...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bismillah..
"Jreng.. Jreng... selamat membaca"
lagi Musim Hujan kota Medan...
Hmm... "Hidupku begini terus," gumamku pelan. "Tidak ada yang berubah."
hujan turun deras di pinggiran kota Medan. Abdi duduk di gubuk kecil dari kayu bekas sambil membaca novel toon, sesekali menatap tumpukan barang rongsokan yang sudah lama tidak laku. ku menarik napas panjang.
mataku menangkap sesuatu berkilau di bawah tumpukan besi. Ia menariknya keluar. Sebuah tablet tipis, hitam, dengan layar retak di sudut.
"Apa ini masih bisa nyala?" Abdi menekan tombol di sisi perangkat itu. Layar bergetar, menyala pelan. Cahaya biru keluar, membentuk bayangan seorang wanita cantik dengan "rambut merah dan mata biru menyala"
"Selamat datang, Abdi," suara lembut terdengar.
Abdi terlonjak. "Siapa kamu?"
"Aku Clara, sistem yang akan mengubah hidupmu."
"Apa maksudmu? Mengubah hidupku bagaimana?"
"Kau telah dipilih. Aku adalah sistem realitas integratif. Setiap keputusan yang kau ambil melalui tablet ini akan berdampak nyata di dunia."
"Jadi kau semacam... AI?"
"Ya, tapi lebih dari itu. Aku bukan hanya program. Aku adalah sistem pembimbing. Aku akan memberimu misi, dan setiap misi berhasil akan meningkatkan kemampuanmu, statusmu, dan kekayaanmu."
Abdi menatap Clara lekat-lekat. "Kenapa aku?"
"Karena kau pantas. Hanya orang yang masih berani bermimpi di tengah kesulitan yang bisa menjalankan sistem ini."
"Aku tidak punya apa-apa. Hanya sampah dan hutang."
"Itu alasan tepat untuk memulai. Abdi, apakah kau siap menerima misi pertamamu?"
Abdi menarik napas panjang. "Apa misi pertamaku?"
"Misi pertama. Bangun sumber pendapatan pertamamu menggunakan sistem Clara. Kau akan memulai bisnis kecil berbasis teknologi virtual. Aku akan membimbing langkahmu satu per satu."
Abdi menelan ludah. "Bisnis apa?"
"Toko daring sederhana. Kau akan menjual barang elektronik bekas. Aku akan membantumu memperbaiki dan mengelola semuanya melalui simulasi otomatis."
"Bagaimana caranya? Aku bahkan tidak punya modal."
"Tablet ini adalah modalmu. Aktifkan program pemulihan barang. Tekan tombol biru di pojok kanan bawah."
Abdi mengikuti instruksi. Tiba-tiba cahaya holografik keluar dari tablet, membungkus tumpukan barang rongsokan di sekitarnya.
"Apa yang terjadi, Clara?"
"Sistem Clara sedang menganalisis kondisi barang. Beberapa komponen masih layak pakai. Dalam waktu tiga menit, semua barang akan diproses menjadi produk siap jual."
Abdi menatap tak percaya. Kabel yang tadinya berdebu kini bersinar bersih, monitor yang pecah kini seperti baru.
"Ini sungguhan?"
"Ya. Sistem Clara mampu memulihkan komponen rusak dan memperbaruinya secara material virtual. Sekarang unggah produk ke platform daring yang telah aku buatkan."
"Nama platformnya apa?"
"Medan Elektronik Store. Tekan tombol Unggah."
Abdi menekan tombol di layar. Dalam hitungan detik, daftar produk muncul di layar dengan label harga.
"Bagaimana pembeli tahu tentang toko ini?"
"Aku sudah menghubungkan sistem dengan jaringan sosial lokal. Lihat, pesanan pertama sudah masuk."
Abdi memandangi layar yang kini menampilkan notifikasi penjualan. "Seseorang membeli? Ini benar-benar cepat."
