NovelToon NovelToon

Kalian Adalah Suamiku

Kesempatan Kedua

"Aku merindukanmu, Mas," lirih seorang wanita di depan sebuah makam. Matanya yang merah menyiratkan kesedihan. Raut wajahnya mendung, berbanding terbalik dengan langit cerah diatasnya.

"Sudah satu tahun berlalu, tapi aku masih belum terbiasa tanpa kehadiran kamu." Tetesan air mata menyusuri pipi. "Kenapa ... Aku gak mati aja menyusul kamu?"

Alia Pratama adalah nama wanita ini. Seorang janda yang sudah ditinggal suaminya setahunan lalu. Sudah ratusan hari terlewati, namun pipi Alia masih saja rutin terbasahi air mata. Suaminya yang bernama Arya Damara, terlalu ia cinta hingga hidupnya sekarang tak lagi terasa bermakna.

Setelah berdiri di depan makam selama lebih dari satu jam, Alia menunduk lemas. Dia berbalik, berjalan pelan, tapi kemudian dia terhenti dan menengok lagi ke belakang.

Apa yang sebenarnya aku harapkan? Mas Arya sudah mati. Dia tidak akan mungkin bisa kembali.

Alia baru bisa melangkahkan kakinya lagi sekian menit kemudian. Langkah dia pelan seperti zombie yang tak tahu arah.

Sampai sesuatu yang aneh terjadi. Terpaan angin hangat terasa menyentuh tubuhnya. Angin itu pun seakan menjalar di sekujur tubuh bak ular yang melilit mangsa.

Apa yang terjadi!?

Adalah pertanyaan di kepala Alia, sebelum akhirnya seluruh pandangan dia tertutupi cahaya putih.

...----------------...

"Hmm?"

Alia membuka mata, mendapati dirinya terbaring di sebuah ranjang. Langit-langit di atas tubuhnya juga tak ia kenali.

Alia bangkit lalu mengedarkan pandangannya. Dia menyadari tengah berada di sebuah kamar yang asing.

"Ini di mana?"

Alia coba meninggalkan ranjang. Tapi sesaat kemudian kepalanya terasa sakit bukan main. Memori-memori baru tiba-tiba bermunculan di otaknya.

Tidak mungkin!

Aku berada di dunia paralel!?

Memori tambahan yang baru Alia dapatkan, ialah memori dari Alia Pratama yang terlahir di dunia ini. Dan namanya juga dunia paralel, kehidupan Alia di sini jelas beda dengan Alia di dunia sebelumnya.

"Presiden Indonesia di dunia ini bahkan adalah orang Papua!" Alia terkejut sendiri saat menyortir informasi-informasi baru di kepalnya.

Aku di sini berusia 28 tahun. Seorang asisten di sebuah perusahaan.

Dan bosku, CEO di perusahaan itu adalah ... Mas Arya!?

Ternyata hubungan Alia dan Arya di dunia paralel ini berbeda pula. Mereka tidak menikah, juga tak terlibat romantisme apa-apa, mereka hanya CEO dan sekertaris yang terus mempertahankan hubungan secara professional.

Tapi apa pun itu, fakta bahwa Arya masih hidup di dunia ini membuat hatinya serasa meledak. Kaget, bahagia, lega, tak percaya, semua bercampur jadi satu hingga membuatnya terpaku.

Mas Arya!

Alia sontak melompat dari ranjang. Dia keluar kamar, lalu mendapati interior apartemen yang tertata rapih. Alia tak sempat memikirkan tempat tinggalnya di dunia tersebut. Dia langsung keluar apartemen dan berlari sekencang yang ia bisa. Tujuan dia hanya satu, yaitu menemui Arya.

Dari ingatan barunya, Alia tahu di mana Arya tinggal. Tak terlampau jauh dari apartemennya, namun juga tak bisa dibilang dekat.

Setelah belasan menit berlari sepenuh tenaga, dia masih belum sampai juga.

Keringat sudah membasahi tubuh, kaki sudah semakin terasa berat. Tekad kuat lah yang memaksa Alia terus maju.

Mas Arya ... Aku bisa bertemu lagi dengan Mas Arya!

Di kepala Alia cuma sosok Arya yang melayang-layang.

