Apa Agenda saya hari ini?"
"Tidak ada pak, agenda hari ini semua sudah terselesaikan"
"Oke kalo begitu saya bisa pulang lebih awal"
Rajendra Aksa Dinata Pria berusia 38 tahun, Seorang pengusaha maskapai penerbangan komersial, PT Samudra Air, perusahaannya beluma lama berdiri, tetapi ia sudah faham mengenai usaha yang ia jalani, melihat sang Ayah yang juga pemilik usaha maskapai penerbangan terbesar, ia banyak belajar dari sana, tetapi ia memilih membangun perusahaannya sendiri dari pada meneruskan perusahaan sang Ayah, penampilannya sangat nyentrik dan tubuhnya yang tinggi tegap, kali ini ia mengenakan kemeja berwarna biru dengan jam tangan rolex berwarna emas yang menempel di pergelangan tangannya, aura pria matang yang berkelas sangat terpancar pada dirinya.
Ia beranjak dari kursinya kemudian memakai kembali Jas yang ia gantung di kursi kerjanya, dengan langkah kaki yang teratur ia berjalan meninggalkan ruangan.
Berjalan beriringan di koridor bersama asisten pribadinya Rio, yang juga berpenampilan tak kalah menarik dari Aksa. tentunya aura dari seorang Old money mampu mengambil atensi setiap orang yang ia lewati. "dari kantor kita mau langsung pulang atau mampir dulu ke tempat lain pak? Tanya Rio.
Langkah Aksa melambat saat ia melihat barisan para calon karyawan baru yang siap untuk wawancara di perusahaannya, menelisik satu demi satu para kandidat itu, Aksa spontan tertuju pada satu calon karyawan berperawakan mungil nan cantik, rambutnya panjang dengan ikat rambut berwarna coklat, duduk tenang dan terlihat sangat anggun.
Tak berselang lama, Aksa yang hampir keluar dari gedung tempatnya ia bekerja kembali memutar langkah kakinya menuju ruangan tempat wawancara karyawan, betapa terkejut nya para Staff yang bertugas mewawancarai para calon karyawan, melihat Aksa seorang pemimpin dari perusahaan tersebut ikut masuk ke ruangan recruitment karyawannya
Tanpa basa basi dan permisi Aksa memasuki ruangan, ia duduk di kursi dengan dada membusung menyilangkan tangan di bawah dadanya, semua mata membelalak tertuju padanya "pemimpin perusahaan mau ikut andil dalam recruitment ini?" Terdengar suara berbisik karyawan. Aksa menelaah sumber suara, namun hal itu tak penting baginya.
"Maaf pak, apa ada kebutuhan bapak di sesi wawancara kandidat calon karyawan perusahaan bapak ini? Apa ada kandidat titipan yang harus langsng kami loloskan?" Tanya salah satu staff yang sedari awal penasaran apa maksud dan tujuan Aksa hadir di ruangan yang biasanya hanya staff recruitment yang hadir.
"Tidak, kebutulan agenda saya hari ini sudah usai, saya hanya sekedar ingin tahu bagai mana para calon karyawan meyakinkan perusahaan agar ia mampu bergabung di perusahaan ini" tak menjelaskan maksud dan tujuan Aksa sebenarnya berada disitu kepada staff yang hadir.
Tiba giliran wawancara seorang gadis mungil nan cantik, yang sedari awal Aksa bidik pergerakannya,netra si pria tak bisa berpaling memandang gadis itu, mata nya berbinar dan tatapannya tak teralihkan hingga sesi wawancara gadis itu selesai.
Dirasa apa yang Aksa cari di ruangan itu sudah didapat olehnya, ia bergegas melangkahkan kaki keluar ruangan meninggalkan para staff tanpa pamit. Memang seperti itu perangainya, Aksa tak pernah merasa tidak enak kepada orang lain karena sikap nya yang dingin terhadap sekitar, selama ia tidak merasa merugikan orang lain ia tidak akan merasa bersalah.
