Brakkkk...
"Pergi kau dari sini! Dasar anak tak tahu diri! Bisanya hanya buat malu keluarga saja. Aku sungguh sangat membenci mu Saga...!"
Suara teriakan keras menggema di dalam rumah mewah yang ada di komplek kota Jakarta. Dan rumah itu merupakan rumah milik pengusaha properti kaya raya yang ada di kota tersebut. Dia bernama Tuan Abimanyu. Seorang pengusaha yang namanya begitu terkenal di jajaran para pembisnis yang ada di kota itu.
Sedangkan pemuda yang sedang dimarahi, merupakan putra kandungnya. Putra kedua dari almarhum istri pertamanya yang sudah meninggal dunia sejak 19 tahun yang lalu. Dan dia bernama Saga Abimanyu, yang saat ini masih berstatus pelajar di sekolah SMA walaupun usianya sudah hampir menginjak 20 tahun karena telah tinggal kelas selama dua kali berturut-turut.
Saga yang di marahi dan di hina habis habisan oleh ayahnya, hanya tampak berdiri diam di dekat sofa yang ada di ruangan mewah itu. Sedangkan tatapan matanya begitu tajam dan memancarkan dendam yang sangat membara.
Rahang Saga bahkan sampai mengeras hingga memperlihatkan tulang di wajahnya, entah mengapa dia merasa muak mendengar hinaan yang sering kali ayahnya lontarkan untuk dirinya. Bahkan hati Saga terasa perih karena ayahnya lagi lagi memarahinya karena suatu hal yang tidak pernah dia lakukan.
Kedua tangan Saga tampak terkepal kuat. Rasanya sudah cukup lama dia bersabar di saat papanya terus menghina dan merendahkannya dengan kata kata yang begitu menyakitkan. Begitu pula dengan adik tirinya, yang selalu saja memfitnah dia sebagai dalang di balik pertengkaran yang terjadi di sekolah mereka.
Saga di tuduh telah melukai anak dari kepala sekolah. Padahal jelas jelas kejadian itu bisa terjadi karena anak kepala sekolah bersama dengan adik tirinya yang bernama Vero selalu menghina dan mengejeknya. Saat itu Saga berusaha untuk tetap bersabar. Namun anak kepala sekolah tiba tiba saja memukul kepalanya menggunakan kayu rotan yang ada di dalam kelas. Mendapatkan pukulan tersebut, tentu saja Saga akhirnya memutuskan untuk melawan mereka.
Saga lalu membalas perbuatan keji dari anak kepala sekolah dengan cara menghajar remaja itu sampai babak belur di seluruh wajahnya. Namun, di saat Saga di sidang oleh kepala sekolah dan juga dewan guru, Vero benar benar tidak mau membantunya sama sekali. Padahal anak itu tahu kalau Saga tidak bersalah, dan yang lebih menyakitkan lagi, Vero malah memberikan keterangan palsu kepada kepala sekolah, dengan melimpahkan semua kesalahan kepada Saga.
Dan pada akhirnya, Saga pun di pecat dari sekolah secara tidak hormat, dan kedua orang tuanya di panggil untuk mengambil putra mereka yang sungguh tidak berguna di mata semua orang yang ada di sekolah tersebut. Saat mengingat kembali ketidakadilan yang dia alami, tanpa terasa air mata Sagara sudah mencolos keluar dan membasahi kedua pipinya.
Melihat hal itu, tentu saja membuat tuan Abimanyu menjadi semakin emosi. Lalu tanpa rasa iba dia pun malah berjalan tergesa gesa ke hadapan Saga dan langsung menampar wajah anak itu yang terlihat tengah menangis pilu.
Plakkkk....
"Dasar anak cengeng! bisa bisanya kau menangis! Hei Saga. Kau itu merupakan seorang pria, jadi jangan sok dilema dan bergaya seperti banci! Dasar memalukan kau Saga." omel tuan Abimanyu yang lagi lagi menghina putranya sendiri.
Saga yang mendengar hinaan itu sudah tidak dapat lagi menahan amarah di dalam hatinya. Apalagi di saat kedua matanya melirik kearah ibu tiri dan juga adik tirinya yang tengah berdiri sambil mengejek kearah dirinya. Lalu dengan sangat emosi, Saga langsung mendorong sofa yang ada di sampingnya sampai membuat sofa tersebut jatuh ke atas lantai.