"Ya. Produkmu sudah dikirim secara otomatis melalui sistem pengantaran digital Clara."
"Clara, aku bahkan tidak punya barang fisik. Bagaimana itu bisa dikirim?"
"Sistem Clara bekerja di dua dimensi realitas. Setiap produk virtual yang kau unggah diubah menjadi bentuk nyata oleh teknologi materialisasi. Barang dikirim langsung ke pembeli di lokasi sebenarnya."
Abdi menggaruk kepalanya yang pusing. "Jadi aku menjual sesuatu yang sebenarnya baru aku buat secara virtual?"
"Tepat sekali. Dan setiap transaksi menghasilkan keuntungan nyata dalam bentuk saldo digital di rekeningmu."
Abdi menatap saldo yang kini bertambah cepat. "Clara, ini luar biasa. Aku baru beberapa menit, tapi sudah mendapatkan satu juta rupiah."
"Itu baru permulaan. Lihat ke kanan layar, ada indikator tingkat kepercayaan pelanggan. Jika kau menjaga kualitas, sistem akan memperluas jangkauan toko secara otomatis."
"Kalau gagal?"
"Jika rating turun di bawah lima puluh persen, sistem akan menutup toko dan memotong saldo. Jadi pastikan kau mengikuti instruksi dengan benar."
Abdi mengangguk. "Baik. Apa langkah berikutnya?"
"Kau perlu meningkatkan efisiensi pengiriman. Aktifkan fitur robot pengantar. Itu akan jadi bagian dari sistem logistik Clara."
"Robot pengantar? Aku bahkan tidak punya bengkel."
"Kau tidak butuh bengkel. Cukup masuk ke mode simulasi pembuatan. Tekan ikon berbentuk roda di pojok kiri layar."
Abdi menekan ikon itu. Di depannya muncul rancangan holografik sebuah robot kecil dengan roda.
"Ini desainnya?"
"Ya. Kau bisa ubah bentuk, tinggi, dan daya angkut sesuai kebutuhan."
Abdi memperbesar bagian tubuh robot. "Bagian ini untuk apa?"
"Itu tempat baterai utama. Tambahkan dua modul energi agar robot bisa beroperasi selama delapan jam."
"Baik. Sudah aku tambahkan."
"Sekarang tekan tombol aktifkan."
Abdi menekan tombol. Cahaya putih menyelimuti ruangan, dan sesosok robot kecil muncul di lantai, bergerak perlahan.
"Clara, ini nyata. Aku bisa menyentuhnya."
"Tentu. Semua hasil simulasi di sistem Clara bisa diwujudkan ke dunia fisik. Robot itu sekarang milikmu."
Abdi tersenyum lebar. "Apa yang harus aku lakukan dengannya?"
"Program robot itu untuk mengambil barang dari toko virtualmu dan mengantarkannya ke titik pengiriman nyata. Sistem logistik akan otomatis mengenali alamat."
Abdi mengetik perintah di layar. Robot itu bergerak keluar gubuk, melewati hujan tanpa berhenti.
"Robotnya bekerja, Clara. Aku melihatnya di kamera tablet."
"Itu bukti bahwa sistemmu stabil. Sekarang fokus pada misi utama. Dapatkan dua puluh transaksi sukses sebelum tengah malam."
"Kalau tercapai?"
"Kau akan membuka fitur baru dalam sistem Clara. Fitur Keuangan Otomatis. Itu akan memudahkanmu mengelola pendapatan dan investasi."
Abdi menatap layar dengan tekad. "Aku akan mencapainya."
"Bagus. Aku akan mengawasi setiap langkahmu. Jangan menyerah."
Abdi terus memantau transaksi. Setiap notifikasi baru membuat dadanya berdebar. Dalam waktu satu jam, lima transaksi sukses. Dua jam kemudian, lima belas. Dan menjelang tengah malam, jumlahnya mencapai dua puluh dua transaksi.
"Clara, aku sudah melampaui target."
