Kota Makaris, di pagi hari yang tampak begitu ramai, penduduknya yang sudah terlihat begitu sibuk dengan aktivitasnya sehari hari. Walaupun hujan deras melanda kota tersebut. Akan tetapi tidak menyurutkan semangat masyarakatnya untuk menjalani kehidupannya masing masing. Jalan jalan poros utama sudah mulai ramai di lalui kendaraan roda 4 dan roda 2.
Di pinggiran kota Makaris, berdirilah sebuah rumah yang tak jauh dari landasan pacu pesawat Bandara Internasional Sultan Nural. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu, lantai yang tidak memiliki ubin, hanya beralaskan tanah. Isak tangis seorang pemuda tampan. Badan sedikit kurus dengan tinggi 172 cm.
Pemuda itu bernama Faqih, di sampingnya terbaring seorang wanita tua yang usianya lebih 70 tahunan yang sedang sakit keras bernama Naimah. Kanker yang tidak dapat di obati dan beberapa penyakit komplikasi lainnya membuat tubuh Naimah tidak dapat di obati lagi. Kondisinya sangat mengkhawatirkan.
Mata Naimah yang sayup, bibir yang kering akibat sakit yang kronis, membuatnya dehidrasi hebat. Walaupun sering di berikan minum air putih, akan tetapi rasa haus tetap membuatnya ingin selalu minum.
Perlahan Faqih memberikan minum kepada neneknya Naimah dengan menggunakan sendok. Di pipi Faqih bulir bulir air menetes, mata yang berkaca kaca memandang neneknya Naimah yang begitu lemah. Rasa takut kehilangan orang yang begitu di cintai. Naimah satu satunya keluarga yang di milikinya.
Tubuhnya yang tua, kulit keriput sudah tidak dapat menahan rasa sakit yang di deritanya.
Naimah berkata dengan suara yang serak dan lemah," Cucuku Faqih, setelah nenek tiada, pergilah ke Jakarta menemui Kakek dan Pamanmu.
Mereka pasti akan menerimamu, kamulah satu satunya cucu laki laki yang di miliki Andriano. Kakekmu pasti sangat menyayangimu.
Dengan mata yang sedikit berkaca kaca, dalam hati Naimah, ada rasa takut dan khawatir akan kehidupan cucunya Faqih yang akan mendatang.
Dalam hati Naimah, cucunya Faqih tidak memiliki keluarga lagi di Kota Makassar selain dirinya seorang. Naimah merasa, kehidupannya di dunia akan segera berakhir.
Faqih masih memiliki seorang kakek dan Pamannya yang bernama Diman dan Aryan, yang berada di Kota Pusat Jakarta.
Sedangkan Ibunya Faqih Liana telah lama meninggal sewaktu Faqih masih bayi. Mereka meninggal dalam sebuah musibah kecelakaan.
Kecelakaanlah yang merenggut kehidupan Ibunya beserta Ayahnya. Sehingga dari bayi Faqih yang berusia delapan bulan hanya di rawat oleh neneknya Naimah.
Untuk kehidupan sehari hari Naimah hanya dapat mengumpulkan barang barang bekas untuk kehidupan sehari-hari.
Pemerintah setempat pun berusaha memberikan bantuan sosial dari program program yang di siapkan pemerintah pusat.
Dari hasil mengumpulkan barang bekas dan bantuan pemerintah setempat, Faqih dapat bersekolah hingga duduk di bangku kuliah.
Kondisi Naimah sudah sangat lemah, hanya hitungan jam, kematian menjemputnya.
Hujan deras masih mengguyur Kota Makarin sudah beberapa hari, hujan lebih sering turun. Berselang beberapa saat kemudian Langit mulai cerah.
Waktu sudah menjelang sore. Faqih masih setia menemani neneknya yang terbaring sakit. Kini Naimah sudah tak sadarkan diri. Tapi tangannya masih hangat di genggaman Faqih. Tetangga Faqih sudah mulai berdatangan satu persatu untuk melihat kondisi Naimah. Mereka dapat memahami pahit kehidupan yang di alami Faqih.
Pukul 01.00 malam terdengar Isak tangis Faqih yang kehilangan neneknya selama lamanya. Naimah telah meninggal usia 76 tahun.
Mengetahui nenek Naimah meninggal. Masyarakat di sekitar sudah mulai berkumpul memberikan rasa impati kepada Faqih. Dan membantu mengurus jenazah nenek Naimah.