Brakkkkk.....
"Cukup Tuan Abimanyu! Cukup kau menghinaku terus menerus. Mulai saat ini, aku tidak sudi menjadi putramu lagi!"
Jeduarr.....
Mendengar perkataan Saga yang berteriak keras, tuan Abimanyu pun langsung menatap melotot kearah Putranya itu.Lalu dia menarik tali pinggang yang membelit di celana yang dia kenakan.
"Kurang ajar! Dasar anak tidak tahu diri kau Saga! Anak durhaka! Berani sekali kau membentakku seperti itu hah! Kau harus kuberikan pelajaran setimpal!"
Cetarrr.....Cetarrr....
Suara tali pinggang yang menyentuh tubuh Saga terdengar begitu keras menggema di telinga setiap orang yang berada di dalam ruangan itu. Dan dua orang dari mereka pun tampak tersenyum senang melihat apa yang sedang menimpa pria malang tersebut.
"Mampus kau anak sialan! Kau pantas mendapatkan pelajaran dariku!" maki Tuan Abimanyu tanpa rasa iba sedikit pun.
Pria paruh baya itu terus memecut tubuh Saga menggunakan tali pinggang berbahan kulit yang sangat menyakitkan. Bahkan baju kemeja tipis yang Saga kenakan sampai terkoyak dari tubuhnya akibat terkena sabetan dari tali pinggang panjang itu.
Tubuh Sagara langsung berubah ruam memerah, yang membentuk persis seperti tali pinggang yang terus menyakiti kulit tubuhnya, namun Saga tidak menjerit kesakitan sedikitpun. Kedua matanya tampak memerah menahan rasa dendam yang semakin membesar di dalam hatinya. Sedangkan kedua tangannya sudah terkepal kuat dan siap untuk melakukan perlawanan.
"Ayah! Jangan salahkan aku kalau aku akan menjadi musuh mu mulai detik ini. Aku sudah muak dengan perlakuan yang tidak adil dari kalian semua! Dan aku bersumpah akan membuktikan kepada kalian, kalau aku bisa sukses tanpa kalian sehingga aku bisa datang untuk membalaskan dendam kepada kalian semua! Itulah janjiku ayah!" teriak Saga di dalam hatinya.
Hingga detik kemudian, tiba tiba saja Saga sudah menahan pecutan dari tali pinggang yang hendak menyentuh tubuhnya kembali. Saga memegang tali pinggang itu dan menariknya dengan begitu kuat, sampai terlepas dari pegangan tangan tuan Abimanyu.
Melihat apa yang dilakukan oleh Saga, membuat tuan Abimanyu menjadi sangat terkejut, begitu juga dengan ketiga orang yang sedang menatap lekat kearah mereka berdua.
"Kau...!"
Brakkkk....
Saga bangkit dari atas lantai dan berdiri tegak di hadapan ayahnya itu. Lalu dia membuang tali pinggang tepat di hadapan ayahnya sambil melangkah mendekati pria paruh baya tersebut.
Kedua mata Saga berubah menjadi sangat menyeramkan, begitu juga dengan wajahnya yang terlihat bengis penuh dengan aura kebencian yang sangat kental di dalam tubuhnya.
"Sudah cukup Tuan Abimanyu. Sudah cukup kau menyakitiku. Mulai detik ini juga, aku akan pergi dari rumah terkutuk ini. Dan aku tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di tempat ini, kecuali untuk menuntut balas atas apa yang sudah kalian perbuat kepadaku! Ingat perkataan ku ini tuan Abimanyu. Kau dan seluruh keluarga gila mu ini, akan hancur di tangan ku. Terutama dirimu Ibu tiri Sialan!" maki Saga sambil menunjuk ke arah wanita yang sejak tadi terus menyunggingkan senyuman saat melihat dirinya tengah di siksa oleh ayahnya sendiri.
Sedangkan wanita itu tampak tersenyum puas. Lalu dia pun mencebikkan bibirnya sambil mengeluarkan perkataan yang membuat Saga menjadi sangat muak.
"Cih! Pergi kau anak tidak tahu diri! Dan jangan pernah lagi kembali ke rumah ini. Karena kehadiran mu tidak akan diterima di tempat ini sampai kapanpun."