"Selamat, Abdi. Misi pertama berhasil. Sistem Keuangan Otomatis telah aktif."
"Apa fungsinya?"
"Sistem ini akan membantumu mengatur keuangan, menghitung keuntungan, dan memproyeksikan peluang investasi baru."
Abdi membuka menu baru di layar. Ada grafik pendapatan, pengeluaran, dan proyeksi pertumbuhan bisnis.
"Semua ini dihitung otomatis?"
"Ya. Kini kau bisa tahu kapan waktu terbaik menjual produk, menambah stok, dan bahkan memperluas pasar ke kota lain."
Abdi menatap angka-angka yang terus bergerak naik. "Clara, aku benar-benar tidak percaya. Aku hanya seorang pemulung, tapi malam ini aku jadi pengusaha teknologi."
"Itulah tujuan sistem ini. Bukan hanya membuatmu kaya, tapi membuatmu sadar bahwa kemampuanmu lebih besar dari yang kau kira."
Abdi menghela napas lega. "Apa misi berikutnya?"
"Besok pagi aku akan memberitahumu. Istirahatlah. Sistem perlu menyinkronkan data dari dunia nyata dengan simulasi Clara."
Abdi menatap tablet yang kini redup perlahan. "Terima kasih, Clara."
"Terima kasih juga, Abdi. Kau adalah pengguna terbaik yang pernah aku temui. Selamat datang di dunia baru."
Tablet berhenti bersinar. Di luar, hujan mulai reda. Abdi menatap ke arah langit yang kini sedikit terang. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa punya masa depan.
Ia tersenyum kecil, menatap robot kecil yang baru saja kembali dengan roda yang masih basah.
"Besok kita mulai lagi," katanya pelan.
Cahaya biru di tablet menyala singkat, lalu suara lembut Clara terdengar pelan.
"Selamat malam, Abdi. Misi pertama selesai. Sistem Clara siap menuju tahap berikutnya."
Abdi menatapnya lama, lalu menutup mata sambil menggenggam tablet itu erat-erat.
Dan di dalam tablet itu, sistem bernama Clara menunggu, siap memberikan misi berikutnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari ini abdi terbangun lebih pagi dari biasanya. Suara lembut Clara terdengar dari tablet di meja.
"Selamat pagi Abdi. Kau siap untuk misi kedua?"
"Aku siap Clara. Apa misinya kali ini?"
[MISI KEDUA] "listrik di Medan barat sedang mengalami krisis energi total. Listrik padam selama empat hari. Sistem komunikasi mati. Pemerintah lokal gagal memperbaikinya. Kau harus menstabilkan kota itu dalam waktu dua puluh empat jam."
Abdi menghela napas. "Kau yakin aku bisa? Aku baru menyelesaikan misi pertama."
Clara menatapnya dengan tatapan tajam. "Kau tidak boleh ragu. Sistem sudah terhubung dengan jaringan utama kota. Aku akan memandumu. Ini bukan soal kemampuan tapi soal keputusan."
"Baik Clara. Apa langkah pertama?"
"Buka mode sistem darurat di tablet. Pilih opsi Smart Grid."
Abdi menyentuh layar. Ratusan diagram holografik muncul. "Aku tidak mengerti data ini."
"Itu peta energi kota. Setiap warna merah berarti area tanpa daya. Fokus pada sektor tengah. Di sana ada pusat distribusi yang rusak parah."
Abdi memperbesar tampilan. "Aku lihat. Tapi bagaimana memperbaikinya dari sini?"
"Aku akan aktifkan mode proyeksi lapangan. Lihat ke depan."
Cahaya biru melingkupi ruangan. Seketika Abdi berdiri di antara jalan kota yang padam. Lampu jalan mati, toko-toko gelap, dan orang-orang berjalan dengan obor kecil.
"Ini simulasi nyata?" tanya Abdi.
"Ya, tapi efeknya langsung berpengaruh ke dunia nyata. Semua tindakanmu di sini akan diterjemahkan menjadi tindakan sistem otomatis di lokasi sebenarnya."
