Ini adalah visual dari Adrina Kinandar, gadis dengan nama panggilan Rina. Cantik bukan, gadis nya sederhana kan.
Ini adalah visualnya, Arjuna Respatih ya teman-teman.
Sedang kan ini adalah visual kakak nya Rina, yaitu Indah Kinandar. Jauh beda bukan, kakak sama adik. Udah aku bilang, beda nya bukan hanya wajah saja. Mereka juga berbeda jauh sifat nya.
Ini visualnya Johan, teman sekaligus bos Rina. Dia juga orang yang Rina cintai, namun sayangnya tidak bisa ia miliki.
Visual adalah pemanis setiap cerita, maaf jika visualnya tidak sesuai keinginan kalian. Harap maklum, karna setiap pemikirin kita itu jauh berbeda bukan?
Sore yang indah, awan masih berada di beberapa tempat di langit nan jauh. Bau harum khasnya dedaunan yang baru saja di timpa hujan masih melekat di sekitar jalan.
Becekan dijalan raya masih terlihat di mana-mana. Jalan raya itu masih basah karna baru saja tertimpa hujan.
Di sana terlihat seorang gadis sedang mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Dia adalah Rina, anak kedua dari Mahessa Kinandar dan Andini. Gadis itu bernama lengkap Adrina Kinandar.
Gadis yang terlahir dari keluarga yang berada, namun tidak suka menunjukkan kakayaannya. Ia lebih suka berpenampilan sederhana dan biasa-biasa saja.
Hal ini sangat berbeda dengan kakaknya. Ya, dia pun seorang kakak perempuan. Nama kakaknya adalah Indah Kinandar. Gadis yang terkenal di kalangan anak konglomerat. Selalu tampil glamor dan selalu ingin terlihat sempurna di mata para kaum laki-laki.
Kedua gadis ini sangat berbeda sifat mau pun prilakunya. Indah adalah gadis yang manja dan selalu ingin menang sendiri. Sedangkan Rina, ia adalah gadis yang sangat mandiri. Ia tidak suka bergantung pada orang lain.
Kalau dilihat sepintas, mereka bagaikan bukan saudara sedarah. Alias, bukan saudara kandung, tapi kenyataan yang sebenarnya adalah, mereka itu lahir dari rahim dan orang tua yang sama. Hanya saja, sifat dan prinsip mereka saja yang berbeda.
Sebenarnya, mama dan papa mereka juga agak sedikit pilih kasih sih. Apa lagi mama mereka, mama lebih mengutamakan Indah dibanding kan Rina. Padahal mereka itu sama-sama anak kandung yang terlahir dari rahim yang sama.
Mama lebih mengutamakan Indah dari pada Rina. Alasannya, karna Indah dan mama memiliki sifat yang sama persis. Sedangkan Rina, ia lebih banyak mengikuti sifat papanya.
Asal kalian tahu saja, mama dan papa Rina ini menikah juga di karnakan perjodohan. Maka dari itu, mama tidak terlalu suka pada papa. Sedangkan papa, ia walau pun dijodohkan oleh orang tuanya. Ia selalu menerima dengan lapang dada, apa yang telah menjadi takdir hidup yang harus ia jalani.
Papa tidak pernah mengeluh dengan sikap mama yang selalu bertidak atas kemauannya sendiri. Papa selalu mengalah dengan mama yang egois dan keras kepala.
Walau pun menikah tidak didasari dengan cinta, mama sukses melahirkan dua anak. Ntah bagai mana caranya, mama mampu melayani keinginan papa walau tanpa cinta.
Hanya saja, mungkin imbas dari tidak cintanya mama sama papa. Rina menjadi anak yang di nomor duakan oleh mama.
Sedangkan Indah selalu mendapatkan apa yang ia mau dari mama. Anak itu jadi manja karna didikan mamanya yang terlalu memanjakannya.
Kembali lagi pada Rina yang sedang melewati jalan yang basah karna tersiram hujan. Ia terus saja mengayuh sepedanya dengan penuh semangat.
Kalian pasti penasaran bukan, kenapa anak orang serba berkecukupan naik sepeda. Ya, itu karna kesukaan Rina. Ia sangat senang jika naik sepeda, baik pergi atau pun pulang kerja.