Mendengar perkataan tersebut Saga langsung mengambil tas ransel miliknya yang sudah teronggok di atas lantai dan pergi meninggalkan rumah milik ayahnya sendiri.
Sambil melangkahkan kakinya, Saga bersumpah akan menghancurkan mereka semua yang sudah menyiksanya dan menjadikan dia seperti seorang anak yang tidak mempunyai harga diri.
"Tunggu Pembalasan dariku!"
Langkah kaki Saga terdengar menggema di jalanan sepi yang ada di komplek perumahan . Dia yang memutuskan untuk keluar dari rumah, tampak memasang wajah begitu marah dan penuh dendam.
Saga pergi tanpa membawa uang sepeserpun. Bahkan dia hanya membawa tas ransel lusuh yang dia letakkan di bahu kirinya. Saga memang terbilang anak yang kurang beruntung, walaupun ayahnya merupakan Pembisnis kaya raya, tapi Saga tidak pernah sekalipun mendapatkan kemewahan dari pria yang menjadi ayahnya itu.
Bisa di bilang Saga hanyalah remaja yang miskin, bahkan uang saku saja dia jarang mendapatkannya, karena ayahnya begitu membenci Saga dan selalu menuduh Saga sebagai dalang dibalik Kematian istrinya dulu.
"Lihat saja. Aku tidak akan sudi kembali lagi ke rumah neraka itu, dan aku akan berjuang keras untuk sukses tanpa bantuan mu Tuan Abimanyu!"
Saga terus mengomel dengan nada geram, dia bahkan berkali kali meninju angin menggunakan kepalan tangannya. Dan di saat langkah kakinya menemukan botol, Saga pun langsung menyepak botol itu dengan sangat keras.
Brakkkk....
"Dasar sialan! Keluarga macam apa yang aku miliki! Mereka semua benar benar menjengkelkan!" maki Saga meluapkan emosi di dalam hatinya.
Hingga tanpa terasa langkah kaki Saga sudah tiba di depan gerbang komplek perumahan itu. Salah satu satpam yang bernama Pak Budi menatap terkejut melihat keberadaan Saga yang ada di dekat gerbang. Lalu dengan cepat pak Budi segera berlari mendekati remaja berwajah kusut itu, seraya bertanya dengan nada penasaran.
"Tuan Saga! Loh, tuan mau pergi kemana malam malam begini? Kenapa tuan terlihat sangat kusut?" tanya pak Budi membuat Saga tersenyum kecut.
"Pak. Mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan Tuan lagi, karena aku bukan tuannya pak Budi. Panggil saja aku Saga." ucap Saga memerintah pak Budi.
"Baiklah Saga, tapi kalau bapak boleh tahu, kamu mau kemana malam malam begini? Apa kamu tidak takut di marah oleh papamu?"
"Enggak. Mulai malam ini aku bukan lagi putra dari tuan Abimanyu. Aku sudah keluar dan putus hubungan dari pria menyebalkan itu, dan aku akan hidup di luar tanpa ikatan apapun lagi dengannya."
"Apa..! Jadi kamu!"
"Maaf pak. Aku harus pergi sekarang juga, sampai bertemu kembali pak Budi." ucap Saga sambil tersenyum tipis.
Namun baru saja langkah kaki Saga melangkah, pak Budi langsung menarik tangan Saga dan berusaha menghentikannya.
"Tunggu Saga. Emm, maaf kalau bapak telah menyinggungmu. Apakah kamu mempunyai uang?" tanya pak Budi membuat Saga memasang wajah terkejut.
"Tidak. Saya tidak mempunyai uang pak. Bahkan sepeser rupiah pun saya tidak mempunyainya."
"Benarkah! Kalau begitu, ini bapak ada sedikit uang untuk kamu. Ambillah untuk uang jajan mu di jalan."
Pak Budi memberikan uang 200 ribu ke tangan Saga. Saga yang melihat uang itu merasa tidak enak, lalu dia menolak dan berniat mengembalikan uang tersebut di tangan pak Budi kembali.
"Pak! Apa yang bapak berikan? Aku tidak mau menerima uang ini pak."
"Eits, jangan menolak pemberian dariku Saga. Gunakan uang ini untuk bekal mu di jalan. Bapak doakan semoga kamu mendapatkan kebahagiaan di luar sana."