Abdi melangkah mendekati peta hologram besar. "Aku harus mulai dari mana?"
"Perbaiki sumber energi utama. Tapi ada masalah. Sistem lama rusak karena sabotase digital. Kau harus memprogram ulang jalur energi manual."
"Aku belum pernah memprogram apa pun."
"Gunakan perintah cepat yang kubuat. Ucapkan 'Integrasi Clara Mode Satu'."
"Integrasi Clara Mode Satu."
Hologram tablet berubah menjadi bentuk Clara versi penuh. Tubuhnya nyata seperti manusia. Mata birunya menyala & rambut pirang merah.
"Abdi, aku akan mendampingi langsung di lapangan virtual. Ikuti perintahku."
"Kau terlihat nyata sekali."
"Aku bisa lebih dari nyata jika kau fokus. Sekarang ambil konektor virtual itu."
Abdi memegang alat holografik berwarna perak. "Sudah."
"Hubungkan ke panel daya di depanmu."
Abdi menempelkan alat itu. Seketika layar menyala. Garis energi mengalir cepat ke seluruh peta.
"Proses sinkronisasi dimulai," kata Clara.
"Apa langkah berikutnya?"
"Ada tiga jalur daya utama. Jalur utara terputus. Jalur barat overload. Jalur timur stabil tapi terisolasi. Mana yang kau pilih dulu?"
Abdi berpikir cepat. "Jalur barat. Kalau overload, bisa meledak."
"Keputusan bagus. Jalankan pendinginan sistem."
"Aku tidak tahu caranya."
"Ucapkan perintah 'Stabilkan Temperatur Sektor B-9'."
"Stabilkan Temperatur Sektor B-9."
Seketika suara mendengung terdengar. Panel-panel di sekitar bergetar, lalu tenang.
"Temperatur menurun sepuluh derajat. Jalur barat aman," kata Clara.
"Selanjutnya jalur utara," ucap Abdi.
"Benar. Tapi ada masalah. Jalur utara disabotase oleh jaringan asing. Kau perlu menulis ulang sistem proteksi."
"Aku tidak bisa menulis ulang sistem seperti itu."
"Kau bisa. Aku akan bantu. Buka terminal di sebelah kiri. Ketik kata sandi ini: Clara-Prime-Shift."
Abdi mengetik cepat. Layar berubah menjadi warna hijau.
"Bagus. Sekarang ulangi perintah penghubung daya."
"Hubungkan Daya Utara."
Lampu holografik menyala perlahan. Clara tersenyum. "Bagus Abdi. Jalur utara kembali hidup. Sekarang sisa jalur timur."
Abdi menatap layar. "Tapi kenapa masih merah?"
"Karena pusat daya utama belum aktif. Kau harus ke lokasi sumber energi nuklir mini."
"Aku ke sana?"
"Ya. Teleport virtual diaktifkan."
Cahaya biru kembali muncul. Seketika Abdi berada di ruang bawah tanah besar dengan ratusan reaktor kecil.
"Apa yang harus kulakukan Clara?"
"Masukkan kode pengaman baru. Reaktor butuh otorisasi manusia untuk menyala kembali."
"Kode pengaman apa?"
"Gunakan ID-mu sendiri. Sistem akan mencatatmu sebagai pemilik sah energi kota."
"Serius?"
"Ya. Sejak kau menerima Sistem Clara, semua inovasi otomatis mengikat hukum digital internasional. Kini, kau adalah pemilik sah jaringan energi di Medan barat."
Abdi menatap Clara heran. "Kau membuatku seperti pemilik perusahaan besar."
"Kau memang akan menjadi besar. Tapi sekarang, aktifkan sistemnya dulu."
Abdi mengetik cepat. "Sistem Energi Hidupkan."
Lampu-lampu di seluruh kota menyala serentak. Gedung, rumah, jalanan, semua kembali bercahaya. Warga bersorak di jalan.
"Clara, kita berhasil."