Kata Rina, biar tidak menambah polusi di bumi. Makanya, ia memilih menggunakan sepeda saja dari pada kenderaan bermesin.
Ia terus mengayuh sepedanya, ia baru saja pulang dari cafe tempat ia bekerja. Ya, dia memang bekerja di sebuah cafe yang letaknya agak jauh dari rumah.
Ia bekerja bukan karna papa dan mamanya tidak mampu membiayai kebutuhan hidupnya. Namun, ia bekerja karna hobi saja. Rina sangat hobi berdagang, atau melayani pembeli. Makanya, ia bekerja di sebuah cafe yang temannya miliki.
Johan adalah teman Rina, sebenarnya Rina menyimpan rasa suka untuk Johan. Namun sayangnya, Johan malah suka sama kakak Rina. Cintakan tak bisa dipaksakan, berteman dengan Johan mungkin hal terbaik buat hubungan Rina dan Johan. Karna teman tidak akan pernah jadi mantan.
Akhirnya sampai juga Rina kerumahnya. Ia parkirkan sepedanya di samping rumah, dan bergegas masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum." kata Rina memberi salam pada penghuni rumah.
"Waalikumsalam sayang." kata papa menjawab.
"Lho, papa kok tumben sih jam segini udah ada di rumah. Papa udah pulang kerjanya pa, apa gak kerja hari ini?" kata Rina.
"Papa udah pulang sayang, ada hal yang bikin papa harus cepat pulang hari ini. Dan juga ada kabar buruk sayang," kata papa.
"Kabar buruk apa sih pa?" kata Rina agak sedikit cemas.
"Sayang, tunangan kakak mu sedang mengalami kecelakaan," kata papa dengan lesunya.
"Apa? Tunangan kak Indah kecelakaan?" kata Rina sangat kaget.
Ia kenal sama tunangan kakaknya, namanya Arjuna. Lelaki yang sangat tampan dan baik, juga sangat hangat. Yah, walau pun hanya dengan kakaknya saja sih.
Indah selalu menceritakan tentang pacarnya jika ia pulang dari kencan. Enam bulan lamanya mereka pacaran, lalu mereka putuskan untuk bertunangan.
Karna Arjuna adalah anak orang paling kaya dan lelaki paling tampan di kota ini. Maka, lamaran Arjuna disambut hangat oleh papa dan mama.
Indah selalu jadi rebutan dikalangan laki-laki tampan. Mantan pacarnya sudah banyak, namun hanya Arjuna yang ia terima saat ingin mengajukan lamaran. Alasananya ya pasti karna Arjuna anak orang paling kaya, dan paling tampan. Lulusan sarjana luar negeri lagi. Siapa yang akan melepas kan lelaki sesempurna Arjuna.
"Rina ... kamu kok malah melamun sih nak," kata papa sambil menyentuh lembut hidung Rina.
"Ah papa, apaan sih pa. Kaget nih aku nya," kata Rina.
"Kamu sih, papa ajak ngomong malah melamun lagi," kata papa.
"Ya, Rina mikir aja pa, kok bisa terjadi kecelakaan sih sama kak Juna nya pa," kata Rina.
"Yah, namanyakan udah takdir sayang. Mau di gimanakan juga gak akan bisa," kata papa.
"Jadi di mana kak Indah sama mama. Kok rumah kita sepi aja pa, hanya ada papa," kata Rina.
"Mama sama kak Indah sudah berangkat kerumah sakit, sedangkan papa harus pulang kerumah dulu," kata papa.
"Jadi, papa juga mau kerumah sakit ya pa?" kata Rina.
"Ya jelas dong nak, gak mungkin papa gak lihat tunangan kakak kamu kan. Apa kata keluarga Arjuna nantinya, kalau papa gak jenguk anak mereka," kata papa.
"Oh, ya udah kalo gitu pa. Rina mau masuk dulu ya," kata Rina.
"Kamu gak ikut sama papa kerumah sakit sekalian sayang?" kata papa.
"Kayaknya ngak deh pa, aku nanti-nanti aja deh jenguknya," kata Rina.
