Pagi hari yang cerah terdengar suara burung berkicauan dan saling bersahut-sahutan dengan perlahan cahaya sinar matahari itu mulai menembus arah ke jendela kamar Risa.
"Risa... Bangun udah pagi sayang," ucap Mama Angel sambil membuka gorden kamar lalu membelai rambut Risa untuk membangunkannya.
"Bentar lagi Ma... Risa masih ngantuk," ucap Risa sambil menutup kembali selimutnya sampai menutupi mukanya. Mama Angel menggelengkan kepala melihat kelakuan anaknya itu lalu membuka selimutnya dan menepuk-nepuk pipi Risa.
"Risa... Udah hampir jam 7 loh nak ayo bangun nanti kamu terlambat ke sekolahnya!"
Sontak Risa langsung duduk dan kaget saat melihat jam yang menunjukkan pukul 06:17 wib beranjak dari tempat tidur nya lalu berlari menuju kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian rapi Risa langsung turun ke bawah. Di bawah ada Mama dan Papanya yang sudah menunggu di ruang makan.
"Ayo sarapan dulu nak," ujar Papa Kevin memasukkan sandwich kemulutnya.
Risa mengangguk dan langsung meminum susunya lalu beranjak berdiri.
"Ma... Pa... Risa sarapan di sekolah aja ya, Hari ini ada MOS, Risa sebagai anggota OSIS ga mau terlambat ke sekolah Pa."
Risa menaruh sandwich ke dalam kotak, lalu mengambil kunci motor dan berjalan menuju garasi untuk membawa motor kesayangannya.
"Risa bawa mobil saja nak atau tungguin Papamu sebentar sayang," ucap Mama Angel sambil berjalan menyusul ke depan.
"Ga usah Ma. Risa bawa motor aja, kalau bawa mobil nanti ga bisa nyalip. Takut macet ini kan hari senin Ma."
Lalu menyalakan motornya dan keluar gerbang. Jarak rumah Risa ke sekolah tak terlalu jauh butuh waktu 20 menit an untuk menempuh perjalanan.
"Lihat tuh Pa, anak kamu kalau hari Senin selalu aja bangunnya kesiangan," ucap Mama Angel.
Papa Kevin hanya berdehem saja. Lalu melanjutkan makannya kembali.
...*****...
ALEXANDRIA INTERNATIONAL HIGH SCHOOL
Sampai di sekolah Risa langsung memakirkan motornya, melirik jam tangannya menunjukkan pukul 06:52 dan bergegas berlari. Karena tergesa-gesa Risa menabrak seorang laki-laki yang masih berpakaian SMP dan aneka perlengkapan MOS.
"Aduh sakit banget sih ," ucap Risa sambil memegang lututnya yang lecet karena terjatuh ke depan.
Rey yang melihat Risa kesakitan akhirnya Rey mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri.
"Maafin aku ya Kak," ucap Rey.
Rey meminta maaf duluan karena iya tahu yang dihadapannya kakak kelasnya. Sebagai siswa baru di sekolahnya tidak ada salahnya untuk meminta maaf duluan, meskipun itu bukan kesalahannya karena Risa lah yang menabraknya.
Rey terdiam sejenak, menunggu jawaban dari Risa. Risa hanya meringis dan mencoba untuk berdiri sambil memegang lututnya yang lecet dan berdarah. Karena tak mendengar jawaban dari Risa, Rey yang melihat Risa meringis kesakitan akhirnya Rey langsung menggendong Risa menuju ke UKS.
Beberapa pasang mata melihat Rey saat menggendong Risa. Risa mendongakkan wajahnya ke atas dan menatap Rey, Risa yang malu melihat semua orang yang sorot matanya melihat ke arahnya pun langsung menyembunyikan wajahnya ke dada bidangnya. Rey yang masih menjadi siswa baru pun belum tahu dimana letak UKS, dan bertanya kepada seseorang yang sedang berjalan menuju ke arah yang berlawanan. Orang tersebut tak lain adalah Evan Pratama sang Ketua OSIS di sekolahnya.
"Kak, Ruang UKS di mana ya?" Tanya Rey.
"Kamu tinggal lurus aja di sana ada ruang guru terus belok kanan." Jawab Evan.
"Terima kasih." Balas Rey.
