NovelToon NovelToon

CINTA MATI Seorang Mafia

EPISODE 01 = 13 TAHUN KEMUDIAN

Jordan Wigher 28 tahun dengan tinggi tubuh 189cm dia adalah Presdir dari Perusahaan Nomor 1 di Negara K.

Ya, dialah Jordan si anak yang hidup sebatang kara di buang oleh ke dua orang tua nya yang bercerai.

Ayah nya pemabuk berat hingga akhir hayat nya pun tangannya tidak ingin terlepas dari botol minumnya.

Ibunya seorang wanita penghibur dan pecandu narkoba hingga tiba hari terakhirnya karena sakit yang dia derita.

Jordan kecil mengemis, meminta minta, di pukuli oleh preman dan mencari sisa-sisa makanan di tong sampah.

Masa-masa kelam dan dunia bawah yang mengerikan telah menjadi makanannya setiap hari, bahkan ia di besarkan oleh para wanita penghibur ketika ibunya sendiri tidak mau merawatnya.

Namun, suatu hari seakan Tuhan memberikan keajaiban dan kemurahannya pada Jordan.

Ketika dia sedang memakan roti yang dia pungut, muncul lah seorang gadis kecil berambut panjang dengan wajah bersinar tersenyum memberikan sepotong roti.

"Maukah kau ikut denganku...?"

"Aku akan membuatkan banyak roti untukmu dan kau bisa tidur ditempat yang nyaman..."

Suara gadis itu renyah, apalagi senyum nya bergitu bersinar.

Jordan hanya bisa mengangguk seperti tersihir dengan kecantikan gadis kecil itu.

******

"AAARRGGGHH !!!"

Terdengar suara memekakkan telinga di dalam kamar yang besar dan sunyi, lampu redup menyinarinya, tanpa ada bulan atau bintang, bahkan langit pun mendung pertanda akan turun hujan.

Seolah bulan dan bintang enggan muncul karena ketakutannya pada Jordan yang putus asa meluapkan kemarahannya, meratapi kemalangan gadis kecil yang dulu membawanya ke Panti Asuhan Mutiara Hidup.

"Dimana kau Rossalia, aku berjuang menjadi orang terkaya bahkan menjadi mafia nomor 1 hanya untuk mencarimu. Tubuhmu pun menghilang, andai saat itu aku menemanimu bermain di tepi pantai, pasti aku tidak akan kehilanganmu, maafkan aku Rossalia."

Jordan duduk lemas bersandar di tepian ranjang menekuk kedua kakinya dan menyangga kepalanya dengan kedua tangannya, seakan kepalanya begitu berat, memikirkan dimana Rossalia, masih hidup ataukah sudah mati.

******

Pukul 10 pagi di Mansion Pearl

"Ddrrtt... Ddrrtt...Dreetttt..." Ponsel Jordan bergetar berkali kali.

Namun Jordan masih tidur di ranjangnya meski hanya memakai celana boxer, dengan posisi tengkurap, ketampanannya tidak berkurang sedikitpun.

Perlahan ia mulai sadar dan mengusap-usapkan wajahnya dengan selimut yang ia jadikan bantal untuk kepalanya.

Tangan kanannya mencoba meraih ponsel diatas meja yang tak terlalu jauh darinya. Kepalanya sedikit pusing dan berat karena pengaruh alkohol yang dia minum semalam.

"Hmm?" Jordan menjawab dengan masih menutup matanya.

"Tuan saya sudah 4 jam berdiri di depan pintu kamar anda, dan sekarang sudah pukul 10 pagi. Hari ini anda ada meeting dengan klien pukul 10.30 baju dan keperluan lainnya sudah saya siapkan". Dengan nada tenang assisten pribadi Jordan menjelaskan.

"Masuk Lorez bantu aku siap-siap." Jordan mematikan ponselnya dan menuju kamar mandi.

Lorez masuk dengan pelayan-pelayan yang lain, membawa segala keperluan Jordan.

Tangan kirinya membawa setelan jas mahal untuk Jordan. Kamar nya sangat luas hingga 10 pelayan Jordan sudah masuk semua, kamar itu masih terlihat luas.

Jordan telah siap menuju kantor, ia berjalan menuju halaman Mansion diikuti oleh Lorez yang kemudian membukakan pintu mobil untuk Jordan.