Akhirnya, papa pun berangkat sendiri. Sedangkan Rina masuk kekamarnya, dan membaring kan tubuh di atas ranjang empuk di kamar yang bernuansa serba hijau itu. Dari gorden sampai sprei, semuanya berwarna hijau. Itu adalah warna favorit Rina, apapun yang ia miliki. Ia selalu memilih warna hijau.
Pikirannya kembali menerawang, ia merasa serba salah sebenarnya. Memikirkan antara ingin ikut papa kerumah sakit atau tidak.
Di satu sisi hatinya, ia ingin menjenguk calon kakak iparnya di rumah sakit. Sedangkan di sisi lain, rasanya sangat malas kalau ingat bagaimana sifat kakaknya saat bersama keluarga Respatih.
Masih jelas diingatan Rina, bagaimana kak Indah melarangnya untuk ikut dalam acara makan malam dengan keluarga Respatih. Acara makan malam yang diadakan di hotel bintang lima yang sangat terkenal.
Kak Indah melarang Rina ikut dengan alasan, makan malam itu adalah makan malam untuk membahas acara pertunangan antara kak Indah juga Arjuna. Jadi, untuk apa Rina ikut hadir di sana. Karna Rina tidak akan berpengaruh dalam acara itu. Hadir atau tidak, acara makan malam itu juga akan berjalan lancar.
Saat itu, Rina merasa ia bukan anggota keluarga Kinandar lagi. Apalagi, pendapat kakaknya itu dibenarkan oleh mamanya. Mama juga tidak ingin ia ikut dalam acara makan malam kedua keluarga.
Jadi untuk apa iya pergi kerumah sakit sekarang, jika ia sudah tidak dianggap keluarga sama mama dan kakaknya. Apalagi yang sedang kecelakaan itukan tunangan kakaknya. Pastilah seluruh keluarga Respatih hadir di rumah sakit itu.
Namun, Rina tidak mau memikirkan keburukan yang kakaknya lakukan. Hati kecilnya berkata, bahwa apa yang ia lakukan saat ini adalah salah besar. Karna, bagai mana pun kelakuan kakaknya. Tidak ada hubungan dengan menjenguk orang yang sedang sakit saat ini bukan.
Memikirkan hal itu, membuat kepala Rina makin pusing saja. Ia pun memutus kan untuk keluar dari kamar nya. Yang salahkan kakaknya, bukan calon kakak iparnya.
Rina berjalan menghampiri dapur dengan langkah lemah. Ia rasanya, sangat lemah. Bukan hanya lemah anggota tubuh, juga lemah hati saat ini.
Karna apa yang ia laku kan saat ini itu, sangat bertolak belakang dengan hatinya. Hati Rina sangat ingin melihat bagaimana keadaan calon kakak iparnya yang sedang berada dirumah sakit akibat kecelakaan. Namun, pikirannya masih marah pada sifat sang kakak yang tidak ingin ia hadir di antara keluarga Respatih.
Ia duduk di meja makan, setelah membuka kulkas dan mengambil segelas air dari dalam kulkas. Rina meneguk pelan air yang baru saja ia ambilkan. Rasanya sejuk sekali saat air itu masuk dan melewati tenggorokannya. Bagaikan ikut menyejukkan hatinya yang terasa lara dan serba salah.
"Non Rina gak ikut jenguk den Arjuna di rumah sakit non?" kata bibik.
"Gak bik, lagi capek saat ini. Malas mau keluar rumah, dan malas cari masalah," kata Rina pada bibik.
"Bibik tahu non Rina anak yang sabar dan baik hati. Jadi, jangan pernah punya dendam sama orang lain ya non," kata bibik.
Rina diam, ia berusaha mencerna apa yang bibik kata kan. Rina berusaha mencerna pelan-pelan perkataan bik Nuri barusan. Bik Nuri adalah asisten rumah tangga yang sudah sejak lama bekerja di rumahnya.
Dihitung saja, berapa puluh tahun bik Nuri telah bekerja dengan keluarga Rina. Sejak dari Rina lahir, hingga gadis seperti saat ini. Bik Nuri masih setia di sana. Yah, mungkin umur bik Nuri dan mama Rina tidak jauh berbeda.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!