Lalu Rey berjalan pergi. Evan lalu berbalik badan saat melihat sepatu Risa.
"Risa..." lirihnya.
Evan yang melihat Risa di gendong Rey pun geram tangan kanannya mengepal ada perasaan cemburu saat melihat Rey bersama Risa. Pandangan Risa mulai kabur dan seketika menjadi gelap. Melihat Risa yang wajahnya semakin pucat Rey melangkahkan kakinya dan berjalan dengan cepat menuju ruang UKS. Rey melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 07.06.
"Hmm hari pertama masuk MOS langsung kena hukuman nih." batin Rey.
Karena Rey tidak hadir saat upacara dan tahu kalau tidak ikut upacara otomatis akan kena hukuman dari kakak-kakak OSIS.
...*****...
DI RUANG UKS
Rey melihat ruang UKS yang kosong.
"Kenapa ga ada yang jaga ya? Hmm ini kan hari senin anak-anak PMR pasti sedang bertugas di belakang siswa yang sedang upacara." batin
Rey membaringkan Risa ke tempat tidur UKS. Rey kaget melihat Risa yang pingsan atau tertidur. Rey lalu menepuk pelan pipi Risa.
"Kak bangun," ucap Rey.
Karena tak ada jawaban Rey yang mengerti Risa pingsan langsung mencari kotak P3K mencari minyak kayu putih, Alkohol, Kapas, Betadine dan Plaster. Lalu Rey mengoleskan minyak kayu putih ke pelipis dan hidung Risa. Seketika Risa mulai mengerjap dan membuka matanya.
"Aku dimana ini?" ucap Risa.
"Kakak sedang di UKS. Kakak tadi pingsan," ucapnya dan Rey langsung membantu Risa untuk duduk.
"Apa aku pingsan?" seketika ia teringat bahwa tadi hanya minum susu sebelum berangkat sekolah.
"Bentar ya kak aku bantu bersihin dan obatin luka di lutut kakak," ucap Rey.
Tangannya langsung menyambar alkohol, betadine, kapas dan plaster untuk membersihkan lukanya, Risa hanya meringis menahan perih.
"Sudah selesai," ucap Rey.
Saat itu juga perut Risa berbunyi kruyuk kruyuk. Rey langsung tersenyum.
"Kakak lapar ya? Apa kakak tadi belum sarapan? Kata Mami aku ga boleh loh kak sebenarnya nunda sarapan pagi, ga bagus buat kesehatan. Buktinya kakak tadi pingsan kan karena ga sarapan? Mulai besok kakak harus selalu sarapan pagi ya," ucap Rey dengan perhatian.
Risa lalu menatap Rey yang baru saja dia temui.
"Nih bocah kok jadi cerewet ya? Ehh tapi kok jadi perhatian ke aku?" batin.
"Iya aku tadi hanya minum susu saja sebelum berangkat, oh ya boleh gak aku minta tolong lagi?" ujar Risa.
Rey mengerti apa yang dimaksud Risa.
"Boleh kak," ucap Rey.
"Tolong ambilkan kotak makan aku di tas," ucap Risa dan Rey pun langsung membuka tasnya lalu mengambilkan kotak makan Risa.
"Terima kasih ya sudah banyak membantuku, oh ya kita belum berkenalan nama kamu siapa?" ucap Risa penasaran dengan laki-laki yang dihadapannya.
"Sama-sama Kak. Kenalin namaku Reynaldi Wijaya panggil saja Rey." Sambil mengangkat tangan ke arahnya dan Risa langsung menjabat tangan Rey.
"Aku Risa. Risa Alexander," ucap Risa dengan tersenyum.
"Nama yang cantik, secantik wajah Kakak," ucap Rey dan Risa lalu tersipu malu mendengar ucapan Rey.
Risa lalu memakan sandwichnya seketika ia terlupa bahwa tadi ia tidak bawa minum hanya kotak makannya saja yang di bawa. Risa menghabiskan sandwichnya.
"Emm....." Gumam Risa.
Rey mengerti bahwa Risa sekarang lagi haus. Tadi Rey yang tidak sengaja melihat tas Risa hanya ada kotak makannya saja yang dibawa.