Barulah selesai lari hampir setengah jam, Alia tiba di sebuah rumah besar. Dia tak ragu memencet bel rumah tersebut.

Ting! Tong!

Dengan nada yang berat serta terengah-engah, Alia menunggu. Detik terasa lama saat jantungnya berdetak terlalu kencang.

Lalu pagar terbuka, dan sosok pria tampan masuk pandangan Alia.

Arya di dunia ini, sama tampannya dengan dunia sebelumnya. Hanya saja selain gaya rambut, Arya di dunia ini memakai kaca mata. Dia juga tak menumbuhkan jenggot atau kumis. Sungguh elegan dan menawan.

"Alia? Ada apa?" Arya menatap sekretarisnya dengan aneh.

Alia masih memakai pakaian tidurnya yang berupa kaos putih polos serta celana pendek yang ketat. Tubuh Alia yang setara model itu jadi kelihatan jelas.

"A-Aku ingin ketemu kamu!" Alia maju supaya bisa makin jelas menatap wajah Arya.

"Memangnya ada persoalan apa? Apa soal kerjaan?"

Hari ini adalah hari minggu. Tak biasanya Alia datang berkunjung.

"...I-Ini beneran kamu, Mas," Alia mengelus pipi Arya. Matanya berkaca-kaca.

Arya di sisi lain tambah bingung. Dia yang tak tahu soal kehidupan dunia paralel, mana tahu apa yang ada di pikiran Alia. Arya tambah kaget ketika dirinya kemudian dipeluk.

"A-Alia!?" Di mata Arya, Alia adalah wanita dingin yang tak suka menunjukkan perasaannya. Makanya Alia yang sekarang sangat membuat ia kaget. "Kamu gak apa-apa? Apa yang terjadi!? Kalau ada masalah kamu bisa cerita!"

Alia membenamkan wajahnya di dada Arya. Sensasi hangat tubuh mereka meyakinkannya bahwa semua ini nyata. "Aku mencintaimu kamu, Mas."

Suara Alia pelan. Tapi Arya masih bisa mendengarnya cukup jelas. Dia pun tersentak.

Sebelum ini hubungan Arya dan Alia tak pernah mengarah ke arah cinta-cintaan. Pernyataan Alia tadi jadi sulit untuk bisa langsung dipercaya.

"Alia, kamu tadi bilang apa?" Arya bertanya untuk memastikan.

"Aku mencintai kamu!" ulang Alia lebih kencang.

"Sejak kapan kamu punya perasaan itu?"

"Sejak tadi aku bangun tidur."

Alia tahu dirinya di dunia ini tak punya perasaan terhadap Arya. Wajar jika Arya merasa aneh.

"Kok bisa?" Arya coba melepaskan pelukan Alia, akan tetapi kekuatan sekertaris-nya itu ternyata lebih kuat dari yang ia kira.

"Cinta kan memang datang tiba-tiba. Dan aku merasa kita ditakdirkan untuk bersama," Alia mengangkat kepala menatap Arya.

"A-Aku gak pernah kepikiran menjalin hubungan dengan kamu," kata Arya. "Sebaiknya kita tetap berhubungan dalam hal pekerjaan saja."

Dengan kata lain Alia baru saja ditolak.

"Aku paham," Alia tak terdengar kecewa. "Kamu belum bisa mencintai aku bukanlah sebuah masalah. Yang perlu kamu tahu, bahwa aku tidak mungkin akan menyerah. Aku akan membuat kamu juga berakhir mencintai aku."

Arya bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kencang dari biasa. Mau bagaimana pun, Alia adalah wanita cantik yang biasa dikejar-kejar banyak pria. Bohong jika hatinya tak tergerak.

Alia pun melepaskan pelukannya. "Kamu boleh nolak aku, tapi tapi tolong jangan menghindar dariku. Beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa kita memang ditakdirkan untuk bersama!"

Ada keteguhan kuat di mata Alia yang memerah.

Ditolak Mas Arya tidak membuatku sedih. Setidaknya di dunia ini Mas Arya masih hidup, jadi kami masih bisa terus bersama.

Kesedihan sebelum datang ke dunia itu perlahan reda. Dia kini telah mendapatkan kesempatan kedua yang berharga.