Di dalam mobil Jordan duduk menyilangkan kaki kanannya dan bertumpu pada kaki kiri, itulah gaya duduknya, sambil memandangi jendela melihat jalan yang sering dia lalui semasa kecil. Jalanan yang menjadi rumahnya ketika ia masih kecil, beratap langit dan berselimutkan angin.

"Apa kau sudah dapatkan informasi yang ku cari?" Jordan memecah keheningan di dalam mobil. Matanya tak berpaling dari apa yang sedang ia lihat dari balik jendela mobilnya.

Lorez yang sedang menyetir, melihat Jordan melalui kaca spion.

"Maaf Tuan masih belum, sangat sulit menggali informasi yang sudah 13 tahun lamanya."

"Apa kau ingin di deportasi ke Antartika?"

"Maaf Tuan, saya tidak berani, saya akan segera menemukan informasi gadis kecil Tuan."

"Hm." Jordan menjawab dengan dingin.

Mobil itu melaju dengan kecepatan normal, membelah padatnya jalanan kota.

Hingga sampailah mereka di Perusahaan terkenal nomor 1 di negara K dan Perusahaan paling berpengaruh nomor 5 di dunia.

Jordan berusaha keras merintis nya menjadikan Perusahaan paling berpengaruh di dunia, di bawah tangan dingin dan sikap dingin tanpa ampun dia bisa menapaki tangga teratas dunia bahkan bak dewa, sebentar lagi dunia akan berada di dalam genggamannya.

Ya, Jordan kecil diadopsi oleh Paman Peter Wigher seorang mafia yang sangat berpengaruh, bahkan memiliki perusahaan terbesar di dunia. Jordan telah menyelamatkan Peter ketika sedang perang besar memperebutkan kekuasaan Peter.

Nicholas anak buah kepercayaannya yang pada akhirnya melakukan kudeta. Nicholas adalah bawahan dari assisten pribadi Peter yang sangat dipercaya namun diam-diam dia mendirikan organisasinya sendiri untuk melawan Peter dan ingin merebut segala yang Peter punya.

Saat itu Peter dalam keadaan terdesak di negara K dan Peter hanya membawa sedikit anak buah, Peter melarikan diri dengan banyaknya luka dan di temukan oleh Jordan, dibawalah Peter ke Panti Asuhan Mutiara Hidup.

Setelah Peter sembuh dia memanggil anak buah dan orang-orang kepercayaannya untuk menjemputnya kembali ke negaranya. Di sisi lain Peter tidak memiliki anak, maka Jordan lah yang diangkat menjadi anaknya.

Jordan diberikan pendidikan dan asuhan serta pelatihan keras hingga menjadi orang yang seperti sekarang.

Lorez dengan cepat membuka kan pintu mobil untuk Jordan, dengan kaki panjang Jordan melangkah cepat, di belakangnya Lorez mengikuti, dia adalah tangan kanan kepercayaan Jordan.

Lorez memiliki tinggi tubuh yang sama dengan Jordan, ia memiliki sifat dingin, serta memiliki wajah yang tampan. Namun ketampanannya masih belum bisa menyaingi Jordan.

Semua karyawan menundukkan kepalanya sembari berbisik bisik lirih.

"Ya tuhan, ak rela meski hanya menjadi pembantu di rumahnya."

Seorang wanita di sisi yang lain pun berkata,

"Ya tuhan, apa jantungku baik-baik saja?"

Bahkan teman disampingnya menjawab,

"Yaaa.. mungkin jantung kita sudah terjatuh ke lantai karena saat ini aku merasa sedang melihat tampannya  malaikat."

Wanita yang lain ikut menimpali,

"Aku rela mencuci semua baju kotornya hingga kuku ku rusak, jika itu membuatku setiap hari bisa melihat ketampanannya".

Jordan serta Lorez berjalan dengan cepat, kaki-kaki mereka begitu panjang. Lorez membukakan pintu kemudian Jordan memasuki ruangan yang sudah dipenuhi oleh para staff dan manager.

Sampai di ruangan meeting semua orang terdiam. Mulailah terasa aura mencekam di ruangan itu, dengan tatapan tajam dan suara yang tegas Jordan memimpin rapat.