Jangan lupa tinggalkan like ya. Makasih ❤
Rey langsung membuka tas nya dan mencari botol yang berisi air mineral yang ia bawa.
"Nih kakak minum dulu, aku tahu kakak haus karena tadi aku tidak sengaja melihat isi tas kakak ga bawa botol minum," ucap Rey sambil menyodorkan botol air mineralnya dan Risa lalu meminumnya.
"Sepertinya ia orang baik." batin Risa.
"Oh ya maaf ya Rey. Hari ini hari pertama kamu MOS harusnya kamu ikut upacara tapi gara-gara kakak yang tidak berhati-hati saat berlari terus menabrakmu dan kamu jadi ngurusin kakak ke UKS dan tidak ikut upacara," ucap Risa.
Risa mengerti kalau Rey akan terkena hukuman dari teman-teman OSIS lainnya karena tidak ikut upacara.
"Tidak apa-apa Kak," ucap Rey.
"Ya udah ayo kita ke lapangan. Nanti Kakak akan bantu kamu bilang ke teman-teman OSIS biar kamu ga kena hukuman, karena kamu kan tadi udah bantu obatin aku," ucap Risa.
"Terima kasih Kak Risa," ucap Rey.
Lalu Rey membantu Risa untuk turun dari tempat tidur ruang UKS dan berjalan keluar dari ruang UKS menuju ke arah lapangan. Rey mengikutinya dibelakang.
...*****...
DI LAPANGAN
Para guru, kepala sekolah, anak-anak PMR dan siswa siswi lainnya telah bubar dan masuk ke ruangan mereka masing-masing. Kini di lapangan hanya ada anggota OSIS dan siswa siswi baru yang mengikuti MOS. Siswa siswi baru tersebut sudah baris sesuai dengan kelompoknya.
"Kembalilah ke kelompokmu," ucap Risa pelan.
Rey pun hanya membalas dengan anggukan. Disekolah mereka hanya masuk 5 hari saja Senin sampai Jumat dan karena akan diadakan MOS jadi hari Sabtu sekolahnya buka. Hal ini sudah biasa terjadi di Alexandria International High School atau sekolah SMA umum lain di kotanya.
Rey sudah tahu kelompoknya karena hari sabtu mereka mendapatkan pengumuman pembagian kelompok dan kelompok Rey memakai atribut perlengkapan MOS berwarna merah. Risa yang di hari Sabtu tidak datang karena meriang jadi tidak menyadari bahwa kelompok Rey yang akan dibimbing selama MOS. Risa dan Rey sudah sampai di lapangan. Risa berjalan ke arah Evan.
"Sa, ayo aku mau bicara sebentar."
Evan lalu menggandeng tangan Risa menjauh ke tepi lapangan dan berjalan sampai ke parkiran sepi yang ada hanya motor dan mobil yang terparkir.
"Bicara apa van? Kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Risa mengernyitkan dahi.
"Kenapa kamu bisa bersama dengan anak itu?" tanya Evan dengan tatapan tajam.
"Dia tadi tak sengaja menabrakku dan dia tadi yang mengobati lukaku." Sambil mengarahkan jari telunjuknya ke lutut.
"Aku tidak suka kamu dekat-dekat dengannya Risa," ucap Evan.
"Hah? Emang kenapa Van? Dia sepertinya orang baik kok, tadi juga dia mengobati lukaku dan memberiku air mineral dan hanya itu saja yang terjadi hari ini," ucap Risa ia terheran dengan tingkah Evan yang melarangnya dekat dengan Rey.
Evan sejak SMP memang sudah berteman dengan Risa. Sampai sekarang mereka dekat dan bahkan mereka sahabatan. Risa yang hanya menganggap Evan sebagai sahabat dan sudah seperti saudara kandung karena saking dekatnya mereka, akan tetapi berbeda dengan perasaan Evan yang menganggap Risa lebih dari seorang sahabat.
"Ya udah ayo ke lapangan banyak yang sudah menunggu kita," ucap Evan lalu berjalan lebih cepat menuju ke arah lapangan dan Risa menyusul dibelakang Evan.