Di lobi terlihat Rio melangkahkan kakinya cepat ,menyusuri setiap ruangan, menelaah dimana keberadaan Atasannya.
Aksa melihat Rio yang sedang berjalaan, ia tahu bahwa Rio sedang mencari dirinya, Aksa mengangkat tangannya, memberi tanda bahwa dia berada tak jauh darinya.
Dengan perawakannya yang tinggi bak seorang titan, Rio tak kesulitan menemukan Aksa.
Rio berlari kecil mendekati atasannya "Maaf pak, saya kehilangan jejak bapak tadi, karena saya terlalu fokus pada ponsel" ucap Rio menundukan kepalanya
"No problem, jangan hiraukan itu" jawab Aksa dengan sedikit mengangkat bibirnya.
"saya ambil dulu mobilnya pak"
...***...
...Jangan lupa tinggalkan LIKE AND COMENT yaa Readerss.. ...
"Bawakan data para calon karyawan yang kemarin di wawancarai" ucap Aksa pada Sekertarisnya..
"Loh pak buat apa? Bukannya itu sudah jadi jobdesk staff recruitment?" Sekertarisnya mengangkat sebelah alisnya, ia heran, tak biasanya Aksa sebagai pemimpin perusahaan ikut menangani calon karyawan baru , biasanya ia hanya cukup menandatangani kontrak kerja, tanpa harus tau data dan skil para kandidat lebih dalam.
"Lakukan saja apa yang saya perintahkan" tegas Aksa dengan tatapan tajam menatap Sekertarisnya.
Tentu saja sebagai Sekretaris ia selalu menuruti apa yang atasannya perintahkan, meski yang di perintahkan di luar jobdesknya. Sekertarisnya mengangguk pelan "Baik pak, saya akan minta staff recruitmen mengirimkannya lewat surell"
Aksa, pria yang dingin, keras kepala, dan sangat sulit untuk membentangan senyum di wajahnya itu, tiba-tiba saja mengulum senyum dibibirnya matanya berbinar, teroancar aura kebahagiaan saat iya memandang layar laptop di depannya, ntah hal apa yang membuatnya demi kian. Rio asisten pribadinya yang hampir 24/7 bersamanya pun sangat jarang melihat tingkah atasannya seperti itu.
Rupanya Aksa baru saja mendapatkan apa yang ia inginkan, ia penasaran pada gadis yang menjadi kandidat calon karyawan di perusahaannya yang iya temui kemarin. Ia memikirkan bagaimana cara memulai pendekatan pada gadis itu, karena staff recruitmen tidak meloloskan gadis itu untuk bekerja di perusahaannya.
"Apa perlu saya hubungi dia secara langsung? Tapi atas dasar apa? Jika soal pekerjaan. toh dia tidak lolos masuk ke perusahaan ini" gumamnya menggaruk dagunya yang tak gatal, sembari memandang layar laptop sesekali ia meneguk kopi yang sudah disediakan, dengan cerutu di sela-sela jemarinya.
Padahal hal seperti ini bukan pertama kali Aksa alami, sebelumnya ia juga pernah sangat berjuang untuk seorang wanita, hanya saja mereka tak bisa lama bersama, ajal lebih dulu menjemput si wanita. Sejak ia kehilangan perempuan yang sangat ia cintai, Aksa tak pernah lagi tertarik dengan perempuan manapun, ia menutup hatinya, enggan menggantikan dengan sosok pengisi hati yang baru.
Namun, pertemuannya dengan Gadis yang iya temui saat akan wawancara diperusahan miliknya, mampu menggoyahkan hati si Pria yang telah lama menutup hati.
"Rio, tolong antar saya ke toko kue langganan almarhumah istri saya" perintah Aska pada asisten pribadinya.
"Baik pak" Rio mengangguk menuruti perintah Atasannya.
Memasuki mobil yang di kendarai Rio, Aksa duduk di kursi belakang mobil. Situasi hening di dalamnya tanpa ada obrolan, hanya terdengar suara-suara bising kendaraan yang berlalulalang., terlebih Aksa yang tidak pernah mau memulai pembicaraan kecuali dalam keadaan mendesak dan diperlukan.