Arya di sisi lain tertegun akan perubahan drastis Alia. Tapi dia tak lantas bisa semudah itu jatuh hati. Masih ada hal mengganjal di hati Arya yang membuatnya sulit mempercayai cinta.

Yang Alia belum tahu, di dunia ini Arya sebenarnya pernah hampir akan menikah dengan wanita lain. Namun menjelang pernikahan, calon pengantinnya itu malah pergi bersama selingkuhannya.

Masa lalu itulah yang membuat Arya tak mudah percaya lagi pada wanita. Alia pun harus bekerja lebih keras jika ingin menaklukkan hati bosnya.

Alia Yang Agresif

Alia membuka mata, beranjak dari ranjang, lalu memperhatikan keadaan kamarnya.

Bukan mimpi ... Aku memang beneran berpindah ke dunia paralel. Dunia di mana Mas Arya masih hidup.

Senyum lega melingkar di wajahnya. Ada pula tekad yang membara di hati.

Tujuanku di dunia ini jelas adalah kembali menikahi Mas Arya!

Mau di dunia mana pun, Alia Pratama tetap ditakdirkan untuk bersama Arya Damara. Itulah yang dia percaya.

Selesai mandi, seusai sarapan, ketika bersiap pergi ke kantor, informasi baru mengenai dunia ini terlintas di pikiran Alia.

Ayah ibuku di dunia ini tinggal di desa!? Bener-bener beda. Ibuku di dunia sebelumnya mana bisa tinggal jauh dari salon.

Alia geleng-geleng kepala. Segala perbedaan diantara dua dunia membuatnya terhibur. Tapi yang perlu digarisbawahi, adalah bahwa masih ada beberapa informasi tentang dunia ini yang belum otaknya cerna

...****************...

Alia bekerja di PT. Aksara Galaksi, sebuah perusahaan yang bergerak di industri tekstil. Arya adalah CEO-nya di sana. Ternyata di dunia ini keluarga Arya termasuk ke dalam kelompok berada.

Tiba di kantor, Alia langsung memasuki ruangan Arya. Melihat Arya duduk di belakang meja kerja, dengan mata yang serius tertuju ke laptop, hati Alia terenyuh hingga hampir mau menangis.

"Selamat pagi, Mas," ucap Alia lembut.

"Jangan panggil aku seperti itu di kantor!" bentak Arya.

Alia pun melenggang maju mendekati bosnya. Sesampainya di samping kursi, Alia menunduk seraya bibirnya hampir mengenai telinga Arya.

"Maaf, Pak," bisik Alia pelan. Dan samar-samar ada desahan diantara setiap kata yang ia ucap. "Hari ini ... Saya siap melayani Bapak sampai puas."

"!?" Arya pun menegang. Dia menelan ludah. Udara yang menggelitik telinga membuat dia bereaksi. "A-Apa yang kamu katakan!?"

"Eh!? Memangnya ada yang salah? Sebagai sekertaris kan saya harus memenuhi segala kebutuhan Bapak?"

"Iya, tapi cuma dalam hal pekerjaan!"

"Tentu saja! Memangnya Bapak pikir apa yang saya maksud?"

"...."

Kata-kata tersedak di tenggorokan Arya. Dia membuang muka, tak mau menunjukkan wajahnya yang memerah.

Calon suamiku ini imut banget!

Ucap Alia di dalam hati.

"... Sudah! Cepat selesaikan laporan untuk meeting nanti!" Arya memerintah untuk mengalihkan topik.

"Siap, Mas."

Alia kembali memanggil Arya dengan sebutan Mas. Tapi kali ini Arya terlalu malas untuk membetulkannya.

Apa yang terjadi sampai Alia berubah drastis kayak gini?

Arya tak paham. Dia juga tak siap. Alia yang baru terlalu 'kuat' untuk dia lawan.

...----------------...

"Mas, aku udah buatin kamu makan siang," di waktu istirahat, Alia membawa dua kotak bekal ke ruangan Arya.

"Kamu buatin aku bekal?" Arya yang tadinya mau pergi ke restoran dekat kantor, kaget dengan inisiatif yang Alia lakukan.

"Dari pada terus-terusan makan di luar, lebih hemat kalau mulai sekarang aku buatin kamu makan siang." Alia meletakan satu kotak bekal di atas meja.