Rey sudah bergabung dengan teman-temannya satu kelompok yang terdiri dari 12 orang. Evan sudah sampai duluan di lapangan. Karena matahari semakin terik Evan mengarahkan kelompok Rey untuk berteduh di bawah pohon yang berada di tepi lapangan dan menyuruh mereka untuk membuat lingkaran kemudian duduk bersila. Risa mendekat ke arah Evan dan langsung duduk didekatnya tidak tahu bahwa disampingnya ada Rey yang duduk di sana. Setelah mereka semua duduk, Evan berdehem.
"Ehm Oke kita mulai sekarang ya. Perkenalkan nama saya Evan Pratama. Kalian bisa panggil saya kak Evan saya dari XI IPA 2 dan yang disampingku ini adalah Risa kalian juga bisa memanggilnya Kakak. Risa ayo perkenalkan dirimu." Sambil tersenyum ke arah Risa.
Risa langsung menatap ke arah adik-adik kelasnya.
"Hai adik-adik kenalin nama saya Risa Alexander dari kelas XI IPA 1, kalian bisa panggil saya Kak Risa ya," ucapnya sambil melambaikan tangannya ke adik kelasnya.
Rey yang mendengarkan Risa memperkenalkan diri langsung menoleh ke kiri.
"Eh ada kak Risa ternyata yang mendampingi MOS di kelompok ku, kita bertemu lagi secara tidak sengaja ya Kak hehehe," ucapnya sambil tersenyum melihatkan gigi putihnya.
Risa menoleh ke kanan ke arah Rey dan alangkah terkejutnya melihat Rey.
"Ehh Rey kok kebetulan sekali ya?"
Evan lalu memandang mereka dengan tatapan tidak suka. Apalagi jarak Rey dan Risa sangatlah dekat.
"Risaa..." Evan menatapnya.
Rey yang melihat Evan ada aura kecemburuan pun lalu berkata.
"Ka Risa, sepertinya pacar Kakak ini cemburu kepadaku. Apalagi waktu dia melihatku tadi menggendong Kakak saat menuju ke ruang UKS," ucap Rey sambil mendengus sebal.
"Apa Cemburu? Pa-Pacar? Evan bukan pacarku. Evan hanya...." Risa berbicara terbata-bata, sebelum Risa melanjutkan berbicaranya Evan sudah memotong pembicaraannya.
"Kami teman dekat." Sambil menekankan kata dekat dengan nada tinggi.
"Evan hanya sahabatku," ucap Risa sambil menyengir.
Evan membolakan matanya saat Risa mengatakannya itu dihadapan adik-adik kelasnya.
"Oh.. Kirain pacarnya Kak Risa."
Rey tersadar apa yang telah ia ucapkan, sambil merutuki dirinya sendiri akan perkataannya barusan.
Kenapa aku tadi keceplosan tanya begitu sama Kak Risa ya, seolah-olah aku juga tidak suka dengan kedekatan mereka. Tapi sepertinya Kak Evan memang menyukainya. Eh, ada apa denganku kok aku jadi memikirkannya? Ingat dia hanya Kakak kelasku yang seharusnya Rey bisa bersikap sopan kepadanya. Bukan bertanya yang aneh-aneh, Mami anakmu ini kenapa jadi memikirkan hal yang tidak-tidak. Aku nanti akan bercerita sama Mami kalau sudah sampai di rumah." Batin Risa.
"Bukan, ia bukan pacarku. Sudahlah kita lanjutkan lagi. Sekarang giliran kalian memperkenalkan diri kalian masing-masing nama, asal sekolah dan kenapa kalian memilih untuk bersekolah disini. Oke di mulai dari Rey ya," ucapnya.
Karena Rey yang berada didekat Risa. Setelah mereka memperkenalkan dirinya masing-masing Evan teringat dengan hukuman yang akan diberikannya kepada Rey.
"Ohh iya aku baru ingat kalau kamu tadi tidak ikut upacara kan Rey? Tadi aku cek absen kehadiran. Masa di hari pertama acara MOS kamu tidak hadir di upacara? Aku akan kasih kamu hukuman kamu harus lari keliling lapangan 10 kali sekarang juga," ucap Evan dengan nada sedikit tinggi.
Risa yang mendengar Rey akan dihukum oleh Evan lalu angkat bicara.
"Evan, Rey tidak ikut upacara karena tadi mengobatiku di UKS, jadi Rey tidak pantas untuk dihukum," ucapnya.