"Mari mulai rapatnya, presentasikan proyek yang akan kita kerjakan. Saya tidak suka jika ada kecerobohan, kegagalan, ataupun kecurangan disini, yang tidak siap dengan aturan saya silahkan angkat kaki dari PERUSAHAAN ROSSALIA GRUP !!!"

Bersambung

EPISODE 02 = HERDER

"Haii cantik pesan semua makanan yang paling enak dan temani aku duduk disini, apakah kau mau menjadi istri ke-2 ku?"

Seorang pria tua yang mesum menggoda pelayan kedai, dia adalah ketua preman yang sering meminta dan memalak uang para pedagang, serta memberikan sejumlah uang sebagai pinjaman dengan bunga yang tinggi, selama para pedagang dan masyarakat hidup di wilayah kekuasaannya, semua harus mengikuti aturan yang dia buat.

"Ma...Mmaaf Tuan Herder saya... Saya harus bekerja." Gadis itu berusaha keras menarik tangannya kembali, dari cengkraman lelaki tua yang mesum itu, kemudian setelah terlepas gadis itu berlari dan bersembunyi di balik meja kasir yang tinggi.

"Apa?!! Beraninya kau tidak mau menemaniku!!! Kau berani sekali denganku!!! Jeni...!!! Jeni!!!" Amarah herder meradang karena gadis itu menolak melayaninya.

"Mana orang itu, Betran panggil wanita itu kemari !!!" Teriak Herder tak sabar.

Betran adalah tangan kanan Herder, emosi Herder meluap luap. Kemudian Betran menggeledah masuk ke dalam rumah, menyeret seorang wanita paruh baya dan melemparkan wanita itu hingga duduk di lantai, tubuhnya gemetar di samping kaki Herder.

"Kau mau sembunyi di mana... Aku akan tetap menemukanmu..." Suara Herder pelan namun mengerikan, dengan menghisap rokoknya, ia menatap ke atas menikmati setiap hisapannya.

"Jadi kapan kau akan lunasi hutang-hutangmu? Apa kau sudah pikun?" Kata Herder mulai santai dan dingin, sambil sesekali Herder menyantap makanan yang sudah di pesannya.

"Ma... Ma... Maafkan saya Tuan Herder... Saya masih perlu wa... Waktu sa-saya janji akan lunasi semuanya, Benni su-sudah mendapatkan pekerjaan, se-setiap bulan gaji yang di-dia terima akan saya berikan kepada Tu-Tuan Herder." Jeni berbicara terbata bata karena ketakutannya sembari duduk tertunduk, tidak berani menatap Tuan Herder.

"Ku beri waktu 1 minggu untuk melunasi hutang-hutangmu atau gadis pelayan itu sebagai gantinya." Kata Herder santai, Herder memang sudah mengincar gadis itu.

"Semua hutangmu akan ku anggap lunas. Minggu depan aku datang, persiapkan mana yang kau pilih." Lanjut Herder.

Seketika Jeni terkejut, dengan reflek ia mengangkat wajahnya menatap Herder yang sudah berdiri. Pria tua itu hanya menatap nya dengan sinis kemudian pergi meninggalkan kedai dengan Betran dan anggota-anggotanya.

"Rossalia !!!" teriak Jeni dengan amarah yang meledak.

"Kau bahkan tak bisa menyenangkan Tuan Herder, aku sudah merawatmu dari kau masih kecil, ini kah balasanmu kepadaku !!" Jeni marah dan meradang.

Jeni menarik tangan Rossalia, membawanya ke dalam rumah dan melemparkannya ke dalam kamar.

Kedai makan dan rumah memang menjadi satu. Rumah itu hanya berukuran kecil, hanya ada tiga kamar tidur berukuran sempit serta dapur, sedangkan ruangan depan untuk mereka berjualan mie ayam.

Jeni melampiaskan amarahnya kepada Rossalia.

"Kau tetap disini !! Jangan harap kau bisa makan malam ini !!!" Jeni pun mengunci kamar Rossalia.

"Tidakkk... Jangan... Ibuuu... Ampun ibu.... Maaf ibu... Ampuni aku ibu... Jangan hukum aku lagi..." Rossalia menangis memukul-mukul pintu yang sudah dikunci dari luar oleh ibunya, ia memukuli pintu dengan telapak tangannya, dan duduk bersimpuh.