Di dalam mobil hanya ada Rio dan Aksa, meski Rio sudah dua tahun bekerja menjadi Asisten pribadinya, Rio tetap masih segan dan harus memilih kata yang tepat untuk memulai pembicaraan dengan atasannya itu, alih-alih salah kata dalam bertanya, Aksa sudah pasti enggan untuk menjawab.
Rio menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang, situasi yang canggung ini membuat Rio berusaha memecah keheningan antara mereka beruda "Sepertinya sudah lama bapak tidak mau membeli kue dari tempat itu lagi, terlebih bapak langsung datang ke toko nya"
Mendengar Rio bertanya, Aksa mengalihkan pandangannya yang sejak tadi matanya hanya menatap sendu pada jalanan yang ia lewati. Menyenderkan punggung pada kursi mobil, menatap dengan pandangan kosong "Hari ini Anniversary pernikahan saya bersama Ayesha, hari ini tujuh tahun yang lalu, saya berhasil menyempurnakan kehidupan saya bersamanya, meskipun Ayesha sudah tiada, setiap momen momen berharga bersamanya, saya masih selalu merayakan" Aksa menjawab pertanyaan Rio, Bariton suaranya terdengar lirih dengan sesekali mengedeip-ngedipkan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca, seperti tak ingin terlihat pilu oleh sang asisten.
Memarkirkan mobilnya di depan toko yang dituju, Rio dengan sigap keluar dari mobil membukakan pintu mobil untuk Aska.
"Kamu tunggu saja di mobil, biar saya sendiri yang masuk" ucap Aksa pada Rio.
Sudah satu tahun lebih Aksa tidak pernah datang lagi ke toko ini, memandang tokonya dari kejauhanpun hatinya seakan sesak di penuhi rasa gundah, teringat kenangan bersama mendiang istrinya yang sangat menyukai hidangan yang di sajikan di toko itu.
Aksaa mendekati pintu toko, ia diam sejenak menarik nafas panjang sebelum ia benar-benar masuk. Lalu ia mendekati etalase, matanya seakan-akan berlairian kesana kemari menatap setiap kue yang ada,
Di dalam Toko yang tidak begitu padat pengunjung, Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai menghasilkan suara nyaring yang mengusik indra pendengaran Aksa, memalingkan pandangannya kepada si pemilik sura langkah kaki yang kian mendekat. "Permisi pak, bisa saya bantu untuk perkenalkan cake pastry dan desert yang ada disini?"
Aksa menoleh, matanya terbelalak, pandangannya terpaku pada orang yang bertanya kepadanya, ya.. dia adalah si pemilik suara langkah kaki itu, betapa terkejutnya Aksa melihat siapa yang mendekati dan bertanya kepadanya.
...***...
...JANGAN LUPA TINGGALKAN LIKE AND COMENTNYA YA READERS ...
Aksa menoleh, pandangannya terpaku pada orang yang bertanya kepadanya, ya.. dia adalah si pemilik suara langkah kaki itu, betapa terkejutnya Aksa melihat siapa yang mendekati dan bertanya padanya. Mata Aksa membulat, ia pun mematung, ia tak menjawab pertanyaan yang di lontarkan orang itu.
"Pak, maaf kalo boleh saya tahu, apa yang sedang bapak cari?" Bertanya untuk kedua kalinya, karena tak ada jawaban dari Aksa
"Dia??? Kenapa bisa ada disini?" Gumam aksa dalam batinnya masih dalam posisi terpaku karena terkejut, rupanya, dia adalah Gadis yang Aksa temui di tempat kerjanya, gadis yang melamar kerja di perusahaannya.
Seakan-akan Dewi Fortuna berpihak padanya, Gadis yang sedang ia gali lebih dalam informasinya menampakan sendiri dirinya di hadapan Aksa.