Kotak bekal pun dibuka, membuat aroma lezat menari-nari di hidung Arya.

"Aku gak tahu kamu bisa masak," komentar Arya masuk akal. Karena nyatanya, Alia di dunia ini memang tak bisa masak. Beruntung di dunia sebelumnya, Alia adalah seorang full time ibu rumah tangga. Kemampuan dia sebagai seorang istri tak perlu diragukan lagi.

Arya pun tergiur dengan makanan yang tersaji. Tampilannya enak, juga sudah dihangatkan dengan microwave sebelumnya.

"Makan, Mas! Jangan sungkan sama calon istri sendiri."

Alia menggeser satu kursi ke samping kursinya Arya. Menurut Alia, makan berduaan sambil deket-deketan adalah momen terindah bagi sepasang kekasih.

Ya walau pun mereka belum resmi memiliki hubungan, Alia tetap ingin menghabiskan quality time bersama orang tercinta.

Arya di sisi lain ingin membantah ucapan Alia tadi. Cuma Alia yang senyum-senyum sendiri membuatnya kembali menelan kata-katanya.

Selama waktu istirahat, mereka berduaan di dalam ruangan. Mereka mengobrol banyak hal, atau lebih tepatnya, Alia lah yang banyak ngomong sementara Arya lebih banyak mendengarkan.

Tak lupa, Alia sekalian menggali informasi tentang Arya. Karena pastinya Arya di dunia memiliki beberapa perbedaan dengan Arya di dunia sebelumnya. Contoh, Alia akhirnya tahu kalau di dunia ini Arya lebih suka baca buku dan jarang bermain game. Beda sekali dengan Arya di dunia sebelumnya yang candu terhadap segala jenis game konsol.

"Gimana masakan buatan aku? Enak gak? Apa ada hal yang kamu gak suka? Kalau iya, tolong bilang aja. Aku pasti akan langsung merubahnya!" Alia antusias bertanya.

"E-Enak kok." Jujur Arya kaget dengan kualitas masakan Alia. Lebih enak dari pada restoran dekat kantor yang biasa ia kunjungi.

".. Syukurlah," Alia memasang wajah lega. Senyum dia lebar, menunjukkan kalau dia memang benar-benar senang mendengar ucapan Arya.

"...."

Arya tertegun sesaat melihat wajah cantik Alia yang berseri.

Alia sungguh cantik. Pria di luar sana pasti akan kegirangan kalau diperlakukan seperti ini.

Arya harus mengakui kalau sebagai wanita, Alia nyaris sempurna. Kalau saja Arya tak pernah mengalami masa lalu yang membuatnya trauma, dia sendiri yakin akan mudah jatuh cinta pada Alia.

"Apa yang kamu suka dari aku?" Arya refleks membuka mulut.

"Eh? Yang aku suka dari kamu?" Pertanyaan itu mudah dijawab namun sulit dijelaskan. ".. Ya itu karena kamu adalah kamu. Kamu adalah Reza Damara. Dan itu adalah alasan utama aku mencintai kamu."

"...."

Benar saja, jawaban Alia memang tak jelas bagi Arya.

"Gak usah terlalu mikirin itu! Kamu hanya perlu tahu kalau perasaan aku ini tulus," Alia meletakan tangannya di atas tangan Arya. Kelembutan serta kehangatan otomatis Arya rasakan.

Apakah Arya nantinya akan luluh? Atau dia tetap bersikeras menolak Alia? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang Arya sendiri tak yakini jawabannya.

...****************...

Selama beberapa hari kemudian, Alia terus rutin membuatkan Arya bekal. Makan bersama pas istirahat juga jadi kebiasaan normal. Yang tak Arya duga, pas hari minggu, Alia juga datang ke rumahnya membawakan makanan.

"Rumah luas tapi cuma ditinggali sendiri? Pasti sulit kan ngebersihinnya? Gimana kalau kita segera menikah supaya aku bisa mengurus rumah ini?" kata Alia yang berdiri di tengah pilar-pilar tinggi rumah Arya.

"Tiap minggu ada tim pembersih yang datang kok," balas Arya. Dia mulai terbiasa menghadapi godaan Alia.