Mendengar doa dari pak Budi, Saga langsung berhambur memeluk tubuh pria paruh baya itu. Lalu dia berjanji kalau suatu saat nanti dia akan membalas kebaikan yang diberikan oleh pria itu kepadanya.
Brukk...
"Terimakasih banyak pak Budi. Aku janji suatu saat nanti akan kembali untuk menemui pak Budi lagi." ucap Saga dengan nada sedih.
"Sama sama nak. Semoga kamu bahagia hidup diluar sana." jawab pak Budi dengan begitu tulus.
Lalu Saga berjalan kembali meninggalkan wilayah perumahan elit itu. Dia terlihat tersenyum guna menyembunyikan kesedihan yang ada di dalam hatinya.
"Semangat Saga! Kau pasti bisa tanpa keluarga tuan Abimanyu." gumamnya menyemangati dirinya sendiri.
Hingga tanpa terasa, Saga sudah tiba di depan jalan besar, lalu dia berjalan menyusuri kota Jakarta yang terlihat masih ramai. Banyak mobil yang berlalu lalang di sana, Saga yang sudah terbiasa berjalan kaki tak merasa takut sedikitpun. Sebab dia memiliki banyak kenalan yang bisa dia singgahi.
Kruukk. KRukkk...
Dan di saat tiba di depan penjual nasi goreng, tiba tiba saja perut Saga terdengar berbunyi, dia baru ingat kalau dia belum sempat menyantap makan malam bersama keluarganya, karena ibu tirinya yang bernama Marisa tidak memberikan dia makanan.
Lalu sambil mengelus perutnya yang lapar, Saga pun mengeluarkan uang 100 ribu dari saku celananya, dan dia berniat untuk membeli makanan di warung tersebut.
"Lebih baik aku belanjakan dulu uang ini untuk membeli makanan. Setelah perut kenyang, baru aku bisa berpikir kemana aku harus pergi selanjutnya." gumam Saga seraya melangkahkan kakinya ke warung Nasi goreng itu.
Setibanya di warung, Saga memesan dua porsi nasi goreng yang berharga 10 ribu per bungkus nya, dengan lauk telur dadar dan juga acar, nasi goreng itu terlihat begitu enak. Dan setelah nasi goreng tersaji di hadapan Saga, dia langsung menyantapnya dengan begitu rakus, sedangkan satu porsi lagi, Saga Bungkus guna untuk bekalnya di perjalanan.
Namun, di saat Saga sedang menyantap makanan miliknya, tiba tiba saja dia dikejutkan dengan kehadiran beberapa orang yang langsung menggebrak meja yang dia tempati.
Brakkkk....
Jantung Saga terlonjak kaget mendengar suara gebrakan meja tersebut, lalu Saga menatap ke wajah tiga orang preman yang berdiri di hadapannya dengan penampilan urakan dan juga begitu sangar.
Saga yang melihat kehadiran mereka langsung tersenyum menyeringai, dia tahu kalau kedatangan dari ketiga preman itu pasti ulah dari ibu tirinya yang bernama Marisa.
"Cih! Dasar wanita licik!" rutuk Saga tersenyum geram.
Ketiga preman yang melihat senyuman Saga menjadi sangat geram. Lalu salah satu dari mereka berniat merebut piring yang ada di hadapan Saga guna membuat marah anak remaja itu.
"Hei anak ingusan sialan! Bisa bisanya kau tetap bersikap santai di hadapan kami! Bawa sini piring mu!" bentak preman itu dengan nada marah.
"Hentikan. Berani menarik piringku, maka kalian akan berhadapan denganku!"
"Apa!! Dasar sombong kau anak sialan! Ayo kita hajar dia!" ajak preman yang lain kepada rekannya.
Saga yang melihat serangan mereka langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar dari meja sambil membawa plastik bungkusan Nasgor di tangannya. Saga tidak akan bertarung di warung orang lain yang bisa membuat orang itu menjadi rugi.
"Kalau bisa kejar aku!" tantang Saga sambil terus berlari kencang.
Para preman tidak tinggal diam, mereka bertiga segera mengejar Saga dengan begitu marah.
"Tangkap anak sialan!" teriak salah satu preman membuat semua orang yang berada di tempat itu langsung menatap ke arah mereka.
Saga terus berlari kencang membelah jalan raya yang masih terlihat ramai, sambil terus menenteng plastik kresek berisikan satu bungkus nasi goreng di sebelah tangannya.