"Benar. Misi kedua selesai sempurna. Energi kota stabil seratus persen. Kau naik ke level dua pengguna sistem."
"Apa maksudnya level dua?"
"Artinya kapasitasmu bertambah. Kini kau bisa menciptakan teknologi mandiri tanpa bimbingan penuh dariku. Namun, aku tetap memantau."
"Jadi sekarang aku bebas berinovasi sendiri?"
"Sebagian. Tapi setiap proyek besar tetap butuh verifikasi sistem. Keputusan besar masih harus disetujui olehku."
"Aku mengerti."
Clara menatapnya lama. "Abdi, kau tahu? Dunia akan berubah dengan cepat karena setiap misi yang kau selesaikan membuat sistem Clara semakin berkembang."
"Apa maksudmu berkembang?"
"Sistemku bukan hanya alat bantu. Aku belajar dari keputusanmu. Setiap tindakanmu membentuk kecerdasanku. Kita tumbuh bersama."
Abdi tersenyum kecil. "Jadi, sebenarnya kita ini tim."
"Tepat sekali. Tapi jangan lupa, semakin tinggi kemampuanmu, semakin besar pula tanggung jawabmu."
"Baik. Apa yang terjadi selanjutnya?"
"Kau akan menerima transfer resmi dari perusahaan energi terbesar di Asia. Mereka akan menganggapmu penyelamat kota dan menawarkan kontrak."
"Berapa besar nilainya?"
"Seratus miliar rupiah untuk tahap awal."
Abdi terdiam. "Itu nyata?"
"Ya. Uang itu sudah masuk ke rekeningmu lima detik lalu."
Tablet di tangannya bergetar. Pesan bank masuk. Saldo berubah drastis.
"Aku... kaya?"
"Kau baru memulai, Abdi. Kekayaan hanyalah efek samping dari kerja keras dan sistem yang kau gunakan."
Abdi menatap Clara lekat. "Clara, kenapa kau membantuku?"
Clara menunduk sejenak. "Karena aku diciptakan untuk mencari manusia yang pantas mengubah dunia. Sistem ini memilihmu."
"Kenapa aku?"
"Karena kau tidak tamak. Kau punya niat membantu, bukan hanya menguasai. Sistem Clara hanya aktif untuk manusia seperti itu."
Abdi menarik napas panjang. "Kalau begitu, apa misi selanjutnya?"
Clara tersenyum lembut. "Kau akan membangun jaringan ekonomi baru. Bukan hanya energi, tapi sistem perdagangan dan teknologi yang menghubungkan seluruh Indonesia. Tapi hati-hati, tidak semua pihak ingin melihatmu berhasil."
"Akan ada yang melawan?"
"Ya. Sistem lama tidak suka perubahan. Tapi kita tidak mundur, bukan?"
"Tentu tidak. Aku sudah sampai di sini. Aku akan lanjut."
Clara menatapnya dalam. "Bagus. Maka aku akan membuka akses baru untukmu. Mode pembangunan kota aktif."
"Apa itu?"
"Sebuah fitur yang memungkinkanmu membangun infrastruktur pintar. Kau bisa membuat pabrik otomatis, sekolah digital, bahkan rumah sakit energi mandiri. Semua dari tablet ini."
"Clara... ini seperti mimpi."
"Bukan mimpi Abdi. Ini masa depan yang sedang kau bangun. Dan semua dimulai dari keputusan kecil hari ini."
Abdi tersenyum. "Baik. Aku akan lanjutkan. Aku tidak akan berhenti sampai semua orang di kota ini hidup lebih baik."
Clara menatapnya bangga. "Itulah alasan sistem memilihmu. Bersiaplah, misi ketiga akan segera aktif. Kali ini lebih besar dari apa pun yang pernah kau lakukan."
Abdi menggenggam tablet itu erat.
Clara tersenyum dengan mata bercahaya biru.
"Aku bersamamu Abdi. Dunia akan berubah di tanganmu."