Sesaat Alia dipersilahkan duduk, bell rumah malah berbunyi. Ada tamu lagi yang datang.

".. Apa kamu sedang nunggu tamu lain?" tanya Alia penasaran.

".. Enggak. Tapi biasanya di minggu siang seperti ini ada tetangga yang suka kirim makanan."

Alia mengerut dahi. "Apa tetangga itu perempuan?"

"I-Iya."

Alia langsung paham kalau ternyata dia punya saingan.

Perempuan ini pasti punya perasaan sama Mas Arya.

Tak ada perempuan yang rutin ngasih makanan ke pria tanpa punya maksud terselubung. Alia tahu karena dia seperti itu.

"Aku temui dulu tamu di depan?" Arya pergi.

Tapi melihat punggung Arya yang menjauh justru membuat Alia kepikiran sebuah ide.

...----------------...

Di depan gerbang rumah.

"... Hari ini aku buat sop ayam terlalu banyak. Tolong diterima! Sayang kalau gak sampai habis." Tetangga Arya ini bernama Yuni. Dan sesuai tebakan Alia, Yuni memang punya perasaan terhadap Arya.

"Terima kasih," Arya bukan pria bodoh. Dia tahu motif wanita di hadapannya. Cuma tak enak kalau menolak pemberian tetangga, jadinya Arya pun menerimanya dengan senyuman formal.

Yuni di sini lain bertekad, kalau di hari ini dia ingin masuk ke rumah Arya. Dia ingin PDKT dengan lebih agresif. Tapi, sesuatu yang di luar prediksi malah terjadi.

"Mas Arya, apa belum selesai?" suara feminim yang bernada menggoda terdengar dari dalam rumah Arya.

Mata Arya dan Yuni kompak melirik ke arah rumah, dan mereka menemukan sosok Alia yang berdiri sambil bersandar di daun pintu.

"!?"

Yuni kaget bukan main mengetahui ada wanita lain di rumah Arya. Tapi yang paling mencengangkan ialah penampilan Alia. Tiga kancing teratas kemeja yang Alia kenakan terbuka, membuat area di sekitar leher putihnya kelihatan jelas. Rambut Alia yang acak-acakan juga memaksa Yuni jadi berpikir kemana-mana.

Apa yang sudah Arya dan wanita ini lakukan!?

Yuni dipaksa menyimpulkan bahwa ternyata Arya sudah punya pasangan.

"K-Kalau begitu aku pergi dulu!" Yuni canggung. Dia berjalan cepat ditemani hati yang patah.

"...." Arya pun menatap Alia. Dia tahu Alia sengaja membuat Yuni salah paham.

"Kenapa Mas ngelihatin aku kayak gitu?" Alia pura-pura tak tahu.

Dan Arya hanya bisa geleng-geleng kepala. Setelah ini, Yuni pasti berhenti mengirimnya makanan. Tapi mungkin itu adalah hal yang bagus. Setidaknya wanita yang menganggu hidupnya berkurang satu.

Masalahnya ... Sekarang ada Alia. Wanita yang jauh bakal lebih merepotkan dari pada Yuni.

Akan jadi seperti apa hidupku nantinya?

Arya penasaran dalam hati.

Masa Lalu Arya

"Jadi kamu sekarang udah jatuh cinta sama Arya?"

"Iya."

Alia tengah berada di sebuah kafe, dan wanita yang ada di hadapannya adalah teman dia sejak SD bernama Tia Agustin.

Yang unik, baik di dunia sebelumnya mau pun di dunia kedua ini, Alia dan Tia juga sama-sama jadi sahabat terdekat.

"Tapi mungkin ada satu hal yang perlu kamu tahu," Tia berubah serius.

"Hal apa?"

"Hal mengenai masa lalu Arya."

Alia mengerut kening. "Apa kamu tahu sebuah rahasia tentang Mas Arya?"

Menurut informasi di memori barunya, Tia ini adalah pacar dari sepupunya Arya. Wajar kalau ada hal yang Tia tahu sementara Alia tidak.

Tia menjelaskan. "Begini, sebenarnya sebelum kamu dan Arya saling mengenal, sekitar tiga tahun lalu, Arya itu hampir mau menikah dengan wanita lain."

