

Begitu sampai, Antony langsung turun dari mobil dan menemui teman sekaligus Kepala Sekolah Asrama tersebut yang saat ini tengah menyambut kedatangan Antony dan sang putri.

“Apa kabar tuan Swan?” Sapa Jasmine sambil menjabat tangan Antony.

“Seperti yang kau lihat Jasmine, sudahlah jangan terlalu formal!” jawab Antony. “Aku minta maaf karena merepotkanmu! Tapi aku benar -  benar minta tolong. Aku sudah kehabisan akal bagaimana harus menasehati putri sulungku ini! Aku tidak tahu apakah keputusan yang aku ambil ini sudah benar! Ku mohon jangan menyerah untuk menuntunnya, karena sikapnya benar -  benar…” Tambah Antony dengan ekspresi tak berdayanya dan sudah tidak tahu bagaimana akan menyelesaikan ucapannya.

“Kau tenang saja! Semua pasti akan baik – baik saja, putrimu hanya perlu waktu saja!” Jasmine akhirnya menjawab dengan nada santai dan meyakinkan Antony bahwa semuanya pasti akan kembali seperti semula dan apa yang ia lakukan sudah benar.

Barang bawaan Ara telah diturunkan oleh sang sopir. Namun Ara tak kunjung turun dari dalam mobil. Ara masih sibuk mengusap liontin yang diberikan oleh almarhum ibunya. Tatapannya jauh, entah apa yang Ara pikirkan saat ini. Sampai suara ketukan pintu terdengar dan itu menyadarkan dari lamunannya.

Tok!

Tok!

Ara menurunkan kaca mobilnya dengan ekspresi malas.

“Sayang turunlah!” perintah Antony.

Tanpa menjawab, Ara lantas membuka pintu mobil dan keluar.

Ep 3

Tok!

Tok!

Ara menurunkan kaca mobilnya dengan ekspresi malas.

“Sayang turunlah!” perintah Antony.

Tanpa menjawab, Ara lantas membuka pintu mobil dan keluar.

***

“Sayang perkenalkan ini Mrs Jasmine, beliau adalah kepala sekolah di asrama ini.” Antony memperkenalkan perempuan yang seusia dengan ayahnya itu kapada Ara.

Setelah mendengar ucapan Antony, Jasmine berinisiatif untuk mengangkat tangan terlebih dulu untuk melihat bagaimana reaksi dari Ara jika ada orang yang lebih tua mengajaknya berjabat tangan.

“Ara” ucap Ara singkat dan menjabat tangan Jasmine yang sudah lebih dulu ada di depannya.

“Selamat datang di Ace World International Ara” balas Jasmine dengan senyum ramahnya.

Dan Ara hanya memberikan tanggapan yang biasa saja.

Beberapa siswa yang saat ini tengah bersantai di halaman tengah memperhatikan gerak gerik dari Ara.

“Sepertinya ada anak baru lagi!” ucap seorang anak yang duduk di kursi taman bersama teman – temannya.

“Iya…tapi sepertinya dia anak yang sombong, lihat saja dari penampilannya!” jawab anak satunya.

“Sudah – sudah.. jangan menilai orang hanya dari penampilannya, tidak ingat setahun yang lalu kau datang seperti apa!” ucap seorang lagi menengahi.

Obrolan mereka pun terhenti saat mendengar salah satu dari mereka di panggil oleh kepala sekolah Jasmine.

“Clara! Kemarilah!”

Clara yang mendengar namanya dipanggil pun lantas segera mendekati kepala sekolah Jasmine.

“Maaf, apa ibu memanggil saya?” tanya Clara dengan sopan meyakinkan jika ia tidak salah dengar.

“Iya, ibu memanggilmu. Ibu ingin meminta tolong padamu untuk mengantar Ara, dia akan sekamar denganmu!” Jasmine menjelaskan pada Clara.

“Baik bu!”, “Ayo ikut aku!” Clara meminta Ara untuk mengikutinya.

Ara dengan wajah cuek mengikuti Clara dari belakang.

Ditengah perjalanan menuju kamar Asrama, Clara berinisiatif untuk mengajak bicara Ara untuk menghilangkan kecanggungan karena mereka nantinya akan tinggal dalam satu kamar.

“Hay, namaku Clara. Kita nanti akan tinggal sekamar! Siapa namamu?” ucap Clara.

“Ara!” Ara hanya menjawab dengan singkat dan tanpa mau berbasa basi.

Mood Ara benar – benar sedang buruk karena sang deddy benar – benar memasukkannya ke Asrama, jadi dia tidak mau memperpanjang percakapan diantara mereka.

(Kenapa aku selalu saja harus menghadapi gadis yang keras kepala seperti ini?) Clara bergumam dalam hati begitu mendengar jawaban singkat yang diberikan oleh Ara.

Mereka berdua pun tiba di kamar mereka. Saat Ara dan Clara masuk ke dalam kamar, ternyata di dalam kamar sudah ada Cloe dan Evelyn yang sedang ribut tentang make up. Sedangkan Aurel, ia tengah sibuk dengan buku bacaannya.

“Hay girl’s, kita kedatangan teman sekamar baru. Perkenalkan namamu!” ucap Clara berucap pada teman sekamarnya dan sekaligus meminta Ara untuk memperkenalkan dirinya.

“Ara!” Ara masih memperkenalkan dirinya dengan singkat. Sama seperti saat ia berkenalan dengan Jasmine dan juga Clara.

“Hai.., aku  Cloe” ucap Cloe

“Hai.., aku Evelyn” ucap Evelyn

“Aurel!” ucap Aurel yang tak kalah singkat dengan Ara.