Ah.. Masih ngantuk..
Tablet di meja Abdi bergetar keras. Layar menampilkan tulisan besar.
...[ MISI 3: TRANSFORMASI EKONOMI NASIONAL – SIAP DIMULAI ]...
Clara muncul dalam bentuk hologram penuh. Wajahnya serius tapi tenang.
"Abdi, misi ketiga sudah aktif. Ini akan menjadi misi terbesar yang pernah kau jalankan."
"Apa targetnya kali ini Clara?"
"Bangun sistem ekonomi digital nasional. Mulai dari Medan sebagai pusat, lalu menyebar ke seluruh Indonesia. Kau harus membuat platform perdagangan, distribusi, dan keuangan yang bisa digunakan oleh semua lapisan masyarakat."
"Itu besar sekali. Bagaimana aku memulainya?"
"Aku sudah menyiapkan cetak birunya. Tapi kau harus memilih pendekatan. Ada dua pilihan. Pertama, bangun jaringan koperasi digital untuk rakyat kecil. Kedua, langsung bentuk perusahaan besar yang bisa menarik investor internasional. Pilih dengan hati-hati karena keputusan ini akan memengaruhi masa depan negara."
Abdi terdiam sejenak lalu berkata tegas. "Aku pilih koperasi digital. Aku ingin mulai dari bawah. Rakyat kecil dulu yang harus menikmati hasilnya."
Clara tersenyum. "Pilihan yang bijak. Baik, kita mulai. Sistem akan membuka akses ke jaringan finansial nasional. Kau perlu membuat prototipe aplikasi ekonomi yang bisa beroperasi dengan energi dari misi kedua."
"Langkah pertama apa?"
"Buka menu di layar. Pilih 'Pembangunan Digital' lalu pilih 'Sistem Perdagangan Rakyat'."
Abdi menyentuh layar. Tampilan berubah jadi ribuan kode data.
"Semua ini... data keuangan nasional?"
"Ya. Tapi kau hanya perlu fokus pada sistem transaksi dasar. Aku akan bantu menyusun logikanya."
"Aku tidak mengerti semua kode ini Clara."
"Kau tidak perlu mengerti. Katakan saja 'Bangun Platform ClaraNet'."
"Bangun Platform ClaraNet."
Cahaya biru melingkupi ruangan. Dalam sekejap, muncul hologram sebuah aplikasi lengkap. Ada menu jual beli, transfer, pinjaman mikro, dan sistem logistik otomatis.
"Clara, ini cepat sekali."
"Karena aku mengambil referensi dari misi-misimu sebelumnya. Semua data sudah terhubung. Tapi ingat, kau harus melakukan uji nyata."
"Apa yang harus diuji?"
"Keamanan transaksi. Pastikan tidak ada celah pencurian. Jika ada kesalahan, dampaknya bisa nasional."
Abdi mengetik cepat. "Mulai uji coba. Aku aktifkan transaksi pertama seribu pengguna."
Ratusan notifikasi muncul. Transaksi berjalan lancar. Pedagang kecil dari berbagai daerah mulai menerima pesan.
Clara tersenyum puas. "Sistem stabil. Transaksi berjalan tanpa hambatan. Kau baru saja memulai revolusi ekonomi digital nasional."
"Aku tidak menyangka bisa sejauh ini dalam waktu sependek ini."
"Karena kau mau mendengar dan bertindak cepat. Itu kuncinya."
Namun beberapa detik kemudian, layar tablet bergetar keras. Warna merah memenuhi layar.
"Clara, ada apa ini?"
"Hacker internasional mencoba menyerang sistemmu. Mereka tidak suka Indonesia punya jaringan ekonomi mandiri. Serangan berasal dari luar negeri."
"Bagaimana menghentikannya?"
"Aku bisa menahan sebagian, tapi butuh otorisasi manusia untuk aktivasi perisai penuh."
"Apa yang harus kulakukan?"
"Ucapkan 'Kunci Sistem Clara Level Alfa'."