Hanya kata itu yang keluar dari mulut Rossalia yang menangis karena ia tahu tak akan bisa merubah keputusan ibunya ketika marah.

Ya dialah Rossalia, yang sekarang telah berumur 20 tahun, ia hilang terseret ombak. Ketika terbangun ia telah dirawat oleh seorang wanita yang menemukannya di pinggir pantai.

Rossalia sendiri tidak tahu dia berada dimana. Rossalia tidak pernah diijinkan pergi kemanapun, bahkan ia tidak diijinkan bersekolah.

Namun setiap kali Jeni pergi ke kota untuk berbelanja keperluan-keperluan rumah atau keperluan untuk berjualan mie ayam nya, saat itulah waktu yang tepat untuk Rossalia diam-diam pergi menemui Pak Nicko lelaki paruh baya, beliau adalah guru sekolah di dekat rumahnya.

Sekolah itu begitu sederhana bukan seperti sekolah-sekolah pada umumnya. Rossalia ingin belajar meski hanya sekedar bisa membaca, menulis, dan berhitung. Rossalia tidak pernah menceritakan kisah hidupnya kepada siapapun bahkan kepada guru nya.

"Krieettttt... Ceklek..." Terdengar suara pintu dibuka.

"Ibu...!!!"

"Ibu...!!!"

"Aku sangat lapar siapkan makanan untukku !!!"

"Ibu...!!!"

Lelaki muda itu memanggil ibunya dengan sangat kasar, sambil berbaring dikamar dia menutup matanya dengan lengan kanan.

"Lelah sekali hari ini, pekerjaan kasar itu membuatku bosan, kapan aku bisa kaya jika hanya bekerja sebagai tukang bangunan, sial sekali hidupku !!" Gumamnya dalam hati.

"Iya.. Iya.. Anakku akan ibu siapkan." Teriak Jeni dari dalam kamarnya, ia sedang menyimpan kunci kamar Rossalia.

Sambil tergopoh-gopoh Jeni keluar dari kamar, wanita paruh paya itu menuju dapur menyiapkan makanan untuk anak laki-lakinya.

Jeni dengan tergesa-gesa membawakan makanan itu ke kamar anaknya, dia takut anak nya akan marah.

Selagi anaknya sedang makan, Jeni memberitahukan tentang Herder yang menginginkan Rossalia menjadi penebus hutang-hutangnya.

"Benni, apa kau sudah mendapakatkan gaji untuk bulan ini? Pagi tadi Tuan Herder datang, katanya kita di berikan waktu satu minggu untuk melunasi hutang-hutang kita. Namun Tuan Herder berkata hutang kita akan lunas jika Rossalia menjadi istri keduanya bagaima....." Sebelum Jeni meneruskan kalimatnya Benni tersedak makanan dan terbatuk batuk.

"Apa?!!! Apa kau tidak waras!!! Awas saja kalau kau berani menyerahkan Rossalia pada si tua bangk* itu !!!"

Ibunya hanya terdiam tidak berani lagi meneruskannya.

Setelah ibunya pergi, Benni bergumam sendiri.

"Aaarrghhhh Siall. Beraninya mereka... aku bahkan belum mencicipinya, dan mereka mau mengambil Rossalia dariku!!!"

Benni bergumam tak henti-hentinya sambil membayangkan Rossalia yang sangat cantik seperti mengalahkan cantiknya sang malaikat.

"Tenang saja Rossalia, aku tidak akan membiarkanmu di makan oleh pak tua itu. Tenang saja kakak akan melindungimu." Dengan senyuman licik Benni bergumam sendiri, entah apa yang ada dalam pikirannya. Apakah dia tulus ingin melindungi Rossalia atau ada maksud lain di dalam hatinya.

Benni adalah pria pengangguran, namun ia terpaksa bekerja sebagai tukang bangunan karena bujukan dari ibunya yang sudah tidak memiliki apapun lagi, bahkan rumah yang mereka tempati adalah satu-satunya harta yang mereka miliki, namun kini telah dijadikan jaminan hutang kepada Herder.