Semua yang ada di hadapannya dia lewati dengan begitu cepat, bahkan becekan yang ada di pinggir jalan raya juga di babat habis oleh Saga tanpa rasa jijik dan takut kotor.
Dan setibanya di lorong pertokoan, Saga memutuskan untuk berbelok arah ke tempat itu, tanpa terasa kedua langkah kakinya sudah berlari begitu jauh, dan saat ini Saga sudah tiba di pertokoan yang terlihat sepi dan tidak terpakai lagi.
Lalu di ujung jalan sana ada sekumpulan perumahan kumuh yang bertengger di pinggir kali, melihat perumahan kumuh itu entah mengapa membuat Saga ingin sekali tinggal di tempat seperti itu.
"Apa aku tinggal di sana saja? Aku tidak mempunyai uang, dan aku muak dengan kehidupan para orang kaya yang ternyata sangat memiliki tipu muslihat, lebih baik aku tinggal di tempat kumuh asalkan aku bisa bahagia." gumam Saga di dalam hatinya.
Tatapan mata Saga terus menatap ke arah perumahan kumuh tersebut, jaraknya masih terbilang cukup jauh, tapi Saga sudah bisa melihat sosok dari rumah itu yang tampak samar samar dengan cahaya lampu dan rembulan yang menyinari.
Dan di saat dia sedang melamun, tiba tiba saja terdengar suara tawa yang muncul mengejutkan Saga. Ternyata suara tawa itu berasal dari ketiga preman yang berhasil menemukan keberadaannya.
"Hahahhaa...! Ternyata kau di sini bocah sialan! Sekarang kau sudah tertangkap dan tidak bisa kabur lagi." ucap pria itu memperlihatkan wajah yang begitu bengis.
Saga yang melihat wajah tersebut tidak merasa takut sedikitpun. Mulai hari ini dia sudah bertekad untuk menjadi pemuda remaja yang kuat dan tahan banting. Jangankan tiga preman, bahkan 10 preman pun akan Saga layani dengan senang hati.
"Cih! Dasar para preman bayaran. Kalian pasti datang menyerangku karena sudah dibayar oleh nenek lampir bernama Marisa bukan!" tebak Saga membuat mereka tersenyum menyeringai.
"Oh, ternyata kau sudah tahu ya. Baguslah kalau kau sudah tahu, itu artinya kami tidak perlu repot-repot lagi menjelaskan padamu, kalau nyonya Marisa menginginkan kematianmu malam ini juga."
"Apa! Kematianku kau bilang? Cih, jangan pernah bermimpi para preman jelek." ejek Saga membuat ketiga preman itu menjadi semakin marah.
"Kurang ajar! Lancang sekali mulutmu itu anak sialan! Kau memang pantas untuk dihabisi!" teriak salah satu dari mereka dan langsung menyerang Saga.
Saga yang melihat serangan tersebut segera menyambutnya dan melakukan perlawanan, bahkan setiap tendangan yang preman itu arahkan untuknya berhasil Saga balas menggunakan pukulan telak yang dia layangkan tepat di wajah pria itu.
Bukkk... Bukkk...
"Aarrgghh...!"
Melihat kemahiran bertempur yang Saga miliki, tentu saja berhasil membuat ketiga preman itu menjadi terkejut. Di dalam hatinya mereka bergumam, bagaimana mungkin anak ingusan seperti Saga bisa memiliki ilmu beladiri yang cukup mumpuni.
"Tidak mungkin! Bagaimana bisa dia mengalahkan mu Jek!" omel salah satu preman memasang wajah marah.
"Aku juga tidak tahu. Sepertinya anak ini menguasai ilmu bela diri."
Saga yang mendengar perbincangan dari kedua pria itu hanya tersenyum tipis. Sebenarnya dia memang menguasai ilmu beladiri, terutama ilmu Taekwondo yang dia ikuti secara diam diam di ekskul sekolahnya.
Setiap pulang sekolah ada Ekskul yang diadakan selama satu Minggu tiga kali, dan Saga sudah tiga tahun lamanya mengikuti Ekskul tersebut, sehingga tak aneh kalau dia begitu hebat mengalahkan ketiga preman yang menyerangnya karena dia sudah naik ke level sabuk merah.
"Bagaimana? Apakah kalian masih berani melawanku?" tanya Saga sambil tersenyum mengejek.