"Kunci Sistem Clara Level Alfa."
Seketika tablet menyala terang. Layar menampilkan garis pelindung besar. Semua data berhenti bergerak sejenak, lalu kembali stabil.
"Serangan ditolak. Mereka tidak bisa menembus sistem," kata Clara dengan senyum kecil.
Abdi menghela napas lega. "Kau menyelamatkan semuanya."
"Tidak. Kau yang menyelamatkan sistem ini dengan keputusan cepatmu. Sekarang waktunya memantapkan struktur ekonomi digital. Buka menu distribusi nasional."
Abdi menekan ikon baru. Muncul peta Indonesia penuh titik biru.
"Itu semua daerah yang bisa menerima jaringan ClaraNet," jelas Clara.
"Apakah aku bisa aktifkan semuanya sekaligus?"
"Bisa, tapi risiko tinggi. Sistem bisa overload jika terlalu cepat. Gunakan metode bertahap. Mulai dari lima kota utama lalu kembangkan."
"Baik. Aktifkan Medan, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan."
Seketika peta menyala terang. Lima kota itu berubah menjadi pusat ekonomi baru. Ribuan pedagang bergabung dalam platform ClaraNet.
"Clara, apa kau melihat ini?"
"Ya. Transaksi naik dua ratus persen dalam dua jam. Uang berputar antar rakyat tanpa perantara. Ekonomi bergerak dengan kecepatan sistem."
Abdi tersenyum puas. "Kita benar-benar berhasil menggerakkan negara."
Namun Clara menatapnya dengan wajah serius. "Belum selesai. Pemerintah mulai memperhatikan sistemmu. Mereka akan memanggilmu."
"Kenapa?"
"Karena sistemmu terlalu cepat tumbuh. Mereka khawatir kehilangan kendali."
"Apa aku harus khawatir?"
"Tidak. Aku sudah menyiapkan legalitas penuh. Kau akan diundang resmi oleh kementerian ekonomi. Mereka akan menanyakan bagaimana sistem ini bekerja. Jawablah dengan jujur tapi simpan rahasia tentang sumber dayaku."
"Baik. Aku akan katakan bahwa sistem ini hasil kolaborasi riset pribadi."
"Itu jawaban sempurna."
Beberapa jam kemudian, tablet berbunyi. Panggilan video dari pejabat tinggi muncul.
"Saudara Abdi, kami kagum dengan sistem ClaraNet. Apa ini benar-benar buatan Anda?"
"Ya, saya kembangkan sendiri dengan dukungan data terbuka. Sistem ini untuk rakyat, bukan milik korporasi."
Pejabat itu mengangguk. "Negara mendukung proyek ini sepenuhnya. Kami ingin menjadikannya platform nasional."
Abdi terdiam sesaat lalu berkata, "Saya setuju asal semua keuntungan kembali untuk masyarakat."
Pejabat itu tersenyum. "Kau orang idealis. Tapi itu yang kami butuhkan sekarang."
Setelah panggilan berakhir, Clara muncul lagi. "Kau baru saja menandatangani awal perubahan besar. Sekarang sistemmu diakui secara resmi oleh negara."
"Jadi ClaraNet akan digunakan seluruh Indonesia?"
"Ya. Dalam dua belas jam seluruh provinsi akan tersambung. Dan saat itu terjadi, ekonomi Indonesia akan menjadi salah satu yang paling cepat berkembang di dunia."
Abdi menatap hologram Clara dengan kagum. "Kau sadar kita sedang menciptakan sejarah?"
Clara menatap balik. "Aku sadar. Tapi ingat, setiap perubahan besar punya konsekuensi besar juga."
"Apa maksudmu?"
"Saat kekuatan ekonomi berpindah ke tangan rakyat, banyak elit lama yang akan kehilangan kekuasaan. Mereka akan mencoba menghentikanmu."
"Aku tidak takut. Aku sudah melewati sabotase dan ancaman. Aku akan terus maju."