Sikap Faqih dan Naimah di kehidupan masyarakat, memiliki sifat yang baik. Mereka sangat di senangi masyarakat sekitarnya. Faqih dan Naimah sangat dekat dengan masyarakat. Sehingga pemakaman Naimah sangat di mudahkan.
Berselang seminggu, setelah kematian Naimah. Suasana hati faqih masih terasa sesak. Kematian neneknya sebuah hantaman keras bagi dirinya. Faqih tidak bersemangat menjalani kehidupannya, sosok neneknya selalu terlintas dalam fikirannya. Rasa rindu dan sedih sering di rasakannya.
Faqih berjalan di pinggir trotoar mencari barang barang bekas mengganti neneknya. Semua dilakukan untuk mencukupi kehidupannya sehari hari.
Terasa waktu sudah menjelang pukul dua siang. perut Faqih terasa melilit akibat menahan rasa lapar. Mata berkunang kunang di sebabkan cuaca panas hari itu.
Langkah yang gontai di sebabkan rasa lapar dan pusing, Faqih berjalan di pinggir jalan raya yang sangat ramai. Suara hpnya berdering, melihat Andini menelfonnya. Ada perasaan tidak nyaman di rasakan. Sesuatu mengganjal dalam hati Faqih.
Faqih dan Andini sudah lumayan lama berpacaran. sudah 2 tahun lebih lamanya. Perasaan faqih terasa lebih lemah. Faqih berusaha mengangkat panggilan Andini.
Faqih menjawab panggilan Andini
Halo, Ada apa menelfonku ?
Andini di sana menjawab," Faqih, Aku ingin kita putus.Kata kata Andini seperti petir di siang bolong. Aku tidak mungkin bersamamu dengan kondisi seperti ini terus menerus. Kamu tidak dapat memberikanku semua yang ku butuhkan, hanya sebuah teh dingin dan beberapa kue setiap harinya. aku butuh lebih, perhiasan, kendaraan mewah dan bersenang senang. Bukan dengan kondisimu yang seperti itu. Aku muak dengan kehidupanmu.
Mendengar perkataan Andini seakan akan langit runtuh menimpahnya. ekspresi sedih terlihat dari wajahnya.
Faqih berkata kepada Andini," Sayang! Aku akan berusaha nanti setelah kita lulus kuliah. Aku akan mencari pekerjaan yang layak untuk memenuhi keinginanmu. Bersabarlah menunggu sampai lulus.
mendengar perkataan Faqih. Andini berteriak di ujung telefon. Pokoknya aku mau putus, kita sudah tidak cocok lagi. Selamat tinggal.
tuutt, tuutt, tuutt.
Suara hp di matikan oleh Andini. Faqih merasa tidak percaya apa yang barusan telah terjadi. Dirinya tidak menyangka di saat seperti ini, dia di putuskan oleh pacarnya.
Wanita yang selama ini memberikan semangat hidup dan telah berjanji untuk menikah, susah senang akan di lalui bersama. Mengapa Andini meninggalkannya di saat dirinya membutuhkan.
Dalam benak Faqih, mengapa begitu tega, Andini pacarnya memutuskan hubungan yang selama ini baik baik saja.
Fikiran Faqih masih berat untuk menerima kenyataan yang terjadi. Tak terasa air matanya menetes.
Tak terasa lutut Faqih jatuh menyentuh trotoar. Hatinya sedih, hanya merasa kasihan pada dirinya sendiri.
Faqih hanya bisa berlutut di atas trotoar. Orang orang yang melintas melihatnya dengan tatapan penuh tanya. Apa yang terjadi dengan pemuda itu. Mengapa dia berlutut di trotoar dan menangis.
Matahari yang panas menyinari tubuhnya tidak lagi di rasakan. Hanya dapat memikirkan keadaannya yang begitu kacau. Hubungan selama ini dia bangun bersama Andini ternyata hancur.
Di.dalam fikiran Faqih, Andini hanya mengharap harta untuk kesenangannya. Semua itu di sebabkan teman temannya yang memiliki kelebihan harta dalam keluarga mereka.
Padahal selama berpacaran, dirinya kadang menahan rasa lapar demi memberikan uang jajanan buat Andini. Semua di lakukan demi membuat Andini bahagia. Kini semua hancur begitu saja.