Disamping kamar Benni adalah kamar Rossalia, disana Rossalia hanya bisa menangis sambil menutup mulutnya bersandar pada pintu kamarnya berusaha agar suara tangisannya tidak didengar siapapun sampai pada akhirnya ia tertidur karena kelelahan.

Setiap harinya seolah mimpi buruk baginya, ia tidak menyangka selama hidupnya akan terpenjara di pulau yang antah berantah ia tak tahu.

Meski ia di angkat anak oleh Jeni namun hidupnya tak pernah mudah. Tidak ada hari tenang bagi dirinya, siksaan, pukulan, bahkan kerap kali Jeni membiarkan Rossalia kelaparan di dalam kamar yang ia kunci.

Rossalia masih tetap bertahan, ia tidak ingin menyerah, ia percaya akan ada seseorang yang menolongnya suatu hari nanti dari penjara mengerikan ini. Setiap sore ia memandangi pantai dan laut berharap seseorang di luar sana mengenalinya dan membawanya kembali.

Bersambung

EPISODE 03 = ROSSALIA

Di sebuah pemukiman kumuh, berdirilah rumah kecil yang sekaligus dijadikan kedai mie ayam untuk berjualan.

Rumah itu benar-benar butuh perbaikan karena sudah banyak yang lapuk di bagian-bagiannya.

Ada seorang gadis berambut panjang dengan mata nya yang indah, bulu matanya yang lebat, alisnya yang panjang dan lentur, serta pipi tirus namun sedikit berisi membuatnya terlihat cantik.

Bibir nya kenyal berisi namun sedikit tipis, tanpa dipoles dengan warna warni lipstik tetap ranum berwarna pink kemerahan, bibir yang mungil itu bernyanyi sembari tangan dan jemari lentiknya mencuci bertumpuk tumpuk pakaian kotor.

Suaranya indah. Ketika ia berbicara seperti daun kering yang terinjak, begitu renyah dan menusuk di hati, membuat perasaan yang sepi berubah menjadi ceria.

"Rossalia ibu pergi ke kota untuk berbelanja kamu jangan kemana-mana, selesaikan cucian-cucian itu, jika aku pulang kau belum selesai mencuci jangan harap bisa pergi melihat pantai."

Katanya sembari berlalu meninggalkan Rossalia sendiri dengan tumpukan baju kotor milik ibu dan kakaknya.

"Oke baiklah baju-baju kotor kita akan lihat seberapa kerja samanya kalian denganku."

"Hai noda-noda kotor sebaiknya kalian menyerah karena aku akan begitu keras menggosok kalian."

Begitulah Rossalia, ia tidak memiliki seorang teman karena tak pernah diijinkan keluar jauh dari rumah, ia hanya boleh keluar sejauh beberapa meter dari rumahnya dan pantai tepat di belakang rumahnya.

Setiap sore Rossalia melihat pantai, berharap ada seseorang yang akan menolongnya dari sangkar menyeram kan yang sudah mengurungnya bertahun-tahun.

Terkadang ia menangis tak berdaya namun terkadang ia percaya akan ada seseorang yang mengenalinya.

Hingga waktunya pun tiba.

Tuan Herder menepati janjinya, setelah seminggu ia datang ke kedai, membuat keributan.

"Dimana pemilik kedai dan pelayannya." Betran berteriak tidak sabar, sambil mencarikan dan membersihkan tempat duduk untuk Herder.

Saat itu Benni masih tidur karena dia sedang libur kerja. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Mendengar kegaduhan Benni merasa tidur nya terganggu, dia ingin memaki siapa yang telah mengganggunya. Ketika melihat Herder nyalinya berubah menjadi ciut, ia seperti ulat yang menggulung tubuhnya.

"Tuan Herder, apa yang bisa saya bantu Tuan." Benni membungkukkan badan sembari meremas kedua tangannya.

"Sialan. Apakah ini sudah seminggu, kenapa aku tidak mengingatnya dan sekarang ibu sedang ke kota." Dalam hati Benni memaki, ia lupa pada perjanjian yang Herder berikan.

"Apa kau tahu persyaratan apa yang sudah aku berikan pada ibumu?" Tuan Herder mengambil rokoknya dan mengisyaratkan Betran untuk memantikkan api.

Pria tua itu menghisap rokoknya, menikmati hisapan demi hisapan sembari memejamkan matanya kemudian melihat sinis Benni.