"Mmmhh.. saya belum bisa menentukan apa yang saya cari, saya masih memilih kira-kira yang mana yang cocok untuk di santap sebagai acara perayaan?" Aksa baru menjawab pertanyaan Gadis itu, sesekali ia mencuri pandang padanya, tapi tiap kali si gadis menatapnya. pandangan Aksa spontan mengalihkan pandangannya pada kue di etalaseu yang ada di hadapannya.
"Oke pak baik saya jelaskan terlebih dahulu, untuk cake disini kita ada berbagai macam varian, jika bapak sedang mencari hidangan untuk perayaan, boleh saya tau untuk perayaan apa? Untuk perayaan kantor? Anniversery bersama pasangan? Atau perayaan ulang tahun anak". Gadis itu berusaha menjelaskan apa yang ia tau tentang hidangan kue disana.
"Untuk Anniversery" Aksa memotong penjelasan sang gadis
"Baik, kita ada varian Vanilla chees, Rasa klasik dari Vanilla yang tidak pernah membosankan di padukan dengan rasa creamy dan padat berasal dari keju krim, mascarpone, atau ricotta, menciptakan tekstur lumer di mulut, ada Varian tiramissue,dimana perpaduan unik dari manis, pahit, dan gurih dengan tekstur lembut dan cream....."
"Saya mau pure cheescake saja, Ada?" Aksa kembali memangkas penjelasan sang gadis
"Tentu ada pak, itu Varian cake yang hanya ada di toko kami, resep pure cheescake itu sendiri di buat oleh mendiang mama saya" Gadis itu selalu menyisipkan senyuman saat ia berusaha menjelaskan detail kue kepada setiap pelanggan tak terkecuali kepada Aksa, membuat aksa semakin terpaku padanya, tak mampu lagi mengalihkan pandangan pada sekitarnya.
Gadis itu memanggil salah satu pelayan di toko itu "Mba mba bisa tolong di bantu bapak ini untuk pemesanan kue nya". Dirasa sudah cukup melayani dan menjelaskan setiap detail kue kepada Aksa, dia pergi menemui pelanggan lain, senyum merekah terlukis di bibrnya, ia tersenyum kepada Aksa sebelum ia berbalik badan meninggalkan Aksa.
"Erinaa...." panggil Aksa dengan lantang kepada Gadis yang tadi menjelaskan setiap varian kue.
Mendengar ada yang menyebut namanya, gadis itu kembali berbalik badan, mengerutkan dahi, tertanda iya bingung, bagai mana bisa pelanggan tadi tahu namanya, sedangkan Erina merasa tidak mengenal orang itu.
Mereka saling bertatapan dari kejauhan, Erina yang masih bingung karena orang yang tidak ia kenali memanggil namanya, dan Aksa yang masih sangat penasaran terhadap Erina.
"Bapak kenal saya?" Pertanyaan itu dinlontarkan si gadis dengan menunjuk dadanya sendiri.
Mendengar pernyataan Erina seperti itu membuat aksa salah tingkah, karena Aksa pikir gadis itu pun akan mengenal dirinya, setidaknya berharap gadis itu menyadari bahwa mereka pernah bertemu dalam satu ruangan, namun kenyataannya Erina tak mengingat itu.
"Iya halo, baik saya segera berangkat". Setelah menyelesaikan pesanan kue nya, Aksa melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah pintu keluar,, ia sengaja menghindari pertanyaan Erina. "Kenapa saya refleks manggil nama dia?" Gumam Aksa dalam batinnya sembari menggelengkan kepala.
Aksa melonggarkan dasi yang melingkar pada lehernya, dengan nafas yang terengal-eng seakan-akan Aksa telah dikejar sesuatu yang menakutkan, menimbulkan pertanyaan pada Rio "baik-baik saja kan bos?"
"It oke, saya baik-baik saja, langsung antarkan saya ke apart"
"Loh pak gak jadi ke makam mendiang istri bapak?" Tanya Rio.
"Tidak !" Pungkasnya dengan tegas.
......***......
...JANGAN LUPA TINGGALKAN LIKE AND COMENT YAA READERS...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!