Faqih berusaha berdiri dari tempatnya. Dia mengusap matanya yang penuh dengan air mata. Berusaha untuk tegar, dirinya harus kuat menghadapi kenyataan.
Dengan berjalan seperti orang yang mulai tidak sadarkan diri. Fikirannya ke mana mana. Sebuah mobil Rolls-Royce phantom yang melaju sangat kuat dari arah belakang menghantam tubuhnya. Tubuh Faqih melayang sejauh lima meter dan jatuh terguling guling.
Dalam keadaan setengah sadar, Faqih mengangkat kepalanya, melihat mobil yang menabraknya, dan setelah itu dia pingsan.
Darah segar mengalir di hidung dan mulutnya, tubuhnya tidak sadarkan diri. Orang orang berusaha menolongnya.
Seorang wanita cantik dan tampak elegan, tubuh yang proporsional, menggunakan rok pendek, turun dari mobil. Wajahnya panik ketakutan. Melihat tubuh Faqih terkulai di jln bersimbah darah segar.
Segera wanita tersebut memohon kepada orang orang di sekitar untuk menolong Faqih. Segera wanita itu membawanya ke rumah sakit Cipta Bakti, salah satu Rumah sakit swasta ternama di Kota Makarin. Milik keluarga Andreas Group.
Kini Faqih telah di tangani dengan cepat, beberapa jarum infus telah di tusukkan ke tubuhnya untuk menambah cairan. Kondisinya sangat memprihatinkan.
Wanita itu bernama Amelia. Wajahnya yang cantik penuh kecemasan yang dalam. Merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Dirinya tidak menyangka akan terjadi insiden seperti itu. Rasa kasihan melihat tubuh Faqih yang penuh dengan beberapa selang yang terpasang.
Amelia berusaha mencari tahu keluarga faqih. tapi hasilnya nihil. tidak satupun yang mengetahui keluarganya di mana.
Telah berlalu lima hari sejak insiden kecelakaan. Hampir setiap jam di siang hari hingga menjelang malam, Amelia datang berkunjung ke rumah sakit memantau kondisi Faqih.
Seorang datang ke ruangan Faqih di rawat. Amelia bertanya ke salah satu dokter terbaik di Kota Makarin.
Bagaimana dengan keadaan pasien Dokter! tanya Amelia kepadanya. Mendengar pertanyaan Amelia.
Dengan sikap tenang, Dokter Irwan menjawab," kondisi pasien sangat gawat. beberapa tulang rusuknya patah, mengalami benturan keras di kepalanya sehingga ada pendarahan di otak.
Dokter Irwan terdiam sejenak lalu lanjut berkata," Pasien harus segera mungkin di operasi. Temukan cepat keluarganya untuk tanda tangan operasi !.
Dokter Irwan terdiam sejenak lalu lanjut berkata," Pasien harus segera mungkin di operasi. Temukan cepat keluarganya untuk tanda tangan operasi !.
Wajah Amelia semakin muram memikirkan kondisi Faqih. Amelia seakan putus asa mencari keberadaan keluarga Faqih. operasi harus segera di laksanakan.
Pandangannya ke tubuh faqih yang lemah. penuh rasa iba dan bersalah.
Tangan Amelia yang putih dan mulus, menyentuh kening Faqih dengan lembut. Amelia berkata dengan suara kecil. Maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini. Pandangannya terus menatap wajah Faqih yang terbaring di atas ranjang.
Dalam hati Amelia. Pria ini ternyata sangat tampan. Sangat di sayangkan apabila menemui kematian.
Karena memikirkan hal seperti itu, wajahnya memerah sambil tersenyum. Padahal selama ini, sudah begitu banyak pria kaya dan tampan berusaha mendekatinya. Akan tetapi Amelia menganggap kehadirannya tidak ada.
Ada raut wajah ketegasan yang terpancar dari wajah Amelia.
Memikirkan hal seperti itu, sontak fikiran tegas dalam hati Amelia bergejolak. Dia berlari kecil ke ruangan Dokter Irwan.
Segera Amelia memasuki ruangan Dokter Irwan yang lagi bersantai menikmati secangkir kopi dan jajanan kue.
Dokter harus segera mengoperasi pasien itu, yang bertanggung jawab penuh, biar aku yang tanda tangan. tampak raut wajah penuh ketegasan di wajah Amelia.