"Maaf Tuan apakah bisa...." Sebelum Benni menyelesaikan kalimatnya, Herder sudah menyelannya, ia tahu apa yang akan Benni ucapkan dan ia telah bosan mendengar setiap alasan yang keluar dari mulut para penghutang.

Sedangkan Herder memang sudah tidak sabar ingin membawa Rossalia bersamanya, menjadikannya istri kedua. Sudah sangat lama Herder memperhatikan Rossalia namun gadis itu masih terlalu muda, sekarang adalah waktu yang tepat untuk membawa Rosaalia bersamanya.

"Bawa gadis itu bersama kita." Dengan suara tenang Herder memerintahkan anak buahnya.

Rossalia yang saat itu sedang mencuci baju di belakang rumah terkejut tiba-tiba tangannya ditarik lelaki secara paksa. Mereka menyeret Rossalia dengan sangat kasar.

"Ada apa ini !!! Aaahhh Tu-Tuan Betran.....!!!!

Seketika dia teringat perjanjian Herder dengan ibunya.

"Tidak... Tidak... Tidakkk ..!!!! Saya tidak mau, lepaskan saya..!!! Saya janji akan melunasi hutang ibu saya !!!" "Lepaskanlah saya, saya mohon...."

Sambil menangis Rossalia memohon namun Betran tetap menyeret nya untuk di bawa kepada Herder.

Saat berhadapan dengan Herder, Rossalia bersujud memohon untuk dilepaskan bahkan dia meminta Benni untuk membantunya namun Benni terlalu pengecut bahkan dia di jaga oleh tiga pengawal Herder.

"Benni aku mohon bantulah aku..." Rossalia bolak balik, serta mondar mandir meminta pengasihan kepada Herder dan juga Benni untuk melepaskannya.

Saat itu Jeni yang sudah sampai di tempat pemberhentian bus, teringat jika melupakan sesuatu, ternyata dia melupakan dompetnya yang dia taruh diatas meja saat sedang memakai jaket.

"Untung lah aku ingat, belum sampai naik bis, aku akan mengambilnya dan kembali ke halte, sebelum busnya datang aku harus cepat." Katanya sembari berjalan pulang, ia mempercepat langkahnya.

Setibanya di rumah wanita paruh baya itu terkejut melihat Rossalia bersujud dan menangis di hadapan kaki Herder.

"Ya tuhan kenapa aku bisa sepikun ini !!" Ujarnya dalam hati.

"Tapi baguslah hutang-hutangku bisa lunas berkat dia tanpa aku bersusah payah mencari uang, aku tinggal ber akting sepintar mungkin di depan Benni dan yang lainnya seolah-olah aku tak rela agar Benni tak memarahiku. Aku tahu Benni punya hati dengan gadis itu. Cih, mana sudi aku merestui mereka. Yaahh, setidaknya usahaku selama ini tidak sia-sia, dulu aku memungutnya di tepi pantai, merawat dan membesarkannya, bahkan dulu aku berfikir naif ku kira kau anak orang kaya, inilah waktu yang tepat kau membalas budi kepadaku Rossalia, Ha..Ha..Ha." Dalam hati Jeni berbicara sendiri dan tertawa bahagia.

Jeni memulai sandiwarannya, dari kejauhan ia berlari tergopoh-gopoh kemudian bersujud di kaki Herder tepat di samping Rossalia. Jeni menangis meraung-raung meminta belas kasihan untuk Rossalia.

Jeni memang sudah lama ingin mengusir Rossalia namun ia masih memiliki hati nurani lebih tepatnya Rossalia pasti akan bermanfaat suatu hari nanti, ia tidak ingin merasa rugi karena telah membesarkan dan merawat gadis itu hingga sekarang telah tumbuh dewasa.

Entah mengapa Jeni sangat membenci Rossalia, ia merasa tertipu dengan kecantikan gadis itu, berharap ia menolong anak orang kaya yang akan memberinya imbalan.

Namun ia salah, selama 13 tahun ini ia menganggap hanya memelihara parasit dan juga memelihara orang yang tidak berguna. Baginya Rossalia tidak menghasilkan apapun, di fikiran Jeni hanyalah uang dan uang.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!