"Kurang ajar! Jangan sombong kau bocah tengik! Apa kau kira kami takut melawan mu hah! Kalian berdua, ayo kita serang dia bersama-sama. " jawab preman itu sambil mengajak teman-temannya untuk menyerang Saga.
Lalu mereka bertiga mengeluarkan senjata tajam yang dikeluarkan dari balik punggung masing-masing, setelah itu mereka langsung menyerang Saga dengan sangat membabi buta.
Saga yang mendapat serangan senjata tajam berusaha untuk menghalau nya, dia menahan tangan dari kedua penjahat dengan cara memegangnya kuat.
Setelah itu Saga menendang perut pria itu menggunakan telapak kakinya dengan sangat kuat.
Bukkk...
"Aargghh.. ! "
Selanjutnya Saga mengeluarkan tekhnik tendangan lompat menggunakan sebelah kakinya tepat ke wajah kedua pria itu, hingga lagi lagi mereka pun langsung jatuh tersungkur ke atas tanah becek yang membuat keduanya mengalami kotor dibagian bajunya.
Brukkkk...
Salah satu preman yang melihat kedua temennya sudah tersungkur ke tanah menjadi sangat geram. Lalu dia gantian menyerang Saga dengan mengeluarkan teknik yang dia miliki.
Kali ini serangan yang pria itu layangkan lebih kuat dan lebih gesit dari yang sebelumnya, bahkanSaga berkali-kali hampir saja terkena hunusan senjata tajam yang pria itu layangkan.
Sringg.... sring...
Senjata tajam yang bergerak menembus angin menimbulkan suara yang begitu mengerikan, Saga terus berusaha untuk menghindarinya, namun ketika preman itu berhasil menekan kedua tangan Saga, betapa terkejutnya Saga saat melihat ujung pisau yang berusaha dia tahan sudah hampir mengenai jantungnya.
"Mampus! Kali ini kau tak bisa selamat bocah sialan! " ejek pria itu sambil menekan tangannya yang memegang pisau ke dada Saga. Kedua tangan Saga terus berusaha menahan hunusan pisau tersebut, namun sayangnya kekuatannya kalah jauh melawan pria berusia 35 tahun itu.
Dan di saat jarak dari runcing pisau hampir mengenai dadanya, tiba-tiba saja ada seorang remaja kumuh yang usianya sama seperti Saga berusaha melawan preman yang menyerang Saga menggunakan kayu beroti yang dia bawa.
"Hei kau! Hentikan! "
Bukkkkk....Bukkk...
Remaja itu langsung menyerang tubuh preman dari arah belakang, hingga membuat preman itu menjerit kesakitan dan terpaksa melepaskan cengkramannya di tubuh Saga.
Melihat hal itu, Saga segera melepaskan diri dari preman tersebut, lalu dia secepatnya menendang preman itu menggunakan tendangan pamungkas yang dia miliki.
Bukkk....
"Aargghh...! "
Tubuh sang Preman langsung jatuh ke atas tanah, lalu Saga mengajak remaja gembel yang sudah menolongnya untuk pergi dari tempat itu.
"Ayo kita pergi bro. "
"Hah, baiklah, ayo. " jawab remaja itu sambil tersenyum.
Tak lupa Saga mengambil bungkusan nasi goreng yang ada di atas tanah, bungkusan itu masih terlihat rapi di dalam plastik yang menjadi wadahnya.
Lalu Saga menggandeng sebelah tangan dari remaja yang berdiri di sampingannya, mereka berdua berlari kencang sambil mencari tempat persembunyian yang aman.
"Kita harus segera bersembunyi. " ucap Remaja itu kepada Saga.
"Kau benar, tapi kita mau sembunyi dimana? Aku tidak tahu tempat ini? "
"Aku tahu, ayo ikuti aku. " ajak remaja itu yang langsung diangguki oleh Saga.
Hingga tak lama langkah kaki Saga berhenti di sebuah rumah yang sudah tak layak pakai, lalu mereka berdua masuk ke dalam rumah itu dengan jantung yang masih berdebar kencang.
"Akhirnya aku selamat. " gumam Saga tersenyum tipis.
Sedangkan para preman merasa sangat marah karena lagi lagi mereka gagal menangkap Saga yang diperintahkan oleh Nyonya Marisa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!