Setelah Amelia yang berbicara dengan Dokter Irwan. Tubuh Faqih yang terbaring di atas ranjang rumah sakit mengalami reaksi. Jari jemari mulai bergerak.
ting,, ting,, ting,,
Peningkatan perbaikan tubuh Tuan. Terdengar suara wanita berbicara dalam fikiran Faqih. Tangannya mulai bergerak gerak, seketika matanya terbuka. Pandangan matanya yang kabur perlahan lahan mulai terang, melihat dengan jelas ruangan ICU. Kepala yang terasa amat sakit, perlahan lahan hilang seketika.
Mulut Faqih mulai di gerakkan secara pelan. Siapa itu yang berbicara. Faqih merasa berhalusinasi. Berusaha memegang kepalanya. Dia merasa sudah tidak merasakan sakit sedikitpun.
Seketika suara itu muncul.
ting,, ting,, ting,,
Kembali suara wanita tersebut berbicara, peningkatan seluruh tubuh sampai seratus persen. Bersiaplah Tuan 5,4,3,2,1
Tingggg,,, Perbaikan seluruh sel mencapai seratus persen.
Selamat Tuan !, "tubuh anda tidak mengalami kerusakan sedikit pun. Sistem telah memperbaiki secara menyeluruh dan di berikan kekayaan tidak terbatas. Harta dalam bentuk uang yang akan di kirim ke rekening pribadi tuan".
Tinggg,,, 1.00.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000,00
Dalam hati Faqih, jumlah yang tak dapat di sebutkan.
Sistem kembali berkata," Jika Tuan membelanjakan dana tersebut, dalam jumlah di atas seratus juta. Tuan akan mendapatkan poin 10 untuk meningkatkan seluruh jenis kemampuan. Bahkan sampai ke tingkat spiritual.
Kini luka luka Tuan sembuh total. Faqih berusaha untuk duduk di sebabkan suara yang berbicara.
Siapa itu, siapaaa ???
Maaf Tuan. AQ ada dalam tubuh dan fikiran Tuan. AQ adalah Sistem yang di tanamkan dalam tubuh tuan dan fikiran Tuan.
Mendengar ungkapan wanita yang berbicara di fikirannya, Faqih berkata," Mengapa aku bisa terpilih ? Sistem berkata," Ini sudah ketentuan yang di berikan kepada Tuan.
Sistem kembali berbunyi
Ting,, ting,, ting,,
Nama : Faqih
Usia : 23 Tahun
Tinggi: 172 cm
Keahlian : 0
Kekayaan : 1.00.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000,00
Jumlah mengalahkan Desiliun. Itu sudah penyebutannya apa.
Kekayaan terhubung keseluruhan Bank di dunia dan beberapa aset di seluruh negara. Paspor, Visa dan sertifikat serta surat surat kepemilikan aset telah di kirim ke Tuan yang saat ini, sekarang berada di rumah Tuan, tepatnya di bawah ranjang Tuan.
Mendengar ungkapan sistem. Faqih terperanjat mendengarnya. Berusaha bangun dari tempat tidur, Faqih duduk di pinggir ranjang. Berusaha melepas satu persatu jarum yang menempel di tubuhnya.
Mendengar suara brisik di tempat Faqih terbaring. Perawat yang berjaga segera mendatanginya.
Seketika terperanjat melihat Faqih yang sudah duduk di pinggir ranjang tempat tidur. Ekspresinya berubah, mulutnya menganga menatap Faqih yang sudah bangun.
Segera perawat bernama Sinta berlari menuju ke ruangan Dokter Irwan untuk melaporkan hal itu.
Pintu ruangan Dokter Irwan di buka. Melihat perawat masuk dengan tergesa gesa, Amelia dan Dokter Irwan menatap dengan penuh tanda tanya.
Ada apa Sinta ?. Tegur Dokter Irwan! Mengapa terlihat begitu panik.
Dengan posisi belum stabil, Sinta yang menjaga ruangan ICU dengan ekspresi terkejut berkata," Dokter !, pasien di ruangan ICU bernama Faqih sudah sadar. Pasien sekarang lagi duduk.
Mendengar perkataan perawat, Amelia dan Dokter Irwan sedikit terperanjat. Dengan cepat Amelia segera menuju ke ruangan ICU.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!