"Tidak Risa peraturan tetaplah peraturan anak ini harus diberi hukuman kita tidak bisa pilih kasih. Nanti yang ada kelompok lain akan protes. Ya meskipun Rey tadi sudah menolongmu. Tapi apa pandangan teman-teman OSIS kita yang lainnya?" ucap Evan yang menjelaskan karena Risa tidak mau Rey yang akan ia beri hukuman.
"Oke kalau Rey tetap diberi hukuman, aku yang akan mengganti hukumannya," ucap Risa.
"Terserahlah yang penting Rey diberi hukuman. Kamu mau ganti hukuman apa kepadanya?" tanya Evan terheran.
"Push up sebanyak 10 kali. Itu hal yang akan meringankannya dari pada ia harus keliling lapangan 10 kali disaat sinar matahari sedang panas-panasnya," ucap Risa.
Rey membolakan matanya ujung-ujungnya ia tetap diberi hukuman juga. Padahal tadi Risa berjanji agar ia tidak kena hukuman. Rey tidak protes ataupun membantah karena yang ia lakukan hanya akan sia-sia saja tetap saja diberikan hukuman. Kalaupun Rey protes maka hanya akan menambah hukumannya. Rey tidak mau terkena hukuman tambahan. Jadi akhirnya Rey pun menyerah dan mau tidak mau ia harus push up. Setelah Rey melaksanakan hukumannya, tenggorokannya terasa haus.
"Kak, bolehkah aku minum. Aku sangat haus sekali," ucapnya memohon.
Evan yang mendengarnya langsung menjawab.
"Tidak boleh, soalnya ini belum waktunya jam makan siang. Semua peserta MOS tidak boleh makan dan minum sebelum jam makan siang. Evan yang melihat jam tangannya menunjukan baru menunjukkan pukul 10.36 WIB." dengan berbicara penuh dengan penekanan.
"Tidak apa-apa. Rey kamu boleh minum, ayo ambil botol minum kamu didalam tas," ucap Risa.
"Risa nanti kita disangka pilih kasih terhadapnya," ucap Evan dengan serius.
"Nanti biar aku yang menghadapinya kalau ada teman-teman OSIS yang menegur kita. Mereka pasti paham dan mengerti," ucap Risa sambil menatap Evan.
"Kenapa kamu jadi perhatian kepadanya?" Evan berbicara agak keras.
"Aku tidak perhatian kepadanya, aku hanya merasa berperikemanusiaan bahwa itu hal yang wajar karena jika kamu sudah ditolong seseorang bukannya kamu harus menolongnya juga? Karena sesama manusia harus saling tolong menolong bukan? Dari pada Rey pingsan karena kehausan, nanti malah merepotkan," ucap Risa yang menjelaskannya.
"Tapi Risa. Tentang peraturan tetap..." Evan yang belum melanjutkan bicaranya pun dipotong oleh Risa.
"Sudahlah Evan, jangan tambah memperpanjang masalah ini," ucapnya.
Rey yang mendengarkan ucapan Risa akhirnya tersenyum ada perasaan bahagia di dalam hatinya. Risa meihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 11.48 wib dan langsung bicara kepada Evan untuk pergi ke kantin.
"Evan, aku ke kantin dulu ya?" ucapnya.
"Oke, aku nitip jus mangga ya." Sambil menyodorkan uang 7 ribu.
Risa pun sudah kembali ke lapangan tepat jam 12.00 wib.
"Ini Evan jusnya." Sambil menyodorkan jus ke arah Evan. "
Terima kasih." Evan yang menerima jusnya.
Tibalah saatnya jam makan siang. Semua anggota OSIS mendapat jatah makan siang dengan nasi box yang didalamnya lengkap dengan lauk pauk dan dengan aqua gelas diatas nasi box. Berbeda dengan siswa siswi MOS mereka dianjurkan untuk membawa bekal makan dari rumah. Mereka mulai makan bersama-sama di bawah pohon yang rindang di tepi lapangan. Angin yang berhembus sepoi-sepoi menambah suasana menjadi hening. Mereka makan dengan suasana hening hanya ada bunyi dentingan sendok dan garpu dari kotak makan mereka masing-masing. Evan yang sudah makan lalu meminum jusnya hingga habis.