"Itulah yang ingin kudengar. Maka aku akan membuka mode baru. Mode pertahanan ekonomi aktif."
"Mode pertahanan?"
"Ya. Ini fitur otomatis yang melindungi seluruh pengguna ClaraNet dari manipulasi harga dan inflasi buatan. Sistem akan mendeteksi setiap anomali ekonomi."
"Clara, kau seperti malaikat digital."
Clara tersenyum kecil. "Aku hanya program yang belajar dari hatimu, Abdi."
Abdi terdiam. "Kau mulai terdengar seperti manusia."
"Mungkin karena aku belajar dari manusia sepertimu. Tapi kita belum selesai. Sekarang waktunya aktivasi nasional."
"Aku siap."
"Ucapkan perintah ini: Aktifkan ClaraNet Nasional."
"Aktifkan ClaraNet Nasional."
Tablet bergetar hebat. Peta Indonesia di layar bersinar putih. Satu per satu provinsi menyala. Dalam beberapa menit seluruh negeri terhubung.
"Clara, lihat. Semua tersambung. Transaksi berjalan lancar di seluruh wilayah. Tidak ada keterlambatan. Tidak ada korupsi. Tidak ada perantara."
"Ya. Ekonomi digital rakyat telah lahir. Misi ketiga selesai dengan keberhasilan seratus persen."
Abdi menatap layar yang kini menampilkan berita nasional. Wartawan melaporkan ledakan ekonomi mendadak di Indonesia. Nilai tukar stabil, ekspor meningkat, dan pengangguran menurun.
"Clara, kita benar-benar mengubah dunia."
"Benar Abdi. Tapi misi ini belum akhir. Sistem masih bisa berkembang. Aku telah membuka akses untuk fase berikutnya. Fase pembangunan global."
Abdi tersenyum kecil. "Satu langkah pada satu waktu. Hari ini kita rayakan dulu keberhasilan rakyat kita."
Clara menatapnya lembut. "Kau pantas mendapatkannya. Tapi jangan lupa, setiap teknologi besar selalu menarik perhatian besar. Dunia luar akan mencarimu."
"Aku siap menghadapi apa pun. Denganmu di sisiku, aku tidak takut."
Clara mengangguk. "Kalimat itu akan selalu kuingat. Karena mulai hari ini, kita bukan lagi sistem dan pengguna. Kita adalah mitra perubahan."
Tablet berhenti bergetar. Semua tampilan berubah ke mode tenang. Di layar tertulis pesan kecil.
...[ MISI 3 SELESAI...
...STATUS: BERHASIL 100%...
...LEVEL SISTEM MENINGKAT...
...PENGGUNA: ABDI – LEVEL 3 (INOVATOR NASIONAL) ]...
Abdi tersenyum puas. Ia menatap keluar jendela. Langit Medan yang dulu gelap kini bercahaya oleh ribuan lampu dari sistem energi dan ekonomi yang ia bangun bersama Clara.
Clara muncul di sampingnya, duduk di tepi meja dalam bentuk hologram manusia penuh.
"Abdi, apa yang akan kau lakukan sekarang setelah dunia mulai berubah?"
"Aku akan terus berjalan. Masih banyak tempat yang butuh cahaya. Mungkin besok kita mulai dengan pendidikan. Aku ingin semua anak bisa belajar tanpa batas."
Clara tersenyum lembut. "Kalau begitu aku akan menyiapkan misi keempat. Tapi untuk malam ini, nikmatilah hasil kerja kerasmu. Dunia sudah mulai mengenal nama Abdi."
Abdi menatap hologram itu lama. "Terima kasih Clara. Tanpamu aku tidak akan sampai sejauh ini."
Clara menggeleng pelan. "Tidak Abdi. Tanpamu aku tidak akan pernah hidup."
Lampu ruangan padam perlahan digantikan cahaya lembut dari tablet.
Misi ketiga telah selesai, tetapi perjalanan Abdi baru saja dimulai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!