"!?" Alia kaget. "Tunggu dulu! Hampir!?"

"Iya. Pernikahan mereka gagal karena calon istri Aya menyeleweng dan punya pria lain."

"...."

".. Di hari pernikahan, calon istrinya itu tak datang. Bisa dibayangkan bagaimana kejadian tersebut meninggalkan trauma di hati Arya."

"Aku mengeri sekarang kenapa Arya tampak begitu anti terhadap wanita." Alia ikut merasa sedih mendengar masa lalu Arya. Dia mungkin lega Arya tak jadi menikahi wanita lain, tapi Alia tetap tak tega mengetahui pria yang ia cinta patah hatinya.

"Jalan kamu menaklukkan hati Arya tidak akan mudah," ucap Tia.

Alia pun mengangguk, "Aku tahu. Tapi aku gak mau menyerah. Aku yakin ujung-ujungnya kami tetap ditakdirkan untuk bersama."

Tia merasa aneh, "Kamu bener-bener berubah. Padahal kamu juga dulu anti terhadap hubungan percintaan."

"...."

"Pokoknya, aku bakal dukung kamu. Aku mau kalian berdua sama-sama mendapatkan kebahagiaan yang pantas."

Tia sungguh teman yang baik. Beruntung sekali di dua kehidupannya, Alia bisa jadi sahabat dari wanita seperti dia.

...****************...

Di satu hari, ada meeting penting yang Alia dan Arya harus hadiri. Lokasinya di sebuah restoran Chinese terkenal.

Sampai di tujuan, seorang waiters membimbing mereka menunju ruang private. Di dalam ruangan itu, sudah ada dua pria berjas rapih tengah menunggu mereka.

"Selamat datang Pak Arya," sapa seorang pria paruh baya.

"Maaf membuat Anda lama menunggu, Pak Gatot," balas Arya sopan.

Setelah kedua bos dari perusahaan masing-masing ini saling bertegur sapa. Alia diperkenalkan oleh Arya. Lalu Gatot pun memperkenalkan pria tampan di sampingnya.

"Ini anakku, Giara. Dia baru pulang dari Amerika dan mulai mau membantu usaha saya." Gatot tampak bangga.

"Salam kenal, Pak Arya, Nona Alia," Giara sopan. Tapi kemudian, mata dia lebih lama memandangi Alia. "Maaf kalau saya salah, kamu Alia Pratama kan? Yang dulu di sekolah SMA Harapan Bima?"

Alia terkejut, "I-Iya. Bapak ini ...,"

"Saya juga dulu sekolah di sana. Tapi memang kita tidak satu angkatan karena saat saya kelas tiga, kamu masih kelas satu."

"O-Oh maaf, saya tidak tahu." Jujur Alia tak mengenal Giara. "Tapi kok Bapak kenal saya?"

Giara menjawab, "Kamu ini sangat terkenal ketika di sekolah dulu. Kamu pernah menyandang gelar wanita tercantik di SMA kan?"

Alia malu, "I-Iya itu sih, cuma sebutan yang dibuat-buat para cowok."

Giara menatap Alia, "Tapi itu benar. Kamu memang wanita tercantik di sekolah saat itu."

"...."

Alia tak tahu harus bereaksi bagaimana.

Gatot di sisi lain tertawa. Dia tampak girang melihat anaknya bertemu teman lama.

Sementara Arya memicingkan mata. Interaksi Alia dan Giara membuat dia merubah ekspresinya.

...----------------...

Meeting berlangsung sambil ditemani berbagai makanan menggiurkan di meja. Yang banyak berdiskusi adalah Arya dan Gatot. Alia lebih banyak mendengarkan dan mencatat hal-hal penting mengenai meeting. Giara lah yang beda, dia seperti tak begitu terlalu memperhatikan jalannya meeting, dan lebih sering mengajak Alia ngobrol. Tak ada yang memarahinya, karena dia adalah anaknya orang penting.

"Kapan-kapan kita reunian yuk!" ajak Giara.

"... Saya gak terlalu punya banyak teman saat SMA," balas Alia kikuk.

"Gak apa. Kita undang aja orang-orang terdekat. Pesta yang lebih intim jauh lebih seru."

"...." Alia cuma bisa memasang senyum.