“Tempat tidurmu ada di sana! Dekat dengan jendela!” meskipun sudah malas, tetapi Clara tetap menunjukkan dimana letak tempat tidur Ara.

Ara tidak menjawab ataupun mengucapkan kata terimakasih pada Clara. Ia langsung menuju ke tempat tidurnya dan duduk menghadap ke jendela.

Sedangkan yang lain, Cloe, Evelyn, dan Clara berbisik – bisik membicarakan Ara yang sangat angkuh dan tidak tahu kata terimakasih.

Setelah duduk terdiam selama 5 menit, Ara kemudian berdiri dan membuka lemarinya. (kosong?) batin Ara. (Dimana barang – barangku?) dia terheran karena barang bawaannya tidak ada di dalam lemarinya.

“Mmmm.., Ara.. Kenapa kau tidak menata barangmu? Apa kau tidak membawa satu barang pun?” Cloe bertanya dengan hati – hati dan nada sedikit takut kepada Ara.

“Menata? Bukankah sudah ada yang bertugas menata barang – barang!”

Mereka semua langsung terbengong begitu mendengar ucapan Ara. Dan tak lama, Clara tertawa dan berucap “Ha ha ha ha… kita ini di Asrama! Kita di sini diajarkan untuk hidup mandiri! Jadi jika kau tidak mau menata barang mu, maka lemarimu selamanya akan kosong!”

Meskipun ucapan Clara terdengar sedikit kasar tetapi Ara tidak merasa tersinggung sama sekali.

“Lalu dimana barangmu?” tanya Cloe

“Aku tak tahu!” jawab Ara dengan enteng.

“WHAT?” teriak Cloe secara reflek mengetahui Ara tidak tahu barang bawaannya ada dimana.

“Dimana terahir kali kau melihat barang bawaanmu?” kali ini Evelyn yang bertanya.

“Ada di halaman!” Ara berucap dengan santai.

“Oh God!” mereka secara bersamaan berucap dan menepuk jidat mereka, kecuali Aurel yang hanya diam dan menyimak saja.

“Memang kenapa?” tanya Ara dengan nada polos yang tanpa sadar mulai berinteraksi dengan mereka.

“Kenapa katamu! 10 menit lagi akan ada pemeriksaan kamar. Ambil barangmu sekarang!” Clara sangat geram dengan kebodohan Ara.

“Kenap___” ucapan Ara terpotong dengan teriakan teman sekamarnya yang sudah dengan tingkat Ara.

“TAKE YOU’RE STUF, NOW!”

“Oh Shit” ucap Ara

Tanpa sadar Ara langsung berlari keluar kamar dan mengambil barangnya yang ia perkirakan masih ada di halaman asrama.

Dan sesuai perkiraan, barang Ara memang masih teronggok di sana. Untungnya hujan belum turun, karena langit sudah terlihat gelap tertutup awan mendung.

“Huh!” dengus Ara karena melihat betapa banyak barang bawaannya.

“Ayo cepat Ra!”

Ara terkejut dengan kehadiran teman sekamarnya yang datang membantu mengangkat barang Ara.

Diam – diam Ara tersenyum dan berkata dalam hati

(Ternyata mereka tidak dendam dengan perlakuan sombongku tadi)

“Thank’s”

Ara mengucapkan kata terimakasih pada teman sekamarnya dengan tulus setelah barang – barangnya diletakkan oleh teman sekamarnya di samping tempat tidurnya.

“You’re welcome. Ku kira kau tidak bisa berucap terimakasih” jawab Evelyn sekaligus menyindir Ara.

Ara tidak menyangkal, ia hanya menjawab dengan senyuman yang sangat tipis.

Tepat saat Ara hampir selesai menyusun barangnya, Mrs Hilda yang bertugas melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan siswa datang memasuki kamar mereka.

“Buka lemari kalian dan keluarkan ponsel kalian masing – masing!” bu Hilda memberikan komando.

Dengan patuh semua anak segera membukakan lemari meeka dan mengeluarkan ponsel mereka juga, kecuali Ara. Dengan berani ia mempertanyakan apa yang dilakukan oleh bu Hilda.

“Kenapa harus mengecek lemari kami? Itu melanggar privasi! Dan untuk ponsel, kenapa juga harus dikumpulkan? Ini sudah Era Modern.”

Mereka bertiga langsung melongo mendengar apa yang diucapkan Ara. Sedangkan Aurel, ia hanya menggelengkan kepalanya.

“She’s crazy.” Bisik Cloe pada Clara dan Evelyn

“Siapa kamu? Berani mempertanyakan aturan di sini!” jawab Mrs Hilda mulai tidak suka karena Ara adalah yang pertama kali berani melakukan protes terhadap aturan yang selama ini telah berjalan di Asrama AWI.

“Dia murid baru di sini madam! Namanya Ara.” Clara mencoba untuk mencairkan suasana.

“Oh… Jadi anak manja yang dipindah kesini gara – gara susah diatur adalah kau! Pantas!”

Madam Hilda adalah guru yang bermulut pedas. Ia tidak akan tanggung – tanggung jika melihat ada murid yang berbuat kesalahan di depan Matanya.

“Pantas juga aku dipindahkan kemari, ternyata memang pengasuhnya juga tidak jauh berbeda dariku! Tidak punya atitud!” Ara membalas tak kalah pedas dari Madam Silvi.

Madam Silvi yang mendengar balasan dari Ara sangat marah sampai mukanya memerah. Baru satu kali ini ada siswa yang berani dengan dirinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!