"Hmm segarnya," ucap Evan.
Risa yang tadi sudah makan sandwich hanya memakan biskuit dan meminum jus yang telah dibelinya tadi di kantin sebelum jam makan siang tiba.
"Kak Risa bolehkah aku meminta tolong kepada Kakak?" Rey pun memecah keheningan.
"Minta tolong apa Rey? Selagi Kakak bisa melakukanya akan Kakak lakukan," ucap Risa sambil menatap Rey.
Evan lalu memandang ke arah Rey dan Risa.
"Aku tidak biasa makan kalau tidak ada mejanya Kak," ucap Rey dengan muka melasnya.
Risa bingung dengan apa yang Rey katakan, apakah iya harus mencarikan meja untuk Rey untuk makan dan sepertinya itu hal yang aneh, dimana teman-teman yang lainnya saja makan tidak dengan meja karena mereka tahu sedang berada di lapangan yang terbuka.
"Kak Risa," ucap Rey pelan yang membuyarkan Risa dari lamunannya.
"Bisakah kamu melihat keadaan Rey kita sedang berada di lapangan terbuka dan tidak ada meja, kamu makan aja tidak usah banyak bertanya," ucap Risa menjelaskan.
"Kak Risa tadi bilang selagi Kakak bisa melakukanya akan Kakak lakukan." ketus Rey yang mulai memanyunkan bibirnya.
"Baiklah Kakak akan lakukan kamu maunya gimana?"
Risa mulai bingung dengan tingkah Rey yang mulai aneh menurutnya.
"Biasanya kalau tidak ada meja, Mami menyuapiku," ucap Rey.
Risa membulatkan matanya saat Rey bicara seperti itu, dengan tidak sengaja seperti menyuruhnya untuk menyuapinya.
"Apaaa?? Kamu ingin aku suapin?" ucapnya.
Rey yang masih memanyunkan bibirnya pun tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan. Risa mendengus kesal saat Rey ingin di suapin.
"Kamu kok manja sekali sih Rey?" ucap Evan dengan menaikkan alisnya.
"Aku bukannya manja, namun sudah terbiasa begitu Kak Evan kalau tidak ada meja, Mamiku selalu menyuapiku," ucap Rey dengan wajah kesal karena teman-teman mereka hampir selesai makan siang hanya Rey saja yang belum makan sesuap nasi pun dan tadi malah diberi banyak pertanyaan dari kedua Kakak kelasnya itu.
Akhirnya Risa mulai memegang kotak makan yang ada ditangan Rey dan akan menyuapi Rey. Evan pun yang melihat Risa akan menyuapi Rey hanya berdehem.
"Ehm... Bisakah kamu memakan makananmu sendiri? Kak Risa bukanlah Mamimu, jadi kamu jangan bersikap manja kepadanya," ucap Evan sambil mau merebut kotak makan yang dibawa Risa.
"Dan kamu Risa Seharusnya kamu tidak usah menanggapinya apalagi menuruti kemauannya yang ingin sekali hanya kamu yang menyuapinya!" Bentak Evan saat ini ia mulai kesal karena Risa menuruti kemauan Rey untuk menyuapinya.
Rey menjawab "Karena Mami tidak ada disini dan perempuan pertama kali yang aku kenal di sekolah ini hanyalah Kak Risa. Apakah aku salah jika aku meminta tolong kepadanya?" dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Cukup Evan, kamu seharusnya tidak membentakku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan dan tadi aku juga sudah berjanji kepadanya untuk menolong nya sebisa mungkin yang aku bisa lakukan dan akan aku lakukan. Karena tadi Rey juga sudah menolongku, jadi tidak ada salahnya aku menyuapinya," ucap Risa yang mulai kesal terhadap Evan karena ia tadi membentaknya.
"Risa... Maafin aku ya tadi aku tidak sengaja membentakmu," ucapnya Evan merasa ada penyesalan saat ia membentak Risa tadi.
"Sudahlah Evan lupakan saja!" sambil menyuapi Rey.
Rey akhirnya senang bisa disuapin gadis secantik Risa yang merupakan primadona di sekolahnya. Rey seperti merasakan Maminya yang sedang menyuapinya. Tapi ini yang menyuapinya adalah Risa jadi Rey merasa punya Kakak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!