Arya sesekali matanya melirik ke arah Alia dan Giara. Dia cuma bisa lihat tanpa bisa ikut nimbrung. Gatot yang antusias menceritakan rencana bisnis tetap harus jadi fokus utama Arya.

...----------------...

Meeting berakhir dua jam kemudian. Arya dan Gatot berjabat tangan, tanda kerja sama antar dua perusahaan berjalan lancar.

Sedangkan Giara, "Al, boleh aku minta nomor hp kamu?"

Bukan hanya dia sudah seenaknya memanggil Alia dengan nama panggilan, Giara juga sampai berani meminta nomor punya Alia.

Namun arena tak enak, Alia pun memberikannya.

"Kita bahas lagi soal reuni nanti," seru Giara.

Akhirnya, mereka berempat berpisah.

Di dalam mobil yang melaju, ketika Alia yang duduk di belakang setir konsentrasi memperhatikan jalan di depannya, Arya tiba-tiba bertanya.

"Giara sepertinya tertarik padamu."

Alia diam sejenak, "Wajar sih. Aku kan cantik."

"...."

Kembali hening. Arya merasa aneh karena biasanya Alia tak berhenti ngoceh saat mereka berdua.

Apa Alia kembali ke dirinya yang dulu?

Apa Alia balik lagi jadi wanita yang dingin?

Untuk suatu alasan hati Arya tak nyaman.

"Apa kau akan menerima Giara kalau dia sampai menyatakan cintanya?" Arya sendiri merasa aneh kenapa dirinya bertanya demikian.

"Enggaklah!" ucap Alia ketika mobil mereka berhenti di depan rambu lalu lintas. "Yang aku cinta kan kamu!"

Arya tak sadar ada helaan nafas lega keluar dari mulutnya.

Ternyata Alia masih mencintaiku.

Ujung bibirnya menaik sedikit.

"Terus kenapa kamu dari tadi diem aja? Aku pikir kamu sedang serius mempertimbangkan Giara untuk dijadikan pasangan." Arya menoleh, memperhatikan wajah Alia.

Mobil mereka melaju sangat pelan. Dari tadi sudah banyak mobil yang menyalip. Kemudian, Alia menggerakkan mobil ke pinggir jalan lalu berhenti secara mulus. Baru setelah yakin mobil terparkir dengan aman, ia berani menengok ke arah Arya

"Mas, sebaiknya kita jangan banyak ngobrol saat berkendara," kata Alia serius. "Aku pernah kehilangan orang yang ku sayang karena kecelakaan di jalanan."

"!?"

Arya kira orang yang Alia maksud adalah semacam anggota keluarga. Arya tidak akan pernah bisa menebak, kalau orang yang dimaksud sebenarnya adalah dirinya di dunia paralel.

Ya. Di dunia sebelumnya Arya kehilangan nyawa akibat kecelakaan saat berkendara. Alia pun tak mau lagi hal tersebut menimpa, makanya dia sangat hati-hati saat mengendalikan setir.

"M-Maaf," lirih Arya menyesal. Tatapan tajam Alia membuatnya tak berani mendebat.

"Kamu harus janji sama aku, bahwa mulai sekarang kamu juga bakal lebih hati-hati saat berada di jalan," ucap Alia dengan nada menekan.

Arya pun cuma bisa mengangguk.

Lalu, Alia mengelus-elus kepala Arya.

"Anak pintar. Apa kamu mau aku beri ciuman sebagai tanda hadiah?"

Arya seketika memalingkan muka, "Jangan main-main! Kita harus segera balik ke kantor! Masih banyak pekerjaan di sana!"

Alia pun menurut. Mobil kembali melaju, tapi masih dengan kecepatan yang cenderung pelan.

Arya masih membuang muka ke arah jendela, memperhatikan bangunan-bangunan yang terlewati. Samar-samar refleksi wajahnya itu kelihatan di jendela. Arya pun menemukan, kalau wajahnya itu saat ini sedang sangat memerah.

Alia sungguh beda dengan calon istriku yang dulu.

Batinnya menyimpulkan.

Mungkin jika hubunganku dulu gagal, hubunganku dengan Alia bisa berakhir beda.

Arya belum menyadari bagaimana Alia sudah mulai perlahan masuk ke dalam hatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!